Anda di halaman 1dari 31

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN KADAR SGPT (Serum Glutamic Pyruvic


Transaminase) PADA SUPIR PETE-PETE YANG
MENGKONSUMSI MINUMAN BERENERGI
DI AREA KOTA MAKASSAR

CHANDRA RIANSAH
AKM1117073

PROGRAM STUDI D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLITEKNIK KESEHATAN MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI......................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1

B. Rumusan masalah...............................................................................3

C. Tujuan penelitian..................................................................................3

D. Manfaat penelitian................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................5

A. Tinjauan Umum tentang Fungsi Hati...................................................5

B. Tinjauan Umum tentang SGPT............................................................9

C. Tinjauan Umum tentang Minuman Berenergi....................................11

D. Tinjauan Umum tentang Niasin.........................................................13

E. Tinjauan Umum tentang Fotometer Chemistry Analyzer C 311........14

F. Kerangka Konseptual.........................................................................17

BAB III METODE PENELITIAN......................................................................19

A. Jenis Penelitian..................................................................................19

B. Waktu dan Lokasi Penelitian.............................................................19

C. Populasi dan Sampel.........................................................................19

D. Teknik Pengambilan Sampel.............................................................20

E. Variabel Penelitian.............................................................................20

F. Definisi Operasional...........................................................................20

ii
G. Prosedur Penelitian............................................................................21

H. Alur Penelitian....................................................................................25

I. Analisis Data.........................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................26

Daftar gamba

ii
Nomor Halaman

1. Struktur Hati..................................................................................................5

2. Fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311.............................................15

3. Skema kerangka konseptual.......................................................................18

4. Kerangka operasional.................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat dewasa saat ini berada pada masa dimana populasi manusia

yang sangat besar dengan harga kebutuhan hidup, sehingga masyarakat

dewasa harus bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan. Untuk memenuhi

kebutuhan hidup sebagian masyarakat memilih pekerjaan sebagai supir pete-

pete, yang dimana pekerjaan tersebut dengan cepat dapat menguras banyak

tenaga sehingga dengan mudah menyebabkan kelelahan. Kelelahan tersebut

dapat disebabkan sumber energi yang dimiliki oleh tubuh menurun, asam

laktat meningkat, keseimbangan cairan dan elektrolit terganggu sehingga

mengakibatkan timbulnya rasa lemah, lesu, dan penurunan konsentrasi.

Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi atau

menghilangkan rasa lelah tersebut adalah dengan mengonsumsi minuman

berenergi yang mengandung vitamin dan mineral yang diperlukan serta

mudah diserap oleh tubuh (Oetero,2008).

Minuman berenergi adalah jenis minuman yang bertujuan untuk

menambah energi seseorang yang meminumnya. Minuman suplemen

berenergi mengandung beberapa bahan seperti vitamin, mineral, asam

amino atau bahan lain yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis

dalam jumlah terkonsentrasi (Sophia, 2009).


2

Salah satu kandungan penting dalam minuman berenergi adalah niasin.

Niasin atau vitamin B3 sebagai salah satu vitamin B kompleks yang terdapat

dalam minuman berenergi selain vitamin B6 dan B12 memiliki kadar paling

tinggi. Banyaknya kasus overdosis minuman berenergi sangat dikaitkan

dengan kandungan niasin dalam dosis tinggi yang memiliki efek hepatotoksik

dengan manifestasi berupa kenaikan enzim aminotransferase ringan sampai

sedang dan perubahan histopatologi sel-sel hati. Kasus sirosi yang terjadi

dikaitkan dengan intensitas konsumsi minuman berenergi dengan kandungan

niasin sebesar 6% perkemasannya. Menurut BPOM 2018, Aturan batasan

dalam mengkonsumsi niasin 300-1.500 mg per hari untuk dewasa dan 100-

300 mg per hari untuk anak-anak. Mengkonsumsi niasin secara berlebihan

dapat memicu penyakit hati, penyakit asam urat, tukak lambung, gangguan

penglihatan, peningkatan kadar gula darah, dan aritma.

Setiap orang yang mengalami kelainan fungsi hati, menunjukkan gejala

umum seperti: nafsu makan berkurang, penurunan berat badan,

poliuria/polidipsida, penderita merasa lesu dan cepat letih. Gejala-gejala ini

masih belum bisa mengindikasikan jenis kelainan hati apa yang diderita

seseorang, oleh karena itu diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk dapat

mengetahuinya

Salah satu jenis tes yang digunakan untuk mengetahui keadaan

seseorang yang mengalami kelainan fungsi hati yaitu dengan cara uji enzim

transaminase pada serum penderita


3

Adapun jenis enzim transaminase yang sering digunakan adalah SGPT

(Serum Glutamic pyruvic Transaminase). Bila sel-sel hati rusak, enzim

transaminase akan keluar ke dalam darah. Sehingga kadarnya dalam darah

akan meningkat. SGPT dapat terdeteksi lebih spesifik untuk kerusakan hati,

karena kadarnya yang dominan pada sel hati, Enzim transaminase

merupakan indikator/ indeks yang sensitive untuk mendeteksi penyakit

hepatoseluler ( Panil dalam Munawaroh 2011).

B. Rumusan masalah

Bagaimana gambaran kadar SGPT pada supir pete-pete yang sering

mengkonsumsi minuman berenergi di area Makassar?

C. Tujuan penelitian

1. Untuk mengetahui kadar Serum Glitamic Pyruvic Transaminase

pada supir pete-pete yang mengkonsumsi minuman berenergi di area

kota Makassar.

2. Untuk menentukan kadar Serum Glutamic Pyruvic Transaminase

pada supir pete-pete yang mengkonsumsi minuman berenergi di area

kota Makassar

D. Manfaat penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dengan adanya penelitian ini adalah:

Memberikan pengetahuan bagi penulis mengenai gambaran


4

kadar. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase pada pengkonsumsi

minuman berenergi dan memberikan informasi bagi masyarakat

khususnya sopir pete-pete Makassar mengenai kadar Serum Glutamic

Pyruvic Transaminase pada pengkonsumsi minuman berenergi serta

sebagai bahan tambahan pengetahuan untuk kampus yang sekiranya

dapat dijadikan contoh kasus yang terjadi dalam lingkungan kampus.

.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Fungsi Hati

Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh. Berat hati normal pada

orang dewasa antara 1200-1600 gram (1 ½ kg) atau 2,5% berat badan.

hati terletak di perut kanan atas, di bawah diafragma kanan, di bagian rongga

toraks, dilapisi kapsula glisson, kemudian bersatu dengan jaringan ikat daerah

portal. Hati normal terlihat kenyal dan permukaan mengkilat, warna tengguli,

biasanya tidak teraba dari luar. Hati bisa teraba pada tepi bawah iga kanan,

terutama pada saat inspirasi (Wirasmi M, 2010).

Gambar .1 Struktur Hati

Hati terbagi atas dua lapisan utama yaitu:

Permukaan atas terbentuk cembung, terletak di bawah diafragma dan

Permukaan bawah tidak rata dan memperlihatkan lekukan fisura transfersus.

Kerusakan hati sebagian pada kebanyakan kasus sel yang mati atau sakit,

maka akan diganti dengan jaringan hati yang baru. Fungsi hati antara lain:
6

1. Mengubah zat makanan yang diabsorpsi dari usus dan yang disimpan

disuatu tempat dalam tubuh, dikeluarkan sesuai dengan pemakaian

dalam jaringan.

2. Mengubah zat buangan dan bahan racun untuk disekresi dalam

empedu dan urin, membersihkan darah sebelum zat-zat toksin

tersebut mencapai organ tubuh yang peka misalnya otak fungsi, hal ini

disebut detoksikasi.

3. Menghasilkan enzim glikogenik glukosa menjadi glikogen,karbohidrat

yang diabsorbsi sebagai glukosa disimpan dalam hati sebagai

glikogen. glukosa dilepaskan sesuai dengan kebutuhan.

4. Sekresi empedu Hati

Pemeriksaan fungsi hati diindikasikan untuk penapisan atau deteksi

adanya kelainan atau penyakit hati, membantu menengakkan

diagnosis, memperkirakan beratnya penyakit, membantu mencari

etiologi suatu penyakit, menilai hasil pengobatan, membantu

mengarahkan upaya diagnostik selanjutnya serta menilai prognosis

penyakit dan disfungsi hati.

Interpretasi tes fungsi hati seharusnya menjadi komprehensif dan hati-

hati karena bisa dipengaruhi oleh banyak faktor individu dan lingkungan,

termasuk usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh, minum alkohol, merokok,
7

malnutrisi, adanya penyakit ekstra hepatik seperti penyakit jantung,

muskuloskeletal, endokrin, dan status kesehatan hati itu sendiri.

Jenis uji fungsi hati dapat dibagi menjadi tiga besar, yaitu penilaian

fungsi hati, mengukur aktivitas enzim, dan mencari etiologi penyakit.

Pada penilaian fungsi hati diperiksa fungsi sintesis hati, eksresi, dan

detoksifikasi (Rosida, 2016).

Fungsi hati antara lain :

1. Detoksifikasi

Hati di fungsikan di sini sebagai penawar dari racun, makanan

dan juga minuman yang setiap hari kita konsumsi memiliki potensi

adanya racun yang nantinya akan membahayakan tubuh kita.

2. Menyimpan Kadar Gula Darah dan Pengatur kadar gula

Glikogen atau biasa di sebut sebagai kadar gula darah ini

adalah sumber energy yanga dapat membuat kita bergerak lebih aktif

lagi dalam beraktifitas. Selain hati digunakan untuk menyimpan kadar

gula, hati juga digunakan untuk mengatur kadar gula yang apabila

terlalu banyak dikonsumsi oleh tubuh dapat menyebabkan penyakit

gula darah.

3. Sekresi Birubilin

Birubilin sendiri di sini berfungsi sebagai pemberi warna pada feses

dan juga urine kita hal ini lah yang dapat menentukan  kesehatan dari

hati kita. Sebelum di gunakan untuk memberi warna birubilin itu sendiri
8

harus dapat memecah senyawa sel darah merah yang dapat

membahayakan  dan harus untuk segera di  keluarkan baik itu melalui

feses atau pun melalui urine.

4. Menyimpan Vitamin dan Mineral

Sama seperti  fungsinya menyimpan kadar gula darah, vitamin dan

mineral pun disimpan apabila berlebih dan jika kekurangan maka hati

akan melepaskan apa yang dibutuhkan di dalam tubuh. Untuk vitamin

yang disimpan di dalam hati yaitu vitamin yang larut akan lemak A, D,

E,K dan juga B12.

5. Pembentukan Sel Darah Merah

Tubuh sangat membutuhkan hati untuk memproduksi sel darah

merah karena sel darah merah ini dalam hitungan bulan akan hancur

sehingga dibutuhkan hati untuk membentuk sel darah merah yang

baru.

6. Sistem Antibodi

Pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit yang mungkin 

akan menyerang  tubuh untuk itu dibutuhkan nya mekanisme

pertahanan yang biasa disebut dengan sel kupffer atau system

makrofag. Mekanisme ini digunakan untuk melawan bakteri atau virus

yang dapat bersarang di dalam tubuh manusia dengan secara efektif.

Selain sebagai anti body hati juga di fungsikan sebagai system imun

yang sangat efektif untuk manusia.


9

7. Mengontrol Sirkulasi Tubuh

Salah satu fungsi hati dalam tubuh manusia yaitu Hati juga

memiliki fungsi untuk sirkulasi tubuh manusia.

8. Membuat Protein Flasma

Fungsi hati dalam tubuh manusia yaitu membuat protein flasma

yang sangat di butuhkan oleh tubuh semua manusia.

B. Tinjauan Umum tentang SGPT

1. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase)

Merupakan enzim yang utama banyak ditemukan pada sel hati serta

efektif dalam mendiagnosis destruksi hepatoselular. Enzim ini juga

ditemukan dalam jumlah sedikit pada otot jantung, ginjal, serta otot

rangka. Kadar SGPT serum dapat lebih tinggi dari kadar sekelompok

transferase lainnya (transaminase), Aminotransferase aspartat (AST/SGOT),

dalam kasus hepatitis akut serta kerusakan hati akibat penggunaan obat dan

zat kimia, dengan setiap serum mencapai 200-4000 U/l. SGPT digunakan

untuk membedakan antara penyebab karena kerusakan hati dan ikterik

hemolitik. Meninjau ikterik, kadar SGPT serum yang berasal dari hati,

temuannya bernilai lebih tinggi dari 300 unit, yang berasal dari bukan hati,

temuan bernilai <300 unit. Kadar SGPT serum biasanya meningkat sebelum

tampak ikterik. Kadar SGPT pada orang dewasa normal, yaitu sekitar 10-35

U/l.
10

SGPT ditemukan berlimpah di sitosol pada hepatosit. Aktivitas SGPT di

hati sekitar 3000 kali aktivitas serum. Jadi, dalam kasus cedera

hepatoselular atau kematian, pelepasan SGPT dari sel hati yang rusak

meningkatkan aktivitas SGPT yang diukur dalam serum. Karena kadar

SGPT serum meningkat pada keadaan penyakit yang menyebabkan cedera

hepatoseluler, kadar SGPT dapat secara efektif mengidentifikasi proses

penyakit hati yang sedang berlangsung. Peningkatan kadar enzim hepar

sedang (3-20 kali) dapat terjadi pada kondisi hepatitis akut, hepatitis

neonatal, hepatitis kronik, hepatitis autoimun, hepatitis yang diinduksi obat,

hepatitis alkoholik, dan obstruksi traktus biliaris akut.

2. Patofisiologi Serum Glutamic Pyruvic Transaminase

SGPT yang berada sedikit di atas normal tak selalu menunjukkan

seseorang sedang sakit. Bisa saja peningkatan itu terjadi bukan akibat

gangguan pada liver. Kadar SGPT juga gampang naik turun. Mungkin

saja saat diperiksa, kadarnya sedang tinggi. Namun setelah itu, dia

kembali normal. Pada orang lain, mungkin saat diperiksa, kadarnya

sedang normal, padahal biasa nya justru tinggi. Karena itu, satu kali

pemeriksaan saja sebenarnya belum bisa dijadikan dalil untuk

membuat kesimpulan (Widjaja, 2010).

3. Kondisi yang Meningkatkan SGPT Menurut Riswanto (2009) dibedakan

menjadi tiga, yaitu :


11

a. Peningkatan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase > 20 kali normal :

hepatitis viral akut, nekrosis hati (toksisitas obat atau kimia).

b. Peningkatan 3-10 kali normal : infeksi mononuklear, hepatitis kronis

aktif, sumbatan empedu ekstra hepatik, sindrom Reye, dan infark

miokard (SGPT).

c. Peningkatan 1-3 kali normal : pankreatitis, perlemakan hati, sirosis

Laennec, sirosis biliaris.

C. Tinjauan Umum tentang Minuman Berenergi

Minuman berenergi adalah minuman ringan yang mengandung zat-zat

stimulan untuk meningkatkan energi, kewaspadaan, dan meningkatkan

performa untuk tetap terjaga dalam waktu yang cukup lama. Menurut Buxton

(2012), minuman berenergi adalah minuman yang dipercaya untuk mengurangi

dan mencegah kelelahan, meningkatkan performa fisik, psikologi dan kinerja

kognitif. Minuman berenergi adalah minuman berasa yang berupa air non-

alkohol yang mengandung kafein, karbohidrat, asam amino, vitamin dan bahan

lain dengan tujuan meningkatkan energi, kewaspadaan, metabolisme dan

mental performa. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dapat disimpulkan

bahwa minuman berenergi adalah minuman ringan yang mengandung bahan-

bahan stimulan seperti kafein, vitamin B kompleks dan bahan lainnya yang

dipercaya mampu meningkatkan performa fisik maupun mental.

Minuman berenergi diciptakan untuk memberi energi yang tinggi kepada

konsumennya dengan kombinasi stimulan dan zat-zat penguat energi


12

lainnya. Mengkonsumsi minuman berenergi mampu meningkatkan euphoria,

mengurangi agitasi, ansietas, iritabilitas dan insomnia karena zat stimulan

itu sendiri seperti kafein. Minuman ini juga mampu meningkatkan ketahanan

otot tubuh (Alsunni, 2011).

Sebuah penelitian yang mengkaji manfaat minuman berenergi dalam

memberi peningkatan energi menunjukkan bahwa minuman energi

dibandingkan dengan placebo memberi efek peningkatan energi pada kelompok

subjek berumur 18 hingga 55 tahun. Efek yang paling tinggi dapat dirasakan 30

hingga 60 menit selepas konsumsi dan efek ini dipertahankan selama

sekurang-kurangnya 90 menit. Dan dikatakan lebih lanjut bahwa kafein

merupakan penyebab utama efek ini (McCormack dan Hoffman, 2012).

Kebanyakan minuman berenergi mengandung gula dan kafein dalam

jumlah besar sebagai bahan aktif utama meskipun zat lain seperti

taurine, riboflavin, piridoksin,vitamin B, dan berbagai herbal seperti guarana,

ginseng dan ginkgo biloba juga ada. Kandungan gula yang tinggi (sekitar 9%

atau 10%) tidak hanya membuat minuman berenergi lebih berkalori tetapi juga

menghambat penyerapan cairan dan dapat menyebabkan kram perut.

Konsentrasi kafein dalam minuman berenergi dapat berkisar tiga sampai

lima kali konsentrasi dalam minuman bersoda. Namun, hal ini telah

ditemukan memiliki konsekuensi kesehatan yang merugikan (Buxton, 2012)


13

D. Tinjauan Umum tentang Niasin

Niasin merupakan nama generik untuk asam nikotinat dan nikotinamida yang

berfungsi sebagai sumber vitamin tersebut dalam makanan. Asam nikotinat

merupakan derivat asam monokarboksilat dari piridin. Bentuk aktif sari niasin

adalah Nikotinamida Adenin Dinukleotida (NAD+) dan Nikotinamida Adenin

Dinukleotida Fosfat ( NADP+). Nikotinat merupakan bentuk niasin yang

diperlukan untuk sintesis NAD+ dan NADP+ oleh enzim-enzim yang terdapat

pada sitosol sebagian besar sel.Karena itu,setiap nikotinamida dalam makanan,

mula-mula mengalami deamidasi menjadi nikotinat. Dalam sitosol nikotinat

diubah menjadidesamido NAD+ melalui reaksi yang mula-mula dengan 5-

fosforibosil –1-pirofosfat ( PRPP ) dan kemudian melalui adenilasi dengan ATP.

Gugus amido pada glutamin akan turut membentuk koenzim NAD +. Koenzim

ini bisa mengalami fosforilasi lebih lanjut sehingga terbentuk NADP+.

Niasin atau Vitamin B3 merupakan salah satu dari banyak nutrisi yang

dibutuhkan oleh tubuh. Niasin dan vitamin B3 merupakan istilah yang digunakan

secara bergantian dikarenakan memiliki aktivitas kimia yang sama. Untuk

kebutuhan vitamin Niasin (B3) harian tergantung dari usia yang

mengkonsumsinya. Untuk usia anak-anak maksimal dianjurkan mengkonsumsi

vitamin B3 sebanyak 100-300 perhari. Sedangkan batasan untuk penggunaan

orang dewasa mencapai 300-1.500 mg perhari. Jika melebihi dari batas


14

konsumsi yang dianjurkan dapat berdampak buruk bagi tubuh. Adanya gejala

alergi serta berdampak adanya penyakit seperi sirosis.

Selain itu gejala yang terjadi akibat kelebihan niasin dalam minuman

berenergi ditandai dengan gejala seperti diare,insomnia, rasa pusing dan

kematian jika tidak ditangani dengan segera oleh medis. Kemudian gangguan

mental bisa juga dialami oleh mereka yang mengalami defisiensi vitamin B3 ini.

Seperti gelisah, depresi, apatis, kehilangan konsentrasi, mudah lupa, adalah

beberapa penyakit mental yang menyerang mereka yang kelebihan niasin

dalam tubuh.

E. Tinjauan Umum tentang Fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311

Fotometer merupakan peralatan dasar di laboratorium klinik untuk mengukur

intensitas atau kekuatan cahaya suatu larutan. Sebagian besar laboratorium

klinik menggunakan alat ini karena alat ini dapat menentukan kadar suatu bahan

di dalam cairan tubuh seperti serum atau plasma. Salah satu alat fotometer

yang digunakan untuk menganalisa darah di Laboratorium RSUD Labuang Baji

Makassar adalah Chemistry Analyzer Cobas C 311.


15

Gambar 2. Fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311

Fotometer Chemistry Analyzer Cobas C311 merupakan suatu instrumen

modern yang canggih dan otomatis serta terkomputerisasi dengan sistem

software khusus untuk analisis kimia klinik dan imunoasay. Instrumen ini

dirancang untuk penentuan kuantitatif dan kualitatif in vitro dengan parameter uji

yang luas dan dapat digunakan selama 24 jam per hari. Jenis sampel untuk

pengujian dengan alat ini ialah serum atau plasma. Selain dilengkapi dengan

sistem komputer yang canggih, Cobas C311 juga dilengkapi dengan unit

fotometer dan ISE (Ion Selective  Electrode). Unit fotometer berfungsi untuk

menentukan kadar atau konsentrasi analit dalam sampel. Cobas C311 bekerja

secara spektrofotometri untuk mengukur absorbans suatu campuran reaksi

dalam kuvet atau sel. Kuvet yang terdapat dalam instrumen ini disusun dengan

bentuk melingkar dan dalam jumlah yang banyak yaitu sebanyak 150 kuvet,

sehingga memungkinkan untuk melakukan beberapa pemeriksaan secara

bersamaan. Sistem komputer  pada instrumen ini mengatur dan mengontrol

berbagai proses yang dilakukan oleh setiap  bagian yang berperan dalam

proses pengukuran, sehingga tidak akan terjadi kesalahan baik dalam proses
16

pemipetan, penambahan reagen, pengukuran maupun perhitungan kadar.

Seluruh tahapan analisis dengan instrumen ini berjalan secara otomatis. Proses

sampling ,  penambahan reagen, pengukuran hingga perhitungan untuk

memperoleh hasil akhir berjalan secara otomatis (Operator’s Manual, 2010).

Prinsip alat ini menggunakan metode fotometrik yaitu pengukuran

penyerapan sinar akibat intraksi sinar yang mempunyai panjang gelombang

tertentu dengan larutan atau zat warna yang dilewatinya. Untuk menganalisis

cahaya, fotometer bisa mengukur cahaya setelah melalui filter atau melalui

monokromator penentuan ditentukan panjang gelombang atau untuk analisis

terhadap distribusi spectrum cahaya. Alat fotometer pada prinsipnya memiliki

persamaan seperti spektrofotometer yang membedakan hanyalah penggunaan

filter sebagai monokromatornya. Filter hanya digunakan untuk meneruskan

cahaya namun dapat juga menyerap sumber radiasi dari gelombang lain.

Penggunaan fotometer lebih sering digunakan untuk kebutuhan laboratorium

klinis (analisa darah) (Junus, 2015).

Pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase dengan

menggunakan alat tersebut

Prinsip pemeriksaan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase :


17

GPT

2-oxoglutamat + L-Alanin Glutamate + Pyruvate

LDH

Pyruvate + NADH + H+ L-Lactate+ NAD+

Dengan adanya 2-oxoglutarat, aspartat di transformasikan menjadi pyruvate

dan glutamat oleh adanya ALT/SGPT dalam sampel. Dengan adanya NADH

dan LDH, pyruvate di transformasikan menjadi lactate dan NAD. Perubahan

absorbansi dengan waktu karena konversi NADH ke NAD berbanding lurus

dengan aktivitas ALT dan di ukur menggunakan alat fotometer (340-700 nm).

F. Kerangka Konseptual

Minuman berenergi adalah minuman untuk mengurangi dan mencegah

kelelahan, meningkatkan energi tubuh pada manusia. Kandungan yang terdapat

pada minuman berenergi yaitu Niasin atau Vitamin B3 berperan dalam

pengubahan nutrisi makanan atau minuman menjadi energi. Jika niasin atau

vitamin B3 berlebihan dikonsumsi maka fungsi hati akan mulai terganggu, yang

dimana akan terjadi sirosis hati yang terbentuk jaringan parut, penyakit sirosis

tidak muncul tiba-tiba penyakit ini melalui waktu yang panjang, dan saat disadari

akan berdampak begitu parah dan mengancam kematian. Ketika sudah

terbentuk jaringan parut maka dilakukan pemeriksaan SGPT .


18

Minuman berenergi

Niasin

Fungsi Hati

Sirosis

SGPT

Gambar 3. Skema kerangka konseptual


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasi laboratorik yang bersifat deskriptif yang

bertujuan untuk melihat kadar SGPT pada supir pete-pete yang mengkonsumsi

minuman berenergi dengan metode enzimatik spektrofotometri menggunakan

fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311.

G. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan pada bulan Maret 2020

2. Lokasi Penelitian

Penelitian direncanakan di Laboratorium Rumah Sakit Umum Daerah

Labuang Baji Makassar.

H. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua sopir pete-pete yang

mengkonsumsi minuman berenergi di area kota makassar

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah 10 sampel darah supir pete-pete yang

mengkonsumsi minuman berenergi di area kota makassar


20

I. Teknik Pengambilan Sampel.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

purposive sampling yang merupakan pengambilan sampel yang berdasarkan

atas suatu pertimbangan tertentu

1. Sampel pengkonsumsi minuman berenergi yang mengemudi selama

lebih dari 6 jam.

2. Dengan sering mengkonsumsi minuman berenergi secara

berlebihan sehari 2 cup

3. Dalam kurun waktu mengkonsumsi lebih dari 1 tahun

4. Sampel pengkonsumsi berusia mulai dari 20 sampai 40 tahun

5. Bukan penderita Hepatitis

6. Sebelumnya bukan olahragawan

7. Supir pete-pete yang mengemudikan kendaraan dengan kode 02,05,07

J. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar Serum Glutamic

Pyruvic Transaminase (SGPT)

2. Variabel bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah supir pete-pete

K. Definisi Operasional

1. Minuman berenergi adalah minuman yang memiliki varian rasa dan

memiliki beberapa kandungan di dalamnya. Kandungan tersebut bertujuan


21

untuk meningkatkan energi dalam tubuh manusia untuk beraktifitas yang

berat.

2. Serum adalah cairan yang dihasilkan dari sel-sel darah yang melalui

proses sentrifugasi. Serum berbeda dengan plasma, serum tidak berfungsi

dalam hal membekukan darah,karena diperoleh dari darah yang telah

dibiarkan menggumpal. Tujuan serum dipisahkan untuk lebih efektif dalam

melakukan pengujian tes laboratorium

3. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase) adalah enzim yang berada

didalam serum, SGPT dikaitkan dengan kinerja organ hati, peningkatan

kadar dalam SGPT dapat merupakan pertanda serius gejalah gangguan

hati

4. Chemistry Analyzer Cobas C311 adalah alat pemeriksaan kimia klinik,

tujuan dari alat ini untuk mengukur kadar zat yang terkandung dalam

serum darah, selain itu pengukuran kadar HbA1c dalam darah lengkap

juga dapat dilakukan.

L. Prosedur Penelitian

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah torniquet,holder,jarum holder,

tabung vakum tutup kuning, rak tabung, mikro pipet, tip biru, sentrifuge, cup

sampel dan fotometer Chemistry Analyzer Cobas C 311. Bahan yang

digunakan pada penelitian ini adalah kapas alcohol 70 %,sampel serum, dan

reagen SGPT.
22

1. Metode : Spektrofotometri

2. Prinsip : Cahaya putih dari halogen tungstan ditangkap oleh lensa

kondensor pertama, kemudian mengalami pemantulan dari cermin pantul

dan dipertajam oleh lensa kondensor kedua, selanjutnya cahaya melalui

kuvet dan berinteraksi dengan campuran reagensia dan bahan

pemeriksaan yang telah selesai bereaksi. Cahaya yang diteruskan dari

kuvet tersebut diarahkan dan dipusatkan oleh lensa kondensor ketiga

kemudian ditangkap oleh sejenis cermin cekung (reflect grafting spread)

menjadi cahaya.

Prosedur kerja

a. Cara pengambilan darah vena metode vacutainer:

Persiapkan alat-alat yang diperlukan : jarum, kapas alkohol 70%, tali

pembendung (turniquet), plester, tabung vakum.

Pasang jarum pada holder, pastikan terpasang erat kemudian

minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak

melakukan aktifitas, minta pasien mengepalkan tangan. Pasang tali

pembendung (turniket) kira-kira 10 cm di atas lipat siku, pilih bagian

vena median cubital atau cephalic. Lakukan perabaan (palpasi) untuk

memastikan posisi vena,setelah vena teraba seperti sebuah pipa

kecil, elastis dan memiliki dinding tebal, ketika vena tidak teraba,
23

lakukan pengurutan dari arah pergelangan ke siku, atau kompres

hangat selama 5 menit daerah lengan.

Bersihkan kulit pada bagian yang akan diambil dengan kapas

alcohol 70% dan biarkan kering. Kulit yang sudah dibersihkan jangan

dipegang lagi, minta izin kepasien untuk melakukan penusukan,tusuk

bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.

Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum

bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir

masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir.

Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung terisi sesuai

dengan volume yang diinginkan cabut tabung ,lepas turniquet dan

minta pasien membuka kepalan tangannya. Volume darah yang

diambil kira-kira 3 kali jumlah serum atau plasma yang diperlukan

untuk pemeriksaan. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu segera

lepaskan/tarik jarum. Tekan kapas beberapa sat lalu plester selama

kira-kira 15 menit. Jangan menarik jarum sebelum turniket dibuka.

Homogenisasi sampel jika menggunakan antikoagulan dengan cara

memutar-mutar tabung 4-5 kali atau membolak-balikkan tabung 5-10

kali dengan lembut. Mengocok sampel berpotensi menyebabkan

hemolisis.
24

b. Cara untuk mendapatkan serum

Tabung vakum yang berisi darah tersebut dibiarkan dalam suhu

ruangan selama beberapa menit lalu disentrifuge dengan kecepatan

3000 rpm selama 10 menit. Setelah disentrifuge darah akan terpisah

dengan serum. Serum yang dihasilkan segera dipisahkan dari

bekuannya. Serum yang akan diperiksa yaitu serum yang tidak

haemolisis.

c. Prosedur pengoprasian alat fotometer Cobas C 311 full automatic

dan pemeriksaan sampel

Pipet serum pasien kedalam kuvet sebanyak 200 μL, letakkan

pada disk posisi pada sampel disk. Pada layar monitor pilih

workplace kemudian pilih test selection lalu pilih routine (N).

Masukkan sequence no sampel sesuai disk position pada sampel

disk. Kemudian masukkan sampel ID pasien. pilih jenis tes yang akan

diperiksa tekan save. Ulangi langka-langka yang sama untuk sampel

yang lain. Kemudian klik start. (Sumber : Laboratorium RSUD

Labuang Baji Makassar).

d. Interpretasi Hasil

Laki-laki : 10- 55 U/L

Perempuan : 7– 30 U/L
25

M. Alur Penelitian

Pasien pengonsumsi

minumanan berenergi

Darah Vena

Sentrifuge

Serum

SGPT Metode Spektrofotometer

sSpektrofotometer
Hasil
Chemistry Analyzer Cobas
C311
Analisis Data

Pembahasan

Kesimpulan
Gambar 4. Kerangka operasional

N. Analisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan dinarasikan


DAFTAR PUSTAKA

Alsunni, A.A., 2011. Are Energy Drinks Physiological Journal.Park J Physiol, 7


(11)..

Amirudin, R. 2009. Fisiologi Dan Biokimia Hati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed.
V Jilid 1. Jakarta. FKUI

Aswad, Hijral, 2012. “GAMBARAN KADAR SGPT (SERUM GLUTAMIC PYRUVIC


TANSAMINASE ASAM AMINO) PADA PENGGUNA SUPLEMEN”. Journal

Business Monitor International. 2012. Indonesia Food & Drink Report Includes
BMI's Forecasts. London: Business Monitor International Journal;

Buxton, C., Hagan, J.E., 2012. A Survey Of Energy Drinks Consumption Practices
Among Student-Athletes In Ghana Lesson For Developing Health Education
Intervantion Programmes. J Int Soc Sports Nutr., Journal 9 (9)..

Maniarsu S., 2011. Analisa Natrium Benzoat dalam Minuman Isotonik di Kota
Medan,[Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara;

McCormack, W.P., Hoffman, R.J., 2012. Caffeine, Energy Drinks and Strength
Power Performance.Strength and Conditioning Journal, 34 (4).

Marwoto Wirasmi. 2010. Buku Ajar Patologi II (Khusus) Edisi Ke- 1. Jakarta:
Penerbit CV SAGUNG SETO

Meier B. 2013. Energy Drinks Promise Edge, but Experts Say Proof Is
Scant, The New YorkTimes, Journal.

Miller, K.E, 2012;.Alcohol Mixed with Energy Drink Use and Sexual Risk
Taking: Casual, Intoxicated, and Unprotected Sex.Journal of Caffeine
Research [Online Journal] 2(2):62-69[diakses 14 Februari 2014].
Availableat: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3621311/?
report=classic

Munawaroh, Lailatul. 2011. Pengaruh Pemberian Ekstrak Biji Jintan Hitam(Nigella


sativa Linn.)terhadap Kadar Enzim Transaminase Hepar(GPT dan SGPT)
Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia Harper. 27th ed. Jakarta: EGC; p.
317.
27

Nurachman, Elly, 2011. Dasar – Dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Salemba
Medika

Oetoro. 2008. Kalium Atur Keseimbangan Elektrolit Tubuh, www.Kompas.com.


Diakses 30 April 2018)

Riswanto (2009). SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan SGPT


(Serum Glutamic Pyruvic Transaminase). Journal

Rosida, Azma, 2016. Pemeriksaan Laboratorium Penyakit Hati, Berkala


Kedokteran, Volume 12 No. 1, Februari 2016, hal 123-131. Journal

Sacher, R. A., and McPherson, R. A., 2004, Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium, 519, EGC, Jakarta ( dalam skripsi sri 2017)

Saranya, T Ananthi., 2013. BiochemicalInvestigation of Bidi Smokers in Rural


Areas of Thanjavur District of Tamil Nadu, India. Scholars Journal of Applied
Medical Sciences (SJAMS).; I(2): p. 41-3.

Sophia, Enny. 2009. Minuman Penambah Energi Amankah.


http://medicastore.com. diakses 23 desember 2013

Tanjoyo H, Gunawan A. Profil. 2012. Penggunaan Minuman Berenergi Pada


Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSSA Malang. Journal

Widjaja, S., 2010, Gangguan Faal (Fungsi) Hati yang Sering Ditanyakan oleh
Penderita, journal

Widyarini. 2013. Perilaku Konsumsi Minuman Energi Pada Sopir Pete-Pete Trayek
Sudiang Kota Makassar. Skripsi

Anda mungkin juga menyukai