Nama Kelompok 4 :
PRODI S1 KEPERAWATAN
2018/2019
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah sistem perkemihan dengan judul “Gagal Ginjal
Kronik Dan Gagal Ginjal Akut”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kelompok 4
ii
Daftar Isi
iii
PENUTUP..................................................................................................................................... 33
4.1. Kesimpulan..................................................................................................................... 33
4.2. Saran ............................................................................................................................... 33
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2. Tujuan
Gagal ginjal akut (acute renal failure) adalah sekumpulan gejala yang
mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak. Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu
sindrom akibat kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan
penurunan fungsi ginjal yang mendadak dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu
dengan atau tanpa oliguria sehinggamengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk
mempertahankan homeotasis tubuh.
Gagal ginjal kronik atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan
gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana tubuh mengalami kegagalan
untuk mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan dan elektrolit, sehimgga
menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Smeltzer & Bare,
2008). Menurut proses terjadinya penyakit, gagal ginjal dibagi mnejadi 2 yaitu gagal ginjal
akut dan gagal ginjal kronis. Dikatakan akutapabila penyakit berkembang sangat cepat,
terjadi dalam beberapa jam atau dalam beberapa hari.Sedangkan kronis, terjadi dan
berkembang secara perlahan, sampai beberapa tahun (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2009).
3
4
Hormone) yang berperan dalam mengatur jumlah cairan tubuh, mengatur metabolisme ion
kalsium dan vitamin D, serta menghasilkan beberapa hormon yaitu eritropoetin yang
mempunyai peran dalam pembentukan eritrosit, renin yang mempunyai peran dalam
mengatur tekanan darah, dan hormon prostaglandin yang berguna dalam berbagai
mekanisme tubuh (Purnomo, 2011)
Fungsi ginjal dapat dibagi menjadi fungsi eksresi dan non ekskresi yang dirangkum
dibawah ini:
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu sindrom klinis disebabkan penurunan fungsi ginjal
yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, serta bersifat persisten dan
irrever-sibel (Mansjoer, 2000, dalam Nurani & Mariyanti, 2013).
sebagai kelainan patologis atau penanda kerusakan, termasuk kelainan pada darah atau tes
urine atau studi pencitraan.
Gagal ginjal akut ditandai dengan gejala yang timbul secara tiba-tiba dan penurunan
volume urin secara cepat. Laju filtrasi glomerulus dapat menurun secara tiba-tiba sampai
dibawah 15 mL/menit. Penyakit ini mengakibatkan peningkatan kadar serum urea, kreatinin,
dan bahan lain. Gagal ginjal akut bersifat reversibel, namun secara umum tingkat kematian
pasien tinggi (Kenward & Tan, 2003).
Berikut penjelasan tentang patofisiologi terjadinya gagal ginjal kronik berdasarkan etiologi
penyebab terjadinya :
1. Diabetes Melitus
Toto (2003) mengatakan bahwa diabetes mellitus merupakan penyebab utama
gagal ginjal dan juga penyebab kematian pada pasien gagal ginjal kronik. Diabetes yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan diabetes nepropati yang merupakan penyebab gagal
ginjal. Tjekyan (2014) mengatakan bahwa ginjal mempunyai banyak pembuluh-
pembuluh darah kecil. Diabetes dapat merusak pembuluh darah tersebut sehingga pada
gilirannya mempengaruhi kemampuan ginjal untuk menyaring darah dengan baik. Kadar
gula yang tinggi dalam darah membuat ginjal harus bekerja lebih keras dalam proses
panyaringan darah, dan mengakibatkan kebocoran pada ginjal. Awalnya, penderita akan
mengalami kebocoran protein albumin ke dalam urin (albuminaria) yang dikeluarkan
7
pembesaran kelenjar prostat pada pria serta infeksi saluran kencing berulang (NKF,
2016).
Kadar urea dan kreatinin dalam plasma darah akan menunjukkan peningkatan apabila
jumlah GFR menurun menjadi 50%. Kadar kreatinin akan menjadi berlipat ganda. Hal ini
terjadi akibat tidak berfungsinya sekitar 50% nefron pada ginjal. (Arora, 2014).
Hiperfiltrasi dan hipertrofi pada nefron yang masih berfungsi akan menyebabkan
disfungsi ginjal progresif. Peningkatan tekanan kapiler pada glomelurus dapat merusak
kapiler, awalnya akan mengarah kepada glomerulosklerosis segmental dan kemudian akan
berakhir pada glomerulosklerosis global yang nantinya akan menjadi penyakit ginjal kronik.
(Arora, 2014)
Penyakit gagal ginjal kronis ini disebabkan oleh kerusakan ginjal dari penyebab yang
bermacam-macam antara lain pada kista renal yang menyebabkan penyakit polisistik ginjal.
Kerusakan ginjal disebakan karena kehilangan massa nefron, proteinuria serta hipertensi
pada kapiler glomerulus. Tekanan kapiler glomerulus meningkat dimediasi oleh angiotensin
II untuk menjaga hiperfiltrasi dari fungsi nefron. Angiotensin II yang bertindak sebagai
vasokonstriktor pada arteriola aferen dan arteriola eferen, namun lebih dominan pada
arteriola eferen. Sehingga dapat menaikkan tekanan kapiler pada glomerulus. Peningkatan
tekanan kapiler glomerulus dapat menyebabkan pori-pori membran glomerulus semakin luas
dan mengubah ukuran barier selektif yang memungkinkan protein disaring melalui
glomerulus. Protein disaring dan diserap pada tubulus ginjal, proses tersebut mengaktifkan
9
sel-sel tubular yang menghasilkan vasoaktif sitokin dan inflamasi yang akan menyebabkan
kerusakan interstitial pada tubulus ginjal sehingga nefron akan banyak hilang dan
menyebabkan penurunan fungsi ginjal (Schonder, 2008).
Berbagai macam gangguan atau penyakit dapat berhubungan dengan gagal ginjal
kronis. Seperti proses ginjal primer (misalnya glomerulonefritis, pyelonefritis, hipoplasia
kongenital) atau proses ginjal sekunder (oleh karena proses sistemik seperti diabetes mellitus
atau lupus erythematosus) yang mungkin bertanggung jawab. Bila didapati cedera pada
ginjal, hiperfiltrasi sampai kerusakan unit-unit nefron akan memproduksi stres yang
berkelanjutan dan cedera pada jaringan remnant ginjal. Pasien akan menunjukkan
perkembangan dari satu tahap keparahan gagal ginjal kronis ke tahap yang berikutnya.
Alterasi fisiologik sekunder ke tahap dehidrasi, infeksi, uropati obstruktif, atau hipertensi
kemungkinan dapat menyebabkan suatu batas terhadap pasien untuk menjadi uremia kronis
yang tidak terkompensasi ( Tanagho dan McAninch, 2008)
Menurut data yang sampai saat ini dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry
(IRR) pada tahun 2007-2008 didapatkan urutan etiologi terbanyak sebagai berikut:
glomerulonefritis (25%), diabetes melitus (23%), hipertensi(20%)dan ginjal polikistik (10%)
(Roesli, 2008 dalam Siregar, 2012).
1. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis kronik merupakan penyakit parenkim ginjal progresif
dan difus yang seringkali berakhir dengan gagal ginjal kronik. Glomerulonefritis
berhubungan dengan penyakit-penyakit sistemik seperti lupus eritomatosus
sistemik, poliartritis nodosa, granulomatosus Wagener. Glomerulonefritis
(glomerulopati) yang berhubungan dengan diabetes mellitus (glomerulosklerosis)
tidak jarang dijumpai dan dapat berakhir dengan penyakit ginjal kronik.
Glomerulonefritis yang berhubungan dengan amilodois sering dijumpai pada
pasien-pasien dengan penyakit menahun seperti tuberkulosis, lepra, osteomielitis
arthritis rheumatoid dan myeloma (Sukandar, 2013).
Berdasarkan sumber terjadinya kelainan, glomerulonefritis dibedakan
primer dan sekunder. Glomerulonefritis primer apabila penyakit dasarnya berasal
dari ginjal sendiri sedangkan glomerulonefritis sekunder apabila kelainan ginjal
terjadi akibat penyakit sistemik lain seperti diabetes melitus, lupus eritematosus
sistemik (LES), mieloma multipel,atau amiloidosis (Prodjosudjadi, 2014).
2. Diabetes Militus
11
4. Ginjal Polikistik
Kista adalah suatu rongga yang berdinding epitel dan berisi cairan atau material
yang semisolid. Polikistik berarti banyak kista. Pada keadaan ini dapat ditemukan
kista-kista yang tersebar di kedua ginjal, baik di korteks maupun di medula.
Selain oleh karena kelainan genetik, kista dapat disebabkan oleh berbagai
keadaan atau penyakit. Ginjal polikistik merupakan kelainan genetik yang paling
sering didapatkan. Nama lain yang lebih dahulu dipakai adalah penyakit ginjal
polikistik dewasa, oleh karena sebagian besar baru bermanifestasi pada usia
diatas 30 tahun (Sukandar, 2013).
Glomerulonefritis, hipertensi esensial, dan pielonefritis merupakan
penyebab paling sering dari PGK, yaitu sekitar 60%. Penyakit ginjal kronik yang
berhubungan denganpenyakit ginjal polikistik dan nefropati obstruktif hanya 15-
20% (Sukandar, 2013).
Kira-kira 10-15% pasien-pasien penyakit ginjal kronik disebabkan
penyakit ginjal kongenital seperti sindrom Alport, penyakit Fabbry, sindrom
nefrotik kongenital, penyakit ginjal polikistik, dan amiloidosis (Suwitra, 2014).
Pada orang dewasa penyakit ginjal kronik yang berhubungan dengan infeksi
saluran kemih dan ginjal (pielonefritis) tipe uncomplicated jarang dijumpai,
kecuali tuberkulosis, abses multipel. Nekrosis papillarenalis yang tidak mendapat
pengobatan yang adekuat (Sukandar, 2013).
1. Kelainan kulit
2. Nyeri tulang
3. Mengantuk atau gangguan konsentrasi
4. Pembengkakan di tangan dan kaki
5. Kram
6. Bau nafas
7. Mudah memar
8. Terdapat darah pada tinja
9. Haus yang berlebihan
10. Masalah pada fungsi seksual
11. Amenorrhea
12. Sesak nafas
2.9 Klasifikasi gagal ginjal kronis Klasifikasi gagal ginjal kronis menurut National Kidney
Foundation (2002) dapat dilihat pada tabel 1.
2.12 Komplikasi
Miller (2013) menyebutkan komplikasi dari penyakit ginjal kronik dapat berupa :
1. Anemia
2. Perdarahan dari perut atau usus
3. Nyeri pada tulang, sendi dan otot
4. Perubahan pada gula darah
5. Neuropati perifer
6. Demensia
7. Efusi pleura
8. Gagal jantung kongestif
9. Penyakit arteri koroner
10. Hipertensi/ tekanan darah tinggi
11. Perikarditis
12. Stroke
13. Peningkatan kadar fosfor dan kalium
14. Hiperparatiroid
15. Peningkatan resiko infeksi
16. Kerusakan hati atau gagal hati
17. Malnutrisi
18. Kemandulan
19. Kejang
20. Bengkak (edema)
21. Melemahnya tulang dan peningkatan resiko terjadinya fraktur
17
18
19
b. Penanggung Jawab
Nama :Nn.M
Umur : 25 tahun
Jenis Klamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Karyawati Home Industri
Hubungan dengan pasien : Kakak kandung
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit : Pasien BAB 1 kali perhari, warna kuning, konsistensi lunak.
BAK 3-4 kali perhari, warna kuning jernih.
Selama sakit : Pasien BAB 1 kali per 3 hari , konsistensi agak keras, BAK lewat
selang kateter, jumlah urine dalam 24 jam adalah 35 cc, warna keruh.
Sebelum dan selama sakit daya ingat bagus, tidak ada keluhan nyeri maupun
yang berkenaan dengan kemampuan sensasi.
4. Pemeriksaan Fisik
c. TTV
TD : 170/130 mmHg
N : 80 kali/menit
RR : 30 kali/ menit
T : 37,50C
d. Pengukuran antropometri
BB : 58 Kg
TB : 162 cm
LILA : 30 cm
TB 2 (m2 )
Nilai Kategori
< 20 Underweight
>30 Obesitas
23
lemah
P : Redup
A : SD Vesikular
Ronkhi basah
clavicula
P : Redup
bunyi tambahan
Abdomen : I : Datar
P : Timpani
h. Genital :
pemasangan kateter.
25
i. Ekstremitas
Kekuatan otot menurun, adanya edema pada kaki dan tangan, CRT
j. Kulit
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1. Hematologi 04/03/09
Hemoglobin 8.4 gr/% 12-15 L
Hematokrit 26.4 % 35-47 L
Eritrosit 3.5 Juta/mmk 3.9-5.6 L
MCH 24 Pg 27-32 L
MCV 75.3 Fl 76-96 L
MCHC 31.9 g/dl 29-36 N
Leukosit 6.30 ribu/mmk 4-11 N
Trombosit 241.0 ribu/mmk 150-400 N
RDW 21.9 % 11.6-14.8 H
MPV 9.3 Fl 4-11 N
2. Kimia klinik
Ureum 153 Mg/dl 15-39 H
Kreatinin 9.8 Mg/dl 0.6-1.3 H
Protein total 6.0 g/dl 6.2-8 L
Globulin 2.95 g/dl 2.3-3.5 N
Albumin 3.05 g/dl 3.8-5.4 L
Calcium 8.1 g/dl 8.6-10.3 L
3. Elektolit
Natrium 140 mmol/L 136-145 N
Kalium 3.7 mmol/L 3.5-5.1 N
Clorida 106 mmol/L 98-107 N
4. Analisa gas darah
26
Tempertur 37.6 ºC
FiO2 28 %
pH (corrected) 7.400 7.350-7.450 N
PCO2 (corrected) 30.0 mmHg 35-45 L
PO2 (corrected) 80 mmHg 83-108 L
HCO3 18.4 mmol/l 18-23 N
TCO2 19.30
Base Excess -4.4 mmol/l -2-3 L
BE Effective -5.20
SBC 21.5
O2 saturasi 99 % 95-98 H
A.A DO2 14 Mmol/L
RI 0.10
b. Pemeriksaan radiologi
Hasil Rontgen Thorax
COR:
1) CTR tidak dapat dinilai
2) Apeks jantung bergeser ke laterokauadal
Pulmo:
1) Tampak bercak keturunan pada kedua pulmo
2) Diafragma kanan setinggi kosta IX posterior
3) Sinus kostofrenikus kanan kiri lancip
4) Adanya cairan di rongga alveolus
Kesan :
Suspek kardiomegali (CV). Adanya cairan dalam pulmo.
c. Pemeriksaan USG
1) Ginjal Kanan
2) Ginjal Kiri
3) Vesika Urinaria
Dinding tak menebal, permukaan rata, tak tampak batu, tak tampak
massa.
Kesan :
Protein 0,6 hd / Kg BB
Rendah garam
7. Therapi
O2 3 lt
B. Pathways Kasus
Etiologi
Nefropati toksik
Edema
Gangguan Integritas
intregitas kulit
Kulit
Kelebihan volume
Cairan masuk ke paru Masuk dalam saluran
Cairan
Edema paru Gastointestinal
Hiperventilasi Gangguan
C. Analisis Data
3. DS :
Pasien mengatakan BAK tidak Kelebihan Input cairan >
lancar, air kencing sedikit dan volume cairan output
warnanya keruh. Tangan dan kaki
membengkak.
DO :
Edema pada tangan dan kaki.
Turgor kulit tidak elastis
CRT pada ekstremitas atas dan
bawah lebih dari 3 detik
BB : 58 kg
Balance cairan (+)967.75
Ureum : 153 mg/dl
Cretinin : 9,8 mg/dl
Natrium : 140 mmol/l
Kalium : 3,7 mmol/l
Clorida : 106 mmol/l
Diit rendah garam
4. DS :
Tn. A mengatakan mual dan tidak Gangguan nutrisi Intake tidak
nafsu makan. kurang dari adekuat
DO : kebutuhan tubuh
Pasien makan porsi sedikit, tidak
habis 1 porsi, habis 2-3 sendok
makan.
Protein total : 6.0 mg/dl
Globulin : 2, 95 mg/dl
Albumin : 3.0 mg/dl
BB : 58 kg
TB : 162 cm
LILA : 30 cm
IMT : 22.13 (Normal)
Diit protein 0,6 hd/kg BB
Diit uremia 170 kkal
31
D. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan edema paru.
2. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai O2 kejaringan
menurun.
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan input cairan lebih besar dari
pada output.
4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat.
E. Intervensi
4.1. Kesimpulan
Penyakit gagal ginjal berkembang secara perlahan-lahan kearah yang semakin
buruk dimana ginjal sama sekali tidak lagi mampu bekerja sebagaimana fungsinya.
Dalam dunia kedokteran dikenal 2 macam jenis gagal ginjal yaitu gagal ginjal akut dan
gagal ginjal kronis (Wilson, 2005, dalam Nurani & Mariyanti, 2013).
Gagal Ginjal Kronik adalah suatu sindrom klinis disebabkan penurunan fungsi
ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut, serta bersifat
persisten dan irrever-sibel (Mansjoer, 2000, dalam Nurani & Mariyanti, 2013).
Gagal ginjal akut ditandai dengan gejala yang timbul secara tiba-tiba dan
penurunan volume urin secara cepat. Laju filtrasi glomerulus dapat menurun secara tiba-
tiba sampai dibawah 15 mL/menit. Penyakit ini mengakibatkan peningkatan kadar serum
urea, kreatinin, dan bahan lain. Gagal ginjal akut bersifat reversibel, namun secara umum
tingkat kematian pasien tinggi (Kenward & Tan, 2003).
Gejala penyakit gagal ginjal hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Pada
awalnya, gejala dapat berupa : Hilangnya nafsu makan, perasaan sakit atau kelelahan,
sakit kepala, gatal (pruritus) dan kulit kering, penurunan berat badan. Lalu setelah fungsi
ginjal semakin memburuk, gejala dapat berupa : Kelainan kulit, nyeri tulang, mengantuk
atau gangguan konsentrasi, pembengkakan di tangan dan kaki, kram, bau nafas, mudah
memar, terdapat darah pada tinja, haus yang berlebihan, masalah pada fungsi seksual,
amenorrhea, sesak nafas .
4.2. Saran
Untuk pembuatan makalah selanjutnya diharapkan isi makalah lebih baik maupun
menggunakan sumber sumber terbaru. Pembuatan asuhan keperawatan untuk pasien
Gagal Ginjal Kronik Maupun Gagal Ginjal Akut tetap diikuti dengan data yang sudah
didapatkan dari pasien secara langsung, setiap pasien memiliki penyebab, komplikasi
33
34
maupun diagnosa yang berbeda serta asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada
pasien.
Untuk penulis diharapkan bisa lebih melengkapi isi makalah supaya lebih lengkap
dan bisa mudah dipahami dan dipelajari. Untuk para pembaca diharapkan memahami
materi yang sudah disampaikan dan bisa berpikir kritis dalam memahami materi yang
disampaikan pada makalah ini supaya bisa lebih memperdalam dan memperluas
pengetahuan terkait materi dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/44743/Chapter%20II.pdf?sequence=3&is
Allowed=y diakses tanggal 30 Juni 2019
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56374/Chapter%20II.pdf?sequence=4
diakses tanggal 30 Juni 2019