GINJAL
Dosen Pengampu:
Moch.Sujarwadi, S.Kep,Ns.,M.Kes
Disusun Oleh:
Qurrotul A’yun 192303102120
Halimatus Islamiah 192303102109
Hasri Yudya Kusumadayanti 192303102146
PRODI D3 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER KAMPUS PASURUAN
JL.KH.MANSYUR No.207, Tembokrejo, Kec.Purworejo, Kota Pasuruan, Jawa
Timur 67118
Website : www.unej.ac.id
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Batu Ginjal” dengan baik dan tepat
waktu. Adapun pembuatan makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan proses
pembelajaran Keperawatan Medikal Bedah I. Pembuatan makalah ini juga
bertujuan memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat
dan membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar. Selain itu, kami juga mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya kami
dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................3
1.4 Manfaat......................................................................................................3
2.1 Definisi......................................................................................................5
2.2 Etiologi......................................................................................................5
2.3 Epidemologi..............................................................................................6
2.4 Patofisiologi...............................................................................................7
2.5 Klasifikasi..................................................................................................8
2.7 Penatalaksanaan.......................................................................................11
2.8 Komplikasi..............................................................................................12
iii
3.3 Data Dasar Pengkajian Pasien.................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................49
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
ginjal kronik per tahun. Kasus penyakit ginjal di dunia per tahun
meningkat lebih 50%. Di negara yang sangat maju tingkat gizinya seperti
Amerika Serikat, setiap tahunnya sekitar 20 juta orang dewasa menderita
penyakit ginjal kronik, ( Santoso, 2007). Berdasarkan Profil Kesehatan
Indonesia Tahun 2008, bila dibandingkan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) 1995, SKRT 2001, dan Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2007, terlihat proporsi kematian akibat penyakit tidak menular
emakin meningkat, sedangkan penyakit proporsi penyakit menular telah
menurun.
2
kejadian nefrolithiasis dari tahun 2011 berjumlah 58 kasus dan pada tahun
2012 meningkat menjadi 95 kasus, serta belum pernah dan belum adanya
data dasar mengenai angka kejadian batu opak ginjal yang disertai nyeri
ketok CVA pada pasien suspect nefrolithiasis di Instalasi Radiologi RSUD
Raden Mattaher Jambi, sehingga peneliti ingin melakukan penelitian
mengenai hal tersebut.
Tujuan
a. Tujuan Umum:
Mengetahui dan memahami konsep darsar BatuGinjal dan Asuhan
Keperawatan gangguan Batu Ginjal
b. Tujuan khusus :
3
11. Untuk mengetahui diagnosa teori Batu Ginjal
12. Untuk mengetahui asuhan keperawatan teori Batu Ginjal
13. Untuk mengetahui pengkajian berdasarkan kasus Batu Ginjal
14. Untuk mengetahui diagnosa berdasarkan kasus Batu Ginjal
15. Untuk mengetahui asuhan keperawatan berdasarkan kasus Batu
Ginjal
1.4 Manfaat
1. Masyarakat
2. Mahasiswa Keperawatan
3. Perawat
4
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
6
2.2 Etiologi
7
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya
banyak duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
2.3 Epidemologi
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak zaman Babilonia
dan zaman Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan
batu pada kandung kemihseorang mumi yang diperkirakan sudah berumur
sekitar 7000 tahun. Batu ginjal merupakan penyebab terbanyak kelainan di
saluran kemih. Di Negara maju seperti Amerika Serikat, Eropa, Australia,
batu saluran kemih banyak dijumpai disaluran kemih bagian atas, sedang
di Negara berkembang seperti India, Thailand dan Indonesia lebih banyak
dijumpai batu kandung kemih. Hal ini karena adanya pengaruhstatus gizi
dan aktivitas pasien sehari-hari. Secara Epidemiologis terdapat beberapa
faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang.
Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik yaitu keadaan yang berasal dari
tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik yaitu pengaruh yang berasal dari
lingkungan sekitarnya. Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
2.4 Patofisiologi
8
b. Adanya inti ( nidus ). Misalnya ada infeksi kemudian terjadi tukak,
dimana tukak ini menjadi inti pembentukan batu, sebagai tempat
menempelnya partikel-partikel batu pada inti tersebut.
c. Perubahan pH atau adanya koloid lain di dalam air seni akan
menetralkan muatan dan meyebabkan terjadinya pengendapan.
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu
atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan
kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya
membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing
saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine
(albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat
mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat
penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat,
mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa
zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran
kemih.
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan
infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian
bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan
pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter
atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat
menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan
ginjal permanen (gagal ginjal).
9
Klasifikasi
a. Batu urin metabolic aktif: bila timbul dalam satu tahun trakhir, batu
bertambah besar atau kencing batu.
b. Batu urin metabolic inaktif: bila tidak ada gejala seperti yang aktif
c. Batu urin yang aktifitasnya diketahui (asimtomatik)
b. Batu urin yang perlu tindakan bedah (surgically active) bila
menyebabkanobstruksi, infeksi, kolik, hematuria.
10
wanita, dan rata-rata terjadi pada usia decade ketiga. Kadang-
kadang batu ini dijumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam
bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium fosfat )biasanya
hidroxy apatite).
Batu kalsium ini terdiri dari 2 tipe yaitu monohidrat dan
dihidrat. Batu kalsium dihidrat biasanya pecah dengan mudah
dengan lithotripsy (suatu teknik non invasive dengan menggunakan
gelombang kejut yang difokuskan pada batu untuk menghancurkan
batu menjadi fragmen-fragmen.) sedangkan batu monohidrat
adalah salah satu diantara jenis batu yang sukar dijadikan fragmen-
fragmen.
b. Batu Struvit :
11
dengan USG atau dengan Intra Venous Pyelografy (IVP). Batu
asam urat ini biasanya berukuran kecil, tapi kadang-kadang dapat
cukup besar untuk membentuk batu staghorn, dan biasanya relatif
lebih mudah keluar karena rapuh dan sukar larut dalam urin yang
asam. Batu asam urat ini terjadi terutama pada wanita. Separoh
dari penderita batu asam urat menderita gout; dan batu ini biasanya
bersifat famili apakah dengan atau tanpa gout. Dalam urin kristal
asam urat berwarna merah orange. Asam urat anhirat menghasilkan
kristal-kristal kecil yang terlihat amorphous dengan mikroskop
cahaya. Dan kristal ini tak bisa dibedakan dengan kristal apatit.
Batu jenis dihidrat cenderung membentuk kristal seperti tetesan air
mata.
e. Batu Xantin :
a. Obstruksi.
b. Peningkatan tekanan hidrostatik
c. Distensi pelvis ginjal.
12
d. Rasa panas dan terbakar di pinggang. Kolik
e. Peningkatan suhu (demam).
f. Hematuri
g. Gejala gastrointestinal; mual, muntah, diare. Nyeri hebat
1. Batu pada pelvis renalis
a. Nyeri yang dalam, terus menerus pada area CVA
b. Pada wanita ke arah kandung kemih, pada laki-laki kearah testis
c. Hematuria, piuria
d. Kolik renal : nyeri tekan seluruh CVA, mual dan muntah
2. Batu yang terjebak pada ureter
a. Gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik menyebar ke paha dan
genetalia kolik ureteral
b. Merasa ingin berkemih keluar sedikit dan darah
3. Batu yang terjebak pada kandung kemih
a. Gejala iritasi
b. Infeksi traktus urinarius
c. Hematuria
d. retensi urined.
e. Obstruksi
2.7 Penatalaksanaan
13
Ini merupakan gabungan antara radiology dan urologi untuk
mengangkat batu renal tanpa pembedahan mayor.
c. Nefrostomi Perkutan adalah pemasangan sebuah selang melalui kulit
ke dalam pelvis ginjal. Tindakan ini dilakukan untuk drainase
eksternal urin dari kateter yang tersumbat, menghancurkan batu ginjal,
melebarkan striktur.
d. Ureteruskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan
memasukkan suatu alat Ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat
dihancurkan dengan menggunakan laser, lithotripsy elektrohidraulik,
atau ultrasound lalu diangkat. Larutan Batu. Nefrostomi Perkutan
dilakukan, dan cairan pengirigasi yang hangat dialirkan secara terus-
menerus ke batu. Cairan pengirigasi memasuki duktus kolekdiktus
ginjal melalui ureter atau selang nefrostomi.
e. Pengangkatan Bedah
Nefrolitotomi. Insisi pada ginjal untuk mengangkat batu. Dilakukan
jika batu terletak di dalam ginjal.
f. Pielolitotomi. Dilakukan jika batu terletak di dalam piala ginjal.
14
memberikan 4 – 8 ml asam nitrat 50%, 4 kali sehari) dan menyuruh
pasien untuk diet mineral basa, batasi purin dalam dit penderita batu
asam urat (berikan pulka 300mg alopurinal (zyloprin) sekali atau dua
kali sehari). Pada penderita sistinura, diet rendah metionin dan
penisilamin (4 gram tiap hari).
d. Penatalaksanaan yang harus dilakukan pada pasien dengan post praise
batu ginjal menurut Barbara C Long, 1985 meliputi : penempatan
pasien dalam ruang dengan ventilasi yang cukup, perhatikan terhadap
urine out put, pencegahan terhadap distensi dan pendarahan dan
perhatian terhadap lokasi pemasangan drainase dan perawatannya
2.8 Komplikasi
15
7. Dapat terbentuk kanker ginjal akibat peradangan dan cedera berulang
(Corwin, 2009).
a. Radiologi
b. Laboratorium
16
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan
kemih yang dapat menunjang adanya batu di saluran kemih,
menentukan fungsi ginjal, dan menentukan penyebab batu.
1. Pengkajian
17
Gejala: episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung
pada lokasi batu. Contoh pada panggul di region sudut
kostovertebral ; dapat menyebar ke punggung, abdomen, dan turun
kelipat paha/genetalia. Nyeri dangkal kostan menunjukkan ada
pelvis atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut,
hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda: melindungi ;perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area pada
palpasi.
f. Keamanan
Gejala: penggunaan alcohol, demam, menggigil.
g. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal,
hipertensi, gout, ISK kronis riwayat penyakit usus halus, bedah
abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme. Penggunaan antibiotic,
antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazid,
pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
Pertimbangan Rencana Pemulangan : DRG menunjukkan rerata
lama dirawat: 3,4 hari.
h. Pemeriksaan diagnostic
Urinalisa: warna kuning, coklat gelap, berdarah secara umum
menunjukkan SDM, SDP, Kristal,
Urine: (24 jam) kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau
sistin mungkin meningkat.
Hitung darah lengkap: SDP mungkin meningkat menunjukan
infeksi/septicemia.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada saluran kemih
b. Gangguan eliminasi urin
c. Retensi urin
d. Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual
dan muntah
18
e. Hipertermia
19
Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan
N Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia
O (SIKI)
(SLKI)
(SDKI)
1 Nyeri akut SLKI: SIKI :
Penyebab : Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen nyeri
selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri
pada pasien berkurang dengan kriteria Observasi
1. Agen pencedra fisiologis (mis. hasil :
Inflamasi iskemia, neoplasma)
2. Agenpencedera kimiawi (mis. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Terbakar, bahan kimia iritan) Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, 1. Nyeri berkurang dengan skala 2 2. Identifikasi skala nyeri
amputasi, prosedur operasi, taruma, 2. Pasien tidak mengeluh nyeri 3. Identifikasi respon nyeri nonverbal
dll) 3. Pasien tampak tenang 4. Identifikasi factor yang memperingan dan
4. Pasien dapat tidur dengan tenang memperberat nyeri
5. Frekuensi nadi dalam batas normal 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Gejala dan tanda mayor (60-100 x/menit) tentang nyeri
6. Tekanan darah dalam batas normal 6. Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
Subjektif : mengeluh nyeri 7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
(90/60 mmHg – 120/80 mmHg)
7. RR dalam batas normal (16-20 kualitas hidup pasien
Objektif
x/menit) 8. Monitor efek samping penggunaan
Kontrol Nyeri analgetik
1. Tampak meringis 1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 9. Monitor keberhasilan terapi komplementer
2. Bersikap proaktif (mis. waspada, dengan menggunakan manajemen yang sudah diberikan
posisi menghindari nyeri) nyeri Terapeutik
3. Gelisah 2. Mampu mengenali nyeri (skala,
20
4. Frekuensi nadi meningkat intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 1. Fasilitasi istirahat tidur
5. Sulit tidur Status Kenyamanan 2. Kontrol lingkungan yang memperberat
Gejala dan tanda minor nyeri ( missal: suhu ruangan,
1. Menyatakan rasa nyaman setelah pencahayaan dan kebisingan).
Subjektif : - nyeri berkurang 3. Beri teknik non farmakologis untuk
meredakan nyeri (aromaterapi, terapi
Objektif
pijat, hypnosis, biofeedback, teknik
imajinasi terbimbimbing, teknik tarik
1. Tekanan darah meningkat napas dalam dan kompres hangat/
2. Pola nafas berubah dingin)
3. Nafsu makan berubah Edukasi
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
6. Berfokus pada diri sendiri
nyeri
7. diaforesisi
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
4. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
21
selama ….x… jam, diharapkan Perawatan Retensi Urine
gangguan eliminasi urin yang dirasakan 1. Monitor tingkat distensi kandung kemih
pasien berkurang dengan kriteria hasil : dengan palpasi dan perkusi
SLKI : 2. Berikan rangsangan berkemih (kompres
Eliminasi urin dingin pada abdomen)
1. Sensasi berkemih meningkat 3. Jelaskan penyebab retensi urine
2. Distensi kandung kemih meningkat 4. Ajarkan cara melakukan rangsangan
3. Berkemih tidak tuntas menurun berkemih
Kontinensia urin
1. Kemampuan berkemih
meningkat
Residu volume setelah berkemih
menurun
22
3. Blok sfingter 3. Berkemih tidak tuntas menurun retensi urine
4. Disfungsi neurologis (mis. Trauma, 4. Volume residu urine menurun 3. Monitor eliminasi urine (mis.frekuensi,
penyakit saraf) 5. Urine menetes (dribbling) menurun konsistensi, aroma, volume dan warna)
5. Efek agen farmakologis (mis.atropine, 6. Disuria menurun Terapeutik
belladonna, psikotropik, antihistamin, 7. Frekuensi BAK membaik
opiate) 8. Karakteristik urine membaik 1. Catat waktu dan haluaran berkemih
Gejala dan tanda mayor 2. Batasi asupan cairan, jika perlu
Subjektif :
1. Sensasi penuh pada kandung kemih Edukasi
Objektif :
1. Disuria atau anuria 1. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
2. Distensi kandung kemih kemih
2. Ajarkan mengukur asupan cairan dan
23
Objektif :
otot panggul/berkemih
1. Inkontinensia berlebih 5. Anjurkan minum yang cukup, jika tidak
2. Residu urine 150 ml atau lebih ada kontraindikasi
6. Anjurkan mengurangi minum menjelang
tidur
Kolaborasi
Observasi
24
urine
4. Monitor kebocoran kateter, selang dan
kantung urine
5. Monitor input dan output cairan (mis.
Jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
25
6. Lepaskan kateter urine sesuai kebutuhan
7. Jaga privasi selama melakukan tindakan
Edukasi
Observasi
26
2. Berikan rangsangan berkemih (mis.
Kompres dingin pada abdomen)
3. Fasilitasi berkemih dengan interval yang
teratur
Edukasi
27
Faktor Risiko
28
1. Kolaborasi pemberian diuretik, jika
perlu
Pemantauan Cairan
Observasi
29
10. Monitor intake dan output cairan
11. Identifikasi tanda- tanda hipovolemia
(mis, frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering,
volume urine menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
12. Identifikasi tanda- tanda hipervolemia
(mis, dispnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP menigkat, CVP menigkat,
refleks hepatojugular positif, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
13. Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan (mis, prosedur
pembedahan mayor, trauma/perdarahan,
30
luka bakar, aferesis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit ginjal dan
kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
31
hasil
6. Respon trauma
6. Piloereksi menurun
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
32
Gejala dan tanda mayor
Obyektif
9. Tidak tampak takipnea 8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
1. Suhu tubuh diatas nilai normal
10. Tidak terdapat bradikardia
9. Monitor efek samping penggunaan
Gejala dan tanda minor analgetik
11. Tidak ada hipoksia
Subyektif : - Terapeutik
3. Takardi
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Tachipnea
33
5. Kulit terasa hangat 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
Kondisi Klinis Terkait dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Stroke
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
4. Dehidrasi
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
5. Trauma
34
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Observasi
35
penggunaan teknik sebelumnya
36
tindakan medis lain , jika sesuai
Edukasi
37
6. Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi
Table 1 Diagnosa Keperawatan
38
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. F
39
Umur : 55 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Karyawan Swasta MRS
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Nyeri pinggang kanan. Nyeri hilang timbul dan menjalar ke perut dan tidak
dipengaruhi mobilitas fisik.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Nyeri dirasakan bertambah berat dalam 2 hari ini dan tidak menghilang
dengan obat yang biasa dimakan, selanjutnya Ny. F juga mengeluh mual dan
muntah sekitar 4-5 kali sejak 1 hari yang lalu dan demam dan air kencing
keruh dan 0liguri (+) dg jumlah sekitar 400ml/24 jam.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Ny. F mengaku 4 bulan yang lalu sering mengalami nyeri yang sama, dan
nyeri hialang setelah diberikan obat penghilang rasa nyeri dari dokter
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak Ada
e. Riwayat Obat – Obatan
Obat penghilang rasa nyeri dari dokter
40
c. Eliminasi
Gejala : Riwayat adanya ISK kronis (-), obstruksi sebelumnya (kalkulus)
(-). Penurunan haluaran urin (+), kandung kemih penuh (-). Rasa terbakar (-),
dorongan berkemih (-), diare (-)
Tanda : Oliguria (+), hematuria (-), piuria (-). Perubahan pola berkemih
(+)
d. Makanan/Cairan
Gejala : Mual/muntah (+), nyeri tekan abdomen (+). Diet tinggi purin (-),
kalsium oksalat (-), dan/atau fosfat. Ketidakcukupan pemasukan cairan ; tidak
minum air dengan cukup (-)
Tanda : distensi abdomen (+), penurunan/tak adanya bising usus (+).
Muntah (+)
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala : Episode akut nyeri berat (+), nyeri kolik (-),. Lokasi tergantung
pada lokasi batu, contoh pada panggul regio sudut konstovetebral; dapat
menyebar ke punggung (-), abdomen (+), dan turun kelipatan paha/genitalia
(-). Nyeri dangkal konstan menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus
ginjal (+). Nyeri dapat digambarkan sebagai akut (-), hebat tidak hilang
dengan posisi atau tindakan lain (-)
Tanda : Melindungi ; perilaku distraksi (-). Nyeri tekan pada area ginjal
pada palpasi (+)
f. Keamanan
Gejala : Penggunaan alkohol (-), Demam (+). Menggigil (-)
Tanda-Tanda Vital
No
Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan
.
120-140 / 80-90
1. TD 120/90 mmHg Normal
mmHg
2. HR 102 x/mnt 60-100 x/mnt Tidak Normal
3. RR 28x/mnt 16 – 24 x/mnt Tidak Normal
4. Suhu 38,7O C 36,5 – 37,5 O C Tidak Normal
Table 2 Tanda-Tanda Vital
41
Kondisi umum = gelisah dan tampak meringis namun nyeri nonkolik
ABDOMEN :
Inspeksi=flatuensi (+),
Palpasi: nyeri tekan kuadaran kanan atas (+),
Perkusi: timpani pada abdomen dan nyeri ketok cva dexter (+),
Auskultasi : bising usus menurun
Pemeriksaan Laboratorium
No. Pemeriksaan Hasil Normal Keterangan
1. Hb 14 gr/dl Pr : 12 – 15 g/dl Normal
Lk : 14 – 18 g/dl
2. Leukosit 15.000/mm3 Pr & Lk : 5.000 – Tidak Normal
10.000/mm3
3. Ureum 24mg/dl Pr & Lk : 15 – 40 Normal
mg/dl
4. Kreatinin 2,5 mg/dl Pr & Lk : 0,5 – 1,5 Tidak Normal
mg/dl
Table 3 Pemeriksaan Laboratorium
ANALISA DATA
No MASALAH
DATA ETIOLOGI
. KEPERAWATAN
1. DS : Iskemi seluler Nyeri Akut
Ny. F mengeluhan nyeri
pinggang kanan. Nyeri
hilang timbul dan menjalar
ke perut.
42
Ny. F mengaku 4 bulan
yang lalu sering mengalami
nyeri yang sama, dan nyeri
hialang setelah diberikan
obat penghilang rasa nyeri
dari dokter.
Nyeri dirasakan bertambah
berat dalam 2 hari ini dan
tidak menghilang dengan
obat yang biasa dimakan
DO :
Kondisi umum= gelisah dan
tampak meringis namun
nyeri nonkolik
Palpasi abdomen: nyeri
tekan kuadaran kanan atas
(+),
Perkusi abdomen: timpani
pada abdomen dan nyeri
ketok CVA dexter (+)
DS :
Ny. F mengeluh air kencing
keruh dan 0liguri (+) dg
jumlah sekitar 400ml/24
jam.
Ny. F mengeluh mual dan
muntah sekitar 4-5 kali
sejak 1 hari yang lalu
DO :
USG menunjukkan
hidronefrosis dextra.
BNO-PIV : tampak
43
bayangan radio opak
Lumbal III dektra,
Terdapat hidronefrosis ren
dektra grade II
Suhu : 38,7 C
HR= 102x/mnt
RR= 28x/mnt
Abdomen:
inspeksi=flatuensi (+)
Auskultasi : bising usus
menurun.
3. DS : Infeksi Hipertermi
Ny. F mengeluh demam
DO :
Suhu= 38,70C
Leukosit = 15.000/mm3
MASALAH
No. DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS : Iskemi seluler Nyeri Akut
Ny. F mengeluhan nyeri
pinggang kanan. Nyeri
hilang timbul dan
menjalar ke perut.
Ny. F mengaku 4 bulan
yang lalu sering
mengalami nyeri yang
sama, dan nyeri hialang
44
setelah diberikan obat
penghilang rasa nyeri
dari dokter.
Nyeri dirasakan
bertambah berat dalam 2
hari ini dan tidak
menghilang dengan obat
yang biasa dimakan
DO :
Kondisi umum= gelisah
dan tampak meringis
namun nyeri nonkolik
Skala nyeri 7
Palpasi abdomen: nyeri
tekan kuadaran kanan
atas (+),
Perkusi abdomen:
timpani pada abdomen
dan nyeri ketok CVA
dexter (+)
2. DS : Obstruksi Risiko
Ny. F mengeluh air ketidakseimbangan
kencing keruh dan 0liguri cairan
(+) dg jumlah sekitar
400ml/24 jam.
Ny. F mengeluh mual dan
muntah sekitar 4-5 kali
sejak 1 hari yang lalu
DO :
USG menunjukkan
hidronefrosis dextra.
BNO-PIV : tampak
45
bayangan radio opak
Lumbal III dektra,
Terdapat hidronefrosis ren
dektra grade II
Creatinin =2,5 mg/dl
Suhu : 38,7 C
HR= 102x/mnt
RR= 28x/mnt
Kulit klien terlihat kering,
turgor kulit dan idah jelek
Pasien tampak lemah
Abdomen:
inspeksi=flatuensi (+)
Auskultasi : bising usus
menurun.
3. DS : Infeksi Hipertermi
Ny. F mengeluh demam
DO :
Suhu= 38,70C
Leukosit = 15.000/mm3
HR= 102x/mnt
RR= 28x/mnt
Kulit terba hangat
Kulit pasien terlihat
memerah
Table 5 Analisis Data Tambahan
DIAGNOSA KEPERAWATAN
46
diberikan obat penghilang rasa nyeri dari dokter. Nyeri dirasakan bertambah
berat dalam 2 hari ini dan tidak menghilang dengan obat yang biasa dimakan.
Kondisi umum= gelisah dan tampak meringis namun nyeri nonkolik.. Palpasi
abdomen: nyeri tekan kuadaran kanan atas (+), Perkusi abdomen: timpani
pada abdomen dan nyeri ketok CVA dexter (+)
2. Hipertermi berhubungan dengan infeksi ditandai dengan Ny. F mengeluh
demam, Suhu= 38,70C, Leukosit = 15.000/mm3,
3. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan obstruksi ditandai
dengan Ny. F mengeluh mual dan muntah sekitar 4-5 kali sejak 1 hari yang
lalu. Abdomen: inspeksi=flatuensi (+). Auskultasi : bising usus menurun. Ny.
F mengeluh air kencing keruh dan 0liguri (+) dg jumlah sekitar 400ml/24
jam. USG menunjukkan hidronefrosis dextra. BNO-PIV: tampak bayangan
radio opak Lumbal III dektra, Terdapat hidronefrosis ren dektra grade II, RR
28 x /i HR 102x/i suhu 38,7 C.
47
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
N Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan
O Indonesia Indonesia
(SLKI)
(SDKI) (SIKI)
48
Objektif
49
3. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
4. Anjurkan monitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
50
5. Peningkatan laju metabolissme 6. Piloereksi menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
keyaninan tentang nyeri
51
2. Kejang 3. Fasilitasi istirahat dan tidur
52
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
Terapi relaksasi
Observasi
53
pencahayaan dan suhu ruangan
nyaman, jika memungkinkan
54
10. Anjurkan rileks dan merasakan sensai
relaksasi
55
9. Disfungsi intestinal 13. Berat badanmeningka tersedia)
Kondisi Klinis Terkait Terapeutik
56
total
9. Monitor pemeriksaan serum (mis,
osmolaritas serum, hematokrit,
natrium, kalium, BUN)
10. Monitor intake dan output cairan
11. Identifikasi tanda- tanda hipovolemia
(mis, frekuensi nadi meningkat, nadi
teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membran mukosa kering,
volume urine menurun, hematokrit
meningkat, haus, lemah, konsentrasi
urine meningkat, berat badan menurun
dalam waktu singkat)
12. Identifikasi tanda- tanda hipervolemia
(mis, dispnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP menigkat, CVP
menigkat, refleks hepatojugular
positif, berat badan menurun dalam
waktu singkat)
13. Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbangan cairan (mis,
prosedur pembedahan mayor,
trauma/perdarahan, luka bakar,
aferesis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit ginjal
57
dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
58
Implementasi
Evaluasi Keperawatan
59
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa: Nike, B. Editor edisi
bahasa indonesia: Yuda, E.K, et All.Edisi 3 Jakarta. EGC: Jakarta.
60
Doenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. EGC: Jakarta.
Soeparman. (2000). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ketiga.
Jakarta: Salemba Medika.
61