HEPATITIS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Disusun Oleh :
Kelompok 7
- Ida Sonia
- Rima Ferdilla R
2020/2021
Kata Pengantar
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat
terselesaikannya makalah “Konsep Asuhan Keperawatan Hepatitis”. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Keperawatan Medikal Bedah III. Sebagai mana judulnya makalah ini diharapkan
mampu memberikan wawasan, pengetahuan, dan gambaran tentang penyakit hepatitis untuk
memberikan dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Maka dari itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir dan kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan apabila ada sesuatu yang kurang mohon dimaafkan. Sekian dan
terimakasih.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi............................................................................................................... 3
2.2 Anatomi Fisiologi .............................................................................................. 3
2.3 Patofisiologi........................................................................................................ 5
2.4 Penatalaksanaan Medik...................................................................................... 6
2.5 Konsep Asuhan Keperawatan Hepatitis............................................................. 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulisan mengambil rumusan masalah
sebagai berikut
a. Apa Definisi Hepatitis?
b. Bagaimana anatomi dan fisiologi Hepar?
c. Bagaimana Klasifikasi dan penyebab Hepatitis?
d. Apa saja Manifestasi Klinis Hepatitis?
e. Bagaimana Patofisiologi Hepatitis?
f. Bagaimana Pathway Hepatitis?
g. Bagaimana penatalaksanaan Hepatitis?
h. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Pasien Hepatitis?
1.4 Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan,
pengetahuan, dan gambaran tentang penyakit hepatitis untuk memberikan dan
meningkatkan kesehatan masyarakat serta makalah ini bisa dijadikan bahan acuan untuk
melakukan tindakan asuhan keperawatan pada kasus yang sama.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat disebabkan
oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-bahan kimia. (Sujono
Hadi, 1999).
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus, obat
atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis,
biokimia serta seluler yang khas (Smeltzer, 2001).
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti; kimia
atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002; 131).
3
Hepar merupakan kelenjar eksokrin terbesar yang memiliki fungsi untuk menghasilkan
empedu, serta juga memiliki fungsi endokrin. Hati terletak di bawah diafragma kanan,
dilindungi bagian bawah tulang iga kanan. Hati normal kenyal dengan permukaannya yang licin
(Chandrasoma, 2006). Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dengan berat 1000-
1500 gram. Hati terdiri dari dua lobus utama, kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi
segmen anterior dan posterior, lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh
ligamentum Falsiformis (Noer, 2002).
Setiap lobus dibagi menjadi lobuli. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang
terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus mengelilingi vena sentralis. Diantara
lempengan terdapat kapiler yang disebut sinusoid yang dibatasi sel kupffer. Sel kupffer
berfungsi sebagai pertahanan hati (Price, 2006). Sistem biliaris dimulai dari kanalikulus biliaris,
yang merupakan saluran kecil dilapisi oleh mikrovili kompleks di sekililing sel hati.
Kanalikulus biliaris membentuk duktus biliaris intralobular, yang mengalirkan empedu ke
duktus biliaris di dalam traktus porta (Chandrasoma, 2006)
2. Fungsi metabolic
4
mempunyai peran aktif, ia penting sebagai indikator penyakit hati dan saluran empedu,
karena bilirubin cenderung mewarnai jaringan dan cairan yang berhubungan dengannya.
b. Fungsi Metabolik
Hati memegang peranan penting pada metabolisme karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan juga memproduksi energi dan tenaga. Zat tersebut di atas dikirim melalui vena porta
setelah diabsorbsi oleh usus. Monosaksarida dari usus halus diubah menjadi glikogen dan
di simpan dalam hati (glikogenesis). Dari depot glikogen ini mensuplai glukosa secara
konstan ke darah (glikogenesis) untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sebagian glukosa
dimetabolisme dalam jaringan unuk menghasilkan panas atau tenaga (energi) dan sisanya
diubah menjadi glikogen, disimpan dalam otot atau menjadi lemak yang disimpan dalam
jaringan subcutan. Hati juga mampu menyintetis glukosa dari protein dan lemak
(glukoneogenesis).
Peran hati pada metabolisme protein penting untuk hidup. Protein plasma, kecuali
globulin gamma, disintetis oleh hati. Protein ini adalah albumin yang diperlukan untuk
mempertahankan tekanan osmotik koloid, fibrinogen dan faktor-faktor pembekuan yang
lain.
5
2.3. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh
reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.Unit fungsional dasar dari hepar
disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki suplai darah sendiri.Sering dengan
berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap
suplai darah normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar.Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon
sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat.Oleh karenanya, sebagian besar
klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar normal.
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu badan
dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut
kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati.
Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.Walaupun jumlah billirubin yang
belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal, tetapi karena adanya kerusakan
sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin
tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi.Akibatnya billirubin
tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan
sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi (bilirubin
indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin direk).Jadi ikterus yang
timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin.
Tinja mengandung sedikit sterkobilin oleh karena itu tinja tampak pucat (abolis).Karena
bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih, sehingga
menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin
terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan
menimbulkan gatal-gatal pada ikterus.
6
Interferon- : Untuk menurunkan resiko kejadian infeksi kronik. (Contoh obat
lamivudine, ribavirine, adefovir).
Anti-inflamasi : Ibuprofen, indometasin
Diuretik : Chlorothiazide
Terapi obat kortikosteroid, menurunkan serum transamine dan kadar bilirubin.
2. Tirah Baring
Untuk menurunkan kerja metabolisme hati.
3. Nutrisi
Diet rendah lemak dan tinggi karbohidrat, dan dapat diberikan makanan secara IV
bila pasien terus-menerus muntah.
4. Diet Hepar
Diet hati I : Dieberikan pada keadaan kronik protein dibatasi 30 gr, lemak yang
mudah dicerna, bentuk makanan lunak dicincang, kalau ada asites
cairan maksimum 1 liter, energi rendah.
Diet hati II : Diberikan makanan perpindahan hari diet hati I, bentuk bisa lunak
atau biasa, protein normal 1 gr/kg BB, lemak sedang 20-25%, cukup
energi, cukup protein, kurang kallsium dan tiamin, diet garam
rendah tergantung ada asites.
Diet hati III : Diberikan pada perpindahan diet hati I atau pada pasien hepatitis
akut dan sirosis yang nafsu makan nya baik, diet garam rendah bila
masih ada asites dan edema.
7
b) Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
c) Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
2. Keluhan Utama
Keluhan dapat berupa nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala,
batuk, sakit perut kanan atas, demam dan kuning.
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam,
nyeri perut kanan atas.
b) Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat kesehatan dahulu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan,
prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak
dibanding dengan saudara-saudaranya.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
4. Pola Pengkajian Fungsional
a) Aktifitas
1) Kelemahan
2) Kelelahan
3) Malaise
b) Sirkulasi
1) Bradikardi ( hiperbilirubin berat )
2) Ikterik pada sklera kulit, membran mukosa
c) Eliminasi
1) Urine gelap
2) Diare feses warna tanah liat
8
1) Anoreksia
2) Berat badan menurun
3) Mual dan muntah
4) Peningkatan oedema
5) Asites
e) Neurosensori
1) Peka terhadap rangsang
2) Cenderung tidur
3) Letargi
4) Asteriksis
f) Nyeri / Kenyamanan
1) Kram abdomen
2) Nyeri tekan pada kuadran kanan
3) Mialgia
4) Atralgia
5) Sakit kepala
6) Gatal ( pruritus )
g) Keamanan
1) Demam
2) Urtikaria
3) Lesi makulopopuler
4) Eritema
5) Splenomegali
6) Pembesaran nodus servikal posterior
h) Seksualitas
Pola hidup / perilaku meningkat resiko terpajan
B. Diagnosa Keperawatan
9
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Hypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inflamasi hepar.
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
5. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi secret.
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus.
10
3. Pertahankan hygiene mulut yang Akumulasi partikel makanan di mulut
baik sebelum makan dan sesudah dapat menambah baru dan rasa tak
makan. sedap yang menurunkan nafsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi Menurunkan rasa penuh pada
duduk tegak. abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan.
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah Glukosa dalam karbohidrat cukup
lemak efektif untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk
diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
No Intervensi Rasional
.
1. Kolaborasi dengan individu untuk Nyeri yang berhubungan dengan
menentukan metode yang dapat hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
digunakan untuk intensitas nyeri. karena itu terdapat peregangan
secara kapsula hati, melalui
pendekatan kepada individu yang
mengalami perubahan kenyamanan
nyeri diharapkan lebih efektif
mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan Klien lah yang harus mencoba
tentang respon klien terhadap nyeri. meyakinkan pemberi pelayanan
kesehatan bahwa ia mengalami
nyeri.
3. Berikan informasi akurat dan Klien yang disiapkan untuk
11
jelaskan penyebab nyeri, tunjukkan mengalami nyeri melalui penjelasan
berapa lama nyeri akan berakhir, nyeri yang sesungguhnya akan
bila diketahui. dirasakan (cenderung lebih tenang
dibanding klien yang penjelasan
kurang/tidak terdapat penjelasan).
4. Bahas dengan dokter penggunaan Kemungkinan nyeri sudah tak bisa
analgetik yang tak mengandung dibatasi dengan teknik untuk
efek hepatotoksi mengurangi nyeri.
12
4. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
keletihan pasien berkurang.
Kriteria hasil : Tidak terjadi keletihan.
No. Intervensi Rasional
1. Jelaskan sebab-sebab keletihan Dengan penjelasan sebab-sebab
individu. keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang.
2. Sarankan klien untuk tirah baring. Tirah baring akan meminimalkan
energi yang dikeluarkan sehingga
metabolisme dapat digunakan untuk
penyembuhan penyakit.
3. Bantu individu untuk Memungkinkan klien dapat
mengidentifikasi kekuatan- memprioritaskan kegiatan-kegiatan
kekuatan, kemampuan kemampuan yang sangat penting dan
meminimalkan pengeluaran energi
untuk kegiatan yang kurang penting.
4. Analisa bersama-sama tingkat Keletihan dapat segera diminimalkan
keletihan selama 24 jam meliputi dengan mengurangi kegiatan yang
waktu puncak energi, waktu dapat menimbulkan keletihan.
kelelahan, aktivitas yang
berhubungan dengan keletihan.
5. Bantu untuk belajar tentang Untuk mengurangi keletihan baik
keterampilan koping yang efektif fisik maupun psikologis.
(bersikap asertif, teknik relaksasi).
13
ujung syaraf.
6. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan pengumpulan cairan intra abdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
pasien tidak mengalami gangguan pola nafas.
Kriteria hasil : Pola nafas adekuat.
No. Intervensi Rasional
1. Awasi frekuensi , kedalaman dan Pernafasan dangkal/cepat
upaya pernafasan. kemungkinan terdapat hipoksia atau
akumulasi cairan dalam abdomen.
2. Auskultasi bunyi nafas tambahan. Kemungkinan menunjukkan adanya
akumulasi cairan.
3. Berikan posisi semi fowler. Memudahkan pernafasan dengan
menurunkan tekanan pada diafragma
dan meminimalkan ukuran sekret.
4. Berikan latihan nafas dalam dan Membantu ekspansi paru dan
batuk efektif mengeluarkan secret.
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan. Mungkin perlu untuk mencegah
hipoksia.
14
7. Risiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan sifat menular dari
agent virus.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 24 jam
tidak terjadi infeksi pada pasien.
Kriteria hasil : Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
No Intervensi Rasional
.
1. Gunakan kewaspadaan umum Pencegahan tersebut dapat
terhadap substansi tubuh yang memutuskan metode transmisi
tepat untuk menangani semua virus hepatitis.
cairan tubuh.
a. Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
semua klien atau
spesimen.
b. Gunakan sarung tangan
untuk kontak dengan
darah dan cairan tubuh.
c. Tempatkan spuit yang
telah digunakan dengan
segera pada wadah yang
tepat, jangan menutup
kembali atau
memanipulasi jarum
dengan cara apapun.
15
3. Jelaskan pentingnya mencuci Mencuci tangan menghilangkan
tangan dengan sering pada klien, organisme yang merusak rantai
keluarga dan pengunjung lain dan transmisi infeksi.
petugas pelayanan kesehatan.
D. Implementasi
1. Diagnosa 1:
a) Mengajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan Memberikan
snack atau makanan yang mengundang selera pasien
b) Mengawasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering
dan tawarkan pagi paling sering
c) Mempertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah
makan
d) Menganjurkan makan pada posisi duduk tegak
e) Memberikan diit tinggi kalori, rendah lemak
2. Diagnosa 2:
a) Menunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
b) Memberikan informasi dari penyebab nyeri
c) Membahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung efek
hepatotoksi
d) Berkolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri
3. Diagnosa 3 :
a) Memonitor tanda vital : suhu badan
b) Mengajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat
(sedikitnya 2000 l/hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3
liter/hari.
16
c) Memberikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan femur
d) Menganjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
4. Diagnosa 4 :
a) Menjelaskan sebab-sebab keletihan individu
b) Menyarankan klien untuk tirah baring
c) Membantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat
d) Menganalisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan keletihan
e) Membantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi)
5. Diagnosa 5 :
a) Mempertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
b) Mencegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
c) Menganjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan
tekanan kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
d) Mempertahankan kelembaban ruangan pada 30%-40% dan dingin
6. Diagnosa 6 :
a) Mengawasi frekwensi , kedalaman dan upaya pernafasan
b) Mengauskultasi bunyi nafas tambahan
c) Memberikan posisi semi fowler
d) Memberikan latihan nafas dalam dan batuk efektif
e) Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
7. Diagnosa 7 :
a) Menggunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
b) Menggunakan teknik pembuangan sampah infeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
c) Menjelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga
dan pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
d) Merujuk ke petugas pengontrol infeksi untuk evaluasi departemen kesehatan
yang tepat.
17
E. Evaluasi
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai
laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
3. Tidak terjadi peningkatan suhu
4. Tidak terjadi keletihan
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
a) Definisi
18
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difusi pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta bahan-
bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
b) Etiologi
a. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis : Hepatitis A, B, C, D, E
b. Hepatitis Non Virus : alkohol, obat – obatan, bahan beeracun, akibat penyakit lain
c) Klasifikasi dan penyebab
Hepatitis A : masa inkubasi 14-49 hari, cara penularan melalui fekal oral
Hepatitis B :masa inkubasi 30-180 hari, cara penularan melalui pereteral
Hepatitis C :masa inkubasi 15-150 hari, cara penularan melalui pereteral
Hepatitis D :masa inkubasi 35 hari, cara penularan melalui pereteral
Hepatitis E :masa inkubasi 14-63 hari, cara penularan melalui fekal oral
3.2 Saran
Orang tua harus memberikan perhatuian khusus pada anak dalam pemilihan makanan
serta memberikan pendidikan akan pentingnya kebersihan agar tidak terkena virus yang dapat
menyebabkan penyakit hepatitis. Pada bayi sebaiknya ibu berikan imunisasi secara tepat waktu
untuk mencegah terjadinya hepatitis.
Daftar Pustaka
19
Wahyu Yunia, 2011, Makalah Hepatitis, Diakses 18 Oktober 2020,
<https://www.academia.edu/18658316/MAKALAH_HEPATITIS>
Mumu Rahma, 2017, Makalah Askep Hepatitis Kelompok 4, Diakses 18 Oktober 2020,
<https://id.scribd.com/document/364444462/Makalah-ASKEP-Hepatitis-Kelompok-4>
20