Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Asuhan Keperawata pada pasien dengan Cor Pulmonal

1 . Ayu Nikmatul Sa'diyah (202202005)


2. Miftahul Jannah (202202021)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


PRODI DIII KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas berkat dan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, yang senantiasa melimpahkan
karunianya sehingga penuis dapat menyelesaikan makalah inidengan baik.Makalah ini
merupakan salah satu tugas keperawatan medical bedah yang diberikan oleh dosen pengajar.

Makalah ini memberikan pengetahuan tentang “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cor
Pulmonal”. Setiap konsep dalam makalah ini dibahas dengan rinci dan dalam makalah ini juga
memberikan informasi kepada para pembaca, khususnya juga bagi teman-teman perawat yang
sesuai dengan materi yang dibahas.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah yang penulis buat
ini. Oleh karena itu, saran, dan kritik yang membangun tetap penulis nantikan demi
kesempurnaan makalah yang telah saya susun ini.

2
DAFTAR ISI

JUDUL .................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................................. 4
......................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 4
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
1.1 Konsep Dasar Penyakit Cor Pulmonal........................................................................ 5
2.1 Pengkajian.................................................................................................................... 11
3.1 Diagnosa keperawatan.................................................................................................. 12
4.1 Intervensi keperawatan................................................................................................ 15
5.1 Evaluasi keperawatan................................................................................................... 17

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................................................... 14
B. Saran ............................................................................................................................ 14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 21

3
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Maasalah


Cor pulmonale adalah hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonary
yang disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan
dengan kelainan jantung kiri. Istilah hipertrofi yang bermakna patologis menurut weitzenblum
sebaiknya diganti menjadi perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan. Untuk menetapkan
adanya cor pulmonale secara klinis pada pasien gagal nafas diperlukan tanda pada pemeriksaan
fisis yakni edema. Hipertensi pulmonale “sine qua non” dengan cor pulmonale maka definisi cor
pulmonale yang terbaik adalah hipertensi pulmonal yang disebabkan penyakit yang mengenai
struktur dan atau pembuluh darah paru; hipertensi pulmonale yang menghasilkan pembesaran
ventrikel kanan (hipertrofi dan atau dilatasi) dan berlanjut dengan berjalannya waktu menjadi
gagal jantung kanan. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan penyebab utama
insufisiensi espirasi kronik dan cor pulmonale, diperkirakan 80-90% kasus.
Penyebab dari cor pulmonale yang terbanyak adalah hipertentsi pulmonale yang disebabkan
oleh proses primer paru, akan tetapi sebagian besar tidak diketahui. Lebih banyak gejala cor
pulmonale ditimbulkan oleh hipertensi pulmonale berupa cepat capek, sesak, tegang, kadang-
kadang sincope. (Wahid dan Suprapto, 2013:116)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep penyakit pada pasien dengan cor pulmonale?
2. Bagaimana pengkajian pada pasien dengan cor pulmonale?
3. Bagaimana diagnosa keperawatan pada pasien dengan cor pulmonale?
4. Bagaimana intervensi pada pasien dengan cor pulmonale?
5. Bagaimana implementasi pada pasien dengan cor pulmonale?
6. Bagaimana evaluasi pada pasien dengan cor pulmonale?
C. Tujuan Peembahsan
1. Untuk mengetahui konsep penyakit pada pasien dengan cor pulmonale
2. Untuk mengetahui pengkajian pada pasien dengan cor pulmonale
3. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan cor pulmonale
4. Untuk mengetahui intervensi pada pasien dengan cor pulmonale
5. Untuk mengetahui implemntsi pada pasien dengan cor pulmonale
6. Untuk mengetahui evaluasi pada pasien dengan cor pulmonale

4
BAB 2
PEMBAHASAN
1.1 Konsep penyakit pada pasien dengan cor pulmonale
Cor pulmonale adalah hipertrofi atau dilatasi ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonary yang
disebabkan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh darah paru yang tidak berhubungan
dengan kelainan jantung kiri. (Setiati, 2014:1251)Cor pulmonal merupakan keadaan hipertrofi
ventrikel kanan akibat suatu penyakit yang mengenai fungsi atau struktur jaringan paru, tidak
termasuk didalamnya kelainan jantung kanan akibat kegagalan dari fungsi ventrikel kiri atau
akibat penyakit jantung bawaan. (Muttaqin, 2012:227)Kesimpulan dari cor pulmonal adalah
keadaan hipertrofi atau dilatasi dari struktur bilik jantung kanan yang mengakibatkan hipertensi
pulmonar sehingga terjadi penurunan fungsi paru atau pegurangan jaringan pembuluh darah
paru.
Penyebab penyakit cor pulmonale antara lain :
 Penyakit menahun dengan hipoksia :
 Penyakit paru obstruktif kronik
 Fibrosis paru
 Penyakit fibrositik
 Crypogenik fibrosing alveolitis
 Penyakit paru lain yang berhubungan dengan hipoksia
 Kelainan dinding dada :
 Kifoskoliosis, torakoplasti, fibrosis pleura
 Penyakit neuromuscular
 Gangguan mekanisme kontrol pernafasan :
 Obesitas, hipoventilasi idiopatik
 Penyakit serebrovasculer
 Obstruksi saluran nafas atas pada anak :
 Hipertrofi tonsil dan adenoid
 Kelainan primer pembuluh darah
 Hipertensi pulmonal primer, emboli paru berulang dan vaskulitis pembuluh darah paru.
Tanda dan gejala penyakit cor pulmonale :
 Sianosis.
 Lelah karena hipoksia dan gagal jantung.
 Mendesis karena kondisi paru-paru yang buruk seperti PPOK atau emfisema.
 Kesulitan bernapas (dispnea) pada saat berolahraga keras dan ketika berbaring
(orthopnea) karena naiknya kebutuhan oksigen dengan gerakan dan meningkatkan usaha
pernapasan dari diafragma ketika berbaring.
 Batuk produktif karena kondisi pernapasan.

5
 Edema karena gagal jantung kanan; cairan yang terbentuk akan bergantung pada area
yang terserang.
 Berat badan naik karena retensi cairan.
 Respirasi lebih dari 20 kali per menit (tachypnea); kecepatannya meningkat untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen.
 Denyut jantung naik di atas 100 kali per menit (takikardia) karena tubuh berusaha
mengatasi hipoksia dan membawa lebih banyak oksigen.(DiGiulio etall, 2014:107).
Penyakit paru kronis akan mengakibatkan berkurangnya “vascular bed” paru, dapat
disebabkan oleh semakin terdesaknya pembuluh darah oleh paru yang mengembang atau
kerusakan paru.Asidosis dan hiperkapmia.Hipoksia alveolar, yang akan merangsang
vasokonstriksi pembulu paruPolistemia dan hiperviskositas darah. Kelainan ini akan
menyebabkan timbulnya hipertensi pulmonale (perjalanan lambat) dalam jangka panjang akan
mengakibatkan hipertrofi dan dilatasi ventrikel kanandan kemudian akan berlanjut menjadi gagal
jantung kanan. (Setiati, 2014:1251)
Secara umum cor pulmonale dibagi menjadi dua bentuk:
1. Cor Pulmonale Akut : Yaitu dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan dekompensasi.
2. Cor Pulmonale Kronik :Merupakan jenis cor pulmonale yang paling sering terjadi.
Dinyatakan sebagai hipertropi ventrikel kanan akibat penyakit paru atau pembuluh darah
atau adanya kelainan pada toraks, yang akan menyebabkan hipertensi dan hipoksia
sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan. (Somantri, 2012:131)
Contoh Kasus Pasien dengan Cor Pulmonal :

Tn.A usia 45 tahun dengan alamat Perak MRS di Rumah Sakit Moejidto pada tanggal 1 Oktober
2021 sesak nafas ketika melakukan aktifitas dan pada saat batuk. Setalah dilakukan pengkajian,
didapatkan TTV klien : tekanan darah 160/110 mmHg, nadi 110x/menit, RR 28x/menit, suhu
37⁰C, ekspresi wajah tampak cemas dan pucat. Pasien mengatakan keadaannya lemah dan
merasa pusing. Hasil pemeriksaan ekokardiografi tampak adanya pembesaran (dilatasi) ventrikel
kanan, tanpa adanya kelainan struktur pada jantung kiri.. Dari pemeriksaan laboratorium
menyebutkan bahwa pasien didiagnosa mengalami jantung paru (cor pulmonal)

2.1 Pengkajian pada Pasien dengan Cor Pulomonale

A. Identitas Klien

 Nama : Tn. A
 Umur :45Tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Buruh pabrik
 Pendidikan : -

6
 Alamat : Perak
 No. Reg :12024
 Tgl. MRS :1 Oktober 2021 (13.00)
 Diagnosis medis : cor pulmonary
 Tgl Pengkajian :1 Oktober2021 (13.00) B.

B. Penanggung Jawab

 Nama :Sutini
 Umur :40 Tahun
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Pendidikan :SMA
 Pekerjaan : Ibu rumah tangga
 Hubungan dengan pasien : Istri
 Alamat :Perak

C. Riwayat Keperawatan

1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas ketika melakukan aktifitas dan pada saat batuk.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS Moedjito pada tanggal 1 Oktober 2021 pada pukul 13.00 dengan
keluhansesak napas, nyeri dada. TD : 160/100 mmHg, Nadi : 110x/menit, RR : 28x/menit, S :
370C. Ekspresi wajah cemas dan pucat.
3. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan jika sebelumnya pernah menderita hipertensi pulmonary. Namun pasien
mengatakan sering terpapar polusi dari pabrik tempat bekerja dan perokok aktif.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan jika dikeluarganya belum pernah ada yang terkena cor pulmonary.
5. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien tinggal bersamakeluarga. Keluarga pasien mengatakan lingkungan rumahnya bersih.

D. Pemeriksaan Fisik

 TD : 160/100 mmHg
 RR : 28x/menit
 Suhu : 370C
 Nadi : 110x/menit

E. Pemeriksaan Per Sistem

a.. System pernapasan

Anamnesa :Pasien meneluh sesak nafas saat beraktifitas dan batuk

7
- Hidung

Inspeksi : Ada napas cupping hidung

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

- Mulut

Inspeksi :mukosa bibir kering

- Area dada

Inspeksi : dada simetris

Palpasi : adanya nyeri tekan

Perkusi : suara sonor

Auskultasi :suara nafas wheezing

b.. Cardiovascular dan Limfe

Anamnesa :tidak ada keluhan

- Wajah

Inspeksi :sembab,pucat,konjungtivapucat

- Leher

Inspeksi : Ada bendungan vena jugularis

- Dada

Inspeksi : Simetris

Palpasi : iktus cordis di RIC V

Perkusi : pekak

Auskultasi : BJ1 Bj2 normal

- Ekstrimitasatas

Inspeksi : Tidak sianosis

Palpasi : tidak ada CRT, suhu akral panas

- Ekstrimitasb awah

8
Inspeksi :Tidak sianosis

Palpasi :Tidak ada CRT, suhu akral panas, tidak adanya odem

- Paru-paru :
- Inspeksi : simetris
- Palpasi : fremitus kiri = kanan
- Perkusi : sonor
- Auskultasi : vesikuler

c. Persyarafan

Anamnesa : tidak ada pusing

1. Ujinervus 1 olfaktorius (pembau) : tidak bisa membedakan bau

2. Ujinervus II opticus (penghilatan) : Tidak ada rabun

3. Ujinervus III oculomotorius : tidak ada odem pada kelopak mata

4. Ujinervus IV toklearis : ukuran pupil normal 4-5 mm

5. Ujinervus V trigeminus : dapat menutup mulut secara tiba-tiba

6. Ujinervus VI abdusen : Gerakan bola mata simetris

7. Ujinervus VII facialis : Dapat menggembungkan pipi dan dapat menaik turunkan alis mata

8. Ujinervus VIII additorious / akustikus : Dapat mendengar dengan normal

9. Ujinervus IX glosoparingeal :Tidak ada reflek muntah

10. Ujinervus X vagus : Dapat menelan, menggerakan lidah dengan benar

11. Ujinervus XI aksesorius : Dapat menggerakan bahu dan kepala

12. Ujinervus hypoglossal : Dapat menjulurkan lidah

A. Sistempencernaan-EliminasiAlvi

Anamnesa : tidak mengalam i keluhan

Mulut

Inspeksi : Tidak ada sianosis

Palpasi : tidak ada nyeritekan

Abdomen (dibagimenjadi 4 kuadran) :

9
Inspeksi :Tidak ada luka

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Perkusi :suara perut (tympani)

Kuadran I

Hepar : tidak ada nyeritekan

Kuadran II

Gaster : tidak ada distensi abdomen

Kuadran III

Ileum :tidak ada nyeritekan

Kuadran IV

Tidak ada Nyeri tekan pada titik Mc Burney

B. System muskuluskeletaldan integument

Anamnesa :tidak ada nyeri

Kekuatanotot : 3 3

5 5

Keterangan:

0: Tidak ada kontraksi

1: Kontaksi (gerakan minimal)

2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi

3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi

4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan ringan

5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan tahanan penuh

C. System endokrindan eksokrin

Anamnesa : Tidak ada keluhan pada pola eliminasi

Kepala

10
Inspeksi :Tidak ada odem

Leher

Inspeksi :Tidak ada pembesarankelenjar tyroid

Palpasi : tidak ada pembesarankelenjartyroid dan nyeritekan

Ekstrimitasbawah :tidak ada edema

D. System reproduksi

Anamnesa : tidak ada keluhan

E. Persepsisensori

Anamnesa :tidak ada nyeri pada mata, tidak ada masalah pada penglihatan

Mata

Inspeksi : simetris.

Kornea : Normal berkilau

Iris dan pupil :warna iris dan ukuran normal

Lensa : Normal jernih dan transparan

Sclera ; warna ( putih)

11
3.1 Diagnosa Keperawatan pada pasien dengan cor pulmonal

No Data Penyebab Masalah


(etiologi) (Problem)
1. DS : Sindrom Pola nafas tidak
- Pasien mengeluh sesak nafas ketika Hipoventilasi efektif
melakukan aktifitas dan pada saat
batuk.
- Pasien mengatakan keadaannya
lemah dan merasa pusing.
DO :
- TD: 160/110 mmHg,
- N: 110x/menit,
- RR: 28x/menit,
- Suhu: 37⁰C
- Ekspresi wajah tampak cemas dan
pucat
- Hasil pemeriksaan ekokardiografi
tampak adanya pembesaran
(dilatasi) ventrikel kanan, tanpa
adanya kelainan struktur pada
jantung kiri

Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d Sindrom Hipoventilasi di buktikan dengan :
DS :
- Pasien mengeluh sesak nafas ketika melakukan aktifitas dan pada saat batuk.
- Pasien mengatakan keadaannya lemah dan merasa pusing.
DO :
- TD: 160/110 mmHg,
- N: 110x/menit,
- RR: 28x/menit,
- Suhu: 37⁰C
- Ekspresi wajah tampak cemas dan pucat
- Hasil pemeriksaan ekokardiografi tampak adanya pembesaran (dilatasi) ventrikel kanan,
tanpa adanya kelainan struktur pada jantung kiri.

4.1 INTERVENSI KEPERAWATAN

12
N Diagnosa SLKI SIKI
O Keperawatan Indikat Outcome Indikat Outcome
or or
1 Pola nafas tidak Pola - Frekuensi Manaj Observasi :
efektif b.d Sindrom nafas nafas emen - Monitor pola nafas
Hipoventilasi di membaik jalan (frekuensi,kedalaman,us
buktikan dengan : (5) nafa aha nafas)
DS : - Kedalama - Monitor bunyi nafas
- Pasien n nafas tambahan
mengeluh membaik (mis.gurgling,mengi,wh
sesak nafas (5) eezing,ronkhi kering)
ketika - Ekskursi - Monitor spuntum
melakukan dada (jumlah,warna,aroma)
aktifitas dan membaik
pada saat (5) Terapeutik :
batuk. - Pertahankankepatenan
- Pasien jalan napas dengan
mengatakan head-tilt dan chin-lift
keadaannya (jaw-thrust jika curiga
lemah dan trauma servikal)
merasa - Posisikan semi-fowler
pusing. atau fowler
DO : - Berikan minum hangat
- TD: 160/110 - Lakukan fisioterapi
mmHg, dada,jika perlu
- N: - Lakukan penghisapan
110x/menit, lendir kurang dari 15
- RR: detik
28x/menit, - Lakukan
- Suhu: 37⁰C hiperoksigenasi sebelum
- Ekspresi penghisapan endotrakeal
wajah - Keluarkan sumbatan
tampak benda padat dengan
cemas dan forsep McGill
pucat - Berikan oksigen, jika
- Hasil perlu
pemeriksaan
ekokardiografi Edukasi :
tampak adanya - Anjurkan asupan cairan
pembesaran 2000ml/hari, jika tidak
(dilatasi) kontraindikasi
ventrikel kanan, - Anjurkan teknik batuk
tanpa adanya efektif
kelainan struktur
pada jantung Kolaborasi :
kiri. - Kolaborasi pemberian

13
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

5.1 IMPLEMENTASI KEPRERAWATAN


TGL/
NO Dx.KEP IMPLEMENTASI
JAM
1 Pola nafas tidak 01 Oktober Kolaborasi:
efektif b.d Sindrom 2021/ 1. Melakukan kolaborasi dengan tenaga medis
Hipoventilasi di 09.00
buktikan dengan : lain untuk pemberian bronkodilator,

14
DS : ekspektoran, mukolitik
- Pasien Terapiutik:
mengeluh 01 Oktober 1. Memperertahankan kepatenan jalan napas
sesak nafas 2021/ dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust
ketika 09.30 jika curiga trauma servikal)
melakukan 2. Memberikan minum hangat
aktifitas dan 3. Melakukan fisioterapi dada
pada saat 4. Melakukan penghisapan lendir kurang dari
batuk. 15 detik
- Pasien 5. Melakukan hiperoksigenasi sebelum
mengatakan penghisapan endotrakeal
keadaannya
lemah dan Observasi
01 Oktober
merasa 2021/ 1. Memonitor pola nafas (frekuensi,kedalaman,
pusing. 12.00 usaha napas)
DO : 2. Memonitor bunyi napas tambahan
(mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
- TD: 160/110 kering)
mmHg, 3. Memonitor spuntum (jumlah, warna, aroma)
- N:
110x/menit, 01 Oktober Edukasi:
- RR: 2021/
1. Menganjurkan asupan cairan 2000 ml/hari,
28x/menit, 15.00
jika tidak kontraindikasi
- Suhu: 37⁰C 2. Menganjurkan teknik batuk efektif
- Ekspresi
wajah tampak
cemas dan
pucat
- Hasil
pemeriksaan
ekokardiografi
tampak
adanya
pembesaran
(dilatasi)
ventrikel
kanan, tanpa
adanya
kelainan
struktur pada
jantung kiri.

15
6.1 EVALUASI KEPERAWATAN

No TGL/ Dx.KEP EVALUASI


JAM (SOAP)
1 02 Pola nafas tidak efektif S : Pasien mengeluh sesak nafas
Oktober b.d Sindrom O : Observasi TTV :
2021 Hipoventilasi di a. TD : 160/100 mmHg
(13.00) buktikan dengan : b. Nadi : 100x/menit
DS : c. Suhu : 37 C
- Pasien mengeluh d. RR : 25x/menit

16
sesak nafas A : masalah belum teratasi
ketika P : lanjutkan intervensi
melakukan
aktifitas dan Observasi :
pada saat batuk. 1. Memonitor pola nafas
- Pasien (frekuensi,kedalaman, usaha napas)
mengatakan 2. Memonitor bunyi napas tambahan
keadaannya (mis.gurgling,mengi,wheezing,ronkhi
lemah dan kering)
merasa pusing. Terapeutik
DO : 1. Memperertahankan kepatenan jalan
- TD: 160/110 napas dengan head-tilt dan chin-lift
mmHg, (jaw-thrust jika curiga trauma
- N: 110x/menit, servikal)
- RR: 28x/menit, 2. Melakukan fisioterapi dada
- Suhu: 37⁰C 3. Melakukan penghisapan lendir
- Ekspresi wajah kurang dari 15 detik\Edukasi
tampak cemas
dan pucat Edukasi
Hasil pemeriksaan
ekokardiografi tampak 1. Menganjurkan asupan cairan 2000
adanya pembesaran ml/hari, jika tidak kontraindikasi
(dilatasi) ventrikel 2. Menganjurkan teknik batuk efektif
kanan, tanpa adanya
kelainan struktur pada
jantung kiri.
2 03 Pola nafas tidak efektif S : Sesak sudah lumayan teratasi
Oktober b.d Sindrom O : Observasi TTV :
2021 Hipoventilasi di a. TD : 140/90 mmHg
(13.00) buktikan dengan : b. Nadi : 90x/menit
DS : c. Suhu : 37 C
- Pasien mengeluh d. RR : 24x/menit
sesak nafas A : masalah teratasi sebagian
ketika P : lanjutkan intervensi
melakukan Observasi :
aktifitas dan 1. Memonitor pola nafas
pada saat batuk. (frekuensi,kedalaman, usaha napas)
- Pasien Terapeutik
mengatakan 1. Memperertahankan kepatenan jalan
keadaannya napas dengan head-tilt dan chin-lift
lemah dan (jaw-thrust jika curiga trauma
merasa pusing. servikal)
DO : 2. Melakukan fisioterapi dada
- TD: 160/110
mmHg, Edukasi
- N: 110x/menit,
1. Menganjurkan teknik batuk efektif

17
- RR: 28x/menit,
- Suhu: 37⁰C
- Ekspresi wajah
tampak cemas
dan pucat
- Hasil
pemeriksaan
ekokardiografi
tampak adanya
pembesaran
(dilatasi)
ventrikel kanan,
tanpa adanya
kelainan struktur
pada jantung
kiri.
2 04 Pola nafas tidak efektif S : Pasien sudah tidak mengalami sesak
Oktoberr b.d Sindrom nafas
2021 Hipoventilasi di O : Observasi TTV :
(13.00) buktikan dengan : a. TD : 130/90 mmHg
DS : b. Nadi : 90x/menit
- Pasien mengeluh c. Suhu : 37 C
sesak nafas d. RR : 23x/menit
ketika A : masalah sudah teratasi
melakukan P : hentikan intervensi
aktifitas dan I : Pasien sudah boleh pulang
pada saat batuk.
- Pasien
mengatakan
keadaannya
lemah dan
merasa pusing.
DO :
- TD: 160/110
mmHg,
- N: 110x/menit,
- RR: 28x/menit,
- Suhu: 37⁰C
- Ekspresi wajah
tampak cemas
dan pucat
- Hasil
pemeriksaan
ekokardiografi
tampak adanya
pembesaran

18
(dilatasi)
ventrikel kanan,
tanpa adanya
kelainan struktur
pada jantung
kiri.

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
 Padata tahap pengkajian, penulis dapat melakukan pengumpulan data yang
meliputi wawancara langsung kepada pasien dan keluarga, observasi
,pemeriksaan fisik sehingga data ini membantu penulis dalam menganalisa data
dan merumuskan diagnose sesuai dengan kondisi pasien.
 Perencanaan disusun setelah memprioritaskan masalah yang ada terlebih dahulu.
Dalam menyusun tujuan intervensi dan rasionalisasi penulis menyesuaikan sesuai
dengan data / masalah yang ditemukan dengan kondisi pasien.
 Pada tahap implementasi melaksanakan asuhan keperawatan berdasarkan rencana
yang penulis susun dengan dukungan dan keterlibatan pasien,keluarga dan
perawat.
 Setelah melakukan implementasi sesuai dengan rencana tindakan sebelumnya
dilakukan evaluasi untuk melihat tingkat keberhasilan yang sudah dicapai penulis.

19
3.2.Saran
Diharapkan sebelum melakukan pengkajian langsung terhadap pasien terlebih dahulu menguasai
konsep sehingga dapat mempermudah pengumpulan data. Dalam pengumpulan data ini penulis
melakukan hubungan baik dengan dan keluarga sehingga mempermudah dalam pengumpulan
data. Jadi diharapkan mampu melakukan hubungan yang baik dengan pasien dan
keluarga.Diharapkan agar mampu menegakkan diagnose dengan tepat sesuai dengan tanda dan
gejala yang ada sehingga masalah yang ada dapat segera tertangani.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.scibrd.com/doc/230045599/Makalah-Cor-Pulmonal

20

Anda mungkin juga menyukai