Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN COR PULMONAL

Makalah asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah

Dosen Pembimbing : Marwansyah S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok I

1. Addini P07120120001
2. Adhayati P07120120002
3. Annisa Amalia Agustina P07120120003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

BANJARBARU

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah
asuhan keperawatan Cor Pulmonal ini yang tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat
memberikan informasi serta bermanfaat bagi kita semua.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak
yang telah berperan dalam penyusanan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhai segala usaha kita.

Banjarbaru, 30 Juli 2021

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.3 Tujuan......................................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Cor Pulmonalis..........................................................................................3


2.2 Etiologi Cor Pulmonalis..........................................................................................3
2.3 Klasifikasi Cor Pulmonalis......................................................................................5
2.4 Manifestasi Klinis Cor Pulmonalis..........................................................................6
2.5 Komplikasi Cor Pulmonalis.....................................................................................6
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Cor Pulmonalis................................................................6
2.7 Patofisiologi Cor Pulmonalis...................................................................................8
2.8 Pathway Cor Pulmonalis.........................................................................................9
2.9 Prognosis Cor Pulmonalis.....................................................................................11
2.10 Penatalaksanaan Cor Pulmonalis..........................................................................11
2.11 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Cor Pulmonalis..............................................12

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................................23
3.2 Saran......................................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Cor pulmonal merupakan suatu keadaan timbulnya hipertrofi dan dilatasi


ventrikel kanan akibat hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh penyakit yang
menyerang struktur, fungsi paru, atau pembuluh darah pulmonal yang dapat
berlanjut menjadi gagal jantung kanan. Menurut World Health Organization
(WHO), definisi kor pulmonal adalah keadaan patologis dengan hipertrofi
ventrikel kanan yang disebabkan oleh kelainan fungsional dan struktur paru.
Tidak termasuk kelainan karena penyakit jantung primer pada jantung kiri dan
penyakit jantung kongenital (bawaan). Istilah hipertrofi yang bermakna sebaiknya
diganti menjadi perubahan struktur dan fungsi ventrikel kanan.

Dikarenakan paru berkorelasi dalam sirkuit kardiovaskuler antara ventrikel


kanan dengan bagian kiri jantung, perubahan pada struktur atau fungsi paru akan
mempengaruhi secara selektif jantung kanan. Patofisiologi akhir yang umum yang
menyebabkan kor pulmonal adalah peningkatan dari resistensi aliran darah melalui
sirkulasi paru dan mengarah pada hipertensi arteri pulmonal.

Cor pulmonal dapat terjadi secara akut maupun kronik. Penyebab kor
pulmonal akut tersering adalah emboli paru masif sedangkan kor pulmonal
kronik sering disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada kor
pulmonal kronik umumnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan sedangkan pada
kor-pulmonal akut terjadi dilatasi ventrikel kanan. Insidens yang tepat dari kor
pulmonal tidak diketahui karena seringkali terjadi tanpa dapat dikenali secara
klinis. Diperkirakan insidens kor pulmonal adalah 6% sampai 7% dari seluruh
penyakit jantung. Di Inggris terdapat sedikitnya 0,3% populasi dengan resiko
terjadinya kor pulmonal pada populasi usia lebih dari 45 tahun dan sekitar 60.000
populasi telah mengalami hipertensi pulmonal yang membutuhkan terapi oksigen
jangka panjang.

Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kor pulmonal adalah penyakit


yang secara primer menyerang pembuluh darah paru dan penyakit yang mengganggu
aliran darah paru. Berdasarkan penelitian lain di Ethiopia, menemukan penyebab

1
terbanyak kor pulmonal berturut-turut adalah asma bronkial, tuberkulosis paru,
bronkitis kronik, emfisema, penyakit interstisial paru, bronkiektasis, obesitas,
dan kifoskoliosis. Kor pulmonal terjadi ketika hipertensi pulmonal menimbulkan
tekanan berlebihan pada ventrikel kanan. Tekanan yang berlebihan ini
meningkatkan kerja ventrikel kanan yang menyebabkan hipertrofi otot jantung yang
normalnya berdinding tipis, yang akhirnya dapat menyebabkan disfungsi.

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa definisi cor pulmonalis ?


b. Apa etiologi/ faktor pencetus cor pulmonalis ?
c. Apa saja klasifikasi dari cor pulmonalis ?
d. Apa saja manifestasi klinis cor pulmonalis ?
e. Apa komplikasi cor pulmonalis ?
f. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada pasien cor pulmonalis ?
g. Bagaimana patofisiologi cor pulmonalis ?
h. Bagaimana pathway terjadinya cor pulmonalis ?
i. Bagaimana prognosis terjadi cor pulmonalis ?
j. Bagaimana penatalaksanaan pasien dengan cor pulmonalis ?
k. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan cor pulmonalis ?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui definisi cor pulmonalis.


b. Untuk mengetahui etiologi/ faktor pencetus cor pulmonalis.
c. Untuk mengetahui klasifikasi dari cor pulmonalis.
d. Untuk mengetahui manifestasi klinis cor pulmonalis.
e. Untuk mengetahui komplikasi cor pulmonalis.
f. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien cor pulmonalis.
g. Untuk mengetahui patofisiologi cor pulmonalis.
h. Untuk mengetahui pathway terjadinya cor pulmonalis.
i. Untuk mengetahui prognosis terjadi cor pulmonalis.
j. Untuk mengetahui penatalaksanaan pasien dengan cor pulmonalis.
k. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien dengan cor pulmonalis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Cor Pulmonalis

Pulmonary heart disease adalah pembesaran ventrikel kanan (hipertrofi


dan/atau dilatasi) yang terjadi akibat kelainan paru, kelainan dinding dada, atau
kelainan pada kontrol pernafasan. Tidak termasuk di dalamnya kelainan jantung
kanan yang terjadi akibat kelainan jantung kiri atau penyakit jantung bawaan
(Boughman, 2000).
Cor pulmonal merupakan suatu keadaan dimana timbul hipertrofi dan dilatasi
ventrikel kanan tanpa atau dengan gagal jantung kanan; timbul akibat penyakit yang
menyerang struktur atau fungsi paru-paru atau pembuluh darahnya. Definisi ini
menyatakan bahwa penyakit jntung kiri maupun penyakit jantung bawaan tidak
bertanggung jawab atas patogenesis kor pulmonale. Kor pulmonale bisa terjadi akut
(contohnya, emboli paru-paru masif) atau kronik (A. Price Sylvia and M.
Wilson Lorraine, 1995). Kor Pulmonal adalah terjadinya pembesaran dari jantung
kanan (dengan atau tanpa gagal jantung kiri) sebagai akibat dari penyakit yang
mempengaruhi struktur atau fungsi dari paru-paru atau vaskularisasinya. (Irman
Somantri, 2012). Kor Pulmonal adalah penyakit pembesaran jantung kanan (ventrikel
kiri) dengan atau tanpa gagal jantung kiri (Menurut Kelompok).

2.2 Etiologi Cor Pulmonalis


a. Penyakit paru obstruksi kronik.
b. Emfisema
c. Penyumbatan vaskuler/ remodeling vaskuler/ obstruksi pembuluh darah:
emboli paru, atau penyakit yang menyebabkan kompresi perivaskular atau
destruksi jaringan pada fibrosis paru, granulomatosis, kanker paru.
d. Trombo emboli
e. Vasokonstriksi pulmonal menyeluruh: dapat disebabkan oleh hipoksia, pirau
intrapulmonal kanan ke kiri.
f. Penyakit / radang pembuluh darah
g. Penyakit sickle cell
h. Penyakit parenkim dan pengurangan daerah pembuluh darah

3
i. Bronkiektasis difus
j. TB paru luas
k. Hipertensi pulmonal primer. Hipertensi pulmonale merupakan komplikasi
hemodinamik.

Mekanisme terjadinya hipertensi pulmonale pada kor pulmunale dapat di bagi menjadi
4 kategori yaitu :

i. Obstuksi
Terjadi karena adanya emboli paru baik akut maupun kronik. Chronic
Thromboembolic Pulmonary Hypertesion (CTEPH) merupakan salah satu penyebab
hipertensi pulmonale yang penting dan terjadi pada 0.1 – 0.5 % pasien dengan emboli
paru. Pada saat terjadi emboli paru, system fibrinolisis akan bekerja untuk
melarutkan bekuan darah sehingga hemodinamik paru dapat berjalan dengan
baik. Pada sebagian kecil pasien system fibrinolitik ini tidak berjalan baik sehingga
terbentuk emboli yang terorganisasi disertai pembentukkan rekanalisasi dan
akhirnya menyebabkan penyumbatan atau penyempitan pembuluh darah paru.
ii. Obliterasi
Penyakit intertisial paru yang sering menyebabkan hipertensi pulmonale
adalah lupus eritematosus sistemik scleroderma, sarkoidosis, asbestosis, dan
pneumonitis radiasi. Pada penyakitpenyakit tersebut adanya fibrosis paru dan
infiltrasi sel-sel yang progersif selain menyebabkan penebalan atau perubahan
jaringan interstisium, penggantian matriks mukopolisakarida normal dengan jaringan
ikat, juga menyebabkan terjadinya obliterasi pembuluh paru.
iii. Vasokontriksi
Vasokontriksi pembuluh darah paru berperan penting dalam patogenesis
terjadinya hipertensi pulmonale. Hipoksia sejauh ini merupakan vasokontrikstor
yang paling penting. Penyakit paru obstruktif kronik merupakan penyebab yang
paling di jumpai. Selain itu tuberkolosis dan sindrom hipoventilasi lainnya misalnya
sleep apnea syndrome, sindrom hipoventilasi pada obesitas, dapat juga menyebabkan
kelainan ini. Asidosis juga dapat berperan sebagai vasokonstriktor pembuluh darah
paru tetapi dengan potensi lebih rendah. Hiperkapnea secara tersendiri tidak
mempunyai efek fasokonstriksi tetepi secara tidak langsung dapat meningkatkan
tekanan arteri pulmunalis melalui efek asidosisnya. Eritrositosis yang terjadi

4
akibat hipoksia kronik dapat meningkatkan vikositas darah sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan arteri pumonalis.

2.3 Klasifikasi Cor Pulmonalis

Cor pulmonal (Pulmonary heart disease) diklasifikasikan berdasarkan etiologinya,


yaitu :
a. Cor pumonal (Pulmonary heart disease) akibat Emboli Paru adalah hipertropi
ventrikel kananyang disebabkan karena adanya sumbatan pada area sirkulasi
pulmonal.
b. Cor pulmonal (Pulmonary heart disease) dengan PPOM adalah hipertropi
ventrikel kanan karena pengaruh penyakit bronkhitis kronik, bronkhiektosis,
emfisema paru dan asma yang menyerang paru-paru.
c. Cor pulmonal (Pulmonary heart disease) dengan Hipertensi Pulmonal primer
adalah hipertropi ventrikel kanan yang dikarenakan oleh peningkatan tekanan
darah dalam sirkulasi pulmonal.
d. Cor pulmonal (Pulmonary heart disease) dengan kelainan jantung kanan adalah
hipertropi ventrikel kanan yang memang dicetuskan oleh adanya gangguan pada
vertrikel kanan itu sendiri.

Klasifikasi menurut waktu lama terjadinya :

a. Cor Pulmonal Akut


i. Yaitu dilatasi mendadak dari ventrikel kanan dan dekompensasi.
ii. Etiologi : embolus multiple pada paru-paru atau massif yang secara
mendadak akan menyumbat aliran darah dan ventrikel kanan.
iii. Gejala : biasanya segera di susul oleh kematian, Terjadi dilatasi dari
jantung kanan.
b. Cor Pulmonal Kronik
Merupakan jenis kor pulmonal yang paling sering terjadi. Dinyatakan
sebagai hipertropi ventrikel kanan akibat penyakit paru atau pembuluh darah
atau adanya kelainan pada torak, yang akan menyebabkan hipertensi dan
hipoksia sehingga terjadi hipertropi ventrikel kanan.

5
2.4 Manifestasi Klinis Cor Pulmonalis
Informasi yang didapat bisa berbeda-beda antara satu penderita yang satu dengan
yang lain tergantung pada penyakit dasar yang menyebabkan pulmonary heart
disease.
a. Cor-pumonal akibat Emboli Paru : sesak tiba-tiba pada saat istirahat,
kadang-kadang didapatkan batuk-batuk, dan hemoptisis.
b. Cor-pulmonal dengan PPOM : sesak napas disertai batuk yang produktif (banyak
sputum).
c. Cor pulmonal dengan Hipertensi Pulmonal primer : sesak napas dan sering
pingsan jika beraktifitas (exertional syncope).
d. Pulmonary heart disease dengan kelainan jantung kanan : bengkak pada perut dan
kaki serta cepat lelah. Gejala predominan pulmonary heart disease yang
terkompensasi berkaitan dengan penyakit parunya, yaitu batuk produktif kronik,
dispnea karena olahraga, wheezing respirasi, kelelahan dan kelemahan. Jika
penyakit paru sudah menimbulkan gagal jantung kanan, gejala - gejala ini lebih
berat. Edema dependen dan nyeri kuadran kanan atas dapat juga muncul.

Tanda-tanda pulmonary heart disease misalnya sianosis, clubbing, vena leher


distensi, ventrikel kanan menonjol atau gallop (atau keduanya), pulsasi sternum
bawah atau epigastrium prominen, hati membesar dan nyeri tekan, dan edema
dependen.

2.5 Komplikasi Cor Pulmonalis


Komplikasi dari pulmonary heart disease diantaranya:
a. Sinkope
b. Gagal jantung kanan
c. Edema perifer
d. Kematian

2.6 Pemerikaaan Diagnostik Cor Pulmonalis


a. Pemeriksaan fisik, didapatkan :
i. JVP meningkat dikaitkan dengan adanya respon gagal jantung kanan dan
hipertropi ventrikel kanan sendiri, ketika terjadi hipertropi ventrikel kanan dan
akhirnya gagal jantung kanan, maka vena jugularis juga ikut menunjang

6
kompensasi sehingga tekanan atau venous jugularis pulse mengalami
peningkatan.
ii. Hepatomegali dikatkan dengan adanya desakan dari arah ventrikel kanan jantung
yang mendesak ruang diafragma dan hepar sehingga ketika dilakukan
pemeriksaan, yaitu palpasi dan perkusi hepar ditemukan adanya hepatomegali.
iii. Asites dan edema tungkai dikaitkan dengan salah satu tanda penyakit gagal
jantung kanan sebagai respon komplikasi penyakit kor pulmonal ini, yaitu
oedema pada daerah ekstremitas bawah (tungkai) dan berisi cairan (asites).

b. Pemeriksaan jantung, didapatkan :


i. Peningkatan bunyi komponen pulmoner merupakan tanda hipertensi pulmoner.
ii. Tekanan arteri pulmoner sangat tinggi akan terjadi regurgitasi di katup
trikuspid ditandai dengan bunyi murmur sistolik.

c. Pemeriksaan Radiologi
Batang pulmonal dan hilus membesar. Perluasan hilus dapat dinilai
dariperbandingan jarak antara permulaan percabangan arteri pulmonalis utama
kanan dan kiri dibagi dengan diameter transversal torak. Perbandingan >0,36
menunjukkan hipertensi pulmonal.

d. Ekokardiografi
Memungkinkan pengukuran ketebalan dinding ventrikel kanan, meskipun
perubahan volume tidak dapat diukur, tekni ini dapat memperlihatkan pembesaran
kavitas ventrikel kanan dalam yang menggambarkan adanya pembesaran ventrikel
kiri. Septum interventrikel dapat bergeser ke kiri.

e. Biopsi Paru
Untuk menunjukkan vaskulitis pada beberapa tipe penyakit vaskuler paru
seperti penyakit vaskuler kolagen, artritis reumatoid dan wagener granulomatosis.

7
2.7 Patofisiologi Cor Pulmonalis
Beratnya pembesaran ventrikel kanan padda kor pulmonal berbanding lurus
dengan fungsi pembesaran dari peningkatan afterload. Jika resistensi vaskuler paru
meningkat dan relatif tetap, seperti pada penyakit vaskuler atau parenkim paru,
peningkatan curah jantung sebagaimana terjadi pada pengerahan tenaga fisik, maka
dapat meningkatkan tekanan arteri pulmonalis secara bermakna. Afterload ventrikel
kanan secara kronik meningkat jika volume paru membesar, seperti pada penyakit
COPD, pemanjangan pembuluh darah dan kompresi kapiler alveolar.

Penyakit paru dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan pada suatu waktu
akan mempengaruhi jantung serta menyebabkan pembesaran ventrikel kanan. Kondisi
ini sering kali menyebabkan terjadinya gagal jantung. Beberapa kondisi yang
menyebabkan penurunan oksigen paru dapat mengakibatkan hipoksemia (penurunan
PaO2) dan hiperkapnea (peningkatan PaCO2) yang nantinya akan mengakibatkan
insufisiensi ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnea akan menyebabkan vasokontriksi
arteri pulmonal dan memungkinkan terjadinya penurunan vaskularisasi paru seperti
pada emfisema dan emboli paru. Akibatnya akan terjadi peningkatan tahanan pada
sistem sirkulasi pulmonal, yang akan menjadikannya hipertensi pulmonal. Tekanan
rata-rata pada arteri paru adalah 45mmHg, jika tekanan ini meningkat dapat
menimbulkan kor pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti
oleh gagal jantung kanan.

8
2.8 Pathway
Gangguan Paru-paru Restriktif

Gangguan Paru-Paru Obstruksi

Gangguan Paru-Paru Primer

Perubahan anatomi pembuluh Perubahan fungsional paru


darah paru-paru

Hipoksemia dan hiperkapnea


Pengurangan jaringan vaskuler
paru-paru

Asidosis
polisitemia

Vasokontriksi arteri pulmonal

Peningkatan resistensi vaskular


paru

Hipertensi Pulmonal

Hipertensi ventrikel kanan

Akut Kronik
Kor Pulmonal

Waktu bagi ventrikel kanan


Kegagalan kompensasi
untuk berkompensasi ↓
jantung

Tekanan arteri pulmonalis naik


tiba-tiba (>40-45 mmHg)

Curah jantung
Gagal Jantung Kanan
menurun
9
Gagal Jantung Kanan

Suplai darah ke Sirkulasi O2 jaringan


Proses inflamasi Darah yang dipompa
Curah jantung hipoksia tidak adekuat
akibat riwayat jantung menurun otak menurun

Suplai O2 ke Suplai darah ke


Hipertrofi dan Darah yang disaring Penimbunan asam
jaringan lemas jaringan serebri
hiperplasia kelenjar glomeroulus menurun laktat
menurun menurun

Saluran pernapasan Nafsu makan Pusing


hipoksemia oliguria
lebih menyempit menurun

Gangguan Perubahan pola Gangguan


Suplai O2 menurun Anoreksia kesadaran
pertukaran gas eliminasi urin

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Intoleransi aktivitas
Hipoksia
kebutuhan tubuh

Ketidakefektifan pola
napas
10
2.9 Prognosis
Belum ada pemeriksaan prospektif yang dilakukan untuk mengetahui
prognosis pulmonary heart disease kronik. Pengamatan yang dilakukan tahun 1950
menunjukkan bahwa bila terjadi gagal jantung kanan yang menyebabkan kongesti
vena sistemik, harapan hidupnya menjadi kurang dari 4 tahun. Walaupun demikian,
kemampuan dalam penanganan pasien selama episode akut yang berkaitan dengan
infeksi dan gagal napas mangalami banyak kemajuan dalam 5 tahun terakhir.
Prognosis pulmonary heart disease berkaitan dengan penyakit paru yang
mendasarinya.
Pasien yang mengalami pulmonary heart disease akibat obeliteras
pembuluh darh arteri kecil yang terjadi secara perlahanlahan akibat penyakit
intrinsiknya (misal emboli), atau akibat fibrosis intertisial harapan untuk
perbaikannya kecil karena kemungkinan perubahan anatomi yang terjadi subah
menetap. Harapan hidup pasien PPOK jauh lebih baik bila analisis gas
darahnya dapat dipertahankan mendekati normal. Penelitian lain menyatakan
bahwa prognosis kor pulmonal sangat bervariasi, tergantung penjalanan alami
penyakit paru yang mendasari dan ketaatan pasien berobat. Penyakit
bronkopulmonal simtomatik angka kematian rata-rata 5 tahun sekitar 40-50%.
Juga obstruksi vaskular paru kronik dengan hipertrofi ventrikel kanan
mampunyai prognosis yang buruk. Biasanya pasien hipertensi pulmonal dengan
obstruksi vaskular kronik hanya bertahan hidup 2-3 tahun sejak timbulnya gejala

2.10 Penatalaksanaan
Tujuan dari penatalaksanaan adalah meningkatkan ventilasi klien dan
mengobati penyakit yang melatarbelakangi beserta manifestasi dari gagal
jantungnya. Secara umum penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan adalah
sebagai berikut.
1. Pada klien dengan penyakit asal COPD dapat diberikan 02 untuk memperbaiki
pertukaran gas dan menurunkan tekanan arteri pulmonal dan tahanan vaskular
pulmonal.
2. Bronkhial higine, diberikan obat golongan bronkodilator
3. Jika terdapat gejala gagal jantung,maka harus memperbaiki kondisi hipoksemia
dan hiperkapnea.
4. Bedrest, diet rendah sodium, dan pemberian diuretik.
11
5. Digitalis, bertujuan untuk meningkatkan kontraktilitas dan menurunkan denyut
jantung, selain itu juga mempunyai efek digitalis ringan.
2.11 Asuhan keperawatan Cor Pulmonal

a. Kasus
Tn.A usia 45 tahun dengan alamat Perak MRS di Rumah Sakit Moejidto pada
tanggal 26 Oktober 2016 sesak nafas ketika melakukan aktifitas dan pada saat
batuk. Setalah dilakukan pengkajian, didapatkan TTV klien : tekanan darah
160/110 mmHg, nadi 110x/menit, RR 28x/menit, suhu 37⁰C, ekspresi wajah
tampak cemas dan pucat. Pasien mengatakan keadaannya lemah dan merasa pusing.
Hasil pemeriksaan ekokardiografi tampak adanya pembesaran (dilatasi) ventrikel
kanan, tanpa adanya kelainan struktur pada jantung kiri.. Dari pemeriksaan
laboratorium menyebutkan bahwa pasien di diagnosa mengalami jantung paru (cor
pulmonal).

b. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 45 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh pabrik
Pendidikan :-
Alamat : Perak
No. Registrasi : 12024
Tanggal masuk Rumah sakit : 26 Oktober 2016 (13.00)
Diagnosis medis : Cor pulmonary
Tanggal pengkajian : 26 Oktober 2016 (13.00)

2. Penanggung jawab
Nama : Sutini
Umur : 40 Tahun

12
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan pasien : Istri
Alamat : Perak

3. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh sesak nafas ketika melakukan aktifitas dan pada saat batuk.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RS Moedjito pada tanggal 26 Oktober 2016 pada pukul 13.00
dengan keluhan sesak napas, nyeri dada. TD : 160/100 mmHg, Nadi :

110x/menit, RR : 28x/menit, S : 370C. Ekspresi wajah cemas dan pucat.


c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Pasien mengatakan jika sebelumnya pernah menderita hipertensi pulmonary.
Namun pasien mengatakan sering terpapar polusi dari pabrik tempat bekerja
dan perokok aktif.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan jika dikeluarganya belum pernah ada yang terkena cor
pulmonary.
e. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Pasien tinggal bersamakeluarga. Keluarga pasien mengatakan lingkungan
rumahnya bersih.

4. Pemeriksaan Fisik
a. TD : 160/100 mmHg
b. RR : 28x/menit

c. Suhu : 370C
d. Nadi : 110x/menit

5. Pemeriksaan Persistem
a. Pernapasan
Anamnesa : Pasien meneluh sesak nafas saat beraktifitas dan batuk.
13
1. Hidung
Inspeksi : Ada napas cupping hidung
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir kering
3. Area dada
Inspeksi : Dada simetris
Palpasi : Adanya nyeri tekan
Perkusi : Suara sonor
Auskultasi : Suara nafas wheezing

b. Cardiovascular dan limfe


Anamnesa : Tidak ada keluhan
1. Wajah
Inspeksi : Sembab, pucat
Konjungtiva : Pucat
2. Leher
Inspeksi : Ada bendungan vena jugularis
3. Dada
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Iktus cordis di RIC V
Perkusi : Pekak
Auskultasi : BJ1 Bj2 normal
4. Ekstrimitas atas
Inspeksi : Tidak sianosis
Palpasi : Tidak ada CRT, suhu akral panas
5. Ekstrimitas bawah
Inspeksi : Tidak sianosis
Palpasi : Tidak ada CRT, suhu akral panas, tidak adanya odem
6. Paru-paru
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor

14
Auskultasi : Vesikuler

c. Persyarafan
Anamnesa : tidak ada pusing
1. Ujinervus 1 olfaktorius (pembau) : Tidak bisa membedakan bau
2. Ujinervus II opticus (penghilatan) : Tidak ada rabun
3. Ujinervus III oculomotorius : Tidak ada odem pada kelopak mata
4. Ujinervus IV toklearis : Ukuran pupil normal 4-5 mm
5. Ujinervus V trigeminus : Dapat menutup mulut secara tiba-tiba
6. Ujinervus VI abdusen : Gerakan bola mata simetris
7. Ujinervus VII facialis : Dapat menggembungkan pipi dan
dapat menaik turunkan alis mata
8. Ujinervus VIII additorious / akustikus : Dapat mendengar dengan
normal
9. Ujinervus IX glosoparingeal : Tidak ada reflek muntah
10. Ujinervus X vagus : Dapat menelan, menggerakan lidah
dengan benar
11. Ujinervus XI aksesorius : Dapat menggerakan bahu dan kepala
12. Ujinervus hypoglossal : Dapat menjulurkan lidah

d. Sistem Pencernaan
Anamnesa : Tidak mengalami keluhan
1. Mulut
Inspeksi : Tidak ada sianosis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
2. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada luka
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Suara perut (tympani)
3.Kuadran I
Hepar : Tidak ada nyeri tekan
4. Kuadran II
Gaster : Tidak ada distensi abdomen
5. Kuadran III
15
Ileum : Tidak ada nyeri tekan
6. Kuadran IV
Tidak ada Nyeri tekan pada titik Mc Burney

e. Sistem muskuloskeletal dan integument


Anamnesa : Tidak ada nyeri
Kekuatan otot : 33

5 5

Keterangan:

0 : Tidak ada kontraksi


1 : Kontaksi (gerakan minimal)
2 : Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3 : Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4 : Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan ringan.

f. Sistem endokrin dan eksokrin


Anamnesa : Tidak ada keluhan pada pola eliminasi
1. Kepala
Inspeksi : Tidak ada odem
2. Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan nyeri tekan
3. Ekstrimitas bawah : Tidak ada edem

g. Sistem reproduksi
Anamnesa : Tidak ada keluhan
h. Persepsi sensori
Anamnesa : Tidak ada keluham
1. Mata

16
Inspeksi : Simetris
Kornea : Normal berkilau
Iris dan pupil : Warna iris dan ukuran normal
Lensa : Normal jernih dan transparan
Sclera : Warna ( putih

4.5 Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan
1 Ketidakefektifan pola napas ( D.0005 )
2 Intoleransi aktivitas ( D.0056 )
3 Gangguan pertukaran gas ( D.0003 )

4.6 Tujuan dan kriteria hasil

Diagnosa 1 Ketidakefektifan pola napas


Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam, diharapkan
inspirasi/ekspirasi ventilasi pasien menjadi adekuat.
Kriteria hasil
1 Dispnea menurun ( 5 )
2 Frekuensi napas membaik ( 5 )
3 Tekanan ekspirasi meningkat ( 5 )
4 Tekanan inspirasi meningkat ( 5 )

Diagnosa 2 Intoleransi aktivitas


Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 × 24 jam, diharapkan
kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari – hari meningkat.
Kriteria hasil
1 Frekuensi nadi meningkat ( 5 )
2 Keluhan lelah menurun ( 5 )
3 Tekanan darah membaik ( 5 )
4 Frekuensi napas membaik ( 5 )

17
Diagnosa 3 Gangguan pertukaran gas
Tujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 jam, diharapkan bunyi
oksigenasi/eliminasi karbondioksida meningkat.
Kriteria hasil
1 Bunyi napas tambahan menurun ( 5 )
2 Napas cuping hidung menurun ( 5 )
3 Tingkat kesadaran meningkat ( 5 )
4 Pola napas membaik ( 5 )

4.7 Intervensi Keperawatan

Rencana Intervensi dan aktivitas keperawatan

Diagnosa Keperawatan : Ketidakefektifan pola napas ( D.0005 )

Intervensi Keperawatan Aktivitas Keperawatan


1. Pemantauan respirasi ( I.01014 ) a. Memonitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas
b. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
c. Monitor pola napas ( seperti bradipnea, biot )
d. Monitor adanya sumbatan jalan napas
e. Dokumentasikan hasil pemantauan
f. Jelaskan hasil pemantauan, jika perlu
2. Manajemen jalan napas ( I.01011 ) a. Monitor bunyi napas tambahan
b. Monitor sputum
c. Posisikan semi-fowler atau fowler
d. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
e. Ajarkan teknik batuk efektif
f. Kolaborasi pemberian bronkodilator
3. Latihan batuk efektif ( I.01006 ) a. Identifikasi kemampuan batuk
b. Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
napas
c. Atur posisi semi-folwer atau fowler
d. Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
e. Kolaborasi pemberian mukolitik/ekspektoran

18
Rencana Intervensi dan aktivitas keperawatan

Diagnosa Keperawatan : Intoleransi Aktivitas ( D.0056 )

Intervensi Keperawatan Aktivitas Keperawatan


1. Menejemen Energi ( I.05178 ) a. Monitor kelelahan fisik
pemantauan tanda-tanda vital ( I.02060 ) b. Sediakan lingkungan yang nyaman
c. Anjurkan tirah baring
d. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
2. pemantauan tanda-tanda vital ( I.02060 ) a. Monitor tekanan darah
b. Monitor pernapasan
c. Monitor nadi
d. Dokumentasi hasil pemantauan

3. Terapi aktivitas ( I.05186 ) a. Identifikasi deficit tingkat aktifitas


b. Monitor respon emosional, fisik, social,
dan spiritual terhadap aktivitas
c. anjurkan melakukan aktivitas fisik, social,
spiritual, dan kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
d. Fasilitasi mengemban motivasi dan
penguatan diri

19
Rencana Intervensi dan aktivitas keperawatan

Diagnosa Keperawatan : Gangguan Pertukaran gas ( D.0003 )

Intervensi Keperawatan Aktivitas Keperawatan


1. Pemantauan Respirasi ( I.01014 ) a. Monitor pola nafas
b. Monitor saturasi oksigen
c. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya nafas
d. Monitor adanya sumbatan jalan nafas
e. Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
f. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
g. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
2. Terapi Oksigen ( I.01026 ) a. Monitor kecepatan aliran oksigen
b. Monitor posisi alat terapi oksigen
c. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
d. Monitor integritas mukosa hidung akibat
pemasangan oksigen
e. Pertahankan kepatenan jalan nafas
f. Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan
trakea jika perlu

4.8 Implementasi Keperawatan

20
No Hari, Diagnosa Keperawatan Implementasi TTD
tanggal, jam
1 Jum’at, 30 Ketidakefektifan pola a. Menjelaskan tentang pengertian cor Nisa
Juli 2021 napas ( D.0005 ) pumonalis
14.30 wita b. Menjelaskan penyebab dan gejala cor
pulmonalis
c. Mengajarkan tatalaksana cara batuk
efektif
d. Memberikan dukungan positif kepada
keluarga
2 Sabtu, 31 Intoleransi Aktivitas a. Memonitor respon kardio respirasi ketika Yati
Juli 2021 ( D.0056 ) beraktivitas
13.00 wita b. Mengkaji status fisiologis pasien
terhadap derajat kelelahan
c. Memantau
d. TTV Mendiskusikan aktivitas yang dapat
di lakukan
3 Senin, 02 Gangguan pertukaran a. Menjelaskan tentang gangguan Dini
Agustus gas ( D.0003 ) pertukaran gas
2021 b. Menjelaskan penyebab dan gejala dari
10.00 Wita gangguan pertukaran gas
c. Mengajarkan mempertahankan
kepatenan jalan nafas
d. Memberikan dukungan kepada klien dan
keluarga

21
4.9 Evaluasi Keperawatan

22
No Hari, Diagnosa Keperawatan Catatan perkembangan TTD
tanggal, jam
1 Jum’at, 30 Ketidakefektifan pola S : Tn. A dapat menjelaskan kembali apa Nisa
Juli 2021 napas ( D.0005 ) yang sudah dijelaskan oleh perawat
14.30 wita O : Tn. A terlihat dapat menjawab
pertanyaan yang diajukan perawat seperti
pengertian serta penyebab dan gejala cor
pulmonalis
A : Masalah teratasi
P : Hentikan Intervensi
2 Sabtu, 31 Intoleransi Aktivitas S : Tn. A mengatakan sesaknya sudah Yati
Juli 2021 ( D.0056 ) berkurang
13.00 wita O: - klien tampak tidak sesak
- TTV
Td:140/80 mmHg, P: 22x/menit
N: 82x/menit, S: 36C
A : Intoleransi teratasi
P : Hentikan Intervensi
3 Senin, 02 Gangguan pertukaran S : Tn. A dapat menjelaskan kembali apa Dini
Juli 2021 gas ( D.0003 ) yang disampaikan perawat
10.00 Wita O : Tn. A dapat menjawab pertanyaan
perawat tentang penyebab dan gejala
gangguan pertukaran gas
A : Masalah sudah teratasi
P : Hentikan intervensi

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Cor pulmonal adalah pembesaran ventrikel kanan (hipertrofi dan/ atau
dilatasi) yang terjadi akibat kelainan paru, kelainan dinding dada, atau
kelainan pada kontrol pernafasan.
Cor pulmonal dapat terjadi akut maupun kronik. Penyebab Cor
Pulmonale akut tersering adalah emboli paru masif, sedangkan Cor Pulmonale
24
kronik sering disebabkan oleh penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Pada Cor
Pulmonale kronik umumnya terjadi hipertrofi ventrikel kanan, sedangkan pada
Cor Pulmonal akut terjadi dilatasi ventrikel kanan.

3.2 Saran
Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai perawat atau calon
perawat harus terus meningkatkan kompetensi diri kita, lebih-lebih yang
berkaitan dengan fenomena kesehatan yang bersifat spesifik pada sistem
kardiovaskuler, seperti penyakit Cor pulmonal ini.

25
DAFTAR PUSTAKA

Somantri, Irman. 2012. Asuhan keperawatan pada Klien dengan gangguan system
Pernapasan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Somantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan sistem
Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.

Price Sylvia, M. Wilson Lorraine. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit, Buku 2. Jakarta: EGC

Smeltzer, suzanne C; Bate, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarted 8 Vol 3. Jakarta : EGC

Doenges, Marilyn E, dkk. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC

26

Anda mungkin juga menyukai