Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KOMUNIKASI

DEMENSIA & GANGGUAN PENGLIHATAN


Dosen Pengampu : Hj. Ainun Sajidah, S.Kep.,Ns.M.Biomed

KELOMPOK 12 :
1. Adhayati P07120120002
2. Wardati Safitri P07120120039

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

JURUSAN D III KEPERAWATAN


BANJARBARU

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan pembuatan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Damensia dan gangguan penglihatan”
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan tentang kebutuhan nutrisi
pada orang dewasa dan lansia. Kami menyadari makalah yang kami tulis ini jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun, demi
perbaikan dalam makalah ini.

Banjarbaru, 8 Oktober 2020

Kelompok 12

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................2
C. Tujuan .....................................................................................................................2

BAB II Pembahasan............................................................................................................3
A. PengertianDamensia................................................................................................3
B. Tipe-tipe Demensia. ..........................................................................................................7
C. Faktor yang mempengaruhi demensia ..............................................................................8
D. Beberapa Penyebab Timbulnya Demensia……………………………………………….10
E. Pengukuran demensia…………………………………………………………………….11
F. Tekhnik komunikasi dengan pasien damensia …………………………………..12
G. Gangguan Penglihatan .………………………………………………………….13
H. Beberapa penyebab gangguan penglihatan………………………………………14
I. Teknik – Teknik Berkomunikasi Terapeutik Pada Pasien Gangguan
Penglihatan……………………………………………………………………….25

BAB III Penutup…………………………………………………………………………27


A. Kesimpulan………………………………………………………………………27
B. Saran…………………………………………………………………..…………27

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demensia adalah masalah yang banyak dihadapi berbagai negara. Indonesia
memiliki jumlah penderita demensia sebesar 1.2 juta jiwa dan masuk dalam sepuluh
negara dengan demensia tertinggi di dunia dan di Asia Tenggara pada 2015 menurut ADI
(Alzheimer Disease International). 1 Angka kejadian demensia semakin meninggi dengan
meningkatnya usia dan harapan hidup. Namun, saat ini masyarakat belum mengerti persis
mengenai demensia sehingga sering kali disamakan dengan kelupaan biasa.
Demensia merupakan sindrom penurunan fungsi kognitif atau intelektual seiring
dengan penurunan kemandirian dan aktifitas sosial di luar penuaan biasa. 2 Kehilangan
sel syaraf di otak oleh berbagai kondisi dapat menimbulkan demensia. Penyebab
demensia bervariasi dari gangguan endokrin, metabolik, serebrovaskular, inflamasi,
infeksi, struktural, dan neurodegeneratif.2 Penyebab tersering demensia adalah penyakit
neurodegeneratif seperti penyakit Alzheimer (60-80% kasus), demensia dengan Lewy
bodies, dan fronto-temporal demensia. Adapun penyebab lain berupa demensia vaskular,
trauma otak, hydrocephalus, hipothyroid, dan infeksi HIV (Human Immunodeficiency
Virus). 2,3 Pada demensia terdapat perubahan dari tiga komponen utama yaitu penurunan
fungsi kognitif, penurunan aktifitas fungsional, dan gangguan perilaku (Behavioural and
Psychological Symptoms of Dementia).
Gangguan fungsi kognitif pada penderita demensia dapat berupa gangguan
memori, orientasi, pengertian, kalkulasi, kemampuan belajar, persepsi visuospatial,
fungsi bahasa, serta fungsi eksekutif (perencanaan, mengorganisir, dan kemampuan
mengambil keputusan). 2,4 Demensia membawa dampak sosial, ekonomi, fisik dan
psikologis tidak hanya pada penderita melainkan kepada pengasuh, keluarga, dan
masyarakat. Saat ini, demensia menjadi salah satu penyebab utama disabilitas dan
ketergantungan pada penyandangnya.
Gangguan pada penglihatan akan mengakibatkan penurunan fungsi penglihatan.
Salah satu sebab penurunan fungsi penglihatan adalah kelainan refraksi, yaitu keadaan
dimana bayangan tidak terbentuk pada retina. Kelainan refraksi dapat meningkatkan
resiko terjadinya kebutaan sehingga memerlukan pengamatan cermat untuk
mempertahankan penglihatan (Depkes RI, 2003). Astigmatisma adalah salah satu
kelainan refraksi yang disebabkan oleh variasi dari berbagai kekuatan refraksi pada
meridian yang berbeda-beda. Kelainan tersebut terjadi apabila beberapa komponen
refraksi mata letaknya tidak di tengah, miring atau tidak bulat.

1
Banyaknya kasus diakibatkan oleh ketidakteraturan lengkung kornea, salah
satunya adalah karena pasca bedah katarak (Khurana, 2010). Lokasi insisi pasca bedah
katarak dapat mempengaruhi derajat astigmatisma (Henderson, 2014). Penelitian
sebelumnya didapatkan lokasi insisi kornea dengan panjang sayatan yang sama dan grade
katarak yang berbeda akan menginduksi astigmatisma lebih besar dibandingkan dengan
lokasi insisi sklera (Steinert, 2010). Maka perlu diteliti pada Sultan Agung Eye Center
(SEC) RSI Sultan Agung Semarang dengan kriteria yang berbeda yaitu perbedaan derajat
astigmatisma pasca fakoemulsifikasi pada penderita katarak teknik insisi korneal dan
insisi limbal.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi damensia ?
2. Apa saja tipe-tipe damensia ?
3. Apa saja Faktor yang mempengaruhi demensia ?
4. Bagaimana cara pengkuran damensia ?
5. Apa definisi gangguan penglihatan ?
6. Apa saja penyebab gangguan penglihatan bersifat sementara dan dapat diatasi
dengan pengobatan. ?

C. TUJUAN
1. Mengetahui definisi damensia
2. Mengetahui tipe-tipe damensia
3. Mengetahui Faktor yang mempengaruhi demensia
4. Mengetahui cara pengkuran damensia
5. Mengetahui definisi gangguan penglihatan
6. Mengetahui penyebab gangguan penglihatan bersifat sementara dan dapat
diatasi dengan pengobatan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Demensia

Demensia adalah gejala yang disebabkan oleh penyakit otak yang biasanya

bersifat kronis dan progesif. Dimana gangguan dari beberapa fungsi kortikal lebih

tinggi, termasuk memori, berpikir, orientasi, pemahaman, perhitungan, belajar,

berbahasa, dan penilaian. Gangguan fungsi kognitif terkadang didahului dengan

penuaan, pengendalian emosi, perilaku sosial, dan motivasi (Wicitania, 2016).

Demensia adalah suatu sindrom akibat penyakit otak, biasanya bersifat

kronik atau progresif serta terdapat gangguan fungsi luhur. Jenis demensia yang

paling sering dijumpai yaitu demensia tipe Alzheimer, termasuk daya ingat, daya

pemahaman, berhitung, kemampuan belajar, berbahasa, dan daya kemampuan

menilai. Kesadaran tidak berkabut dan biasanya disertai rendahnya fungsi

kognitif, ada kalanya diawali oleh kemorosotan (deterioration) dalam

pengendalian emosi, prilaku sosial, atau motivasi, sindrom ini terjadi pada

penyakit Alzheimer, pada penyakit serebrovaskuler, dan pada kondisi lain yang

secara primer atau sekunder mengenai otak (Nisa, 2016).

Demensia adalah sekelompok penyakit dengan ciri-ciri hilangnya ingatan

jangka pendek, kemampuan berpikir (kognitif) lain, dan melakukan hal sehari-

hari. Demensia ini disebabkan oleh berbagai penyakit dan kondisi yang

mengakibatkan sel-sel otak yang rusak atau koneksi antara sel otak (Alzheimer's,

2016).

3
B. Tipe-tipe Demensia.

Aisyah (2016) membedakan Tipe-tipe demensia yaitu:

a. Demensia tipe Alzheimer

Alois Alzheimer pertama kali menggambarkan satu kondisi yang

selanjutnya dalam tahun (1970), menggambarkan wanita berusia 51 tahun dengan

perjalanan demensia progresif 4,5 tahun. Diagnosis akhir penyakit Alzheimer

didasarkan pada pemeriksaan neuropatologi otak. Faktor genetik dianggap

berperan sebagian dalam perkembangan penyakit demensia ini.

Observasi makroskopis neuroanatomik klasik pada otak dari seorang

pasien dengan penyakit Alzheimer adalah antrofi difus dan pembesaran ventrikel

serebal serta timbulnya bercak-bercak senilis, kekusutan neurofibriler, hilangnya

neuronal, dan degenerasi granulovaskular pada neuron.

b. Demensia vaskuler

Penyebab pertama dari demensia vaskuler dianggap adalah penyakit

vaskuler serebral yang multiple, yang menyebabkan suatu pola gejala demensia.

Demensia vaskuler paling sering terjadi pada laki-laki, khususnya mereka yang

mengalami hipertensi yang telah ada sebelumnya atau faktor resiko

kardiovaskuler lainnya. Penyakit pick ditandai oleh atrofi yang lebih banyak

dalam darah frontotemporal. Darah tersebut juga mengalami kehilangan neuronal,

yang merupakan massa elemen sitoskeletal. Penyakit pick berjumlah kira-kira 5

persen dari semua demensia yang irreversibel. Penyakit pick sangat sulit

dibedakan dengan demensia tipe Alzheimers, walapun stadium awal penyakit pick

7
lebih sering ditandai dengan perubahan kepribadian dan prilaku, dengan fungsi

kognitif lain yang relative bertahan.

c. Demensia berhubungan dengan HIV

Infeksi dengan human immunodeficiency virus (HIV) sering kali

menyebabkan demensia dan gejala psikiatrik lainnya. Pasien yang terinfeksi

dengan HIV mengalami demensia dengan angka tahunan 14 persen.

Perkembangan demensia pada pasien yang terinfeksi HIV sering disertai

tampaknya kelainan parenkimal.

d. Demenisa yang berhubungan dengan trauma kepala

Demensia dapat dari trauma kepala, demikian juga berbagai sindrom

neuropsikiatrik.

C. Faktor yang mempengaruhi demensia

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kejadian demensia pada lansia.

Faktor-faktor di uraikan sebagai berikut:

a. Umur

Umur merupakan faktor resiko utama terhadap kejadian demensia pada

usia lanjut. Hubungan ini sangat berbanding lurus yaitu bila semakin

meningkatnya umur, semakin tinggi pula resiko terjadinya demensia. Lanjut usia

(lansia) merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Manusia yang

memasuki tahap ini ditandai dengan menurunnya kemampuan kerja tubuh akibat

perubahan atau penurunan fungsi organ-organ tubuh, semakin usia yang

bertambah akan semakin rentan pula terkena penyakit (Aisyah, 2016).

b. Jenis kelamin

8
Demensia lebih banyak dialami perempuan, bahkan saat populasi

perempuan lebih sedikit dari laki-laki, kejadian demensia pada perempuan lebih

besar dibandingkan laki-laki. Akan tetapi tidak ada perbedaan signifikan antara

jenis kelamin dengan kejadian demensia, hal ini menunjukan bahwa laki-laki

maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk berkembangnya demensia

(Alzheimers’s disease, 2011)

c. Genetik

Sebagian pasien demensia memiliki genetik demensia dari faktor

keturunan. Namun pada sebagian orang yang memliki gen demensia hanya sedikit

gennya yang berkembang menjadi demensia. Penyakit Alzheimers (AD)

merupakan penyakit genetik heterogen; dikaitkan dengan satu susceptibility (risk)

gene dan tiga determinative (disease) genes. Susceptibility (risk) gene yang

diketahui ialah alel apolipoprotein EЄ4 (APOE Є4) di kromosom 19 pada q13. Hal

ini harus dilakukan pemeriksan secara detail agar mengetahui faktor ini terjadi

pada lanjut usia (Alzheimers’s, 2011)

d. Pola makan

Kebutuhan lanjut usia semakin menurun seiring dengan bertambahnya

usia. Pada usia 40-49 tahun menurun sekitar 5%, dan pada usia 50-69 tahun

menurun hingga 10%, sehingga jumlah makanan yang dikonsumsi akan berkurang

dan pola makan tidak teratur, contohnya seperti berat badan akan menurun, dan

kekurangan vitamin dan mineral (Fatmah, 2016).

e. Riwayat penyakit

Penyakit infeksi dan metabolisme yang tidak ditangani serta diabaikan

dapat memicu terjadinya demensia seperti tumor otak, penyakit kardiovaskuler

9
(seperti hipertensi dan atherosclerosis), gagal ginjal, penyakit hati, penyakit

gondok. Penyakit penyebab demensia dibagi menjadi 3 kelompok meliputi

demensia idiopatik, demensia vaskuler, dan demensia sekunder. Demensia

idiopatik contohnya seperti penyakit Alzheimers, penyakit Hungtiton, penyakit

pick yang terjadi pada lobus frontal, dll. Demensia vaskuler contohnya demensia

multi-infark, pendarahan otak non-traumatik dengan demensia dan pada demensia

sekunder terjadi karena infeksi, gangguan nutrisi, gangguan auto-imun, trauma,

dan stress (Aisyah, 2016).

f. Status gizi

Status gizi yang baik menjadikan seseorang dapat memiliki tubuh yang

sehat dan menjaga sistem dalam tubuh bekerja secara baik pula. Pada masa lansia

adanya penurunan fungsi tubuh yang diakibatkan oleh umur, penyakit dan salah

satunya status gizi. Asupan makanan yang kurang bergizi bagi para lansia

mengakibatkan penurunan sistem dalam tubuh. Zat gizi makro diketahui berkaitan

dengan kejadian demensia pada lansia, terutama vitamin B kompleks. Kekurangan

vitamin B kompleks pada lansia dapat meningkatkan resiko terjadinya demensia.

Ini menunjukan bahwa buruknya status gizi secara tidak langsung dapat

mengakibatkan munculnya resiko demensia pada lansia (Pratiwi, 2014).

D. Beberapa Penyebab Timbulnya Demensia

(Placeholder2) (Morzend Suat, 2017) (Morzend Suat, 2017)Demensia

juga dapat muncul pada individu yang mengalami delirium, dan hal ini sering

bertumpang tindih dengan demensia.9 Delirium adalah sindrom otak organik

karena gangguan fungsi atau metabolisme otak secara umum atau karena

keracunan yang menghambat metabolisme otak. Gejala utama ialah kesadaran

yang menurun. Gejala – gejala lain 10 ialah : penderita tidak mampu mengenal
10
orang dan berkomunikasi dengan baik, ada yang bingung atau cemas, gelisah

dan panik, ada pasien yang terutama berhalusinasi dan ada yang hanya

berbicara komat – kamit dan inkoheren. Onset biasanya mendadak, sering

dalam beberapa jam atau hari. Delirium sering dapat ditelusuri ke salah satu

atau lebih faktor yang berkontribusi, seperti penyakit medis yang parah atau

kronis, obat-obatan, infeksi, trauma kepala, operasi, obat atau alkohol.

E. Pengukuran demensia

Menurut Kaplan (2010), ada beberapa tes yang dapat membantu

mendiagnosis demensia, misalnya Mini Mental State Examination (MMSE).

Kriteria diagnostik untuk demensia, yaitu:

a. Kemampuan intlektual menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu

pekerjaan dan lingkungan.

11
Defisit kognitif selalu melibatkan memori, biasanya didapatkan kemampuan berpikir abstrak,

menganalisis masalah, pertimbangan terganggu, dan perubahan kepribadian.

b. Sadar saat melakukan wawancara dengan mewancarai penderita, ada beberapa yang

dapat ditelusuri seperti waktu menanyakan nama, alamat, pekerjaan, umur, tanggal lahir

dan riwayat penyakit. Dengan pernyataan ini dapat memperoleh kesan mengenai memori,

kelancaran bahasa, dan mengucapkan kata-kata. Dapat juga menanyakan apakah

responden merasa tidak sehat, mengalami kekurangan, apakah responden menyadari

penderitaannya. Kuesioner MMSE ini terdapat beberapa pernyataan tentang ingatan.

Masing-masing pertanyaan mempunyai nilai 0 sampai 5. Kategori demensia normal

responden harus mempunyai nilai 24-30, kategori probable gangguan kognitif

mempunyai nilai 17-23, dan untuk kategori definite mempunyai nilai 0-16. Dengan

kuesioner ini peneliti dapat mengetahui seberapa banyak responden yang mengalami

demensia.

F. Tekhnik komunikasi dengan pasien damensia

Komunikasi dengan penderita demensia akibat kondisi seperti Alzheimer atau


penyakit terkait mengalami gangguan otak progresif yang membuat makin sulitnya
seseorang untuk mengingat sesuatu, berfikir dengan jernih, berkomunikasi dengan jelas,
hingga merawat diri mereka sendiri. Warga dengan demensia juga dapat menyebabkan
perubahan status emosional hingga merubah kepribadian dan perilaku penderitanya. Oleh
karenanya, seringkali berkomunikasi dengan warga dengan demensia menjadi tantangan
sendiri bagi orang-orang di sekitarnya.

Ketidak pahaman terhadap perilaku dan keterbatasan kognitif yang tengah terjadi
pada warga dengan demensia dapat menciptakan kekesalan dan stres pada keluarga dan
pendampingnya. Agar hubungan antara kita dan warga dengan demensia dapat terjalin
lebih baik, simak panduan berikut:

12
Komunikasi – Warga pasien demensia

1. Persiapkan hati yang positif pada saat berinteraksi. 

Sikap dan bahasa tubuh Anda dalam mengkomunikasikan sesuatu akan lebih kuat
daripada menggunakan kata-kata. Dengan suasana hati yang positif ketika berbicara
dengan warga dengan demensia, Anda dapat berbicara dengan cara yang menyenangkan
dan penuh rasa hormat. Gunakan nada suara yang halus, ekspresi wajah yang ramah,
hingga sentuhan fisik untuk membantu penyampaian pesan dan tunjukan dengan rasa
penuh kasih saying.

2. Dapat perhatiannya saat berkomunikasi. 

Upayakan fokus perhatian warga dengan demensia, dan lakukan komunikasi di


ruangan yang terbatasi dari gangguan dan kebisingan, misalnya dengan mematikan TV,
menutup pintu, ataupun pindah ke area yang lebih tenang. Pastikan Anda mendapat
perthatiannya sebelum berbicara. Identifikasi diri Anda dengan mengingatkan pada beliau
nama Anda dan relasinya, gunakan isyarat nonverbal hingga sentuhan untuk membantu
warga demensia agar tetap fokus. Jika beliau dalam posisi duduk, turun ke levelnya dan
pertahankan kontak mata dengannya.

3. Sampaikan pesan dengan jelas. 

Ketika berkomunikasi dengan warga dengan demensia, gunakan kata dan kalimat
yang sederhana. Berbicara dengan pelan, jelas dan dengan menggunakan intonasi yang
meyakinkan. Tidak perlu meninggikan suara ataupun membuat lebih keras; sebagai
gantinya ganti suara Anda menjadi lebih rendah. Gunakan kata-kata yang sama untuk
mengulang pesan ataupun pertanyaan Anda jika beliau tidak mengerti pertama kali.
Selalu gunakan nama orang dan tempat dengan tidak mengganti kata (mis. dia, itu,
mereka, di sana) ataupun dengan singkatan.

4. Ajukan pertanyaan yang sederhana yang bisa dijawab. 

13
Ajukan satu pertanyaan pada satu waktu; mendapatkan jawaban ya atau tidak dari
mereka sudah cukup baik. Jangan terlalu mengajukan pertanyaan terbuka atau dengan
memberi banyak pilihan.

5. Dengarkan pasien demensia dengan telinga, mata dan hati. 

Bersabar dalam menunggu jawaban dari pasien dengan demensia. Jika dia
berusaha mencari jawaban sendiri, tidak masalah untuk membantu mencari kata yang
tepat. Selalu perhatikan isyarat non verbal dan bahasa tubuh serta tanggapi dengan tepat.

6. Ketika keadaan menjadi lebih sulit, coba untuk mengalihkan perhatian mereka. 

Penting diingat bahwa menjalin hubungan dengan warga demensia perlu


dilakukan pada tingkat perasaan. Sebelum Anda mengalihkan perhatian, mungkin Anda
dapat berkata, “Bapak kelihatannya sedang sedih – ayo kita cari hiburan yang
menyenangkan”.

7. Tanggapi pasien demensia dengan penuh kasih sayang dan kepastian. 

Pasien demensia sering merasa kebingungan, cemas dan tidak yakin pada diri
sendiri. Lebih jauh, mereka sering mendapatkan kenyataan yang membingungkan dan
mungkin mengingat hal-hal yang tidak pernah terjadi. Hindari mencoba meyakinkan
mereka bahwa mereka salah. Tetap fokus pada perasaan yang mereka tunjukan dan
ekspresikan dengan sikap yang positif. Pertahankan selera humor Anda dan gunakan
humor kapanpun memungkinkan. Warga dengan demensia cenderung masih
mempertahankan kemampuan sosial mereka dan biasanya masih senang tertawa dan
bersenda gurau bersama.

Berkomunikasi dengan lansia yang mengalami demensia, bukanlah suatu perkara yang
mudah. Namun, mau tidak mau, keluarga atau masyarakat harus memiliki upaya lebih
untuk bisa berkomunikasi terhadap lansia dengan demensia. Bagaimanapun juga, lansia
memiliki hak yang sama untuk bisa berkomunikasi terhadap lingkungannya untuk
mengoptimalkan keberfungsian sosialnya. Dengan menerapkan strategi diatas, semoga

14
keluarga atau masyarakat mampu berkomunikasi secara efektif kepada lansia dengan
demensia.

G. Gangguan penglihatan

1. Pengertian gangguan penglihatan


Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jaras pada
otak ke lobus oksipitas dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan proses
penuaan yang terjadi, tentunya banyak perubahan yang terjadi. Diantaranya alis berubah
kelabu, dapat menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi temporalis baik pada
pria maupun wanita. Konjungtiva menipis dan berwarna kekuningan, produksi air mata
oleh kelenjar laksimaris yang berfungsi untuk melembabkan dan melumasi konjungtiva
akan menurun dan cenderung cepat menguap sehingga mengakibatkan konjungtiva
kering.
Gangguan penglihanatan adalah kondisi yang ditandai dengan penurunan tajam
penglihatan ataupun menurunnya luas lapangan pandang, yang dapat mengakibatkan
kebutaan (Quigley dan Broman, 2006). Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi
adalah ukuran pupil menurun dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap
akomodasi. Lensa menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan
katrak, sehingga memengaruhi kemampuan untuk menerima dan membedakan warna-
warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam, dan marun tampak sama. Pandangan
dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang, (sulit melihat dalam
cahaya gelap) menempatkan lansia pada risiko cedera.

H. Beberapa penyebab gangguan penglihatan bersifat sementara dan dapat diatasi

dengan pengobatan. Namun, beberapa penyebab bisa menyebabkan gangguan

penglihatan yang permanen.

Jenis Gangguan Penglihatan

Gangguan penglihatan yang paling umum meliputi:

15
 penglihatan ganda, atau diplopia
 kebutaan sebagian atau total
 buta warna
 penglihatan kabur
 lingkaran cahaya
 rasa sakit

Diplopia

Diplopia juga disebut penglihatan ganda. Jika Anda melihat dua objek ketika Anda

seharusnya hanya melihat satu objek, Anda mengalami diplopia. Gangguan penglihatan

ini bisa menjadi gejala dari masalah kesehatan yang serius. Sangat penting untuk segera

pergi ke dokter ketika gejala diplopia muncul.

Ada dua jenis diplopia: monokular dan binokular.

 Monokular: Penglihatan ganda yang hanya mempengaruhi satu mata disebut

diplopia monokular. Kondisi ini bisa disebabkan oleh perubahan lensa, kornea, atau

permukaan retina. Jenis penglihatan ganda ini terjadi hanya ketika Anda membuka

satu mata.

 Binokular: Penglihatan ganda yang terjadi saat Anda membuka kedua mata Anda

mungkin disebabkan oleh posisi kedua mata yang tidak sejajar

atau kerusakan saraf yang menyebabkan otak Anda tidak bisa menerima impuls gambar

dengan benar.

Penglihatan ganda dapat disebabkan oleh komunikasi yang tidak baik pada otak Anda.

Anda mengalami penglihatan ganda karena otak Anda tidak dapat menyelaraskan dua

gambar yang dilihat oleh kedua mata Anda.

16
-Kebutaan

Kebutaan sebagian berarti Anda dapat melihat cahaya serta beberapa hal yang ada di

sekitar Anda. Kebutaan total mengacu pada suatu kondisi ketika Anda tidak lagi dapat

melihat cahaya. 

Menurut WHO, Orang dengan visus penglihatan kurang dari 20/200 ft dianggap buta.

Beberapa kasus dapat diperbaiki dengan operasi. Operasi dapat berupa mengganti

sebagian komponen mata (lensa mata) atau memperbaiki penyebab yang mengganggu

penglihatan.

Pada kebanyakan kasus, orang dengan kebutaan sebagian atau total tidak bisa

mendapatkan penglihatan mereka kembali normal.

-Buta warna

Seseorang yang buta warna tidak bisa melihat warna seperti orang dengan mata normal.

Kebanyakan orang yang mengalami buta warna, biasanya tidak bisa melihat beberapa

warna saja. 

Mereka tidak memiliki kemampuan untuk membedakan antara warna yang satu dengan

warna yang lain. Buta warna total jarang terjadi. Orang yang benar-benar buta warna

total hanya melihat warna abu-abu.

17
-Penglihatan Kabur

Penglihatan kabur mungkin merupakan suatu gejala yang disebabkan oleh kondisi lain.

Mata yang tidak lagi selaras dengan benar tidak dapat menghasilkan penglihatan yang

jelas. 

Lensa korektif atau lensa kontak dapat memperbaiki sebagian besar kasus penglihatan

kabur. Jika penglihatan kabur Anda disebabkan oleh kondisi lain, Anda mungkin

memerlukan perawatan tambahan. 

Jika Anda mengalami penglihatan kabur yang terjadi dalam waktu singkat, Anda harus

segera pergi ke dokter, karena hal ini mungkin suatu kondisi mata yang darurat.

-Halo

Halo adalah munculnya lingkaran cahaya di sekitar objek penglihatan. Munculnya halo

dapat menjadi tanda berbagai kondisi mata yang berbeda dan harus dievaluasi oleh

dokter mata.

-Rasa sakit

Rasa sakit atau tidak nyaman di mata Anda dapat bervariasi tergantung pada kondisi

yang mendasarinya. Rasa sakit mungkin terasa seperti sensasi menggaruk ketika Anda

membuka dan menutup kelopak mata Anda. Rasa sakit juga bisa seperti sensasi

berdenyut yang tidak hilang dengan menutup mata.

Apa yang Menyebabkan Gangguan Penglihatan?

Gangguan penglihatan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi.

18
Penglihatan Ganda (Diplopia)

Penyebab penglihatan ganda meliputi:

 gangguan autoimun, seperti myasthenia gravis

 katarak , lensa mata yang keruh

 jaringan parut atau infeksi pada kornea

 diabetes

 hipertensi

 cedera atau ketidakteraturan pada lensa mata dan kornea

 kelemahan otot

 kondisi saraf, seperti multiple sclerosis dan sindrom Guillain-Barre

Diplopia yang terjadi secara tiba-tiba dapat disebabkan oleh stroke,

sakit kepala migrain, aneurisma, atau tumor otak.

Kebutaan Sebagian Atau Total

Kebutaan memiliki banyak penyebab. Penyebab paling umum yang dapat menyebabkan

kebutaan meliputi:

 kecelakaan atau trauma pada mata

 usia lanjut

 katarak

 diabetes

 glaukoma

19
 Penyakit keturunan

 degenerasi makula

 neuritis optik , atau radang saraf optik

 trauma

 tumor

Buta Warna

Buta warna lebih sering terjadi pada pria daripada wanita. Bentuk yang paling umum

adalah ketidakmampuan melihat warna merah-hijau. Penyebab umum yang

menyebabkan buta warna meliputi:

 usia lanjut

 obat-obatan tertentu, seperti yang digunakan untuk mengobati tekanan darah

tinggi, disfungsi ereksi, dan masalah psikologis

 diabetes

 paparan bahan kimia tertentu, seperti pupuk

 glaukoma

 keturunan

 degenerasi makula, atau radang saraf optik

 neuritis optik

 penyakit Parkinson

 anemia sel sabit

20
Penglihatan Kabur

Penyebab penglihatan kabur dapat mencakup satu atau lebih hal berikut ini:

 katarak

 abrasi atau infeksi kornea

 glaukoma

 kekuatan kacamata atau lensa kontak yang tidak memadai

 degenerasi makula

 sakit kepala sebelah

 masalah saraf optik

 trauma atau cedera pada mata

 tumor

 pukulan

Halo

Halo dapat disebabkan oleh hal-hal berikut:

 katarak

 kerusakan atau penyakit yang memengaruhi kornea mata Anda

 glaukoma

 sakit kepala migrain

 migraine okular

21
Rasa Sakit

Ada banyak hal yang dapat menyebabkan rasa sakit pada mata, seperti:

 infeksi bakteri

 konjungtivitis (mata merah muda)

 glaukoma

 cedera atau radang pada kelopak mata

 sakit kepala sebelah

 neuritis optik , atau radang saraf optik

 masalah dengan lensa kontak

 sakit kepala sinus atau infeksi sinus

 mata bintit, peradangan kelenjar minyak pada kelopak mata Anda

Nyeri pada mata harus dievaluasi oleh dokter, karena beberapa penyebab dapat

menyebabkan kerusakan permanen pada mata.

Siapa yang Berisiko Mengalami Gangguan Penglihatan?

Siapa pun dapat mengalami gangguan penglihatan kapan saja. Beberapa kondisi dapat

menyebabkan Anda mengalami gangguan penglihatan. Contoh dari kondisi-kondisi

tersebut meliputi :

 tumor otak

 katarak

 diabetes

22
 glaukoma

 degenerasi makula

 migrain

Mendiagnosis Gangguan Penglihatan

Jika salah satu gangguan penglihatan terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga, segera

pergi ke dokter. Meskipun gangguan penglihatan mungkin merupakan hasil dari

masalah kecil, gangguan penglihatan dapat menjadi gejala pertama yang muncul yang

disebabkan oleh kondisi medis yang serius, seperti:

 aneurisma (pembentukan pembuluh darah yang mudah pecah)

 glaucoma (tekanan bola mata terlalu tinggi)

 tumor otak

 trauma kepala sedang hingga berat

Dokter Anda kemungkinan akan melakukan beberapa pemeriksaan diagnostik untuk

menentukan penyebab gangguan penglihatan Anda. Pemeriksaan yang dilakukan

meliputi :

 pemeriksaan fisik

 tes mata

 tes darah

23
Pemeriksaan radiologi, seperti magnetic resonance imaging (MRI) atau pemindaian

computed tomography (CT) , juga dapat digunakan untuk mengkonfirmasi masalah atau

menyelidiki lebih lanjut kondisi yang dicurigai mendasari terjadi gangguan penglihatan.

Mengobati Gangguan Penglihatan

Langkah pertama dalam mengobati gangguan penglihatan adalah mencari tahu masalah

mendasar yang menyebabkannya. Setelah Anda dan dokter menemukan masalahnya,

Anda dapat menentukan rencana perawatan. 

Dalam beberapa kasus, gangguan penglihatan akan hilang dengan sendirinya. Misalnya,

penglihatan buram yang disebabkan oleh sakit kepala biasanya akan sembuh ketika

sakit kepala itu sembuh. 

Dokter Anda mungkin akan meresepkan obat untuk mencegah sakit kepala di kemudian

hari. Secara garis besar, ada beberapa penanganan yang biasa dilakukan untuk

menangani gangguan penglihatan. Contohnya :

 Obat: Pemberian obat-obatan kadang-kadang dapat mengobati kondisi yang

mendasarinya sehingga mereka tidak lagi menyebabkan gejala.

 Perubahan pola makan: Jika Anda memiliki diabetes yang tidak terkontrol, tetapi

mampu menurunkan berat badan dan mengendalikan penyakit diabetes yang Anda

derita, perubahan dalam pola makan Anda terkadang dapat mencegah terjadinya

gangguan penglihatan.

24
 Kacamata dan lensa kontak: Penggunaan kacamata dan lensa kontak mungkin

dapat memperbaiki gangguan penglihatan yang tidak dapat diperbaiki dengan perawatan

lain.

 Pembedahan: Bila perlu, pembedahan dapat membantu meringankan atau

memperbaiki saraf dan otot yang rusak.

1. Teknik – Teknik Berkomunikasi Terapeutik Pada Pasien Gangguan Penglihatan

Berikut adalah teknik-teknik yang perlu diperhatikan selama berkomunikasi dengan

klien yang mengalami gangguan penglihatan :

1. Sedapat mungkin ambil posisi yang dapat dilihat klien bila ia mengalami kebutaan

persial atau sampaikan secara verbal keberadaan / kehadiran perawat ketika anda

berada didekatnya.

2. Indentifikasi diri anda dengan menyebut nama(dan peran)anda.

3. Berbicara menggunakan nada suara normal karena kondisi klien tidak memungkinkan

menerima pesan verbal secara visual.Nada suara anda memagang peranan besar dan

bermakna bagi klien.

4. Terangkan alasan anda menyentuh atau mengucaokan kata-kata sebelum melakukan

sentuhan pada klien.

5. Informasikamn kepada klien ketika anda akan menggilakannya / memutus komunikasi

6. Orientasikan klien dengan suara-suara yang terdengar disekitarnya.

7. Orientasikan klien pada lingkungan bila klien dipindah kelingkungan/ruangan yang

baru.

25
Agar komunikasi dengan orang dengan gangguan sensori penglihatan dapat berjalan

Lancar dan mencapai sasarannya , maka perlu juga diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1) Dalam berkomunikasi pertimbangan isi dan mata nada suara

2) Periksa lingkungan fisik

3) Perlu adanya ide yang jelas sebelum berkomunikasi

4) Berkomunikasikan pesan secara singkat

5) Komunikasikan hal-hal yang berharga saja

6) Dalam merencanakan komunikasi,berkonsultasilah dengan pihak lain agar memperoleh

dukungan.

26
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dementia atau demensia adalah penyakit yang mengakibatkan penurunan daya ingat dan
cara berpikir. Kondisi ini berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga
aktivitas sehari-hari penderitanya. Demensia membawa dampak sosial, ekonomi, fisik dan
psikologis tidak hanya pada penderita melainkan kepada pengasuh, keluarga, dan masyarakat.
Saat ini, demensia menjadi salah satu penyebab utama disabilitas dan ketergantungan pada
penyandangnya.
Gangguan pada penglihatan akan mengakibatkan penurunan fungsi penglihatan. Salah
satu sebab penurunan fungsi penglihatan adalah kelainan refraksi, yaitu keadaan dimana
bayangan tidak terbentuk pada retina. Gangguan penglihanatan adalah kondisi yang ditandai
dengan penurunan tajam penglihatan ataupun menurunnya luas lapangan pandang, yang
dapat mengakibatkan kebutaan serta ada penyebab gangguan penglihatan bersifat
sementara dan dapat diatasi dengan pengobatan.
B. Saran
Demikian makalah ini kami buat, sebagai penulis kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun pada pembaca agar kami dapat membuat makalah yang lebih
baik lagi

27
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho,Wahjudi. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku KedokteranEGC. Jakarta;1999.


(diakses tanggal 1 oktober 2021)

Stanley,Mickey.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Edisi2.EGC. Jakarta;2002. (diakses


tanggal 1. oktober 2021)

Morzend Suat. (2017). GANGGUAN PENGLIHATAN. gangguan penglihatan, 26.


(diakses tanggal 1. oktober 2021)

Wijaya, A. (2012). makalah demensia. makalah demensia, 23. (diakses tanggal 1.


oktober 2021)

Alzheimer’s Indonesia. 2019. Statistik Tentang Demensia.. (diakses tanggal 6 oktober


2021)

28

Anda mungkin juga menyukai