Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT TIDAK MENULAR


“DEMENSIA DAN ALZHEIMER”

Dosen Pengampu :
(Zata Ismah, SKM., MKM)

Oleh :
1. Bebby Alfiera Riyandian Hardja
2. Dwi Sania Sinaga
3. Nurul Mutiah Fitriyani
4. Lathifah Rabbaniyah

Fakultas Kesehatan Masyarakat


Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
FKM-F
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara
2017-2018
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah Epidemiologi Penyakit Tidak Menular ini dengan penuh
kemudahan, tanpa pertolongan-Nya mungkin makalah ini tidak dapat kami selesaikan.
Tujuan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan serta agar pembaca lebih
memahami apa itu Demensia dan Penyakit Alzheiemr.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah kami.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing
kami dalam belajar dan juga pembuatan makalah ini.
Akhir kata, semoga Makalah tentang epidemiologi penyakit tidak menular ini bermanfaat
bagi para pembaca. Semoga Allah AWT selalu meridhoi segala usaha kami.

Medan, 17 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARi

DAFTAR ISIii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang1

1.2 Rumusan Masalah2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Demensia3

2.2 Gejala klinis Demensia 4

2.3 Faktor Risiko Demensia5

2.4 Riwayat Alamiah Demensia6

2.5 Prevalensi dan Insiden Demensia6

2.6 Pengertian Alzheimer7

2.7 Gejala Klinis Alzheimer7

2.8 Faktor Risiko Alzheimer ………………………………………………………………...9

2.9 Riwayat Alamiah Alzheimer…………………………………………………………...10

2.10Pola Penyebaran Demensia dan Alzheimer menurut Orang, Tempat, dan Waktu……..11

2.11Karakteristik Host, Agent, dan Environment Demensia dan Alzheimer……………….12

2.12Pencegahan Masalah Demensia dan Alzheimer ……………………………………….12

2.13Pengobatan Masalah Demensia dan Alzheimer………………………………………..13

2.14Program Penanggulangan Alzheimer dan Demensia…………………………………..15

BAB III PENUTUP

Kesimpulan16
Saran……………………………………………………………………………………………..16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………………17

ii
i
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Penyakit Alzheimer ditemukan pertama kali pada tahun 1907 oleh seorang ahli Psikiatri
neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Penyakit alzheimer adalah bentuk paling umum
dari demensia yang mempengaruhi hingga 70% dari semua orang demensia. Penyakit alzheiemr
dapat menyerang siapa saja dari degala usia. Dan faktor risiko terbesar untuk menderita penyakit
alzheimer adlaah bertambahnya usia dengan tiga dari sepuluh orang diatas 85 memiliki
demensia.
Demensia adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan gejala-gejala sekelompok
penyakit yang mempengaruhi otak dan bukan suatu penyakit yang spesifik. Demensia
mempengaruhi cara berfikir, kelakuan dan kemampuan untuk melakukan pekerjaan biasa sehari-
hari. Fungsi otak cukup banyak terpengaruh sehingga mengganggu pergaulan dan pekerjaan
normal penderita, yang mana ketidakmampuan melakukan kegiatan sehari-hari sebagai akibat
dari berkurangnya kemampuan berkognitif (mengenali) merupakan salah satu tanda dari
demensia.
Menurut WHO (2016), sebanyak 47,5 juta orang didunia mengalami demensia dan
diperkirakan meningkat menjadi 75,6 juta orang di tahun 2030 dan 135,5 juta orang di tahun
2050. Sedangkan di Indonesia kasus baru demensia terjadi setiap 4 detik dan setiap tahun
kejadian demensia mencapai 606.100 pada tahun 2005, diperkirakan akan meningkat menjadi
1.016.800 pada tahun 2020 dan 3.042.000 pada tahun 2050. Dan untuk insiden mencapai
191.400 pada tahun 2005 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 314.100 pada tahun 2020
dan 932.000 pada tahun 2050.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Demensia ?
2. Bagaiaman gejala klinis Demensia?
3. Apa saja faktor risiko demensia?
4. Bagaimana riwayat alamiah demensia?
5. Bagaiman prevalensi dan insiden demensia?
6. Apa pengertian Alzheimer?
7. Bagaimana gejala klinis Alzheimer?
8. Apa saja faktor risiko alzheiemr?
9. Bagaimana riwayat alamiah Alzheimer?
10. Bagaimana pola penyebaran demensia dan Alzheimer?
11. Bagaimana karakteristik demensia dan Alzheimer?
12. Bagaimana pencegahan Alzheimer dan demensia?
13. Bagaimana pengobatan demensia dan Alzheimer?
14. Bagaimana program penanggulangan Alzheimer?

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Demensia

Demensia adalah istilah yang digunakan untuk melukiskan gejala-gejala sekelompok


penyakit yang mempengaruhi otak dan bukan suatu penyakit yang spesifik. 1 Demensia adalah
suatu sindrom penurunan kemampuan intelektual progresif yang menyebabkan kemunduran
fungsi kecerdasan otak, yang mengakibatkan timbulnya gangguan fungsi sosial, pekerjaan dan
aktivitas sehari-hari.2
Demensia mempengaruhi cara berfikir, kelakuan dan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan biasa sehari-hari. Fungsi otak cukup banyak terpengaruh sehingga mengganggu
pergaulan dan pekerjaan normal penderita, yang mana ketidakmampuan melakukan kegiatan
sehari-hari sebagai akibat dari berkurangnya kemampuan berkognitif (mengenali) merupakan
salah satu tanda dari demensia.3
Demensia dapat terjadi kepada siapa saja, tetapi risikonya bertambah dengan bertambahnya
usia. Kebanyakan yang menderita demensia adalah orang tua, tetapi penting diingat bahwa
kebanyakan orang yang tua tidak menderita demensia.4
Beberapa bentuk demensia yang paling umum adalah :
1. Penyakit alzheimer
Merupakan jenis demensia yang paling umum. Berjumlah kira-kira dua pertiga
dari semua kasus. Penyakit ini menyebabkan penurunan kemampuan kognitif secara
berangsur-angsur, sering bermula dengan kehilangan daya ingat.
2. Demensia vaskuler
Demensia vaskuler adalah kerusakan daya kognitif (daya mengenali) yang
disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah di otak. Ini dapat disebabkan oleh stroke,
atau oleh beberapa serangan otak yang terjadi selama beberapa waktu.

1
Dementia Australia, “About Dementia:What is Dementia?”, diakses dari http://dementia.org.au , pada tanggal 15
Maret 2019 pukul 13.20
2
Yuda Turana, Stop Pikun di Usia Muda! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014), hlm. 5
3
Dementia Australia, “About Dementia:What is Dementia?”, diakses dari http://dementia.org.au , pada tanggal 15
Maret 2019 pukul 13.20
4
Ibid

3
Demensia vaskuler merupakan diagnosa jika ada bukti adanya penyakit pembuluh
darah di otak dan fungsi kognitif yang terganggu dan mempersukar hidup sehari-hari.
Gejala-gejala demensia vaskuler dapat bermula tiba-tiba setelah suatu serangan otak,
atau mulai perlahan-lahan selagi penyakit pembuluh darah itu bertambah parah.
3. Penyakit lewy body
Ditandai oleh adanya lewy body didalam otak. Lewy body adalah gumpalan –
gumpalan proteinalpha-synuclein yang abnormal yang berkemban didalam sel syaraf.
Abnormalitas ini terdapat ditempat-tempat tertentu di otak, yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam bergerak, berpikir dan berkelakuan. Orang yang menderita
penyakit lewy body dapat merasakan sangat naik-turunnya perhatian dan pemikiran.
Mereka dapat berlau hampir normal dan kemudian menjadi sangat kebigugan dalam
waktu yang pendek saja. Halusinasi visual juga merupakan gejala yang umum.
Ada tiga penyakit yang hampir bersamaan yang dapat digolongkan ke dalam
penyakit lewy body :
- Demensia dengan lewy body
- Penyakit parkinson
- Demensia dengan penyakit Parkinson
Ketika gejala pada pergerakan timbul lebih dulu, diagnosanya sering penyakit
parkinson. Ketika penyakit berkelanjut kebanyakan orang mendapat demensia.
4. Demensia frontotemporal
Demensia frontotemporal menyangkut kerusakan yang berangsur-angsur pada
bagian depan (frontal) dan temporal dari lobus (cuping) otak. Gejala-gejalanya sering
muncul ketika orang berusia 50-an, 60-an, dan kadang-kadang lebih awal dari itu.5

2.2 Gejala Klinis Demensia

Gejala demensia bisa hampir tidak terlihat, tidak jelas, dan mungkin tidak segera nyata.
Beberapa gejala umum demensia adalah :
- Stadium I (ringan) : gangguan memori untuk hal baru, gangguan aktivitas harian yang
kompleks, perubahan perilaku.

5
Dementia Australia, “About Dementia:What is Dementia?”, diakses dari http://dementia.org.au , pada tanggal 15
Maret 2019 pukul 13.20

4
- Stadium II (sedang) : dimana tidak mengenal lagi keluarga dan teman dekat, senang
keluyuran sampai tersesat, delusi, insomnia, perubahan kepribadian, cemas, bingung,
tak dapat menyelsaikan kegiatan harian (mandi, berpakaian, dsb).
- Stadium III (berat) : dimana tidak dapat mengingat info baru, tidak dapat mengerti
kata/mengikuti pembicaraan, masih bereaksi terhadap musik, kesulitan saat
makan/menelan, tidak dapat mengurus diri sendiri, tidak dapat mengontrol fungsi
buang air kecil-besar, gangguan motorik yang berat sehingga penderita tidak dapat
meninggalkan tempat tidur.6

2.3 Faktor Risiko Demensia

Beberapa faktor risiko yang terkait dengan demensia dapat dikelola melalui perubahan
gaya hidup dan perawatan medis yang sesuai. Faktor resiko demensia meliputi :
- Usia : resiko terjadinya demensia dan alzheimer terjadi dengan meningkatnya usia
dua kali lipat setiap lima tahun pada individu di atas 65 tahun dan 50% individu di
atas 85 tahun. Dalam studi populasi, usia di atas 65 tahun sangat berisiko untuk
terjadi Alzheimer dan demensia.
- Riwayat kesehatan keluarga : orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga yang
pernah menderita demensia mempunyai faktor resiko yang lebih besar.
- Jenis kelamin : demnesia lebih sering terjadi pada wanita, sebagian besar terjadi
karena wanita hidup lebih lama dari pada pria.
- Gaya hidup : orang yang menderita tekanan darah tinggi, kadar kolestrol yang tinggi
atau diabetes, dan lain-lain, memiliki faktor resiko yang lebih tinggi terkena demensia
jika mereka tidak mengambil langkah-langkah untuk mnegendalikan kondisi
kesehatan mereka.
- Gangguan kognitif : orang dnegan gangguan kognitif karena berbagai macam
gangguan atau faktor lainnya memiliki faktor resiko yang lebih tinggi terkena
alzheimer ditahun-tahun selanjutnya.

6
Dita Anurogo dan Fritz Sumantri Usman, 45 Penyakit dan Gangguan Saraf (Yogyakarta : Rapha Publishing, 2014)
hal. 60

5
- Tingkat pendidikan : penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan tingkat
pendidikan yang lebih rendah memiliki faktor resiko yang lebih tinggi terkena
alzheimer. Sedangkan, orang yang berpendidikan tinggi melakukan lebih banyak
latihan mental, yang melindungi otak mereka dari proses degenarasi.7

2.4 Riwayat Alamiah Demensia

Risber et al. (1989) mendefinisikan tujuh tahapan demensia :


- Tahap I, tidak adanya gejala klinis
- Tahap II, ditandai dengan seseorang mengeluh tentang kelupaan
- Tahap III, orang lain biasanya mulai memperhatikan defisit fungsional seseorang.
- Tahap IV, penurunan satu atau beberapa kegiatan kehidupan sehari-hari.
- Tahap V, mengalami disorientasi dan tidak dapat melaukan kegiatan di kehidupan
sehari-hari
- Tahap VI, ditandai dengan inkontinensia, ketidakmampuan mengenlai orang yang
dicintai, dan berkeliaran.
- Tahap VII, pasien bergantung pada orang lain untuk mobilitas seperti di tempat tidur,
ke kamar mandi, dan menggunakan kursi roda. Sebagian besar waktu dihabiskan di
tempat tidur, tidak dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain.8

2.5 Prevalensi dan Insiden Demensia


Menurut WHO (2016), sebanyak 47,5 juta orang didunia mengalami demensia dan
diperkirakan meningkat menjadi 75,6 juta orang di tahun 2030 dan 135,5 juta orang di tahun
2050.9 Sedangkan di Indonesia kasus baru demensia terjadi setiap 4 detik dan setiap tahun
kejadian demensia mencapai 606.100 pada tahun 2005, diperkirakan akan meningkat menjadi
1.016.800 pada tahun 2020 dan 3.042.000 pada tahun 2050. Dan untuk insiden mencapai
191.400 pada tahun 2005 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 314.100 pada tahun
2020 dan 932.000 pada tahun 2050.10

7
Smart Patien, Dementia (Indonesia : Hospital Authority, 2016) hal. 2
8
progresi alam demensia, diakses dari https://m.ebrary.net , pada tanggal 15 Maret 2019 pukul 14.02
9
WHO (2016), Dementia, diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs362/en/ , pada tanggal 16 Maret
2019 pukul 11.20
10
Rees G., Chye, A.P. dkk (2006) Dementia In The Asia Pasific Region The Epidemic Is Here, diakses pada tanggal
16 Maret 2019 pada pukul 13.00

6
2.6 Pengertian Alzheimer

Penyakit Alzheimer pertama kali ditemukan pada tahun 1907 oleh seorang ahli psikiatri
dan neuropatologi yang bernama Alois Alzheimer. Secara epidemiologi dengan semakin
meningkatnya usia harapan hidup pada berbagai populasi, maka jumlah orang berusia lanjut
akan semakin meningkat. Yang mana dilain pihak akan menimbulkan banyak masalah serius
dalam bidang ekonomi dan kesehatan, sehingga akan semakin banyak yang berkonsultasi
dengan seorang neurolog karena orang tua tersebut yang tadinya sehat, akan mulai
kehilangan kemampuannya secara efektif.11

Penyakit alzheimer adalah bentuk paling umum dari demensia yang mempengaruhi
hingga 70% dari semua orang demensia. Penyakit alzheiemr dapat menyerang siapa saja dari
degala usia. Dan faktor risiko terbesar untuk menderita penyakit alzheimer adlaah
bertambahnya usia dengan tiga dari sepuluh orang diatas 85 memiliki demensia.12

2.7 Gejala Klinis Alzheimer


Gejala klinis penyakit alzheimer berlangsung secara bertahap dalam waktu yang berbeda-
beda dengan tiga tahap stadium :
1. Stadium Awal
Stadium awal sering diabaikan dan disalahartikan sebagai bagian normal dan proses otak
menua oleh para profesional, anggota keluarga, dan orang dekat. Penyandang sukar sekali
menentukan kapan proses dimulai.
Penyandang menunjukkan gejala :
- Kesulitan dalam berbahasa
- Mengalami kemunduran daya ingat secara bermakna
- Tersesat di tempat yang dikenal
- Kesulitan membuat keputusan
- Menunjukkan gejala depresi dan agitasi
- Kehilangan minat dalam hobi dan aktivitas13
11
Dr. Iskandar Japardi, Penyakit Alzheimer, diakses dari usu digital library, pada tanggal 15 Maret 2019 pukul 14.30
12
Ibid
13
Sidiarto Kusumoputro dan Lily Djokosetio Sidiarto, Mengenal Awal Pikun Alzheimer (Jakarta : Penerbit

7
2. Stadium Menengah
Proses penyakit berlanjut dan masalah menjadi makin nyata. Penyandang mengalami
kesukaran dengan kehidupan sehari-hari.
Penyandang menunjukkan gejala :
- Mudah lupa yang amat sangat, terutama untuk peristiwa baru dan nama orang
- Tidak dapat lagi mengelola kehidupan sendri tanpa masalah
- Tidak dapat lagi masak-memasak, membersihkan rumah ataupun berbelanja
- Menjadi sangat bergantung pada orang lain
- Membutuhkan bantuan untuk kebersihan diri, seperti ke toilet, mandi, dan berpakaian
- Makin sulit berbicara
- Mengalami masalah dengan mengembara (wandering) dan beberapa gangguan
perilaku
- Sesat dirumah sendiri
- Dapat menunjukkan halusinasi14
3. Stadium lanjut
Penyandang menunjukkan gejala :
- Ketidakmandirian dan inaktif yang total
- Tidak mengenal lagi anggota keluarga
- Sukar memahami dan menilai peristiwa
- Tidak mampu menemukan jalan di sekitar rumah sendiri
- Kesulitan berjalan
- Mengalami inkontinensia buang air kecil dan besar
- Menunjukkan perilaku tida wajar di masyarakat
- Bergantung pada kursi roda atau tempat tidur15

2.8 Faktor Risiko Alzheimer


- Usia

Universitas Indonesia, 2004) hal. 16


14
Ibid, hal. 17
15
Ibid, hal. 18

8
Resiko terjadinya alzheimer dan demensia terjadi dengan meningkatnya usia dua kali
lipat setiap lima tahun pada individu di atas 65 tahun dan 50% individu di atas 85
tahun. Dalam studi populasi, usia di atas 65 tahun sangat berisiko untuk terjadi
Alzheimer dan demensia.
- tingkat pendidikan
penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan tingkat pendidikan yang lebih
rendah memiliki faktor resiko yang lebih tinggi terkena alzheimer. Sedangkan, orang
yang berpendidikan tinggi melakukan lebih banyak latihan mental, yang melindungi
otak mereka dari proses degenarasi.16
- riwayat keluarga
orang yang memiliki riwayat kesehatan keluarga yang pernah menderita demensia
mempunyai faktor resiko yang lebih besar.
- hipertensi
hipertensi mengakibatkan kerusakan pembuluh darah sehingga dapat terjadi
perubahan struktur dalam arteri dan anteriol yang menyebabkan penyumbatan
pembuluh darah progresif yang menimbulkan hilangnya memori sehingga terjadi
penurunan besar dari kognitif. Hal ini merupakan salah satu perubahan yang terjadi
pada penderita.
- hiperkolesterolemia
- diabetes mellitus17

2.9 Riwayat alamiah Alzheimer


Katzman adalah seorang pakar penyakit alzheimer pada tahun 1993 yang membuat sebuah
16
Smart Patien, Dementia (Indonesia : Hospital Authority, 2016) hal. 3
17
Dita Anurogo dan Fritz Sumantri Usman, 45 Penyakit dan Gangguan Saraf (Yogyakarta : Rapha Publishing,
2014) hal. 59

9
model penyakit alzheimer yang menggambarkan perjalanan penyakit yang menahun tetapi
progresif melalui tahapan berikut :
- Fase Laten

Selama beberapa tahun penyandang masuk dalam fase laten yang tidak dapat dikenali
tetapi sudah menyandang faktor awal (inisiasi). Dalam otak telah mulai terjadi mutasi
genetik, himpunan zat beta amiloid dan terbentuk bercak saraf. Kondisi partologis ini belum
memberikan gejala apapun.18

- Fase Malignan

Beberapa tahun kemudian penyandang masuk dalam fase malignan artinya fase ganas
yang terbagi dalam fase berikut :
 Fase Praklinik

Pada fase ini timbul faktor promosi berupa terjadinya “neurofibrillary tangles
(kusutan serat saraf)”, “neuritic plaques (bercak saraf)”, kehilangan sinaps sel dan
kematian neuron. Juga dalam fase ini belum ada tanda-tanda akan terjadinya gejala-
gejala penyakit alzheimer.
 Fase Klinik

Setelah lewat fase tanpa gejala untuk beberapa tahun, maka masuklah penyandang
dalam fase klinik yang mulai memberikan gejala. Bisa berupa gejala kognitif, perilaku
ataupun gangguan aktivitas hidup sehari-hari walaupun sering masih samar-samar.
Namun demikian, gejala-gejala yang masih samar-samar tersebut belum dapat
digunakan untuk membuat diagnosis kepikunan penyakit alzheimer.

 Fase Diagnosis

18
Sidiarto Kusumoputro dan Lily Djokosetio Sidiarto, Mengenal Awal Pikun Alzheimer (Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia, 2004) hal. 20

10
Pada fase ini terjadi kehilangan sinaps yang meluas. Mulai tampak gangguan kognitif
yang meluas dan terjadi gangguan performa sosial dan okupasional. Pada fase ini baru
tampak secara jelas gejala-gejalanya sehingga dapat dibaut diagnosis kepikunan penyakit
alzheimer.
 Fase Hilang Kemandirian’

Fase ini sudah masuk ke stadium berat dengan pasien yang tidak dapat mandiri lagi
dan membutuhkan bantuan orang lain.
 Fase Kematian19

2.10 Pola Penyebaran Demensia dan Alzheimer menurut Orang, Tempat, dan Waktu

Tingginya angka kejadian demensia dan Alzheimer di dunia maupun di Indonesia juga
dipengaruhi oleh beberapa hal termasuk populasi penduduk yang memiliki faktor risiko yang
tinggi seperti, usia, jenis kelamin, riwayat kesehatan keluarga, tingkat pendidikan, gaya hidup,
gangguan kognitif, hipertensi, diabetes mellitus dan hiperkolestrolemia.
Pada tahun 2007, 1 dari 85 orang di seluruh dunia hidup dengan memiliki penyakit Alzheimer.
Jumlah penderita alzheimer diproyeksikan meningkat hamper dua kali lipat setiap 20 tahun,
menjadi 65,7 juta pada tahun 2030 dan 115,4 juta pada tahun 2050. Sebagian besar kenaikan
tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah penderita Alzheimer di negara berpenghasilan
menengah dan rendah.20pertumbuhan cepat pada populasi berlangsung di Cina, India, Selatan
Asia, dan Pasifik Barat. Cina merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat penderita
demensia tertinggi di bagian asia-pasifik. Cina memiliki 177 juta orang berusia 65 tahun dan
merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk lansia yang begitu besar. Sedangkan di
Indonesia pada tahun 2005 angka prevalensi terjadinya demensia mencapai 606.100 orang.

2.11 Karakteristik Host, Agent, dan Environment Demensia dan Alzheimer

Karakteristik host dari demensia dan Alzheimer adalah usia, jenis kelamin, riwayat kesehatan
keluarga, tingkat pendidikan, gaya hidup, gangguan kognitif, hipertensi, diabetes mellitus dan

19
Sidiarto Kusumoputro dan Lily Djokosetio Sidiarto, Mengenal Awal Pikun Alzheimer (Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia, 2004) hal. 21
20
Brookmeyera, R, Elisabeth Johnsona, Kathryn Ziegler-Grahamb, H.Michael Arrigh. 2007. Forecasting the global
burden of Alzheimer’s disease. Alzheimer’s & Dementia 3.186-191

11
hiperkolestrolemia. Jadi, besar kemungkinan orang yang memiliki karakter tersebut
berpotensibesar terkena penyakit Demensia maupun Alzheimer.
Karakteristik environment dari demensia dan Alzheimer masih belum dapat di temukan.
Tetapi, beberapa tahun yang lalu ada kekhawatiran bahwa paparan aluminium dapat
menyebabkan Alzheimer dan demensia. Namun, ketakutan ini sebagian besar telah diabaikan.21

2.12 Pencegahan Masalah Demensia dan Alzheimer

Sejauh ini, belum ada yang diketahui bisa mencegah penyakit alzheimer namun, langkah-
langkah berikut ini bisa membantu mengurangi resiko dan memperlambat proses degenerasi otak
pada para manula:
- Pertahankan keaktifan mental
Kegiatan yang merangsang mental, seperti membaca dan bermain catur, bisa
melindungi anda dari demensia atau meningkatkan kemampuan anda untuk mengatasi
perubahan yang berkaitan dengan demensia. Tampaknya permainan mahyoung
merupakan kegiatan yang merangsang mental seseorang. Namun, jika anda telah
memainkan mahyoung sejak muda, maka permainan tersebut akan menjadi latihan reflek
semata dan bukannya latihanmental, dan mungkin tidak terlalu efektif untuk mencegah
demensia
- Pertahankan pola makan yang sehat
Pola makan yang seimbang bisa menjaga kesehatan pembulu darah,mengurangi
kemungkinan tekanan darah tinggi dan kadar kolestrol yang tinggi sehingga menurunkan
resiko deminsia vaskular.studimenunjukkan bahwa pola makan dengan mengurangi
komsumsi daging dan meningkatkan komsusi ikan, sayuran dan minyak zaitun bisa
mengurangi resiko demensia secara signifikat

- cukupi asupan vitamin B12,C,dan E


Kurangnya vitamin B12 bisa menyebabkan demensia. Jika anda tidak mengkumsumsi
banyak ikan,daging,telur atau susu maka anda harus mengkomsumsi suplemen vitamin
B12. Vitamin C dan E merupakan antioksidan yang bisa melindung neorun dan pembulu
21
Tentang Alzheimer dan Pikun, diakses dari www.alzi.or.id , pada tanggal 17 Maret 2018 pada pukul 12.00

12
darah untuk mencegah demensia
- berolahraga secara teratur
Selain tetap aktif secara mental, olahraga secara teratur juga bisa menjaga atau
membantu mengurangi resiko demensia
- hindari rokok dan penyalah gunanaan alkohol
Keluar dari kebiasaan bukruk ini untuk mencegah kerusakan pembulu darah dan
organ tubuh lain.

2.13 Pengobatan Masalah Demensia dan Alzheimer


1. Terapi orientasi realitas
Terapi orientasi relitas adalah mengatakan sesuatu secara terus-menerus dan berulang
atau menunjukkan pengingat tertentu kepada orang yang mengalami kehilangan memori
ringan hingga sedang dapat menhasilkan peningkatan interaksi dengan orang
sekelilingnya dan meningkatkan orientasi
2. Terapi Reminiscence
Terapi reminiscence dapat dipertimbangkan pada pasien dimensial dengan gangguan
perilaku dan fisikologis. Terapi reminiscence melibatkan diskusi tentang kegiatan,
peristiwa, dan pengalaman masa lalu, dengan orang lain atau sekelompok orang. Terapi
ini sering menggunakan alat bantu seperti video, gambar, arsip, dan buku kisah hidup.
Penelitian yang dilaukan menunjukkan beberapa hasil yang signifikat, yaitu :
peningkatan kognitif dan suasana hati. Dalam 4-6 minggu setelah terapi, caregiver
berpartisipasi dengan anggota keluarga pasien demensia pada kelompok reminincencesia
terbukti melaporkan adanya indikasi peningatan kemampuan fungsi kognitif. Namun,
masih terdapat hasil penelitian yang lebih berkualitas dilapangan.

3. Terapi musik
Terapi musik, dianjurkan dalam perawatan pasien dan membantu mengatasi gejala
gangguan perilaku dan neuropsikiatri pasien demensia. Terapi musik dibuat oleh munro
dan mount pada tahun (1978) untuk memberikan pengaruh kepada manusia dalam

13
mengintergrasi fiologis, psikologis, dan emosional selama pengobatan penyakit atau
kecacatan. Tinjaun cochrane pada tahun 2004 menyatakan bahwa terapi musik
berpengaruh sedikit dan tidak ada kesimpulan yang dapat ditarik, namun penelitian
terbaru justru mengungkapkan hasil yang menggembirakan pada penggunaan terapi
musik.
4. Aktifitas fisik
Aktifitas fisik orang dengan demensia dapat didorong untuk berpartisipasi dalam
program latihan struktur untuk meningkatkan fungsi fisik. Hal ini berlaku secara umum
bahwa aktifitas fisik bermanfaat pada ranah fisik, emosional dan kognitif di segala usia.
Latihan terstruktur dapat melatih kekuatan, keseimbangan, kelenturan, dan daya tahan.
Metanalisis terbaru menunjukkan bahwa latihan fisik terstruktur dapat meningkatkan
prameter fisik, seperti mobilitas fungsional, ketahanan, keseimbangan, dan kekuatan
pada orang demensia. Selain itu latihan fisik juga berdampak terhadap perbaikan
aktifitas hidup sehari-hari. Namun, penelitian yang dilakukan memiliki keterbatasan
dalam heterogenitas desaindan kualitas.
5. Terapi validasi
Terapi validasi sebuah pendekatan untuk berkomunikasi dengan lansia yang
disorientasi, yang merasakan berada pada waktudan tempat tertentu yang nyata menurut
mereka, walaupun sebenarnya tidak sesuai dengan kenyataan.

2.14 Program Penanggulangan Alzheimer dan Demensia

Dalam penanggulangan alzheimer belum ada obat yang menyembuhkan penyakit demensia
alxheimer, namun perlu mendapatkan perhatian yang serius dan komitmen semua pihak dapat

14
membantu keberhasilan penanganan penyakit demensia alzheimer. Pihak keluarga yang berperan
dalam merawat pasien demensia, hendaknya menghindari perdebatan pendapat, latihan otak
dengan permainan (interaksi sosial, pengembangan hobi), memantau kesehatan secara berkala,
jauhi sikap (mengkritik, komentar negative, berdebat, memaksa keinginan). Merawat pasien
dimensia hendaknya memiliki sikap tenang dan memaklumi, berilah penghargaan atau pujian,
perlakukan penderita demensia sebagai orang dewasa terdapat bukan sebagai anak kecil, berilah
kegiatan yang bersifat rekreatif, humor dan menyenangkan, ciptakan lingkungan yang nyaman
(tidak bising, penerangan cukup, lingkungan yang bersahabat).22

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

22
Penanganan dimensia butuh komitmen semua pihak (2013), diakses dari www.depkes.go.id ,pada tanggal 17
maret 2019 pada pukul 13.30

15
Demensia adalah suatu sindrom penurunan kemampuan intelektual progresif yang
menyebabkan kemunduran fungsi kecerdasan otak, yang mengakibatkan timbulnya gangguan
fungsi sosial, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari. Sedangkan Alzheimer merupakan bentuk paling
umum dari demensia yang mempengaruhi hingga 70% dari semua orang demensia.

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Dementia Australia, “About Dementia:What is Dementia?”, diakses dari http://dementia.org.au
Yuda Turana, Stop Pikun di Usia Muda! (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2014)
Dita Anurogo dan Fritz Sumantri Usman, 45 Penyakit dan Gangguan Saraf (Yogyakarta : Rapha

16
Publishing, 2014)
Smart Patien, Dementia (Indonesia : Hospital Authority, 2016)
progresi alam demensia, diakses dari https://m.ebrary.net
WHO (2016), Dementia, diakses dari http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs362/en/
Rees G., Chye, A.P. dkk (2006) Dementia In The Asia Pasific Region The Epidemic Is Here
Dr. Iskandar Japardi, Penyakit Alzheimer, diakses dari usu digital library
Sidiarto Kusumoputro dan Lily Djokosetio Sidiarto, Mengenal Awal Pikun Alzheimer (Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia, 2004)
Brookmeyera, R, Elisabeth Johnsona, Kathryn Ziegler-Grahamb, H.Michael Arrigh. 2007.
Forecasting the global burden of Alzheimer’s disease. Alzheimer’s & Dementia 3.186-
191
Tentang Alzheimer dan Pikun, diakses dari www.alzi.or.id
Penanganan dimensia butuh komitmen semua pihak (2013), diakses dari www.depkes.go.id

17

Anda mungkin juga menyukai