Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
kekuatan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pemutusan
Hubungan Kerja”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.

Kami dari pihak penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari bahasa
maupun susunan kalimat dalam makalah ini. Dan dengan senang hati menerima segala saran dan
kritik untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah tentang “Pemutusan Hubungan Kerja”
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan , 02 Oktober 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...........................................................................................1
DAFTAR ISI.......................................................................................................2
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................4
C. Tujuan Makalah......................................................................................4

BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemutusan Hubungan Kerja................................................5
B. Arti Dan Sebab Pemutusan Hubungan Kerja..........................................6
C. Jenis-jenis Pemutusan Hubungan Kerja
...............................................................................................................
12
D. Prosedur Pemberhentian Hubungan Kerja.............................................13
E. Mengapa Pemutusan Hubungan Kerja Dilakukan..................................15
F. Hak-hak Karyawan Setelah Pemberhentian...........................................17
G. Konsekuensi Pemutusan Hubungan Kerja..............................................20
H. Larangan Terhadap Pemutusan Hubungan Kerja...................................23
I. Macam Dan Persyaratan Pensiun...........................................................25
J. Macam Kompensasi Bagi Pensiun..........................................................29

BAB III : PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................................31
B. Saran......................................................................................................32

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................33

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap orang yang hidup sudah pasti membutuhkan biaya untuk dapat menyambung
hidupnya. Untuk bisa mendapatkan biaya tersebut setiap orang harus mencari dan
melakukan pekerjaan. Bekerja dapat dilakukan secara sendiri maupun bekerja pada orang
lain. Di dalam melakukan sebuah pekerjaan, tentunya terdapat hubungan kerja antara
pekerja dan pengusahanya, dimana hubungan kerja tersebut dituangkan ke dalam suatu
bentuk perjanjian atau kontrak kerja.di dalam kontrak kerja tersebut memuat apa saja yang
menjadi hak dan kewajiban para pekerja dan pengusahanya seperti pendapatan upah/ gaji
dan keselamatan kerja.

Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah salah satu hal dalam dunia ketenagakerjaan
yang paling dihindari dan tidak diinginkan oleh para pekerja/buruh yang masih aktif bekerja.
Untuk masalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi sebab berakhirnya waktu yang telah
ditetapkan dalam perjanjian kerja tidak menimbulkan permasalahan terhadap kedua belah
pihak yaitu pekerja dan pengusahanya karena antara pihak yang bersangkutan sama-sama
telah menyadari atau mengetahiu saat berakhirnya hubungan kerja tersebut sehingga masing-
masing telah berupaya mempersiapkan diri menghadapi kenyataan tersebut.

Berbeda halnya dengan masalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi secara sepihak
yaitu oleh pihak pengusahanya. Harapan untuk mendapatkan penghasilan dan memenuhi
kebutuhan hidup telah pupus begitu saja lantaran terjadinya PHK yang tidak disangka-
sangka oleh para pekerja. Hal ini dikarenakan kondisi kehidupan politik yang goyah,
kemudian disusul dengan carut marutnya kondisi perekonomian yang berdampak pada
banyak industri yang harus gulung tikar, dan tentu saja berdampak pada pemutusan
hubungan kerja yang dilakukan dengan sangat tidak terencana. Namun, mau tidak mau para
pekerja/buruh harus menerima kenyataan bahwa mereka harus menjalani PHK.

3
Dalam menjalani pemutusan hubungan kerja, pihak-pihak yang bersangkutan yaitu
pengusaha dan pekerja/buruh harus benar-benar mengetahui hal-hal yang berhubungan
dengan PHK, terutama untuk para pekerja/buruh, agar mereka bisa mendapatkan apa yang
menjadi hak mereka setelah di PHK.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan PHK ?
2. Apa arti dan sebab-sebab PHK ?
3. Ada berapa jenis-jenis dalam PHK ?
4. Bagaimana prosedur dalam PHK ?
5. Mengapa PHK di lakukan ?
6. Apa saja hak-hak karyawan setelah pemberhentian ?
7. Apa saja konsekuensi dalam PHK ?
8. Apa saja larangan dalam PHK ?
9. Bagaimana macam dan persyratan pensiun ?
10. Apa saja kompensasi bagi pensiunan ?

C. TUJUAN MAKALAH
1. Untuk mengetahui maksud dari PHK
2. Untuk mengetahui apa arti dan sebab-sebab PHK
3. Untuk mengetahui ada berapa jenis-jenis dalam PHK
4. Untuk mengetahui bagaimana prosedur dalam PHK
5. Untuk mengetahui mengapa PHK di lakukan
6. Untuk mengetahui apa saja hak-hak karyawan setelah pemberhentian
7. Untuk mengetahui apa saja konsekuensi dalam PHK
8. Untuk mengetahui apa saja larangan dalam PHK
9. Untuk mengetahui bagaimana macam dan persyratan pensiun
10. Untuk mengetahui apa saja kompensasi bagi pensiunan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PHK ( PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA )


Menurut Hasibuan (2005:235) pemberhentian adalah pemutusan hubungan kerja
seseorang karyawan dengan suatu organisasi (perusahaan). Pemutusan hubungan kerja
(PHK) merupakan pemberhentian karyawan dari suatu perusahaan sehingga antara
karyawan dan perusahaan (organisasi) tidak ada hubungan lagi.

Menurut Tanjung (2003:247) Pemutusan Hubungan kerja adalah suatu keadaan


sedemikian rupa sehingga karyawan harus berhenti bekerja pada perusahaan tempatnya
bekerja selama ini. Berhenti yang dimaksud dapat terjadi karena hubungan kerja antara
pihak karyawan dengan pihak perusahan terputus, atau memang perusahaan tidak
memperpanjang kontrak kerja lagi.

Menurut Mutiara S. Panggabean, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) merupakan


pengakhiran hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha yang dapat disebabkan oleh
berbagai macam alasan, sehingga berakhir pula hak dan kewajiban di antara mereka.

Menurut Sondang P. Siagian, Pemutusan hubungan kerja adalah ketika ikatan formal
antara organisasi selaku pemakai tenaga kerja dan karyawannya terputus.

Menurut Suwatno Pemutusan hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja


karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara
pekerja/buruh dan pengusaha.

Menurut UU RI No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 ayat 25


Pemutusan hubungan kerja (PHK) adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal
tertentu yang mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja atau buruh dan
pengusaha.

5
Maka dengan ini dapat disimpulkan bahwa Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang
juga dapat disebut dengan Pemberhentian, Separation atau Pemisahan memiliki pengertian
sebagai sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan alasan tertentu yang mengakibatkan
berakhir hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.1

B. ARTI DAN SEBAB-SEBAB PHK ( PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA )


Menurut Manullang (1981:132) pada pokoknya, pemberhentian atau pemutusan
hubungan kerja antara suatu perusahaan dengan seorang atau beberapa orang buruh atau
pegawai, dapat digolongkan atas tiga sebab utama yaitu:
a. karena keinginan perusahaan
b. karena keinginan pegawai dan
c. karena sebab lain.2

a. Karena Keinginan Perusahaan


Ada beberapa sebab, mengapa buruh diberhentikan karena keinginan perusahaan.
Hal itu dapat digolongkan ke dalam delapan sebab yaitu:
1. Tidak cakap dalam masa percobaan
Dalam masa percobaan seorang pegawai dapat diberhentikan begitu saja
seketika, artinya pegawai yang sedang dalam masa percobaan dapat diberhentikan
seketika dengan tidak memperhatikan tenggang waktu satu bulan. Dalam masa
percobaan, umumnya alasan pemberhentian ialah karena pegawai tidak cakap. Pasal
1603 I KUHP, menyatakan baik selama masa percobaan masing-masing pihak
berhak seketika mengakhiri perhubungan kerjanya dengan pemberitahuan
pemberhentian.
Masa waktu percobaan paling lama tiga bulan. Pemberhentian, selama masa
percobaan buruh tidak berhak menuntut ganti kerugian berupa pesangon dan uang

1
Malayu S.P Hasibuan, 2012, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta:Bumi aksara,

2
Mutiara, S. Panggabean, 2004, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bogor: Ghalia Indonesia

6
jasa kepada perusahaan; demikian pula perusahaan tidak wajib memberi pesangon
dan uang jasa kepada pegawai yang diberhentikannya.
2. Alasan-alasan mendesak
Pemberhentian buruh atau pegawai karena alasan-alasan mendesak diperinci
pada pasal 1603 KUHP. Alasan-alasan mendesak adalah sebagai berikut:
a. Bila ternyata kemudian bahwa si buruh telah menyesatkan si majikan dengan
memperlihatkan surat-surat pernyataan yang palsu atau dipalsukan pada waktu
permulaan diterimanya ia bekerja dalam perusahaan;
b. Bila ternyata buruh terlalu amat kurang mempunyai kecakapan untuk
pekerjaan;
c. Bila tengah diperingatkan, masih suka mabuk, madat atau berbuat tingkah laku
yang buruk lainnya;
d. Bila ia telah melakukan pencurian, penggelapan, penipuan atau lain-lain
kejahatan;
e. Bila buruh menganiaya, menghina secara kasar atau mengancam sungguh-
sungguh si majikan;
f. Bila buruh membujuk si majikan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang
bertentangan dengan kesusilaan;
g. Bila si buruh secara sembrono merusakkan milik si majikan;
h. Bila dengan sengaja menerbitkan bahaya yang sungguh-sungguh mengancam
pada dirinya sendiri atau diri orang lain;
i. Bila si buruh mengemukakan hal-hal istimewa mengenai rumah tangga atau
perusahaan si majikan;
j. Bila si buruh berkeras kepala menolak akan memenuhi perintah-perintah yang
patut yang diberikan kepadanya oleh atau atas nama majikan;
k. Bila si buruh sangat melalaikan kewajiban-kewajiban;
l. Bila si buruh karena sengaja atau sembrono telah menjadi tak mampu
melakukan pekerjaannya.
3. Buruh sering mangkir tidak cakap atau berkelakuan buruk
Apabila buruh sering mangkir sehingga tidak melakukan tugasnya, ataupun ia
tidak cakap melakukan pekerjaannya atau kalau ia berkelakuan buruk, perusahaan

7
dapat memberhentikan buruh atau pegawai yang demikian. Sering mangkir, tidak
cakap dan berkelakuan buruk, jelas merugikan perusahaan, karenanya buruh atau
pegawai merugikan perusahaan dapat dipertimbangkan untuk diberhentikan.

4. Buruh ditahan oleh alat Negara


Buruh atau pegawai dapat diberhentikan oleh perusahaan dari pekerjaannya,
jika buruh atau pegawai tersebut ditahan oleh alat-alat Negara. Jika kemudian buruh
atau pegawai tersebut telah dilepaskan, ia dapat dipekerjakan kembali atau
diberhentikan untuk seterusnya. Bila buruh atau pegawai yang bersangkutan terus
diberhentikan,maka perusahaan berkewajiban membayar ganti kerugian berupa
pesangon dan uang jasa. Besarnya uang pesangon dan uang jasa adalah sesuai
dengan masa kerja buruh.
5. Buruh dihukum oleh hakim
Perusahaan dapat memberhentikan pegawai atau buruh, bila buruh atau
pegawai dihukum oleh hakim berdasarkan tuduhan majikan atau karena hal-hal
lain. Bila pemberhentian tersebut bersifat mendadak, maka buruh kehilangan
haknya untuk mendapatkan ganti rugi dari perusahaan. Demikianlah misalnya,
sesuai dengan putusan P4P No. P4/M/57/6241, seorang buruh telah dihukum oleh
Pengadilan Negeri selama empat bulan karena menadah barang-barang curian, telah
diberhentikan dari pekerjaannya dengan alasan mendesak, hal mana telah
mengakibatkan ia tidak menerima sesuatu ganti kerugian perusahaan. Berupa
apapun juga.
6. Buruh sakit
Perusahaan dapat memberhentikan seorang pegawai atau buruh, bila pegawai
atau buruh yang bersangkutan sakit-sakitan. Pemberhentian buruh yang sakit hanya
dapat dijalankan jika buruh atau pegawai yang bersangkutan, telah menderita sakit
terus menerus sedikitnya selama tiga sampai empat bulan. Meskipun demikian pada
masa tiga atau empat bulan sakit tersebut, perusahaan dapat mengurangi sedikit
demi sedikit upah buruh yang tidak bekerja karena sakit itu. Selama sakit bulan
pertama, buruh mendapatkan upah penuh, selanjutnya selama bulan-bulan berikut

8
dikurangi 20% dari upah seluruhnya, hingga sampai bulan yang keempat si buruh
yang bersangkutan hanya menerima 40% dari upah seluruhnya. Pemberhentian
buruh oleh perusahaan harus diikuti oleh pemberian uang pesangon dan uang jasa
kepada pegawai. Besarnya uang pesangon dan uang jasa adalah sesuai dengan masa
kerja buruh.
7. Buruh berusia lanjut
Buruh atau pegawai yang sudah berusia lanjut, yang menyebabkan prestasi
kerjanya menurun, oleh perusahaan dapat diberhentikan atau dipensiunkan sesuai
dengan peraturan yang berlaku bagi perusahaan.
8. Penutupan badan usaha atau pengurangan tenaga kerja
Penutupan badan usaha otomatis menyebabkan pemberhentian buruh atau
pegawai; biasanya diikuti pemberian pesangon dan uang jasa kepada pegawai atau
buruh yang diberhentikan. Besarnya uang pesangon dan uang jasa pada umumnya
dimusyawarahkan oleh majikan dan serikat buruh. Dalam menetapkan pegawai
mana yang diberhentikan, dapat digunakan pedoman sebagai berikut:
a. Pegawai yang kurang cakap mendapat prioritas dalam pemberhentian;
b. Pegawai yang mempunyai tanggungan sedikit, mendapat prioritas dalam
pemberhentian;
c. Pemberhentian pegawai didasarkan atas asas senioritas, jadi pegawai yang
lebih senior mempunyai immunitas yang lebih lama dalam pemberhentian.

b. Karena Keinginan Pegawai


Alasan buruh atau pegawai minta berhenti dapat digolongkan ke dalam empat sebab
yaitu:
1. Dalam masa percobaan
Telah dinyatakan dalam pasal 1603 i KUHP, jika diperjanjikan suatu waktu
percobaan, maka selama waktu itu masing-masing pihak adalah berhak seketika
mengakhiri hubungan kerja dengan pemberitahuan-pemberhentian. Pemberhentian
karena permintaan pegawai, terlebih-lebih selama dalam masa percobaan tidak
mewajibkan perusahaan membayar ganti rugi kepada pegawai berupa apapun juga.
2. Alasan-alasan mendesak

9
Pegawai juga dapat minta berhenti sewaktu-waktu dari perusahaan karena
alasan mendesak. Dalam keadaan seperti ini, pegawai yang bersangkutan dapat
berhenti, seketika tanpa memperhatikan tenggang waktu dan saat pemutusan.
3. Menolak bekerja pada majikan baru
Buruh dapat juga berhenti bekerja dari perusahaan, bila ia menolak bekerja
pada majikan baru yang membeli perusahaan. Dalam permintaan berhenti seperti
ini, majikan baru wajib memberi pesangon dan uang jasa kepada buruhnya yang
minta berhenti sesuai dengan masa dinasnya.
4. Karena sebab lain
Selain daripada alasan-alasan tersebut di atas, buruh dapat pula minta berhenti
karena keinginan sendiri berhubung berbagai macam alasan lain. Permintaan
berhenti karena alasan-alasan seperti ini, tidak mengharuskan perusahaan
memberikan uang pesangon dan uang jasa dan pegawai yang minta berhenti tidak
mempunyai hak untuk meminta ganti rugi.

c. Karena Sebab Lain


Pemberhentian buruh terjadi pula karena sebab lain, yaitu karena buruh meninggal
dunia. Apabila buruh atau pegawai meninggal dunia semasa masih dalam ikatan
hubungan kerja, maka perusahaan mempunyai kewajiban untuk memberi ganti rugi,
atau sekedar memberi uang kubur dan uang duka kepada keluarga yang ditinggalkan.
Sedangkan Menurut Tanjung (2003:249) PHK terjadi disebabkan adanya:
1. Permintaan sendiri
Ada beberapa hal yang pada umumnya menyebabkan seseorang karyawan akan
mengundurkan diri dari pekerjaannya yaitu :
 Terlilit masalah keluarga
 Kondisi kesehatan yang tidak cocok untuk bekerja di perusahaan tersebut
 Pekerjaan yang dilakukan tidak cocok dengan minat dan bakat
 Perlakuan tidak adil yang dilakukan oleh pihak pemilik perusahaan atau atasan.
Sebagai upaya untuk menanggulangi agar jangan terjadi PHK secara besar-
besaran, maka perusahaan harus menempuh usaha perbaikan dan penyempurnaan di
segala bidang :

10
 Kompensasi
Perbaiki tingkat kompensasi, jangan sampai dibawah upah minimum provinsi.
Semakin tinggi konpensasi yang diberikan semakin baik perusahaan.
 Seleksi dan penempatan
Melakukan pelaksanaan seleksi secara ketat, sehingga karyawan yang masuk
betul-betul baik dan sehat.
 Sistem Informasi Manajemen
Menyempurnakan sistem dan prosedur yang berlaku dalam perusahaan supaya
lebih efektif.
2. Kebijaksaan organisasi atau perusahaan
PHK yang terjadi disebabkan kebijakan organisasi atau perusahaan, merupakan
hal yang terpaksa dilakukan. Hal ini diambil karena karyawan tidak disiplin,
karyawan kurang cakap dan tidak produktif serta tidak dapat bekerjasama. Sebab-
sebab tersebut dapat di uraikan karena faktor karyawan lebih dominan tapi sisi lain
ada juga disebabkan faktor perusahaan lebih dominan. Contoh : masa krisis
moneter tahun 1998 dan tahun 1999, pada tahun tersebut banyak sekali yang
melakukan PHK karena semata-mata ingin menyelamatkan perusahaan meskipun
harus membayar uang pesangon. Sebab, jika uang pesangon tidak dibayar maka
perusahaan akan di gugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) apalagi bila
PHK tidak tepat.
3. Peraturan perundang-undangan yang berlaku
Undang-undang mengatur bahwa seorang yang terkena peraturan ini harus di
PHK yaitu bila karyawan tersebut :
 Meninggal dunia atau hilang
 Telah mencapai batas umur untuk PHK
 Melanggar peraturan yang berlaku
 Berakhirnya masa kontrak dengan perusahaan
 Terlibat dengan kegiatan yang menentang pemerintah (subversive)

11
C. JENIS-JENIS PHK ( PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA )
Menurut Mangkuprawira (2002:205) Pemutusan Hubungan kerja (PHK) ada 2 Jenis,
yaitu pemutusan hubungan kerja sementara dan pemutusan hubungan kerja permanen.3
1. Pemberhentian sementara
Berbeda dengan sementara tidak bekerja pembertihan sementara memiliki alasan
internal perusahaan, yaitu karena alasan ekonomi dan bisnis, misalnya kondisi moneter
dan krisis ekonomi menyebabkan perusahaan mengalami chaos atau karena siklus bisnis.
Pemberhentian sementara dapat meminimumkan di beberapa perusahaan melalui
perencanaan sumber daya manusia yang hati-hati dan teliti.
2. Pemutusan Hubungan Kerja Permanen, ada tiga jenis yaitu atrisi, terminasi dan kematian.
 Atrisi atau pemberhentian tetap seseorang dari perusahaan secara tetap karena alasan
pengunduran diri, pensiun, atau meninggal. Fenomena ini diawali oleh pekerja
individual, bukan oleh perusahaan. Dalam perencanaan sumber daya manusia,
perusahaan lebih menekannkan pada atrisi daripada pemberhentian sementara karena
proses perencanaan ini mencoba memproyeksikan kebutuhan karyawan di masa
depan.
 Terminasi adalah istilah luas yang mencakup perpisahan permanen karyawan dari
perusahaan karena alasan tertentu. Biasnya istilah ini mengandung arti orang yang
dipecat dari perusahaan karena faktor kedisiplinan. Ketika orang dipecat karena
alasan bisnis dan ekonomi. Untuk mengurangi terminasi karena kinerja yang buruk
maka pelatihan dan pengembangan karyawan merupakan salah satu cara yang dapat
ditempuh karena dapat mengajari karyawan bagaimana dapat bekerja dengan sukses.
Menurut Sedarmayanti (2007:202) Jenis Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) ada
2 jenis, yaitu :

3
Mangkuprawira, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta.

12
 Permberhentian Sementara biasanya terjadi pada karyawan tidak tetap yang
hubungan kerjanya bersifat tidak tetap, perusahaan yang bergerak pada produk
musiman, Karyawan yang dikenakan tahanan sementara oleh yang berwajibkarena
disangkatelah berbuat tindak pidana kejahatan.
 Pemberhentian Permanen sering disebut pemberhentian, yaitu terputusnya ikatan
kerja antara karyawan dengan perusahaan tempat bekerja.

Menurut Mutiara S. Panggabean Jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ada 4


Jenis, diantaranya :4
 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas kehendak sendiri (Voluntary turnover) hal
ini terjadi jika karyawan yang memutuskan untuk berhenti dengan alasan pribadi.
 Pemberhentian Karyawan karena habis masa kontrak atau karena tidak dibutuhkan
lagi oleh organisasi (Lay Off).
 Pemberhentian karena sudah mencapai umur  pensiun (Retirement). Saat berhenti
biasanya antara usia 60 sampai 65 tahun.
 Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan atas kehendak pengusaha. Dalam hal ini
pengusaha mmutuskan hubungan kerja dengan pekerja mungkin disebabkan adanya
pengurangan aktivitas atau kelalian pegawai atau pelanggaran disiplin yang
dilakukan pekerja.

D. PROSEDUR PHK ( PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA )


Permberhentian Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan harus dilakukan dengan baik
dan sesuai dengan regulasi pemerintah yang masih diberlakukan. Namun karena terkadang
pemberhentian terkadang terjadi akibat konflik yang tak terselesaikan maka menurut Umar
(2004) pemecatan secara terpaksa harus sesuai dengan prosedur sebagai berikut:

1. Musyawarah karyawan dengan pimpinan perusahaan.


2. Musyawarah pimpinan serikat buruh dengan pimpinan perusahaan.
3. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4D.

4
https://anggaraniintan.wordpress.com/2014/01/06/makalah-pemutusan-hubungan-
kerja/http://advokatku.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemutusan-hubungan-kerja.html , diakses pada tanggal
29 september 2019 pukul 11.00 WIB

13
4. Musyawarah pimpinan serikat buruh, pimpinan perusahaan dan wakil dari P4P.
5. Pemutusan hubungan berdasarkan Keputusan Pengadilan Negeri.5

Kemudian menurut Mutiara S. Panggabean Proses Pemberhentian hubungan kerja jika


sudah tidak dapat dihindari maka cara yang diatur telah diatur dalam Undang-undang No.12
tahun 1964. Perusahaan yang ingin memutuskan hubungan kerja harus mendapatkan izin
dari P4D (Panitia Penyelesaian Perburuhan Daerah) dan jika ingin memutuskan hubungan
kerja dengan lebih dari sembilan karyawan maka harus dapat izin dari P4P (Panitia
Penyelesaian Perburuhan Pusat) selama izin belum didapatkan maka perusahaan tidak dapat
memutuskan hubungan kerja dengan karyawan dan harus menjalankan kewajibannya.
Namun sebelum pemberhentian hubungan kerja harus berusaha untuk meningkatkan
efisiensi dengan:

1. Mengurangi shift kerja


2. Menghapuskan kerja lembur
3. Mengurangi jam kerja
4. Mempercepat pensiun
5. Meliburkan atau merumahkan karyawan secara bergilir untuk sementara

Pemerintah tidak mengharapkan perusahaan melakukan PHK tercantun dalam Pasal 153
ayat (1) Undang-Undang No. 13 Thaun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang menyatakan
pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan :

1. Pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter selama
waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus
2. Pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya Karena memenuhi kewajiban
terhadap Negara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku
3. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya
4. Pekerja/buruh menikah
5. Pekerja/burh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya.

5
Hanifa, Suci. 2013. Manajemen sumber daya manusia. Pemutusan hubungan kerja.

14
6. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkakwinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam 1 perusahaan, kecali telah diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan, atau PKB.
7. Pekeerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat
buruh melakukan kegiatan serikat/pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam
jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau PKB.
8. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan
pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan
9. Karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik atau status perkawinan.
10. Pekerja. Buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibar kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penembuhannya belum dapat dipastikan .6

E. MENGAPA PHK DILAKUKAN


Kasus pemutusan hubungan kerja yang melibatkan pihak pengusaha dengan pihak
tenaga kerja banyak terjadi di berbagai perusahaan. Meskipun PHK merupakan hal yang
wajar dalam dunia ketenagakerjaan, tetapi pelaksanaannya membutuhkan waktu, biaya, dan
tenaga atau pikiran. Oleh karena itu, PHK harus merupakan upaya terakhir yang dilakukan
(Samsudin, 2006). Itulah sebabnya, pengusaha, pekerja, serikat pekerja 7, dan pemerintah,
dengan segala upaya harus mengusahakan agar tidak terjadi PHK seperti pengaturan waktu
kerja, penghematan, pembenahan metode kerja, dan memberikan pembinaan kepada pekerja.
Namun dalam kenyataannya membuktikan bahwa PHK tidak dapat dicegah seluruhnya.

Kebijakan Pemutusan Hubungan Kerja Menurut Edi Suharto (2008) kebijakan sebagai
serangkaian kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu
lingkungan tertentu dengan menunjukan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan
terhadap pelaksanaan usulan kebijakan tersebut dalam mencapai tujuan tertentu. Ketentuan
6
http://agussalamnasutionmandailing.blogspot.com/2012/04/makalah-hukum-pemurusan -hubungan-kerja.html.
diakses pada tanggal 29 september 2019 pukul 13.21 WIB
7
aisyah, s. (2016). Pengaruh kebijakan pemutusan hubungan kerja terhadap motivasi kerja dan disiplin
kerja pada karyawan tambang batu bara pt. Ryan eka pratama samboja. Ejournal psikologi. Vol 4, no4,
838 – 848.

15
Pasal 1 ayat (25) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 pengertian pemutusan hubungan
kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang mengakibatkan
berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha. Berdasarkan penjelasan
diatas, maka kebijakan pemutusan hubungan kerja adalah ketetapan yang memuat prinsip-
prinsip perusahaan untuk melakukan tindakan pemutusan hubungan kerja atau
pemberhentian kerja dengan alasan-alasan dan sebab-sebab tertentu.

Adapun alasan-alasan yang dipandang sebagai alasan yang cukup kuat untuk menunjang
pembenaran Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh pengusaha atas diri
seorang atau beberapa pekerja pada dasarnya adalah sebagai berikut8:

1. Alasan Ekonomis
a. Menurunnya hasil produksi yang dapat pula disebabkan oleh merosotnya kapasitas
produksi perusahaan yang bersangkutan
b. Merosotnya penghasilan perusahaan
c. Merosotnya kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar upah dalam keadaan
yang sama dengan sebelumnya
d. Pelaksanaan rasionalisme atau penyederhanaan yang berarti pengurangan pekerja
dalam jumlah besar dalam perusahaan yang bersangkutan.

2. Alasan tentang diri pribadi pekerja yang bersangkutan


a. Tidak memiliki kemampuan kerja dan prestasi yang memadai selaras dengan target
yang telah ditentukan
b. Tidak memiliki tingkah laku yang baik: tidak jujur, kurang mempunyai rasa
tanggung jawab, sering mangkir tanpa alasan dan lain-lain
c. Tidak memiliki kekuatan jasmani yang sepadan dengan beratnya tugas yang
diemban, dan sebagainya d. Karena meninggalnya pengusaha dan tidak ada ahli
waris yang mampu melanjutkan hubungan kerja dengan pekerja yang bersangkutan.

8
sudibyo. A. Dkk. 2015. Implementasi pemutusan hubungan kerja (phk) terhadap pekerja status perjanjian kerja
waktu tertentu (pkwt) pada pt x di kota malang. Universitas ma chung. Jurnal studi manajemen, vol.9, no 2.

16
Alasan PHK berperan besar dalam menentukan apakah pekerja tersebut berhak atau
tidak atas uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak. Peraturan mengenai
uang pesangon, uang penghargaan dan uang penggantian hak diatur dalam pasal 156, pasal
160 sampai pasal 169 UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Menurut UU No. 13
tahun 2003 mengenai Ketenagakerjaan, pihak perusahaan dapat bertanggung jawab dalam
berbagai kondisi seperti di bawah ini:

1. Pengunduran diri secara baik-baik atas kemauan sendiri.


2. Pengunduran diri secara tertulis atas kemauan sendiri karena berakhirnya hubungan
kerja.
3. Pengunduran diri karena mencapai usia pensiun.
4. Pekerja melakukan kesalahan berat.
5. Pekerja ditahan pihak yang berwajib.
6. Perusahaan bangkrut/perusahaan mengalami kerugian.
7. Pekerja mangkir terus menerus.
8. Pekerja meninggal dunia.
9. Pekerja melakukan pelanggaran.
10. Perubahan status, penggabungan, pelemburan atau perubahan kepemilikan.
11. Pemutusan Hubungan Kerja karena Alasan Efisiensi

F. HAK-HAK KARYAWAN SETELAH PEMBERHENTIAN


Hak hak pekerja/ buruh apabila terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) tidak semua
pekerja/buruh takut akan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), PHK bisa terjadi ketika
pensiun kontrak perjanjian yang telah berakhir sesuai kesepakatan oleh kedua pihak, dan
karena pekerja/buruh yang mengundurkan diri. untuk itu penulis ingin memperjelas kembali
terkait dengan jenis-jenis. Pemutusan Hubungan kerja beserta hak - hak yang didapat oleh
pekerja/buruh.
1. Ketentuan normatif pekerja/ buruh yang mengundurkan diri atas kemauan
sendiri
Dalam hal pemutusan hubungan kerja oleh pekerja/buruh atas permintaan
pengunduran diri maka PHK tersebut timbul karena kehendak pekerja/buruh.
Pengunduran diri itu harus benar-benar murni atas kehendak pekerja/buruh sendiri tanpa

17
adanya rekayasa ataupun dipengaruhi oleh pihak lain. Pekerja/ buruh yang
mengundurkan diri harus membuat permohonan secara tertulis dan dibuat atas kemauan
sendiri tanpa adanya indikasi tekanan / intimidasi dari pengusaha. Jika terdapat indikasi
tekanan/ intimidasi dari pengusaha, secara hukum bukan PHK oleh pekerja/buruh, tetapi
PHK oleh pengusaha. Hal ini akan menimbulkan akibat hukum yang berbeda pula.
Menurut pasal 162 ayat 3 UU No. 13 Tahun 2003, pekerja/buruh yang me - ngundurkan
diri harus memenuhi syarat :
a. mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambatlambatnya 30
(tiga puluh) hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri;
b. tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
c. tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri.

2. Hak yang diterima pekerja/ buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri
Pemutusan hubungan kerja karena pekerja / buruh mengundurkan diri atas
kemauan sendiri berlaku pasal 162 UU N0. 13 Tahun 2003 yaitu :
a. Pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh uang
penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4).
b. Bagi pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas kemauan sendiri, yang tugas dan
fungsinya tidak mewakili kepentingan pengusaha secara langsung, selain menerima
uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) diberikan uang pisah
yang besarnya dan pelaksanaannya diatur dalam perjanjian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
Jadi pekerja/buruh yang mengundurkan diri akan memperoleh Uang Penggantian
Hak, sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4) yang terdiri dari:
a. Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur;
b. Biaya pulang untuk pekerja/ buruh dan keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh
diterima bekerja;
c. Penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% dari uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja bagi yang memenuhi syarat; dan
d. Hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan (PP)
atau Perjanjian Kerja Bersama (PKB).

18
Berdasarkan Pasal 162 tersebut, maka jenis hak yang diterima oleh pekerja/buruh
yang mengundurkan diri bukanlah berupa uang pesangon maupun uang penghargaan
masa kerja, melainkan hanya berupa uang penggantian hak yang besarnya disesuaikan
dengan masa kerja.

3. Perlindungan hukum terhadap hak pekerja/buruh yang mengundurkan diri atas


kemauan sendiri
Berdasarkan pasal 162 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia No.13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan secara tegas mengatur: “Pekerja/ buruh yang
mengundurkan diri atas kemauan sendiri, memperoleh uang penggantian hak sesuai
ketentuan Pasal 156 ayat (4)”.
Namun demikian ketentuan pemberian uang penggantian hak berupa penggantian
perumahan serta pengobatan dan perawatan ini dalam implementasinya sering
menimbulkan multi tafsir9. Ketentuan yang dianggap multi tafsir tersebut kemudian
berusaha ditafsirkan oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi dengan mengeluarkan
surat Nomor : B.600/MEN/SjHk/VIII/ 2005, tanggal 31 Agustus 2005. Dalam surat
Menakertrans tersebut secara jelas dan tegas menyebutkan bahwa karena pekerja/ buruh
yang mengundurkan diri tidak mendapatkan uang pesangon dan uang penghargaan masa
kerja maka pekerja/buruh yang bersangkutan tidak mendapatkan penggantian
perumahan serta pengobatan dan perawatan sebagaimana ketentuan dalam Pasal 156
ayat (4)”. Dengan kata lain pekerja/buruh yang mengundurkan diri secara baik-baik atas
kemauan sendiri bisa saja tidak mendapatkan hak apapun.
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundangan secara hirarkis Surat Menteri Tenaga Kerja tidak
termasuk dalam tata urutan perundangan apalagi mengalahkan Undang-undang, oleh
karena itu Kepmenaker tersebut dapat diabaikan karena hanya bersifat penafsiran saja
apalagi surat tersebut hanya ditujukan kepada kepala instansi yang bertanggung jawab
di bidang ketenagakerjaan. Dengan demikian peraturan perusahaan maupun perjanjian
kerja bersama harus menjadi pedoman utama bagi pekerja/buruh dan pengusaha.
9
Taufiq Yulianto, S. (2011, Oktober ). PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK PEKERJA/BURUH YANG
MENGUNDURKAN DIRI ATAS KEMAUAN SENDIRI. Jurnal Law reform , Vol. 6 No.2, 18.

19
Ketentuan perundang-undangan harus diimplementasikan pelaksanaannya dalam
peraturan perusahaan ataupun perjanjian kerja bersama.

G. KONSEKUENSI PHK ( PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA )


Perselisihan perburuhan yang terjadi antara pekerja/buruh dengan pengusaha sering
mengarah pada Pemutusan Hubungan Kerja (“PHK”). PHK dapat terjadi karena telah
berakhirnya waktu tertentu yang telah disepakati bersama atau diperjanjikan sebelumnya,
dan dapat pula terjadi karena adanya perselisihan perburuhan. Ketentuan mengenai PHK
dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(“UU Ketenagakerjaan”) meliputi PHK yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum
atau tidak, milik orang perseorangan, milik persekutuan atau milik badan hukum, baik milik
swasta maupun milik negara, maupun usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang
mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah dan imbalan
dalam bentuk lain. Pasal 1 angka 25 UU Ketenagakerjaan mendefinisikan  pemutusan
hubungan kerja adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja/buruh dan pengusaha.

Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala


upaya harus mengusahakan agar tidak terjadi PHK. Apabila segala upaya telah dilakukan,
tetapi PHK tidak dapat dihindari, maka maksud PHK wajib dirundingkan oleh pengusaha
dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang
bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

Dalam hal perundingan tidak menghasilkan persetujuan, pengusaha hanya dapat


memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari
lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial. Permohonan penetapan pemutuskan
hubungan kerja diajukan secara tertulis kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial disertai alasan yang menjadi dasarnya.  Penetapan atas permohonan pemutusan
hubungan kerja hanya dapat diberikan oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan
industrial jika ternyata maksud untuk memutuskan hubungan kerja telah dirundingkan, tetapi
perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan.

20
1. Tanggung Jawab Perusahaan Terhadap Tenaga Kerja Akibat PHK

Terjadinya pemutusan hubungan kerja maka dimulailah juga masa sulit bagi
pekerja dan keluarganya. Oleh karena itu untuk membantu atau setidak-tidaknya
mengurangi beban pekerja yang diPHK, undang-undang mengharuskan atau
mewajibkan pengusaha untuk memberikan uang pesangon,uang penghargaan, dan uang
penggantian hak.

Pemutusan hubungan kerja antara pekerja dan pengusaha tidak boleh dilakukan
secara sewenang-wenang, Melainkan ada halhal tertentu yang harus dipenuhi oleh
kedua belah pihak supaya PHK itu tidak mencederai rasa keadilan diantara kedua belah
pihak.

“Dengan adanya pemberhentian karyawan tentu berpengaruh sekali terhadap


perusahaan terutama masalah dana. Karena pemberhentian karyawan memerlukan
dana yang cukup besar diantaranya untuk membayar pensiun atau pesangon karyawan
dan untuk membayar tunjangantunjangan lainnya. Begitu juga pada saat penarikan
kembali karyawan, perusahaan pun mengeluarkan dan yang cukup besar untuk
pembayaran kompensasi dan pengembangan karyawan. Dengan adanya pemberhentian
karyawan tersebut tentu sangat berpengaruh sekali terhadap karyawan itu sendiri.
Dengan diberhentikan dari pekerjaannya maka berarti karyawan tersebut tidak dapat
lagi memenuhi kebutuhan secara maksimal untuk karyawan dan keluarganya. Atas
dasar tersebut, maka manajer sumber daya manusia harus sudah dapat
memperhitungkan beberapa jumlah uang yang seharusnya diterima oleh karyawan
yang behenti, agar karyawan tersebut dapat memenuhi kebutuhannya sampai pada
tingkat dianggap cukup”

2. Perhitungan Uang Pesangon Apabila Terjadi PHK:

Uang pesangon adalah uang yang diberikan kepada buruh atau pegawai pada
waktu terjadinya pemutusan hubungan kerja oleh pihak majikan/ perusahaan yang

21
didasarkan atas lamanya masa kerja yang telah ditempuh oleh buruh/ perusahaan yang
bersangkutan dan besar imbalan per jam . Perhitungan uang pesangon yang ditetapkan
berdasarkan pasal 156 ayat 2 Undang – Undang no. 13 tahun 2003 adalah10:

a. Masa kerja kurang dari 1 tahun = 1 bulan upah


b. Masa kerja 1 tahun atau lebih tetapi kurang dari 2 tahun = 2 bulan upah
c. Masa kerja 2 tahun atau lebih tetapi kurang dari 3 tahun = 3 bulan upah
d. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 4 tahun = 4 bulan upah
e. Masa kerja 4 tahun atau lebih tetapi kurang dari 5 tahun = 5 bulan upah
f. Masa kerja 5 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun = 6 bulan upah
g. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 7 tahun = 7 bulan upah
h. Masa kerja 7 tahun atau lebih tetapi kurang dari 8 tahun = 8 bulan upah
i. Masa kerja 8 tahun atau lebih = 9 bulan upah.

3. Perhitungan uang penghargaan apabila terjadi PHK:

Semakin lama Anda bekerja di sebuah perusahaan, maka semakin tinggi pula
tingkat apresiasi perusahaan kepada para karyawan. Namun, uang penghargaan ini
hanya diberikan apabila masa kerja karyawan sudah mencapai selama 3 tahun. Apabila
masa kerja Anda kurang dari 3 tahun, maka Anda tidak akan mendapatkan uang
penghargaan tersebut. Jadi ini disebut uang penghargaan masa kerja. Uang penghargaan
yang diberikan oleh setiap perusahaan berbeda antara perusahaan yang satu dengan
perusahaan lainnya. Semakin besar dan populer suatu perusahaan, maka makin besar
pula penghargaan masa kerja yang akan diberikan ke karyawan.

Perhitungan uang penghargaan berdasarkan pasal 156 ayat 3 Undang – Undang no.
13 tahun 2003 sebagai berikut

1. Masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun = 2 bulan upah
2. Masa kerja 6 tahun atau lebih tetapi kurang dari 9 tahun = 3 bulan upah

10
Maringan, N. (2015). TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) SECARA
SEPIHAK OLEH PERUSAHAAN MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 13 TAHUN 2003 TENTANG
KETENAGAKERJAAN. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion , Vol 3, Edisi. 3, 1-10.

22
3. Masa kerja 9 tahun atau lebih tetapi kurang dari 12 tahun = 4 bulan upah
4. Masa kerja 12 tahun atau lebih tetapi kurang dari 15 tahun = 5 bulan upah
5. Masa kerja 15 tahun atau lebih tetapi kurang dari 18 tahun = 6 bulan upah
6. Masa kerja 18 tahun atau lebih tetapi kurang dari 21 tahun = 7 bulan upah
7. Masa kerja 21 tahun atau lebih tetapi kurang dari 24 tahun = 8 bulan upah
8. Masa kerja 24 tahun atau lebih = 10 bulan upah.

4. Kewajiban Memberikan Uang Penggantian Hak Yang Seharusnya Diterima


Dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan juga diatur uang penggantian hak yang
seharusnya diterima karyawan11. Hal seperti pengganti cuti tahunan yang belum diambil
dan belum gugur. Juga jika pekerja atau karyawan ini berasal dari daerah lain, maka
perusahaan harus membayar biaya untuk pulang ke daerah asal. Juga penggantian
perumahan dan pengobatan sebesar 15 persen dari uang pesangon dan atau dari uang
penghargaan masa kerja.
Dengan adanya regulasi yang dibuat oleh pemerintah, maka perusahaan wajib
memenuhi hak karyawannya yang di PHK. Dan untuk karyawan yang telah di PHK,
anda berhak untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan yang dijamin hak-nya oleh
undang-undang.

H. LARANGAN TERHADAP ( PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA )

PHK adalah pengakhiran hubungan kerja karena suatu hal tertentu yang
mengakibatkan berakhirnya hak-hak dan kewajiban (prestasi dan kontra-prestasi) antara
pekerja/buruh dengan pengusaha. (Pasal 1 angka 25) UUK No 13 Tahun 2003.

Prinsip utama PHK adalah dipersulit. Oleh karena itu dalam hal-hal tertentu
pengusaha dilarang melakukan PHK terhadap Pekerja/Buruh, walaupun si Pekerja/Buruh
tidak dapat melaksanakan kewajiban bekerja sesuai dengan perintah di Pengusaha.

Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 (Pasal 153 ayat 1) dengan


tegas menyebutkan, bahwa Pengusaha dilarang melakukan PHK dengan alasan buruh :

11
Jimmy J.S. 2016. Hak dan Kewajiban Pekerja. Jakarta: Visimedia

23
a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja karena sakit menurut keterangan dokter
selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus;
b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya, karena memenuhi kewajiban
terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;
d. pekerja/buruh menikah;
e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui
bayinya;
f. pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan atau ikatan perkawinan dengan
pekerja/buruh lainnya di dalam satu perusahaan, kecuali telah diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;
g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat
buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat pekerja/serikat buruh di luar jam
kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan
ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian
kerja bersama;
h. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai
perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan;
i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis
kelamin, kondisi fisik, atau status perkawinan;
j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit
karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu
penyembuhannya belum dapat dipastikan.

PHK karena alasan-alasan tersebut, adalah batal demi hukum (batal dengan
sendirinya) dan pengusaha wajib mempekerjakan kembali pekerja/buruh tersebut.

Jika Pengusaha melakukan PHK karena alasan-alasan tersebut, maka lembaga


Penyelesaian Hubungan Industrial baik Mediasi, Konsiliasi, Arbitrase, Pengadilan

24
Hubungan Industrial dan Mahkamah harus membatalkannya dan memerintahkan
Pengusaha untuk mempekerjakan Pekerja/Buruh.12

I. MACAM DAN PERSYARATAN PENSIUN


1. Macam-Macam Pensiun
a) Pensiun Normal
Pensiun normal ialah variasi pensiun di mana karyawan/pegawai/pekerja udah
memasuki pada usia tepat pensiun. Untuk variasi pensiun ini karyawan atau pegawai
mampu segera nikmati masa pensiun tanpa melalui prasyarat dan cara kerja yang
rumit. Usia pensiun mencontoh kebijakan dari masing-masing perusahaan. Idealnya
diatas 55 tahun.

b) Pensiun Dini
Pensiun dini dijalankan andaikata karyawan mengajukan stop bekerja sebelum
memasuki usia tepat pensiun. Karena kebanyakan pensiun layaknya ini
dilatarbelakangi oleh lebih dari satu hal, maka untuk meraih faedah penuh dari
pensiun kebanyakan perlu prasyarat yang ketat.

c) Pensiun Ditunda
Pensiun ditunda nyaris serupa bersama dengan pensiun dini, ialah
pekerja/karyawan/pegawai mengajukan pensiun sebelum memasuki usia normal
pensiun. Imbas membedakan ialah faedah penuh dari pensiun ditunda cuma mampu
dinikmati setelah pekerja/karyawan/pegawai perihal yang demikianlah memasuki
usia normal pensiun. Atau lebih tepatnya dana pensiun bakal dibendung dulu
sebelum yang perihal memasuki usia pensiun.

d) Pensiun Sakit atau Cuma Cacat


Pensiun variasi ini ialah pensiun yang diakibatkan oleh adanya penyakit, kecelakaan
atau petaka yang menimpa dan sebabkan adanya ketidakmampuan atau cacat tetap
sehingga yang perihal tak mampu lagi bekerja secara optimal. Dana pensiun atau
faedah pensiun yang diperoleh untuk orang yang pensiun akibat sakit atau cacat
12
https://gindonadapdap.wordpress.com/2009/05/30/buku-kecil-larangan-dan-ijin-phk/, diakses pada tanggal
tanggal 01 Oktober pukul 12.05 WIB

25
permanen ialah serupa bersama dengan orang pensiun normal. saja pemberian hak
pensiun perihal yang demikianlah cuma mampu dijalankan setelah yang perihal
ditetapkan sakit atau cacat permanen oleh pihak yang mempunyai wewenang.
Persiapkan dana pensiun Anda bersama dengan opsi investasi yang tepat, aman, dan
terpercaya sementara tetap muda untuk meraih hidup nyaman dan sejahtera di hari
tua. Makin permulaan Anda mempersiapkannya, maka tarif investasi yang
diperlukan terhitung kian ringan.13
2. Persyaratan Pensiun
Pada umumnya ada 3 syarat untuk dapat mengajukan pension dini, yakni :
a) Telah mencapai usia sekurang-kurangnya 50 tahun
b) Memiliki masa kerja pension-sekurang kurangnya 20 tahun bagi PNS yang berhenti/
dihentikan dengan hak pension.
c) Mengajukan permohonan berhenti sebagai PNS.

Persyaratan (berkas) pengajuan pensiun dini (pensiun sebelum mencapai batas usia
pensiun atau pensiun atas permintaan sendiri) adalah :

a) Permohonan pensiun dini yang di tanda tangani PNS bersangkutan disertai alas an
b) Data perorangan calon penerima pensiun (DPCP) yang ditanda tanganin PNS
bersangkutan dan pimpinan SKPD
c) Daftar riwayat peerjaan yang ditandatanganin PNS bersangkutan
d) Surat keterangan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dalam satu
tahun terakhir
e) Daftar riwayat keluarga yang ditandatanganin PNS bersangkutan
f) Surat keterangan dari pimpinan SKPD yang pada intinya menyetujui permohonan
pensiun dini
g) SKP dua tahun terakhir
h) Foto copy penetapan NIP baru

13
https://infoberitaonline.data.blog/2018/08/09/macam-macam-jenis-pensiun-yang-ada-di-indonesia/, diakses
pada tanggal tanggal 01 Oktober pukul 12.37 WIB

26
i) Foto copy SK pengangkatan pertama (pegawai bulanan, calon PNS, peninjauan masa
kerja bila ada)
j) Foto copy SK pengangkatan PNS
k) Foto copy SK pengangkatan terakhir
l) Foto copy kenaikan gaji berkala terakhir
m) Foto copy kartu pegawai
n) Foto copy surat nikah
o) Foto copy kartu keluarga (KK)
p) Foto copy akta kelahiran anak yang masih di tanggung
q) Pas foto PNS hitam putih terbaru ukura 3x4 cm. 7 lembar
r) Semua berkas dilegelisir/disahkan oleh pejabat yang berwenang

Adapun persyaratan pengajuan pensiun bagi PNS yang telah mencapai batas usia
pensiun (BUP), adalah sebagai berikut :
a) Permohonan pensiun yang ditandatanganin PNS bersangkutan
b) Data perorangan calon penerima pensiun (DPCP) yang ditandatanganin PNS
bersangkutan dan pimpinan SKPD
c) Daftar riwayat pekerja yang ditandatanganin PNS bersangkutan
d) Surat keterangan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dalam 1 tahun
terakhir
e) Daftar riwayat kluarga yang ditandatanganin PNS bersangkutan
f) SKP dua tahun terakhir
g) Foto copy penetapan NIP baru
h) Foto copy SK. Pengangkatan pertama (pegawai bulanan, calon PNS, Peninjauan masa
kerja bila ada);
i) Foto copy SK. Pengangkatan PNS
j) Foto copy SK pengangkatan terakhir
k) Foto copy kenaikan gaji berkala terakhir
l) Foto copy kartu pegawai
m) Foto copy surat nikah
n) Foto copy KK

27
o) Foto copy akta kelahiran anak yang masih tanggungan
p) Pas poto PNS hitam putih terbaru ukuran 3x4 cm 7 lembar

Sedangkan persyaratan pengajuan pensiun janda/ duda/ yatim (PNS meninggal dunia)
adalah sebagai berikut :

a) Permohonan pensiun janda/ duda/ yatim yang ditandatanganin janda/ duda/ yatim
dari PNS yang meninggal dunia
b) Dat perorangan calon penerima pensiun (DPCP) yang ditandatanganin janda/ duda/
yatim dari PNS yang meninggal dunia dan pimpinan SKPD
c) Daftar riwayat pekerja yang di tandatanganin pimpinan SKPD
d) Surat keterangan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat dalam satu
tahun terakhir
e) Daftar riwayat keuarga yang ditandatanganin janda/ duda/ yatim PNS bersangkutan
f) Akta kematian/surat keterangan kematian PNS yang meninggal dunia
g) Surat keterangan janda/ duda/ yatim dari PNS yang meninggal dunia. Dibuat oleh
kepala desa/kelurahan/kecamatan
h) SKP dua tahun terakhir
i) Foto copy penetapan NIP baru
j) Foto copy SK pengangkatan pertama (Pegawai bulanan,calon PNS,peninjauan masa
kerja bila ada)
k) Foto copy SK penganggkatan PNS
l) Foto copy SK penganggkatan terakhir
m) Foto copy kenaikan aji berkala terakhir
n) Foto copy kartu pegawai
o) Foto copy surat nikah
p) Foto copy KK
q) Foto copy akta kelahiran anak yang masih ditanggung
r) Pas foto janda/ duda/ yatim hitam putih terbaru ukuran 3x4 cm 7 lembar
s) Semua berkas dilegalisir/disahkan oleh pejabat yang berwenang.14
14
https://ainamulyana.blogspot.com/2017/03/persyaratan-pengajuan-pensiun-dini.html, diakses pada tanggal 03
Oktober 2019 pukul 08.00 WIB

28
J. MACAM KOMPENSASI BAGI PENSIUN
Dalam hal ini kompensasi dibagi menjadi dua jenis yaitu kompensasi finansial dan
kompensasi non finansial. Setiap jenis kompensasi tersebut dibagi kembali menjadi dua
macam dimana kompensasi finansial ada yang secara langsung dan tidak langsung.
Sedangkan untuk kompensasi non finansial menjadi bagian pekerjaan dan lingkungan kerja.
Berikut penjelasannya :

1. Kompensasi financial
Terdapat dua jenis kompensasi finansial yaitu kompensasi finansial secara langsung dan
tidak langsung.

 Secara Langsung

Kompensasi finansial secara langsung memiliki berbagai bentuk, diantaranya


gaji pokok atau upah minimum, upah prestasi, insentif yang berupa bonus, bagi
hasil, komisi dan opsi saham), dan pembayaran tertangguh (program tabungan dan
anuitas embelian saham).

 Tidak Langsung

Sedangkan kompensasi finansial tidak langsung meliputi program yang


berkaitan dengan proteksi (asuransi jiwa, asuransi kesehatan, asuransi
ketenagakerjaan, simpanan pensiun), upah di luar waktu kerja (upah hari libur, hari
raya, hari besar, cuti tahunandan cuti hami, serta berbagai fasilitas yang dapat
diakses seperti kendaraan, ruangan, gedung, dan tempat parkir.

2. Kompensasi non financial


Pada kompensasi non finansial ada dua jenis yang dapat diketahui diantaranya :

 Pekerjaan

29
Pada kompensasi yang berkaitan dengan pekerjaan biasanya berupa tugas-tugas
yang menarik dan menantang, pemberian tanggung jawab, pujian dan apresiasi,
pengakuan, serta pencapaian.

 Lingkungan Kerja

Sedangkan dalam lingkungan kerja kompensasi berkaitan dengan berbagai


kebijakan yang mendukung, manajer maupun bawahan  yang memiliki kompetensi,
patner/rekan satu tim yang kooperatif, dan suasana nyaman pada lingkungan kerja.15

BAB III

PENUTUP

15
https://jurnalmanajemen.com/pengertian-kompensasi/, diakses pada tanggal 03 Oktober 2019 pukul 08.00 WIB

30
A. KESIMPULAN
Pemutusan Hubungan kerja (PHK) yang juga dapat disebut dengan Pemberhentian.
Pemisahan memiliki pengertian sebagai sebuah pengakhiran hubungan kerja dengan alasan
tertentu yang mengakibatkan berakhir hak dan kewajiban pekerja dan perusahaan.
Maka dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pemutusan hubungan kerja
(PHK) merupakan dinamika dalam sebuah organisasi perusahaan. Dan jika pandangan
mengenai PHK itu negatif maka itu kurang tepat karna PHK merupakan proses yang akan
dialami semua karyawan misalnya dengan pensiun atau kematian. Maka dari itu pemutusan
hubungan kerja dibagi ke dalam dua bagian yaitu :
1. Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Sementara
PHK sementara dapat disebabkan karena keinginan sendiri ataupun karena perusahaan
dengan tujuan yang jelas.
2. Pemberhentian Hubungan Kerja (PHK) Permanen
PHK permanen dapat disebabkan:
- Keinginan sendiri
- Kontrak yang habis
- Karena kesalahan sendiri
- Pensiun
Adapun alasan-alasan yang dipandang sebagai alasan yang cukup kuat untuk menunjang
pembenaran Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang dilakukan oleh pengusaha atas diri seorang
atau beberapa pekerja pada dasarnya adalah :

1. Alasan Ekonomis
2. Alasan tentang diri pribadi pekerja yang bersangkutan

Adapun macam macam dari pensiun itu sendiri adalah :


1. Pensiun Normal
2. Pensiun Dini

31
3. Pensiun Ditunda
4. Pensiun Sakit atau Cuma Cacat
Adapun macam kompensasi yang mana terbagi dua yaitu :

1. Kompensasi financial
2. Kompensasi non financial

B. SARAN

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan
yang perlu ditambah dan diperbaiki. Untuk itu penulis mengharapkan inspirasi dari para
pembaca dalam hal membantu menyempurkan makalah ini. Untuk terakhir kalinya penulis
berharap agar dengan hadirnya makalah ini akan memberikan sebuah perubahan khususnya
dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

32
Agus.2012.PemutusanHubungaKerja.http://agussalamnasutionmandailing.blogspot.com/
2012/04/makalah-hukum-pemurusan -hubungan-kerja.html. Diakses pada tanggal 1 Oktober
2019 Pukul 19:48 WIB
Anonim.2009. ProsedurPemutusanHubunganKerja.https://anggaraniintan.wordpress.com
/2014/01/06/makalah-pemutusan-hubungan-
kerja/http://advokatku.blogspot.com/2009/06/prosedur-pemutusan-hubungan-kerja.html.

Hanifa, Suci. 2013. Manajemen sumber daya manusia. Pemutusan hubungan kerja.
Mangkuprawira, 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Penerbit Ghalia
Indonesia, Jakarta.
Mutiara, S. Panggabean. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor: Ghalia
Indonesia
Malayu S.P Hasibuan. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:Bumi aksara.
Aisyah, s. (2016). Pengaruh kebijakan pemutusan hubungan kerja terhadap motivasi
kerja dan disiplin kerja pada karyawan tambang batu bara pt. Ryan eka pratama samboja.
Ejournal psikologi, vol 4, no4, 838 – 848.

Sudibyo. A. Dkk. 2015. Implementasi pemutusan hubungan kerja (phk) terhadap pekerja
status perjanjian kerja waktu tertentu (pkwt) pada pt x di kota malang. Universitas ma chung.
Jurnal studi manajemen, vol.9, no 2,hal 203-214.

Maringan, n. (2015). Tinjauan yuridis pelaksanaan pemutusan hubungan kerja (phk)


secara sepihak oleh perusahaan menurut undang-undang no. 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan. Jurnal ilmu hukum legal opinion , vol 3, edisi. 3, 1-10.

Putra, s. A. (2015). Implementasi pemutusan hubungan kerja (phk) terhadap pekerja

Jimmy j.s. 2016. Hak dan kewajiban pekerja. Jakarta: visimedia

Kumpulan Materi Manajemen Terlengkap. 2019. Pengertian Kompensasi, Jenis, Tujuan,


dan Pengaruhnya. https://jurnalmanajemen.com/pengertian-kompensasi/, diakses pada tanggal
03 Oktober 2019 pukul 08.00 WIB

Pendidikan Kewarganegaraan. 2018. Persyaratan Pensiun Dini, Penisun Telah Mencapai


Batas dan Pensiun Bagi PNS yang Meninggal.

33
https://ainamulyana.blogspot.com/2017/03/persyaratan-pengajuan-pensiun-dini.html, diakses
pada tanggal 03 Oktober 2019 pukul 08.00 WIB

Info News. 2018. Macam-macam Jenis Pensiun Yang Ada di Indonesia.


https://infoberitaonline.data.blog/2018/08/09/macam-macam-jenis-pensiun-yang-ada-di
indonesia/, diakses pada tanggal tanggal 01 Oktober pukul 12.37 WIB.

Gindo Dapdah. 2018. Larangan dan Izin Pemutus Hubungan Kerja.


https://gindonadapdap.wordpress.com/2009/05/30/buku-kecil-larangan-dan-ijin-phk/, diakses
pada tanggal tanggal 01 Oktober pukul 12.05 WIB

34

Anda mungkin juga menyukai