Anda di halaman 1dari 38

PENGENDALIAN RADIASI

Disusun Untuk Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Lintas Minat Kesehatan


Lingkungan
Dosen Pengampu : Susilawati

Disusun Oleh :

1. Dhea Anggraini Nasution (0801203184)

2. Elvira Endah Masyura (0801202126)

3. Mawaddah (0801203409)

4. Naldi Nurwahyudi Siagian (0801203388)

5. Putri Rahmadhani

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul
“Paparan Radiasi” ini tepat pada waktunya

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Lintas Minat Kesehatan Lingkungan. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Terlebih dahulu, kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Susilawati, SKM,
M. Kes selaku Dosen Lintas Minat Kesehatan Lingkungan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni ini.

Kemudian, kami menyadari bahwa tugas yang kami tulis ini masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
butuhkan demi kesempurnaan makalah ini.

Medan, 26 November 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang fisika radiasi


untukmembantu dalam proses pengukuran sebuah dosis, pengukuran untuk
diagnosisdan sebagainya. Begitu banyak bentuk aplikasi dari bidang ini
termasuk dalam bidang kesehatan yaitu kedokteran dan juga dalam bidang
kedokteran nuklir. Hal tersebut tentunya terus berkembang dengan
disesuaikannya teknologi yang berkembang dengan pesat. Tentunya hal tersebut
sangatlah berkaitan.

Radiasi merupakan sebuah proses dimana energi yang bergerak


melaluimedia atau melalui ruang dan akhirnya diserap oleh benda lain.
Sebagian orangawam sering menghubungkan kata radiasi ionisasi, tapi juga
dapat merujukkepada radiasi elektromagnetik, radiasi akustik dan proses
lainnya.

Dalam bidang kedokteran hal ini sangatlah memberikan kemudahan dalam


proses pemeriksaan penyakit seorang pasien. Berbagai macam alat
yangmenggunakan radiasi dalam kedokteran diantaranya yaitu X-ray, CT Scan,
dan lain sebagianya.

Unsur radioaktif atau radionuklida dalam lingkungan dapat dikelompokkan


ke dalam dua kategori besar, yaitu radionuklida alami dan radionuklida buatan
yang keduanya dapat berfungsi sebagai sumber radiasi alam atau lingkungan.
Sumber radiasi sumber lingkungan bagus fisik dan fabrikasi dapat berfungsi
sebagai sumber radiasi pada tubuh manusia. Radiasi menerima tubuh manusia
dapat datang dari sunber dan internal eksternal. Sumber eksternal adalah sumber
radiasi berbaring di luar tubuh manusia, sementara sumber daya internal adalah
sumber radiasi di dalam tubuh manusia.

B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan prinsip
dan konsep dasar radiasi lingkungan jenis-jenis bahan radioaktif dalam
lingkungan, cara mendeteksi radiasi lingkungan, hubungan radiasi lingkungan
dengan kesehatan, pemantauan radiasi lingkungan, dan pengendalian radiasi
lingkungan.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Radiasi

Radiasi adalah energi yang terpancar dari materi (atom) dalam bentuk


partikel atau gelombang. Berdasarkan kemampuan dalam melakukan
ionisasi, radiasi dapat dibedakan menjadi radiasi pengion dan radiasi non
pengion.

Radiasi adalah gelombang elektromagnetik dan partikel bermuatan yang


karena energi yang demikiannya mampu mengionisasi media yang dilaluinya.

Radiasi dapat didefinisikan sebagai proses dimana energi dilepaskan oleh


atom-atom. Radiasi ini biasanya diklasifikasikan menjadi dua kelompok yakni
Radiasi korpuskuler (corpuscular radiation), adalah suatu pancaran atau aliran
dari atom-atom dan atau partikel-partikel sub-atom, yang mempunyai
kemampuan untuk memindahkan energi geraknya atau energi kinetiknya
(kinetic energy) ke bahan-bahan yang mereka tumbuk/bentuk. Radiasi
Elektromagnetis adalah suatu pancaran gelombang (gangguan medan elektris
dan magnetis) yang dapat menyebabkan perubahan struktur dalam atom dari
bahan-bahan yang dilaluinya (medium). Radiasi adalah energi yang dihantarkan,
dipancarkan dan diserap dalam bentuk partikel atau gelombang.

Berdasarkan sumbernya radiasi secara garis besar dapat dibedakan menjadi :

1. Radiasi alam
Radiasi alam berasal dari sinar kosmos, sinar gamma dari kulit
bumi, peluruhan radom dan thorium di udara, serta radionuklida yang
adadalam bahan makanan.
2. Radiasi buatan
Radiasi buatan adalah radiasi yang timbul karena atau berhubungan
dengan aktivitas manusia, seperti penyinaran dengan sinar-X di bidang
medis (radio diagnostik dan radio terapi), radiasi diperoleh di
pembangkit tenaga nuklir, radiasi yang diperoleh di bidang industri dll.

Bentuk radiasi dapat dibedakan menjadi :


1. Radiasi Ionisasi
Beberapa jenis radiasi memiliki energi yang cukup untuk
mengionisasi partikel. Secara umum, hal ini melibatkan sebuah elektron
yang 'terlempar' dari cangkang atom elektron, yang akan memberikan
muatan (positif). Hal ini sering mengganggu dalam sistem biologi, dan
dapat menyebabkan mutasi dan kanker.
Jenis radiasi umumnya terjadi di limbah radio aktif peluruhan radio
aktif dan sampah. Tiga jenis utama radiasi ditemukan oleh Ernest
Rutherford (Alfa, Beta, dan sinar gamma). Radiasi tersebut ditemukan
melalui percobaan sederhana, Rutherford menggunakan sumber
radioaktif dan menemukan bahwa sinar menghasilkan tiga daerah yang
berbeda. Salah satu dari mereka menjadi positif, salah satu dari mereka
bersikap netral, dan salah satu dari mereka yang negatif. Dengan data ini,
Rutherford menyimpulkan radiasi yang terdiri dari tiga sinar. Beliau
memberi nama yang diambil dari tiga huruf pertama dari abjad Yunani
yaitu alfa, beta, dan gamma.

Radiasi pengion dapat dibagi menjadi dua bagian menurut jenisnya :

- Radiasi Eksterna
Adalah sumber radiasi yang terletak diluar tubuh pasien atau pasien
mendapat pajanan radiasi dari luar tubuhnya yang dapat mengenai
seluruh tubuh (penyinaran total) ataupun mengenai sebagian tubuh
saja (penyinaran parsial). Radiasi eksterna ada yang dimanfaatkan
untuk keperluan diagnosa biasanya digunakan sumber radiasi sinar-X
yang dibangkitkan pada tegangan 40 kV-150 kV, sedangkan untuk
keperluan terapi selain digunakan sinar gamma dari radioisotope
Cobalt dan Cessium.
- Radiasi Interna
Adalah sumber radiasi yang dimasukkan ke dalam tubuh pasien.
Sumber radiasi yang diperlukan adalah radioisotope non toksik yang
mempunyai waktu paruh pendek dan aktivitas rendah, misalnya Tc 99
atau I-131. Radiasi interna kebanyakan untuk keperluan diagnosa.

2. Radiasi Non-Ionisasi
Radiasi non-ionisasi, sebaliknya, mengacu pada jenis radiasi yang
tidak membawa energi yang cukup per foton untuk mengionisasi atom
atau molekul. Ini terutama mengacu pada bentuk energi yang lebih
rendah dari radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang radio,
gelombang mikro, radiasi terahertz, cahaya inframerah, dan cahaya
yang tampak). Dampak dari bentuk radiasi pada jaringan hidup hanya
baru-baru ini telah dipelajari. Alih-alih membentuk ion berenergi
ketika melewati materi, radiasi elektromagnetik memiliki energi yang
cukup hanya untuk mengubah rotasi, getaran atau elektronik
konfigurasi valensi molekul dan atom. Namun demikian, efek biologis
yang berbeda diamati untuk berbagai jenis radiasi non-ionisasi.

RADIASI NEUTRON

Radiasi Neutron adalah jenis radiasi non-ion yang terdiri dari neutron
bebas. Neutron ini bisa mengeluarkan selama baik spontan atau induksi fisi
nuklir, prosesfusi nuklir, atau dari reaksi nuklir lainnya. Ia tidak mengionisasi
atom dengan carayang sama bahwa partikel bermuatan seperti proton dan
elektron tidak (menarikelektron), karena neutron tidak memiliki muatan.
Namun, neutron mudah bereaksi dengan inti atom dari berbagai elemen,
membuat isotop yang tidak stabil dan karena itu mendorong radioaktivitas
dalam materi yang sebelumnya non-radioaktif. Proses ini dikenal sebagai
aktivasi neutron.

RADIASI ELEKTROMAGNETIK

Radiasi elektromagnetik mengambil bentuk gelombang yang menyebar


dalam udara kosong atau dalam materi. Radiasi EM memiliki komponen medan
listrik dan magnetik yang berosilasi pada fase saling tegak lurus dan ke arah
propagasi energi. Radiasi elektromagnetik diklasifikasikan ke dalam jenis
menurut frekuensi gelombang, jenis ini termasuk (dalam rangka peningkatan
frekuensi): gelombang radio, gelombang mikro, radiasi terahertz, radiasi
inframerah, cahaya yang terlihat, radiasi ultraviolet, sinar-X dan sinar gamma.
Dari jumlah tersebut, gelombang radio memiliki panjang gelombang terpanjang
dan sinar gamma memiliki gelombang terpendek. Sebuah jendela kecil
frekuensi, yang disebut spektrum yang dapat dilihat atau cahaya, yang dilihat
dengan mata berbagai organisme, dengan variasi batas spektrum sempit ini.
EM radiasi membawa energi dan momentum, yang dapat disampaikan ketika
berinteraksi dengan materi.

CAHAYA
Adalah radiasi elektromagnetik dari panjang gelombang yang terlihat
oleh mata manusia (sekitar 400-700 nm), atau sampai 380-750 nm. Lebih luas
lagi, fisikawan menganggap cahaya sebagai radiasi elektromagnetik dari semua
panjang gelombang, baik yang terlihat maupun tidak.

RADIASI TERMAL

Radiasi termal adalah proses dimana permukaan benda memancarkan


energi panas dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi infra merah
dari radiator rumah tangga biasa atau pemanas listrik adalah contoh radiasi
termal, seperti panas dan cahaya yang dikeluarkan oleh sebuah bola lampu pijar
bercahaya. Radiasi termal dihasilkan ketika panas dari pergerakan partikel
bermuatan dalam atom diubah menjadi radiasi elektromagnetik. Gelombang
frekuensi yang dipancarkan dari radiasi termal adalah distribusi probabilitas
tergantung hanya pada suhu.

2.2. Radiasi Pada Lingkungan

Pencemaran radioaktivitas lingkungan, baik yang melalui udara maupun


melalui air, pada akhirnya akan dapat mencemari manusia. Oleh karena itu,
masalah pengaturan dan pengawasan radioaktivitas lingkungan perlu
dilaksanakan dengan baik untuk dapat mengetahui masalah pencemaran
radioaktivitas lingkungan, terlebih dahulu harus diketahui kemungkinan
sumber-sumber pencemaran radioaktivitas lingkungan.

Radiasi yang dipancarkan oleh sumber radiasi alam disebut juga sebagai
radiasi latar belakang. Radiasi ini setiap harinya memakan manusia dan
merupakan radiasi terbesar yang diterima oleh manusia yang tidak bekerja
ditempat yang menggunakan radioaktif atau yang tidak menerima radiasi
berkaitan dengan kedokteran atau kesehatan. Radiasi latar belakang yang
diterima oleh seseorang dapat berasal dari 3 sumber utama :

- Radiasi Kosmis
Radiasi kosmis berasal dari angkasa luar, sebagian berasal dari
ruang antar bintang dan matahari.
- Radiasi Terrestrial
Secara natural dipancarkan oleh radionuklida didalam kerak bumi.
Radiasi ini dipancarkan oleh radionuklida yang disebut primordial,
yang ada sejak terbentuknya bumi.
- Radisi Internal
Adalah radiasi yang diterima dari dalam tubuh manusia itu sendiri.
Contoh nyata dari sumber radiasi UV dari alam adalah matahari.
Namun karena adanya serapan oleh atom oksigen yang kemudian
membentuk lapisan ozon, maka radiasi matahari yang sampai ke bumi
(terestrial) intensitasnya menjadi lebih rendah, yang meliputi UV
dengan panjang gelombang 290-400 nm. Sedangkan panjang
gelombang yang lebih pendek diserap oleh lapisan atmosfer. Sebagai
penyerap utama radiasi UV, lapisan gas ini berfungsi sebagai
pelindung bumi dari pajanan sebagian radiasi UV yang lebih pendek
dari 340 nm. Berkurangnya lapisan ozon akibat pelepasan
cholorofluorokarbon (CFC) buatan manusia ke atmosfer akan
mengurangi daya proteksi ozon terhadap sinar UV dan memperbesar
tingkat kerusakan akibat pajanan radiasi UV. Sumber radiasi UV
buatan manusia pada dasarnya terdapat beberapa contoh yaitu seperti
lampu halogen tunksten, lampu neon, lampu intensitas tinggi yang
digunakan pada industri untuk fotopolimerisasi, lampu germisidal, dan
lain-lain.

Masih berhubungan dengan radiasi lingkungan, SUTAT (Saluran Udara


Tegangan Ekstra Tinggi) juga berpengaruh pada lingkungan sekitar, terutama
terhadap kesehatan warga sekitar. Peningkatan kebutuhan tenaga listrik
diimbangi dengan pembangun pembangkit listrik, baik oleh pemerintah maupun
swasta. Tenaga listrik dari pusat pembangkit mula-mula disalurkan ke gardu-
gardu induk, untuk kemudian dari gardu induk didistribusikan ke rumah tangga,
perkantoran, industri serta tempat-tempat yang lain yang membutuhkannya.
Penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke gardu induk maupun dari
gardu induk ke gardu induk lain memerlukan jaringan transmisi yang dikenal
dengan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) dan Saluran Udara Tegangan
Ekstra Tinggi (SUTET).

SUTT adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan penghantar di


udara bertegangan 150 kV. SUTAT merupakan saluran tenaga listrik yang
menggunakan kawat telanjang di udara bertegangan diatas 245 kV sesuai
standar di bidang tenaga listrikan. Elektron bebas yang berada di udara
disekitar jaringan tegangan tinggi akan berpengaruh oleh adanya medan magnet
dan medan listrik, sehingga gerakannya akan makin cepat dan hal ini dapat
menyebabkan timbulnya ionisasi di udara. Ionisasi dapat terjadi apabila elektron
sebagai patikel yang muatannya negatif dalam gerakannya akan bertumbukan
dengan molekul udara sehingga timbullah ionisasi berupa ion-ion dan elektron
baru dan hal ini akan terus terjadi selama ada arus pada jaringan tegangan tinggi
dan hal tersebut ada berlipat ganda apabila tegangannya cukup tinggi. Jika udara
lembab yang diakibatkan pepohonan dibawah jaringan tegangan tinggi akan
lebih mempercepat terbentuk lipatan ion dan elektron yang disebut avalance.
Avalanche akan menimbulkan berupa percikan busur cahaya yang sering kali
disertai suara mendesis dan bau khusus yang disebut dengan bau ozon.
Peristiwa avalanche ini juga biasa disebut Radiasi tingkat tinggi.

Penelitian tentang efek radiasi elektromagnetik terhadap DNA kini


semakin berkembang. Beberapa diantaranya dikemukakan sebagai berikut :

1. Ivancsists dan Diem (2002-2003) melaporkan bahwa pajanan medan


elektromagnetik frekuensi 50 hz yang dilakukan secara berkala dapat
menyebabkan kerusakan rantai kromosom, tetapi tidak terjadi kerusakan
jika pajanan dilakukan secara terus menerus.
2. Moretti et al (2005) melaporkan mengenai efek ajaran medan magnet
1000 µT pada sel tumor manusia selama 1 jam, ternayat meningkatkan
angka kejadian kerusakan rantai DNA.
3. Wolf dan Torsello (2005) meneliti pengaruh pajanan medan
elektromagnetik dari frekuensi 50 hz pada pajanan selama 24 – 71 jam,
dengan kuat medan magnet sebesar 750 - 1000µT, mengakibatkan
proliferasi sel dan kerusakan DNA sedangkan pajanan selama 48 jam
dengan kuat magnet 500µT ternyata tidak menunjukkan kerusakan DNA.

Tanpa kita sadari, kita hidup dalam lingkungan yang penuh dengan radiasi.
Radiasi telah menjadi bagian dari lingkungan kita sejak dunia ini diciptakan,
bukan hanya dimulai dari ditemukannya tenaga nuklir setengah abad yang lalu,
terdapat lebih dari 60 radionuklida yang berdasarkan asalnya dibagi atas 2
kategori yaitu :

1. Radionuklida Alamiah, yaitu radionuklida yang dibentuk secara alami,


dan terbagi menjadi dua yaitu :
 Primordial, radionuklida ini telah ada sejak bumi diciptakan.
 Kosmogenik, radionuklida ini terbentuk sebagai akibat dari
interaksi sinar kosmik.
2. Radionuklida Buatan Manusia, yaitu radionuklida yang terbentuk
karena dibuat oleh manusia. Radionuklida terdapat di air, udara, tanah
bahkan di dalam tubuh kita sendiri. Setiap hari kita terkena radiasi,
baik dari udara yang kita hirup, dari makanan yang kita konsumsi dan
dari air yang kita minum.

Dilihat dari pendapat beberapa ahli, dapat kita simpulkan bahwa


pengertian dari Radiasi yaitu pencaran energi melalui partikel dalam bentuk
partikel atau gelombang elektromagnetik. Radiasi partikel adalah jenis radiasi
yang memiliki massa terukur dan bermuatan. Sedangkan radiasi gelombang
elektromagnetik atau foton adalah jenis radiasi yang tidak memiliki massa dan
muatan.

Radiasi memiliki banyak pengertian yaitu ditinjau dari massa dan muatan
listrik. Jika ditinjau dari massa, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi
elektromagnetik dan radiasi partikel, berikut penjelasannya :

 Radiasi elektromagnetik adalah radiasi yang tidak memiliki massa.


Radiasi ini terdiri dari gelombang radio, gelombang infra merah,
cahaya tampak, sinar X, sinar gamma dan sinar kosmik.
 Radiasi partikel adalah radiasi berupa partikel yang memiliki masa,
misalnya partikel beta, alfa dan neutron.

Jika ditinjau dari muatan listriknya, radiasi dapat dibagi menjadi radiasi
pengion dan radiasi non-pengion, berikut penjelasannya :

 Radiasi non pengion adalah radiasi yang tidak dapat menimbulkan


ionisasi. Termasuk ke dalam radiasi non pengion adalah geombang
radio, gelombang inframerah, cahaya tampak dan ultraviolet.
 Radiasi pengion adalah radiasi yang apabila menumpuk atau
menabrak seseuatu akan muncul partikel bermuatan listrik yang
disebut ion. Peristiwa terjadinya ion ini disebut ionisasi. Ion ini
kemudian akan menimbulkan efek atau pengaruh pada bahan,
termausk benda hidup. Radiasi pingeon disebut juga radiasi atom
atau radiasi nuklir. Termasuk kedalam sinar X, sunar gamma, sinar
kosmik, serta partikel beta, alfa dan neutron. Partikel beta, alfa dan
neutron dapat menimbulkan ionisasi secara langsung. Meskipun
tidak memiliki massa dan muatan listrik.

Gambar 1.1 Tiga macam radiasi pengion yang dapat menembus benda padat
(kertas, aluminium dan timbal)

Sumber radiasi dapat dikelompokan dalam dua golongan besar, yaitu :

a. Radiasi Latar Belakang (Alam)

Jauh sebelum sinar X ditemukan oleh Roentgen dan uranium radioaktif oleh
Becquerel yaitu sekitar tahun 1895, manusia sudah dan senantisa mendapat
radiasi dari alam sekitarnya. Radiasi yang diperoleh dari alam sekitarnya
disebut radiasi latar belakang (alam). Rasiasi latar belakang yang diterima tubuh
manusia terdiri dari sinar kosmik dan radiasi pengion lain yang berasal dari
radionuklida alam. Beberapa ahli berpendapat bahwa 2 – 10 % mutasi alam
pada manusia disebabkan oleh radiasi latar belakang. Beberapa ahli lain
mencoba mencari hubungan antara dosis radiasi latar belakang dengan frekuensi
terjadinya perubahan genetik, leukimia dan kanker lain.

b. Sumber Radiasi Buatan Manusia


Sinar X dikenal sebagai radiasi yang merambar lurus, tidak dipengaruhi oleh
medan listrik maupun medan magnet serta mengakibatkan zat fosforesensi
dapat berpendar. Kenyataan membuktikan bahwa semakin besar kecepatan
elektron yang membentur target, semakin besar daya tembus sinar X yang
ditimbulkannya. Semakin banyak elektron yang membentur semakin tinggi
intensitas sinar X.

2.3. Jenis Bahan Radioaktif Dalam Lingkungan

Jika suatu inti tidak stabil, maka inti mempunyai kelebihan energi. Suatu
inti tidak dapat bertahan kerena ini akan melepaskan kelebihan energi tersebut
dan mungkin melepaskan satu atau dua atau lebih partikel atau gelombang
sekaligus. Setiap inti yang tidak stabil akan mengekuarkan energi atau partikel
radiasi yang berbeda.

Pada sebagian kasus, inti melepaskan energi elektromagnetik yang


disebut radiasi gamma, dalam banyak hal yang mirip dengan sinar X. Radiasi
gamma bergerak lurus dan mampu menembus sebagiab besar bahan yang
dilaluinya. Dalam banyak kasus ini juga melepaskan radiasi beta. Unsur-unsur
tertentu terutama yang bersifat uranium, radium dan plutonium, melepaskan
radiasi alfa. Radiasi alfa dapat dihalangi seluruhnya dengan selembar kertas.
Radiasi alfa tidak dapat menembus kulit kita. Radiasi alfa sangat berbahaya
hanya jika bahan-bahan yang melepaskan radiasi alfa masuk kedalam tubuh
kita.

Berdasarkan sumbernya, radioaktivitas dibagi menjadi :

 Radioaktivitas Alam
Merupakan radioaktivitas yang berasal langsung dari radiasi
kosmik. Dari seluruh radionuklida yang ada dibumi, sebagian besar
merupakan inti atom yang ada di kerak bumi sejak terbentuk
(radiasi promordial). Selain itu terdapat inti yang terjadi dari
interaksi antara radiasi kosmik dengan inti atom yang ada di udara,
bahan radioaktif akibat peluruhan spontan akibat interaksi dengan
neutron dari radiasi kosmik dan radionuklida yang pernah ada
tetapi saat ini sudah tidak ada lagi karena waktu paro nya pendek.
Jumlah inti yang musnah ini tidak terlalu banyak. Berikut ini
dijelaskan radiasi yang dipancarkan radionuklida teresterial yang
ada sejak terbentuknya bumi.

a) Primordial
Radionuklida promodial telah ada sejak alam semesta dibentuk. Pada
umunya, radionuklida ini mempunyai umur paro yang panjang.

Tabel berikut memperlihatkan beberapa radionuklida promordial


Tabel 2.1. Radionuklida Primordial

Nuklida Lambang Umur Keterangan


Uranium 235 ²³⁵U 7,04 x 10⁸ thn 0,72% dari
uranium alam
Uranium 238 ²³⁸U 4,47 x 10⁹ thn 99,2745% dari
uranium alam,
pada batuan
terdapat 0,5-4,7
ppm uranium
alam
Uranium 232 ²³²Th 1,41 x 10³ thn Pada batuan
terdapat 1,6 – 20
ppm
Radium 226 ²²⁶Ra 1,60 x 10³ thn Terdapat di batu
kapur
Radon 222 ²²²Rn 3,82 hari Gas mulia
Kalium 40 ⁴⁰K 1,28 x 10⁹ thn Terdapat ditanah
Sumber : Ensiklopedia Teknologi Nuklis (BATAN)

b) Kosmogenik
Sumber radiasi kosmogenik berasal dari luar sistem tata surya kita,
dan dapat berupa berbagai macam radiasi. Radiasi kosmik ini berinteraksi
dengan atmosfir bumi dan membentuk nuklidaradioaktif yang sebagian
besar mempunyai umur paro pendek, walaupun ada juga yang
mempunyai umur paro panjang.

Tabel berikut memperlihatkan beberapa radionuklida kosmogenik.


Tabel 3.1 Radionuklida Kosmogenik

Sumber : Ensiklopedia Teknologi Nuklir (BATAN)

 Radioaktivitas Buatan
Radioaktivitas buatan merupakan radioaktif yang berasal
dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia. Radioaktivitas buatan
dipancarkan oleh radioisotop yang sengaja dibuat manusia dan
berbagai jenis radionuklida yang dibuat sesuai dengan
penggunaannya, yaitu :
a) Radioaktivitas yang berhubungan dengan pembangkit listrik tenaga
nuklir. Energi yang dihasilkan oleh peluruhan dapat digunakan sebagai
pembangkit listrik tenaga nuklir. Dalam instalasi pembangkit listrik
tenaga nuklir, faktor keselamatan radiasi menjadi prioritas utama dan
dengan berkembangnya teknologi pembangkit tenaga nuklir.
b) Radioaktivitas akibat percobaan tenaga nuklir biasa disebut juga dengan
Fall Out.
c) Radioaktivitas dalam kedokteran, dalam bidang kedokteran digunakan
misalnya untuk mendiagnosis, terapi dan strerilisasi alat kedokteran.
d) Radioaktivitas dalam rekayasa teknologi, penggunaan dalam bidang
pengukuran, analisis struktur materi, pengembangan bahan baru dan
sebagai sumber energi.
e) Radioaktivitas dalam bidang pertanian, digunakan dalam bidang
bioteknologi, pembasmian serangga atau bahan pangan dan teknologi
pelestarian lingkungan.

2.4. Kedokteran Nuklir

Ilmu Kedokteran Nuklir adalah cabang ilmu kedokteran yang


menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari disintegrasi inti radionuklida
buatan, untuk mempelajari perubahan fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga
dapat digunakan untuk tujuan diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran.

Pada kedokteran Nuklir, radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh


pasien (studiinvivo) maupun hanya direaksikan saja dengan bahan biologis
antara lain darah, cairan lambung, urine dan sebagainya, yang diambil dari
tubuh pasien yang lebih dikenal sebagai studi in-vitro (dalam gelas percobaan).
Pada studi in-vivo, setelah radioisotop dapat dimasukkan ke dalam tubuh pasien
melalui mulut atau suntikan atau dihirup lewat hidung dan sebagainya maka
informasi yang dapat diperoleh dari pasien dapat berupa :

1. Citra atau gambar dari organ atau bagian tubuh pasien yang
dapatdiperoleh dengan bantuan peralatan yang disebut kamera gamma
ataupunkamera positron (teknik imaging).
2. Kurva-kurva kinetika radioisotop dalam organ atau bagian tubuh
tertentudan angka-angka yang menggambarkan akumulasi radioisotop
dalamorgan atau bagian tubuh tertentu disamping citra atau gambar
yangdiperoleh dengan kamera gamma atau kamera positron.
3. Radioaktivitas yang terdapat dalam contoh bahan biologis (darah, urine
dsb) yang diambil dari tubuh pasien, dicacah dengan instrumen
yangdirangkaikan pada detektor radiasi (teknik non-imaging).

Data yang diperoleh baik dengan teknik imaging maupun non-


imagingmemberikan informasi mengenai fungsi organ yang diperiksa.
Pencitraan(imaging) pada kedokteran nuklir dalam beberapa hal berbeda
dengan pencitraandalam radiologi.

Pada studi in-vitro, dari tubuh pasien diambil sejumlah tertentu bahan
biologis misalnya 1 ml darah. Cuplikan bahan biologis tersebut
kemudiandireaksikan dengan suatu zat yang telah ditandai dengan
radioisotop.

Pemeriksaannya dilakukan dengan bantuan detektor radiasi gamma


yangdirangkai dengan suatu sistem instrumentasi. Studi semacam ini
biasanyadilakukan untuk mengetahui kandungan hormon-hormon tertentu
dalam darah pasien seperti insulin, tiroksin dll.

Pemeriksaan kedokteran nuklir banyak membantu dalam


menunjangdiagnosis berbagai penyakitseperti penyakit jantung koroner,
penyakit kelenjargondok, gangguan fungsi ginjal, menentukan tahapan
penyakit kanker denganmendeteksi penyebarannya pada tulang, mendeteksi
pendarahan pada saluran pencernaan makanan dan menentukan lokasinya,
serta masih banyak lagi yangdapat diperoleh dari diagnosis dengan
penerapan teknologi nuklir yang pada saatini berkembang pesat.

Disamping membantu penetapan diagnosis, kedokteran nuklir juga


berperanan dalam terapi-terapi penyakit tertentu, misalnya kanker
kelenjargondok, hiperfungsi kelenjar gondok yang membandel terhadap
pemberian obat-obatan non radiasi, keganasan sel darah merah, inflamasi
(peradangan) sendi yang sulit dikendalikan dengan menggunakan terapi
obat-obatan biasa. Bila untukkeperluan diagnosis, radioisotop diberikan
dalam dosis yang sangat kecil, maka dalam terapi radioisotop sengaja
diberikan dalam dosis yang besar terutama dalam pengobatan terhadap
jaringan kanker dengan tujuan untuk melenyapkan sel-selyang menyusun
jaringan kanker itu.

Di Indonesia, kedokteran nuklir diperkenalkan pada akhir tahun 1960an,


yaitusetelah reaktor atom Indonesia yang pertama mulai dioperasikan di
Bandung. Beberapa tenaga ahli Indonesia dibantu oleh tenaga ahli dari luar
negeri merintis pendirian suatu unit kedokteran nuklir di Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknik Nuklir di Bandung. Unit ini merupakan cikal bakal
Unit Kedokteran Nuklir RSU Hasan Sadikin, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran.

Menyusul kemudian unit-unit berikutnya di Jakarta (RSCM, RSPP, RS


GatotSubroto) dan di Surabaya (RS Sutomo). Pada tahun 1980-an didirikan
unit-unitkedokteran nuklir berikutnya di RS sardjito (Yogyakarta) RS
Kariadi (Semarang), RS Jantung harapan Kita (Jakarta) dan RS Fatmawati
(Jakarta). Dewasa ini diIndonesia terdapat 15 rumah sakit yang melakukan
pelayanan kedokteran nuklir dengan menggunakan kamera gamma, di
samping masih terdapat 2 buah rumahsakit lagi yang hanya mengoperasikan
alat penatah ginjal yang lebih dikenal dengan nama Renograf.

Pemanfaatan Sumber Radiasi dalam Medis

Pemanfaatan sumber radiasi pengion di bidang kesehatan dari waktu


kewaktu mengalami peningkatan, baik dari segi jumlah maupun jenis
penggunaannya. Hal tersebut menunjukkan adanya pengakuan yang baik dan
indikasi kebutuhan terhadap manfaat dari sumber radiasi pengion bagi
kesehatan seseorang. Selain sisi manfaat dari penggunaan sumber radiasi
pengion jugamemberikan potensi risiko radiasi bagi pekerja atau personil,
pasien dan anggotamasyarakat. Semakin besar pemanfaatan maka semakin
besar pula potensi risikoyang akan diterimanya. Apalagi ditunjang dengan
meningkatnya ketergantungan seseorang akan teknologi kedokteran dan vonis
dokter dalam hal menentukan kondisi kesehatan.

Secara garis besar, pemanfaatan sumber radiasi pengion di bidang


kesehatan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: radiologi diagnostik, radiologi
intervensional, radioterapi, dan kedokteran nuklir. Paparan radiasi pada individu
(pasien) yang menjalani pemeriksaan dengan sumber radiasi pengion selain
memiliki manfaat dari radiasi yang diterimanya juga berpotensi terhadap risiko
radiasi yang memicu munculnya efek deterministik maupun efek stokastik
dandapat menaikkan komplikasi penyakit yang diderita oleh pasien. Selain
paparan radiasi pada pasien, pelaksana kegiatan seperti staf atau personil yang
terlibat, pendamping pasien, keluarga dekat (pada tindakan kedokteran nuklir),
petugas magang, dan sukarelawan dalam penelitian biomedik juga memiliki
potensi terpapar radiasi karena hamburan dari pasien.

Pemanfaatan Radiasi dalam Bidang Radioterapi

Radiasi yang digunakan dalam pemeriksaan kesehatan (radiodiagnosis)


dan pengobatan (radioterapi) pertama kali ditemukan oleh Prof. WC. Roentgen
pada bulan Nopember 1895. Radiasi ini berasal dari sinar X, yang karena sifat-
sifatnya mampu menembus jaringan tubuh manusia untuk mendeteksi kelainan
dan menimbulkan efek biologi menghentikan pertumbuhan sel hingga
mematikan sel. Oleh karena itu dapat dimanfaatkan untuk mematikan sel-sel
kanker, dan sudah barang tentu dalam dosis yang sesuai dengan keperluan.
Dengan perkembangan ilmu dan teknologi bidang fisika radiasi
memungkinkan pengukuran jumlah (dosis) radiasi yang diserap tubuh dan arah
radiasi dengan tepat sasaran, bidang biologi radiasi (radiobiologi) yang
memungkinkan tatacara pemberian dan jumlah dosis yang efektif, bidang
onkologi (ilmu tentang kanker) yang memungkinkan penentuan jenis dan
stadium kanker serta pemilihan jenis pengobatan yang sesuai(operasi,
radioterapi, khemoterapi/obat-obatan, atau kombinasinya). Penentuan
radioterapi didasarkan pada hispatologi dan asal tumor, stadium/tingkat
penyebarannya, kondisi kesehatan pasien, ketersediaan sarana dan prasarana.

Di bidang kedokteran, radioisotop banyak digunakan sebagai alat


diagnosisdan alat terapi berbagai macam penyakit.

 Diagnosa

Radioisotop merupakan bagian yang sangat penting pada proses


diagnosissuatu penyakit. Dengan bantuan peralatan pembentuk citra (imaging
devices), dapat dilakukan penelitian proses biologis yang terjadi dalam tubuh
manusia. Dalam penggunaannya untuk diagnosis, suatu dosiskecil radioisotop
yang dicampurkan dalam larutan yang larut dalam cairan tubuh dimasukkan ke
dalam tubuh, kemudian aktivitasnya dalam tubuh dapat dipelajari menggunakan
gambar 2 dimensi atau 3 dimensi yang disebut tomografi. Salah satu radioisotop
yang sering digunakan adalah technisium-99m, yang dapat digunakan untuk
mempelajari metabolisme jantung, hati, paru-paru, ginjal, sirkulasi darah dan
struktur tulang. Tujuan lain dari penggunaan di bidang diagnosis adalah untuk
analisis biokimia yang disebut radio-immunoassay. Teknik ini dapat digunakan
untuk mengukur konsentrasi hormon, enzim, obat-obatan dan substansi lain
dalam darah.

 Terapi

Penggunaan radioisotop di bidang pengobatan yang paling banyak adalah


untuk pengobatan kanker, karena sel kanker sangat sensitif terhadap radiasi.
Sumber radiasi yang digunakan dapat berupa sumber eksternal, berupa sumber
gamma seperti Co-60, atau sumber internal, yaitu berupa sumber gamma atau
beta yang kecil seperti Iodine-131 yang biasa digunakan untuk penyembuhan
kanker kelenjar tiroid.

 Sterilisasi Peralatan Kedokteran


Dewasa ini banyak peralatan kedokteran yang disterilkan menggunakan
radiasi gamma dari Co-60. Metode sterilisasi ini lebih ekonomis dan lebih
efektif dibandingkan sterilisasi menggunakan uap panas, karena proses yang
digunakan merupakan proses dingin, sehingga dapat digunakan untuk benda-
benda yang sensitif terhadap panas seperti bubuk, obat salep, dan larutan kimia.
Keuntungan lain dari sterilisasi dengan menggunakan radiasi adalah proses
sterilisasi dapat dilakukan setelah benda tersebut dikemas dan masa
penyimpanan benda tersebut tidak terbatas sepanjang kemasannya tidak rusak.

Penggunaan Sinar-X

1. Menggunakan generator sinar-X.


2. Menggunakan sumber terttutup (sealed source)
3. Lebih bersifat untuk mengetahui kelainan secara anatomis.

Sinar-X dihasilkan dari tabung sinar-X yang hampa udara, dimana


didalamnya terdapat dua elemen yaitu anoda dan katoda. Sinar-X merupakan
gelombang elektromagnetik yang mempunyai energi tinggi, sehingga dapat
menembus zat padat yang dilaluinya.

2.5. Mendeteksi Radiasi Lingkungan

Radiasi tidak dapat dilihat, didengar, dicium, dirasakan atau diraba.


Indera manusia tidak dapat mendeteksi radiasi sehingga seseOrang tidak dapat
mengetahui kapan ia dalam bahaya atau tidak. Radiasi hanya dapat diketahui
dengan menggunakan alat, yang disebut monitor radiasi. Monitor radiasi terdiri
dari detektor radiasi dan rangkaian elektronik penunjang. Pada umumnya,
monitor radiasi dilengkapi dengan alarm yang akan mengeluarkan bunyi jika
ditemukan radiasi. Bunyi alarm semakin keras apabila tingkat radiasi yang
ditemukan semakin tinggi. Monitor radiasi umumnya digunakan hanya untuk
mengetahui ada atau tidaknya radiasi.

Monitor radiasi yang digunakan untuk mengukur jumlah radiasi atau


dosis yang diterima oleh seseorang disebut dosimeter perorangan, dan monitor
radiasi yang digunakan untuk mengukur kecepatan radiasi atau laju dosis di
suatu area dikenal dengan survaimeter. Alat-alat tersebut dapat disamakan
dengan indikator jarak dan speedometer pada mobil.
Cara lain untuk mengukur dosis adalah berdasarkan pada jumlah cahaya
yang dihasilkan pada bahan tertentu akibat oleh radiasi setelah dilakukan proses
pemanasan. Dosimeter perorangan ini disebut TLD (Thermo Luminescense
Dosimeter). TLD lebih peka dan akurat daripada dosimeter film dan dapat
digunakan kembali setelah dilakukan proses pembacaan dosis. Berbeda dengan
dosimeter perorangan yang memberikan informasi dosis radiasi yang telah
diterima, surveimeter memberikan informasi laju dosis pada suatu area pada
suatu saat. Hasil perkalian antara laju dosis yang ditunjukkan serveimater dan
yang diterima bila berada di suatu area selama waktu tersebut. Dengan
survaimeter ini seseorang dapat menjaga diri agar tidak terkena radiasi yang
melebihi batas yang diizinka.

2.6. Efek Kesehatan Radiasi

Interaksi radiasi pengion dengan tubuh manusia akan mengakibatkan


terjadinya efek kesehatan. Efek kesehatan ini, yang dimulai dengan peristiwa
yang terjadi pada tingkat molekuler, akan berkembang menjadi gejala klinis.
Sifat dan keparahan gejala, dan juga waktu kemunculannya, sangat bergantung
pada jumlah dosis radiasi yang diserap dan laju penerimaannya.

Efek Deterministik

Efek deterministik terjadi akibat adanya kematian sel sebagai akibat


pajanan radiasi sekujur maupun lokal. Efek ini terjadi bila dosis radiasi yang
diterima tubuh melebihi nilai dosis ambang untuk terjadinya efek ini. Efek ini
juga terjadi pada individu yang terpajan dalam waktu yang tidak lama setelah
pajanan terjadi, dan tingkat keparahannya akan meningkat jika dosis yang
diterimanya juga makin besar. Berikut adalah beberapa organ yang dapat
mengalami efek deterministik ;

- Kulit, Efek deterministik pada kulit bervariasi dengan besarnya


dosis.Beberapa jenis efek radiasi yang dijumpai pada kulit diberikan.
pada Tabel 2.5.
- Mata, Lensa mata merupakan bagian mata yang sangat sensitif
terhadapradiasi. Terjadinya kekeruhan (katarak) atau hilangnya sifat
transparansi lensa mata sudah mulai terdeteksi setelah pajanan radiasi
rendah sekitar 0,5 Gy, bersifat kumulatif dan dapatberkembang hingga
terjadi kebutaan. Katarak dapat terjadisetelah masa laten sekitar 6
bulan hingga 35 tahun, dengan rata-rata sekitar 3 tahun.
- Paru, Paru adalah organ yang relatif sensitif terhadap pajanan
radiasieksternal maupun internal. Efek berupa pneumonitis (radang
paru) biasanya mulai timbul setelah beberapa minggu atau bulan. Efek
utamanya adalah pneumonitis interstisial yang dapat diikuti dengan
terjadinya fibrosis (jaringan ikat) sebagai akibat dari rusaknya sistem
vaskularisasi sel kapiler dan jaringan ikat yang dapat berakhir dengan
kematian. Kerusakan sel yang mengakibatkan terjadinya peradangan
paruakut biasanya terjadi pada dosis 5 – 15 Gy. Dosis ambang
tunggal6-7 Gy dianggap sebagai dosis ambang terjadinya
penumonitisakut.
- Organ reproduksi, Efek deterministik pada organ reproduksi pria
adalah kemandulan. Pajanan radiasi pada testis akan mengganggu
proses pembentukan sel sperma yang akhirnya akan mempengaruhi
jumlah sel sperma yang dihasilkan. Dosis radiasi sebesar 0,15 Gy
merupakan dosis ambang kemandulan sementara karena sudah
mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah sel sperma selama
beberapa minggu. Dosis ambang kemandulan tetap diperkirakan
sekitar 3,5 – 6 Gy. Selain kemandulan, radiasi juga dapat
mengakibatkan terjadinya menopause dini sebagai akibat dari
gangguan hormonal sistemreproduksi. Disamping itu juga diketahui
bahwa pengaruh radiasipada sel telur sangat bergantung pada usia.
Semakin tua usia,semakin sensitif terhadap radiasi.
- Tiroid, Tiroid atau kelenjar gondok merupakan organ yang berfungsi
mengatur proses metabolisme tubuh melalui hormon tiroksin yang
dihasilkannya. Jika terjadi inhalasi isotop yodium, zat radioaktifini
akan terakumulasi di dalam tiroid dan menyebabkan tiroidisakut dan
hipotiroidism. Dosis ambang untuk tiroidis akut sekitar200 Gy.
- Janin, Efek deterministik pada janin sangat bergantung pada usia
kehamilan saat janin menerima pajanan radiasi. Pada usia kehamilan
0-2 minggu, dosis radiasi sekitar 0,05 Gy akan menyebabkan
kematian. Dosis radiasi yang sama yang diterima pada usia kehamilan
2-7 minggu akan menimbulkan malformasiorgan tubuh. Sedang pada
usia kehamilan 8-25 minggu akanterjadi retardasi mental jika janin
menerima dosis sekitar 0,1 –0,6 Gy.

Sindroma Radiasi Akut

Sindroma radiasi akut (SRA) merupakan efek yang terjadi jika seluruh
tubuh menerima dosis radiasi sekitar 1 Gy atau lebih, dan dapat berakhir dengan
kematian dalam waktu yang singkat.

Kematian terjadi sebagai akibat kerusakan dan kematian sel organ dan
sistem vital tubuh dalam jumlah yang banyak. SRA terdiri atas tiga tahap.
Tahap pertama adalah fase inisial atausindroma prodromal, dengan gejala
hilangnya napsu makan, rasa mual, muntah dan diare; gejala yang bersifat
umum dan tidak bisa dibedakan dari gejala penyakit yang lain. Mual dan
muntah terjadi 2-3 jam setelah pajanan dosis 1-2 Gy pada sekitar 50% pasien,
atau 1-2 jam setelah pajanan 2-4 Gy pada sekitar 75-80%pasien.

Tahap kedua adalah fase laten, suatu periode dimana pasien tidak
mengalami gejala apapun setelah sindroma prodromal selesai. Lama fase ini
tidak pasti dan bergantung pada dosis yang diterima. Makin besar dosis makin
singkat fase latennya.

Tahap ketiga adalah fase dimana SRA itu sendiri muncul.


Fasemanifestasi kerusakan sistem tubuh ini dapat digolongkan atas tiga tingkat
keparahan, yaitu:

a. Sindroma sistem pembentukan darah (hematopoieticsyndrome). Dosis


ambang sindroma ini adalah 1 Gy dan menyebabkan jumlah sel darah menurun
setelah 2-4 minggu. Dosis sekitar 2 Gy dapat menyebabkan kematian
dalamwaktu 2-8 minggu.
b. Sindroma sistem pencernaan (gastrointestinal syndrome). Dosis ambang
sindroma ini sekitar 5 Gy dalam waktu 3-5hari, dan dapat menyebabkan
kematian dalam waktu 3 hari -2 minggu dengan dosis ambang 10 Gy.

c. Sindroma sistem syaraf pusat (central nervous systemsyndrome). Dosis


ambang untuk sindroma ini sekitar 20 Gydan muncul dalam waktu kurang dari
3 jam.

Secara umum diketahui pula bahwa jika dosis radiasi seluruh tubuh yang
diterima antara 6-10 Gy, kebanyakan individu akan mengalami kematian
kecuali jika segera mendapat pertolongan medik yang tepat untuk mencegah
terjadinya infeksi dan perdarahan. Namun pada dosis di atas 10 Gy, kematian
akan terjadi meskipun telah dilakukan usaha seperti transplantasi sumsum
tulang dari donor yang sesuai.

Efek Stokastik

Berbeda dengan efek deterministik, efek stokastik tidak mengenal dosis


ambang. Serendah apa pun dosis radiasi yang diterima, selalu ada peluang untuk
terjadinya perubahan pada sistem biologikbaik pada tingkat molekuler mau pun
seluler (lihat Gambar).

Efek stotastik radiasi

Dalam hal ini yang terjadi bukan kematian sel namun perubahansel
dengan fungsi yang berbeda.Bila sel yang mengalami perubahan adalah sel
somatik, maka sel tersebut dalam jangka waktu yang lama, ditambah dengan
pengaruh dari bahan toksik lainnya, akan tumbuh dan berkembang menjadi
kanker. Periode laten untuk terjadinya induksi leukemia, salah satu jenis kanker,
diperkirakan sekitar 8 tahun, dan dua atau tiga kali lebih panjang untuk kanker
solid (padat) seperti kanker payudara atau kanker tulang.

Kanker akibat radiasi pada dasarnya tidak berbeda dengan kanker akibat
mekanisme lain. Karena itu, kebolehjadian induksi kanker hanya dapat dilihat
secara epidemiologi berdasar kejadian berlebih secara statistik di atas kejadian
alamiah atau spontan.

Jika sel yang mengalami perubahan adalah sel genetik, maka sifat sel
terubah ini dapat diwariskan ke keturunannya sehingga timbul efek genetik atau
efek terwaris. Pada berbagai percobaan di laboratorium dengan hewan
percobaan terbukti bahwa efek ini bisa terjadi. Namun, bahkan dari studi
terhadap para korban yang selamat dari bom atom di Jepang, efek terwaris ini
belum terbukti terjadi pada manusia.

Secara umum, dengan demikian, selain tidak memiliki dosis ambang,


efek stokastik muncul setelah masa laten yang cukup lama, dan keparahannya
tidak bergantung pada dosis radiasi yang datang, meski peluang terjadinya lebih
besar pada dosis yang lebih tinggi.

2.7. Proteksi Radiasi

Paparan radiasi dalam pekerjaan dapat terjadi akibat dari berbagai


aktivitas manusia, termasuk pekerjaan yang berhubungan dengan tahap-tahap
pengelolaan siklus bahan bakar nuklir, pemanfaatan sumber radioaktif dan
pesawat sinar- X, penelitian ilmiah, pertanian dan industri, serta pekerjaan lain
yang berkaitan dengan penanganan bahan mineral yang mengandung
radionuklida alam berkonsentrasi tinggi.

Proteksi radiasi merupakan bagian terpenting yang harus diketahui dalam


setiap pekerjaan yang melibatkan penggunaan zat radiasi ataupun zat radioaktif
baik yang berupa sumber radioaktif tertutup maupun sumber radioaktif terbuka.
Dalam setiap pemakaian zat radiasi maupun zat radioaktif, masalah proteksi
radiasi harus diutamakan karena menyangkut keselamatan manusia, sehingga
dalam setiap penggunaan zat radiasi ataupun zat radioaktif harus ada tata kerja
atau petunjuk pelaksanaan yang jelas demi terjaminnya keselamatan manusia
maupun lingkungan.

Proteksi Terhadap Sumber Eksternal

Sumber radiasi yang berpotensi sebagai sumber radiasi ekternal adalah


sumber pemancar sinar-β, pesawat sinar-X, sumber pemancar sinar-γ, dan
sumber pemancar neutron. Bahaya radiasi dari sumber-sumber eksternal ini
dapat dikendalikan dengan menggunakan tiga prinsip dasar proteksi radiasi,
yaitu pengaturan waktu, pengaturan jarak, dan penggunaan perisai.

1. Pengaturan Waktu
Seorang pekerja radiasi berada dalam medan radiasi akan
menerima dosis radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja
tersebut berada di dalam medan radiasi. Semakin lama seseorang berada
ditempat itu, akan semakin besar dosis radiasi yang diterimanya,
demikian pula sebaliknya.
2. Pengaturan Jarak
Faktor jarak berkaitan erat dengan fluks (_) radiasi. Fluks radiasi
pada suatu titik akan berkurang berbading terbalik dengan kuadrat jaraj
antara titik tersebut dengan sumber radiasi.
3. Penggunaan Perisai Radiasi
Untuk penanganan sumber-sumber radiasi dengan aktivitas sangat
tinggi yang berorde MBq atau Ci, seringkali pengaturan waktu dan jarak
kerja tidak mampu menekan penerimaan dosis oleh pekerja dibawah nilai
batas dosis yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, dalam penanganan
sumber- sumber beraktivitas tinggi diperlukan perisai radiasi. Sifat dari
bahan perisai radiasi ini harus mampu menyerap energi radiasi (untuk
sinar-β dan neutron) dan dapat melemahkan intensitas radiasi (untuk
sinar-X dan sinar- γ). Mengingat sifat serap bahan perisai terhadap
berbagai jenis dan energi radiasi. berbeda- bedam maka jumlah dan jenis
bahan penahan radiasi yang diperlukan bergantung pada jenis dan energi
radiasi yang dipancarkan sumber.

Proteksi Terhadap Sumber Intrenal

Proteksi terhadap sumber internal adalah merupakan upaya pencegahan


atau memperkacil jumlah pemasukan bahan radioaktif ke dalam tubuh manusia.
Jika zat radioaktif berada dalam keadaan tidak terbungkus rapat, maka zat
radioaktif tersebut mempunyai potensi untuk berperan sebagai sumber internal.
Zat radioaktif dalam jumlah yang sangat kecil sekalipun, jika dilihat dari sudut
bahaya eksternalnya dapat diabaikan, dapat memberikan penyinaran internal
dengan nilai dosis yang sangat besar pada organ tubuh diamana zat radioaktif
itu mengendap di dalamnya. Oleh karena itu, penyinaran dari sumber internal
perlu mendapat perhatian yang serius karena potensi bahaya yang dapat
ditimbulkannya cukup besar.
Proteksi radiasi terhadap sumber internal dapat dilakukan denga beberapa
cara, yaitu:

1. Pengungkungan
Pengungkungan zat radioaktif dilakukan sedemikian rupa sehingga
zat radioaktif tersebut tidak tersebar ke lingkungan. atau sumber
radiasinya.
2. Pemantauan
Apabila dipastikan telah terjadi pelepasan zat radioaktif ke
lingkungan, perlu dilakukan pemantauan kadar zat radioaktif baik dalam
medium udara, tanah maupun air. Pemantauan kadar zat radioaktif
lingkungan dimaksudkan untuk memastikan bahwa tingkat pencemaran
radioaktif masih berada dibawah nilai batas yang ditetapkan. Pemantauan
juga dilakukan terhadap rantai makanan yang akan dikonsumsi oleh
manusia, termasuk pamantauan air minum dan udara. Perlu juga
dilakukan pemantauan zat radioaktif di dalam tubuh manusia untuk
memperkirakan jumlah pemerimaan dosis oleh personel dari sumber
internal.
3. Pakaian Pelindung (tameng)
Filosofi proteksi radiasi dimaksudkan untuk mengupayakan agar
pemaparan radiasi terhadap pekerja berada di bawah batas nilai batas
maksimum yang diizinkan. Oleh sebab itu, dalam setiap penanganan
sumber radiasi terbuka, pekerja radiasi memerlukan perlengkapan
proteksi radiasi berupa pakaian pelindung yang digunakan secara terbatas
hanya pada daerah kontaminasi. Pakaian pelindung tersebut berupa jas
lab, sarung tangan, sepatu atau pembungkus sepatu, dan lain-lain.
4. Pelindung Pernapasan
Jika pekerja radiasi diperkirakan akan menerima paparan internal
dari gas radioaktif yang kadarnya di dalam udara sangat tinggi, maka
masker untuk melindungi pernapasan harus dikenakan oleh pekerja
tersebut selama menjalankan tugasnya. Terdapat dua jenis alat pelindung
pernapasan untuk tujuan proteksi radiasi, yaitu respirator jenis filter dan
masker seluruh muka. Pentingnya pelindung pernapasan karena zat
radioaktif dalam bentuk debu merupakan sumber internal yang sangat
berbahaya karena sebagian besar partikel tersebut akan mengendap di
dalam paru-paru. Zat radioaktif dalam bentuk aerosol di udara dapat
masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalur pernapasan. Sebanyak 25%
zat radioaktif tersebut akan tinggal pada bagian bawah dari saluran
percernaan yang selanjutnya masuk ke dalam aliran darah. Sebanyak 50%
akan tinggal dalam saluran pernapasan pada bagian teratas dan selebihnya
tertelan.

Pada permulaan perang Dunia I sampai kira-kira tahun 1930, banyak


ditemukan penderita gangguan kesehatan akibat penyinaran radiasi internal dari
pengobatan dengan sumber radioaktif radium. Gangguan serupa ditemukan pula
pada para ahli kimia radium, meraka banyak mengalami penderitaan aplastik
anemia, tumor pada paranasal sinus dan osteomylitis pada gigi serta struktur
tulang lainnya. Diantara mereka adapula yang mengalami kematian karena
menderita sarkoma osteotik.

Terjadinya gangguan kesehatan akibat radiasi internal disebabkan zat


radioaktif masuk ke dalam tubuh melalui jalur pernapasan, pencernaan, dan
penyerapan langsung melalui kulit yang terluka. Apabila terjadi pemasukan zat
radioaktif ke dalam tubuh manusia, maka zat radioaktif tersebut dapat
mengendap pada orga kritis tertentu sehingga akan memberikan energi radiasi
pada organ yang mengikatnya. Proses penyinaran dapat berlangsung terus
menerus selama sumber radiasi masut berada di dalam organ. Sebagai
kosekuensinya, organ ya terkena kontaminasi radiasi internal akan terus meneru
mengalami penyinaran inetrnal meskipun orang tersebut telah meninggalkan
kontaminasi, tempat yang menyebabkan terjadinya kontaminasi.

Berbeda dengan penyinaran dari sumber eksternal, dimana penerimaan


dosisnya akan berakhir jika orang tersebut meninggalkan sumber radiasi
dihilangkan. Proses penyinaran oleh sumber internal dapat berlangsung dalam
waktu beberapa tahun terus menerus, atau hanya beberapa saat saja, bergantung
pada jenis zat radioaktif yang terikat, organ kritis yang mengikatnya, proses
metabolisme serta laju peluruhan sehingga sumber internal itu habis atau
terlepas dari organ dan dikeluarka dari dalam tubuh.

2.8. Manfaat dan Kerugian

1. Pemanfaatan Radiasi

Sinar-X telah dimanfaatkan dalam bidang kesehatan sebagai salah satu


sarana penunjang diagmostik dan terapi, diantaranya digunakan pada bagian
radiologi, radioterapi dan kedokteran nuklir (BAPETEN, 2002). Proses
pembentukan sinar-X dihasilkan oleh suatu pesawat melalui prosesfisika.

Secara sederhana dapat diterangkan bahwa sinar-X dihasilkan oleh


tabung sinar-X yaitu tabung gelas hampa udara yang dilengkapi dengan dua
buah elektroda, anoda atau target dan katoda. Sebagai akibat interaksi antara
elektron cepat yang dipancarkan dari katoda ke target dipancarkan sinar-X dari
permukaan target, hasil dari sinar-X tersebut digunakan untuk menghasilkan
suatu gambaran untuk mendiagnosa dan mengevaluasi bagian dari suatu
penyakit atau kelainan.

Radiasi dan zat radioaktif digunakan untuk diagnosis, pengobatan, dan


penelitian. Sinar X, misalnya, melalui otot dan jaringan lunak lainnya tapi
dihentikan oleh bahan padat. Properti sinar X ini memungkinkan dokter untu
kmenemukan tulang rusak dan untuk menemukan kankeryang mungkin tumbuh
dalam tubuh. Dokter juga menemukan penyakit tertentu dengan menyuntikkan
zat radioaktif dan pemantauan radiasi yang dilepaskan sebagai bergerak melalui
substansi tubuh. Pemanfaatan radiasi dibidang medis untuk salah satu keperluan
diagnosa terdapat dua teknik pemanfaatan yaitu teknik radiografi dan teknik
fluoroskopi.

1. Teknik Radiografi

Adalah teknik dimana sumber sinar-X ditembuskan ke bagian tubuh


pasien yang akan diperiksa dengan kondisi penyinaran tertentu. Radiasi sinar-X
yang akan tembus akan mempunyai besaran yang berbeda sesuai dengan daya
serap organ-organ-organ tubuh yang akan ditembusnya. Perbedaan akan besaran
tersebut akan ditangkap oleh film x-ray dan akan membentuk bayangan laten,
gambar laten tersebut setelah melalui berbagai proses pencucian akan
menghasilkan gambaran foto dari organ yangdiperiksa. Untuk radiografer
(pekerja radiasi) pada saat pemotretanharus berada dibelakang tabir atau
diruangan lain yanterproteksi dariradiasi sinar-X.

2. Teknik fluoroskopi a

Adalah teknik yang memanfaatkan salah satu darisifat sinar-X yaitu bila
mengenai bahan akan berpendar (fluorosensi). Biasanya radiografer, dokter, dan
perawat tidak dapat menghindaruntuk berada diruang pemeriksa selama
pemeriksaan berlangsung,untuk itu diwajibkan menggunakan alat pelindung
radiasi, seperti body apron, thyroid apron, goggle dan glove. Kondisi
penyinaran fluoroskopi untuk pemakaian arus tabung dan waktu penyinaran
berbeda dengan teknik radiografi. Waktu pemeriksaan dengan menggunakan
fluoroskopi lebih lama dibandingkan dengan pemeriksaan dengan menggunakan
fluoroskopi lebih lama dibandingkan dengan pemeriksaan radiografi, karena
radiasi yangdikeluarkan oleh fluoroskopi secara kontinu sesuai dengan
kebutuhan diagnosa.

Kekurangan dari Penggunaan Radiasi

Setelah Roentgen memperlihatkan hasil pemotretan dengan sinar-X


terhadap tangan seorang istri yang memakai cincin, dimana pada gambar
tersebut terlihat dengan jelas ruas-ruas tulang jari tangannya, maka manusia
mulai menyadari akanmanfaat besar yang dapat diperoleh dari penemuan radiasi
pengion tadi.

Pemanfaatan radiasi pengion dalam bidang kedokteran, terutama sinar-X,


berkembang pesat beberapa saat setelah penemuan radiasi tersebut. Penguasaan
pengetahuan mengenai radiasi pengion oleh umat manusia yang terus
meningkat dari waktu ke waktu juga memungkinkan dimanfaatkannya radiasi
tersebut dalam berbagai bidang kegiatan di luar kedokteran, di samping
pemanfaatan-nya didalam bidang kedokteran sendiri juga terus mengalami
peningkatan.

Beberapa efek merugikan yang muncul pada tubuh manusia karena


terpapari sinar-X dan gamma : segera teramati beberapa saat setelah penemuan
kedua jenis radiasi tersebut. Efek merugikan tersebut berupa kerontokan rambut
dan kerusakan kulit.

Pada tahun 1897 di Amerika Serikat dilaporkan adanya 69 kasus


kerusakan kulit yang disebabkan oleh sinar-X, sedang pada tahun 1902 angka
yang dilaporkan meningkat menjadi 170 kasus. Pada tahun 1911 di Jerman juga
dilaporkan adanya 94 kasus tumor yang disebabkan oleh sinar-X. Meskipun
beberapa efek merugikan dari sinar-X dan gamma telah teramati, namun upaya
perlindungan terhadap bahaya penyinaran sinar-X dan gamma belum
terfikirkan. Marie Curie, penemu bahan radioaktif Po dan Ra meninggal pada
tahun 1934 akibat terserang oleh leukemia. Penyakit tersebut besar
kemungkinan akibat paparan radiasi karena seringnya beliau berhubungan
dengan bahan-bahan radioaktif.
2.9. Sistem Manajemen Keselamatan Radiasi

Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir No.8 tahun


2011tentang Keselamatan Radiasi Dalam Penggunaan Pesawat Sinar-X
Radiologi Diagnostik dan Intervensial, keselamatan radiasi sinar-X memiliki
beberapaelemen penting yang diaplikasikan sebagai dasar terbentuknya Sistem
ManajemenKeselamatan Radiasi (SMKR) diantaranya :

1. Personil atau pekerja radiasi yang bekerja si Instalasi Radiologi


Diagnostik dan Intervensional, yang sesuai dengan pesawat sinar-X
yang digunakan dan tujuan penggunaan antara lain :
 Dokter Spesialis Radiologi adalah dokter dengan spesialisasidibidang
radiologi yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion untuk
membuat diagnosis dan melakukan terapiintervensi.
 Fisikawan Medis merupkan tenaga kesehatan yang memilikikompetensi
dalam bidang fisika medik dan klinik dasar Petugas Proteksi Radiasi yang
ditunjuk oleh Pemegang Izin danoleh BAPETEN dinyatakan mampu
melaksanakan pekerjaanyang berhubungan dengan proteksi radiasi.
 Radiografer, tenaga kesehatan yang memiliki kompetensidengan
diberikan tugas, wewenang, dan tanggung jawab secara penih melakukan
kegiatan Radiologi Diagnostik danIntervensional.

2. Pelatihan Proteksi Radiasi, yang diselenggarakan oleh pihak


pemegang izin, yang paling kurang mencakup materi :

 Peraturan perundang-undangan ketenaga nukliran


 Sumber radiasi dalam pemanfaatan tenaga nuklir
 Efek biologi radiasi
 Satuan dan besaran radiasi
 Prinsip proteksi dan keselamatan radiasi
 Alat ukur radiasi
 Tindakan dalam keadaan darurat

Pelatihan proteksi radiasi bagi pekerja radiasi berguna agar :

 Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuankeselamatan


radiasi.
 Melaksanakan petunjuk pelaksanaan kerja yang telah disusunoleh petugas
proteksi radiasi dengan benar.
 Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang disarankan dandiduga akibat
penyinaran lebih atau masuknya radioaktif kedalam tubuh.
 Memanfaatkan sebaik-baiknya peralatan keselamatan kerjayang tersedia
serta bertindak hati-hati, aman dan disiplin untukmelindungi baik dirinya
sendiri maupun pekerjaan lain.
 Melaporkan kejdian kecelakaan bagaimanapun kecilnyakepada petugas
proteksi radiasi.

3. Pemantulan kesehatan, dilakukan untuk pekerja radiasi yang


dimulaidari sebelum bekerja, selama bekerja, dan akan memutuskan
hubungan kerja. Sedikitnya pemeriksaan kesehatan dilakukan secara
berkala sekali dalam satu tahun. Pemantulan kesehatan bagi pekerja
pelaksanaannya dapat melalui pemeriksaan kesehatan konselin
danatau penata laksanaan kesehatan pekerja yang mendapat
paparanradiasi berlebih.

4. Peralatan proteksi radiasi, terdiri dari 6 macam peralatan, yaitu ;


 Apron/celemek : yang setara dengan 0,2 mm (nol koma dua milimeter)
Pb, atau 0,25 mm Pb untuk Penggunaan pesawatsinar-X Radiologi
Diagnostik, dan 0,35 mm Pb, atau 0,5 mmPb untuk pesawat sinar-X
Radiologi Intervensional. Dengan menggunakannya maka sebagian besar
dari tubuh dapat terlindungi dari bahaya radiasi.

Apron/celemek

 Tabir radiasi/shielding portable : Tabir yang harus dilapisidengan bahan


yang setara dengan 1 mm Pb. Ukuran tabiradalah sebagai berikut : tinggi
2 m, dan lebar 1 m, yangdilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara
dengan 1 mm Pb,digunakan pada saaat pekerja melakukan mobile X-
raydiruangan intensive care.

Tabir radiasi

 Kacamata Pb ini terbuat dari timbal dengan daya serat setaradengan 1


mm Pb, yang digunakan untuk melindungi lensamata.

Kacamata

 Sarung tangan Pb yang digunakan untuk fluoroskopi harusmemberikan


kesetaraan atenuasi paling kurang 0,25 mm Pb pada 150 kVp (seratus
lima puluh kilovoltage peak). Proteksi ini harus dapat melindungi secara
keseluruhan, mencakup jaridan pergelangan tangan.

Sarung Tangan

 Pelindung tiroid : yang terbuat dari karet timbal, terbuat dari bahan yang
setara dengan 1mm Pb, digunakan untukmelindungi daerah tyroid yang
tidak tertutup bodyapron/celemek. Dan menurut penelitian
memperlihatkan bahwa bila pekerja melakukan fluoroskopi maka daerah
tyroid merupakan daerah kedua tertinggi setelah gonad yang
sensitifmenerima dosis radiasi.

Pelindung tiroid

 Gonad apron : setara dengan 0,2 mm Pb atau 0,25 mm Pbuntuk


penggunaan pesawat sinar-X Radiologi Diagnostik, dan0,35 mm Pb, atau
0,5 mm Pb untuk pesawat sinar-X RadiologiIntervensional. Proteksi ini
harus dengan ukuran dan bentukyang sesuai untuk mencegah gonad
secara keseluruhan dari paparan berkas utama. Menurut penelitian daerah
inimerupakan daerah yang paling sensitif terkena paparan radiasi.

Gonad Apron

5. Pemantulan, dosis radiasi yang selanjutnya disebut dosis adalah jumlah


radiasi yang terdapat dalam medan radiasi atau jumlah energiradiasi yang
diserap atau diterima oleh materi yang dilaluinya. Untuk pekerja radiasi
adalah dosis efektif sebesar 20 mSv/th rata-rata selama 5 tahun atau dosis
efektif sebesar 50 mSv/th dalam satu tahun tertentu. Pemantauan dosis
radiasi bagi pekerja dapat menggunakan TLD (Termo Luminescence
Dosimeter) atau yang lebih sering digunakanyaitu film badge.
Pemantulan dosis radiasi dilakukan setiap bulansekali dengan mengirim
ke Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan,hasil laporan dari dosis tersebut
nantinya jadi bahan evaluasi dan didokumentasikan kurang lebih 30 tahun
lamanya terhitung sejak pekerja telah memutuskan hubungan kerja.
Untuk pemantulan dosis paparan radiasi menggunakan survey meter, alat
ini dalam penggunaan pesawat sinar-X radiologi diagnostik
tidakdipersyaratkan.
6. Rekaman/Dokumentasi, merupakan dokumen yang menyatakan hasil
yang dicapai atau memberi bukti pelaksanaan kegiatan dalam
pemanfaatan tenaga nuklir. Penyimpanan dokumen dilakukan dalam
jangka waktu minimal tiga puluh tahun, terhitung sejak tanggal
pemberhentian pekerja yang bersangkutan.
BAB III

PENUTUP
3.1. Kesimpulan

3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Ayu K, DKK. 2015. RADIASI LINGKUNGAN. Diakses pada 26 November


2022. (https://www.academia.edu/20014003/radiasi_lingkungan)

Eri Hiswara. 2015. BUKU PINTAR PROTEKSI DAN KESELAMATA


RADIASI DIRUMAH SAKIT. Jakarta, BATAN press.
(https://www.academia.edu/42876208/_PROTEKSI_DAN_KESELAMATAN_
KESELAMATAN_RADIASI_DI_RS)

Lilin Ritma R. Academia.edu. MAKALAH RADIASI. Diakses paada 26


November 2022. (https://www.academia.edu/7857748/Makalah_Radiasi)

Tria D, Herry K. 2017. PENERAPAN MANAJEMEN KESELAMATAN


RADIASI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT. Unnes Journal of
Public Health. (file:///C:/Users/acer/Downloads/12690-Article%20Text-33025-
2-10-20170821.pdf)

Muhlis Malaka. Desember 201. Dampak Radiasi Radioaktif Terhadap


Kesehatan. Jurnal Kajian Pendidikan Keislaman. (204-415-1-SM.pdf)

Anda mungkin juga menyukai