Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DEMAM TIFOID

Disusun Oleh

Nama : Julistisya Vinny Kanakang

NIM : 1901030

Kelas : Keperawatan IIIA

MK : KMB 1

JURUSAN KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

POLITEKNIK NEGERI NUSA UTARA

2020
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan Rahmat-Nya kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah “KMB 1” tentang penyakit (Demam
Tifoid).

Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat bermanfaat demi
kesempurnaan makalah ini.

Tahuna, 31 Agustus 2020

Penulis
Daftar Isi

Kata Pengantar ………………………………………………………………………

Daftar Isi ……………………………………………………………………………..

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ……………………………………………………………….


B. Rumusan Masalah …………………………………………………………….
C. Tujuan ………………………………………………………………………..

BAB 11 Pembahasan

A. Pengertian …………………………………………………………………….
B. Etiologi ……………………………………………………………………….
C. Tanda dan Gejala ……………………………………………………………..
D. Pengobatan ……………………………………………………………………
E. Pencegahan …………………………………………………………………….

BAB III Penutup

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………..
B. Saran ……………………………………………………………………………

Daftra Pustaka …………………………………………………………………………..


BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Demam tifoid atau tifoid abdominalis merupakan penyakit infeksi akut yang
disebabkan oleh kuman Salmonella typhi. Salmonella entericaserovar paratyphi A, B dan
C dapat menyebabkan infeksi yang disebut demamparatifoid. Penyakit ini mudah
menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah .
World Health Organization (WHO) memperkirakan di seluruh duniaterdapat 11 hingga
21 juta kasus dan sekitar 128 ribu hingga 161 ribu kematian akibat tifoid setiap tahunnya.
Insiden demam tifoid terjadi di wilayah Asia cukup tinggi, yaitu dengan angka insiden
lebih dari 100 kasus pertahun per 100.000 populasi. Prevalensi tifoid di Indonesia sebesar
1.6% dari rentang 0.3% - 3% dengan dua belas provinsi mempunyai prevalensi diatas
angka nasional.
Penularan demam tifoid dapat terjadi melalui makanan dan minuman yang tercemar
Salmonella typhi (S.typhi) yang terdapat dalam air, es, debu dan benda lainnya.
Salmonella typhi (S.typhi) masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang
terkontaminasi. Kuman Salmonella typhi (S.typhi) dapat dideteksi dengan uji widal. Pada
uji widal terjadi reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan antibody yang
disebut aglutinin. Uji widal di gunakan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum
tersangka penderita demam tifoid. Titer ≥ 1/40 dianggap positif demam tifoid
Selama ini status gizi menjadi masalah besar di negara berkembang, termasuk
Indonesia. Status gizi anak dapat dinilai dari anthropometri yaitu BB/U, TB/U, IMT/U
dan BB/U.
Status gizi kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh anak, sehingga anak dapat
terserang penyakit, bahkan status gizi buruk dapat menyebabkan angka mortalitas demam
tifoid semakin tinggi.Bagi penderita demam tifoid, terapi diet penting dalam proses
penyembuhan demam tifoid karena asupan makanan yang kurang akan menurunkan
keadaan umum dan gizi penderita sehingga proses penyembuhan akan semakin lama
asupan zat gizi yang tidak sesuai kebutuhan sangat berkaitan dengan meningkatnya

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian dari Demam Tifoid
2. Etiologi dari Demam Tifoid
3. Tanda dan Gejala dari Demam Tifoid
4. Pengobatan Demam Tifoid
5. Pencegahan Demam Tifoid

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian Demam Tifoid
2. Dapat mengetahui etiologi dari Demam Tifoid
3. Dapat mengetahui tanda dan gejala dari demam tifoid
4. Dapat mengetahui pengobatan dari Demam Tifoid
5. Dapat mengetahui pencegahan dari Demam Tifoid
BAB II

Pembahasan

A. Pengertian
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang terjadi pada saluran pencernaan manusia
(terutama usus halus) yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Meskipun pada
kenyataaannya nanti ada fase di mana bakteri penyebab bisa menyebar ke aliran darah
bahkan sampai ke tulang.

B. Etiologi
Penyakit demam tifoid umumnya disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, Salmonella
paratyphi A, dan Salmonella paratyphi B, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh
jenis salmonella yang lain, namun demam tifoid yang disebabkan oleh Salmonella typhi
lah yang cenderung untuk berkembang menjadi penyakit yang lebih berat.

C. Tanda dan Gejala


Gejala demam tifoid berangsur-angsur akan muncul setelah seseorang terinfeksi kuman
selama satu sampai dua minggu. Gejala demam tifoid dapat berupa gejala sistemik
(umum) dan gejala pada saluran pencernaan.
Gejala umum pada demam tifoid yang sering muncul antara lain:
 Demam dengan suhu badan yang naik dan turun terutama pada sore dan malam hari
 Sakit kepala yang dirasakan terutama di kepala bagian depan
 Nyeri otot dan pegal-pegal
 penurunan nafsu makan
Gejala pada saluran pencernaan, yaitu :
 mual dan muntah
 sakit perut
 konstipasi (susah buang air besar) dengan perut kembung, lebih cendrung pada dewasa.
 mencret (diare) lebih cendrung pada anak-anak.
 buang air besar berdarah
Gejala demam tifoid pada anak biasanya berupa demam yang tinggi terus menerus
selama lebih dari tujuh hari, disertai gejala saluran pencernaan seperti mual muntah, sakit
perut, mencret dan buang air besar berdarah.

D. Pengobatan
Pengobatan penyakit demam tifoid dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
 pemberian obat penurun panas seperti paracetamol
 pemberian antibiotik golongan kloramfenikol, ampisilin atau amoksisilin selama 7 – 14
hari
 istirahat baring sampai 3 hari bebas demam
 mobilisasi bertahap sesuai kekuatan pasien
 konsumsi makanan lunak yang tinggi kalori dan tinggi protein
 dan menghindari makanan yang mengandung banyak serat.

E. Pencegahan
 Menjaga kebersihan
Salah satu upaya pencegahan yang dapat Anda lakukan untuk mencegah penyakit ini
adalah mencuci tangan dengan rutin. Bersihkan tangan dengan sabun dan air mengalir.
Dalam keadaan darurat, Anda juga dapat membersihkan tangan dengan hand sanitizer
yang mengandung setidaknya 60% alkohol. Selain itu, Kita juga perlu menjaga
kebersihan diri terutama setelah bepergian ke luar rumah apalagi pasar. Usahakan untuk
tidak menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang kotor. Pastikan juga untuk
mencuci kaki setiap habis keluar rumah.
 Hindari kontak dengan orang sakit
Bakteri sangat mudah menyebar dari satu orang ke orang lainnya. Untuk itu, hindari
kontak terlalu dekat dengan orang yang sedang sakit. Berciuman dan menggunakan
peralatan makan atau mandi yang sama dengan orang sakit dapat meningkatkan risiko
penularan penyakit.
 Vaksin tifoid
Vaksin tifoid bisa dilakukan untuk membantu mencegah penyakit yang satu ini. Terutama
jika Anda termasuk kategori yang rentan atau berisiko tinggi.
Ada dua jenis vaksin untuk tipes, yaitu :
1. Disuntikkan dengan dosis tunggal setidaknya satu minggu sebelum bepergian.
2. Diberikan dalam bentuk minum sebanyak empat kapsul. Biasanya per kapsulnya wajib
diminum setiap hari.
Namun, vaksin memiliki keefektifan hanya 50 sampai 80 persen saja. Keefektifan vaksin
juga akan berkurang dari waktu ke waktu. Untuk itu, Anda tetap perlu berhati-hati dan
mengupayakan cara pencegahan lainnya.
 Mengonsumsi makanan dan minuman yang terjamin kebersihannya
Makanan dan minuman menjadi salah satu media penularan yang paling sering untuk
tipes. Maka dari itu, usahakan untuk selalu makan dan minum yang telah terjaga
kebersihannya. Makan makanan yang dimasak dan disajikan panas jauh lebih baik
dibandingkan dengan makanan mentah atau setengah matang. Selain itu, produk susu
yang dipasteurisasi juga jauh lebih baik dibandingkan dengan yang tidak melewati proses
ini. Jangan lupa juga untuk mencuci sayuran dan buah atau mengupas kulitnya.
Untuk air minum, Anda juga tak boleh sembarangan. Sebaiknya, minumlah dari air
kemasan yang disegel dan terjamin keasliannya. Tidak boleh untuk minum air mentah
yang tidak direbus, disaring atau diolah. Begitu pula berhati-hatilah ketika minum es
yang terbuat dari air keran atau sumur. Jika ingin minum es, buatlah dari air matang
sudah pasti aman.
 Tidak menyiapkan makanan untuk orang lain sampai benar-benar sembuh
Usahakan untuk tidak memasak atau menyiapkan makanan sampai dokter menyatakan
bahwa bakterinya tak akan lagi menular. Jika Anda memaksakannya karena sudah merasa
enakan, bisa saja Anda malah menularkan terinfeksi penyakit ini kepada orang lain.
BAB III

Penutup

A. Kesimpulan
Kesimpulan Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan
infeksi salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman
yang sudah terkontaminasi oleh feses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman
salmonella.
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman
salmonella Thypi. Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang
disebabkan oleh kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C,
sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis.
Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar, tidak
berspora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
1. antigen O (somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida)
2. antigen H(flagella)
3. antigen V1 dan protein membrane hialin.
4. Salmonella parathypi A
5. salmonella parathypi B
6. Salmonella parathypi C
7. Feces dan Urin dari penderita thypus.
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah),
Fly (lalat), dan melalui Feses. Pada taraf masyarakat luas, pencegahan terbaik
terhadap demam tifoid adalah sanitasi yang baik. Penularan penyakit harus
dikenali dan dicegah agar tidak menangani pengolahan dan penanganan pangan.

B. Saran
Saran Agar kita terhindar dari Typoid, hendaknya kita memperhatikan cara
pencegahan penyakit typoid tersebut. Untuk tenaga kesehatan, hendaknya
memperhatikan setiap pasien yang datang berobat kerumah sakit atau Puskesmas.
Daftar Pustaka

Rahayu Liswidyawati,S.Si, Waspada Wabah Penyakit Panduan Untuk Orang Awam, Nuansa,
Bandung: 2010.

Prof. Kelly Health,dkk, 73 Penyakit Yang Penting Diketahui, Palman, Yogyakarta: 2009.

Typhoid fever. Surgery in Africa-Monthly Review [Internet]. 2006 Feb 11 [cited 2011 Mar 3 ].

Available from: http://www.ptolemy.ca/members/archives/2006/typhoid_fever.ht.

Bhan MK, Bahl R, Bhatnagar S. Typhoid fever and paratyphoid fever. Lancet 2005; 366: 749-
62. Pohan HT.

Management of resistant Salmonella infection. Paper presented at: 12th Jakarta Antimicrobial
Update; 2011 April 16-17; Jakarta, Indonesia

Anda mungkin juga menyukai