Anda di halaman 1dari 4

Pengertian

Penyakit dekompresi adalah suatu penyakit atau kelainan yang disebabkan oleh pelepasan
dan pengembangan gelembung-gelembung gas dari fase terlarut dalam darah atau jaringan-
jaringan akibat penurunan tekanan disekitarnya. (Tjahjadi. 1995 dalam Analisis Kesehatan Dan
Keselamatan Lingkungan Kerja Penyelam Tradisional (Safety Health Environment Analysis For
Traditional Divers)

2.1 PREVALENSI
Berbagai penyakit dan kecelakaan dapat terjadi pada nelayan dan penyelam tradisional, hasil
penelitian Depkes RI tahun 2006 di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat ditemukan 57,5%
nelayan penyelam menderita nyeri persendian, 11,3% menderita gangguan pendengaran ringan
sampai ketulian. Di Kepulauan Seribu ditemukan 41,37% nelayan penyelam menderita
barotrauma atau perdarahan akibat tubuh mendapat tekanan yang berubah secara tiba-tiba pada
beberapa organ/jaringan serta 6,91% penyelam menderita kelainan dekompresi yang di sebabkan
tidak tercukupinya gas nitrogen akibat penurunan tekanan yang mendadak, sehingga
menimbulkan gejala sakit pada persendian, susunan syaraf, saluran pencernaan, jantung, paru-
paru dan kulit. (Sukbar, La Dupai, Sabril Munandar. 2016)

2.1 FAKTOR RISIKO


2.2 Pengaruh sifat fisiologis meliputi:
a. Umur
b. Dehidrasi
c. Kekurangan peredaran darah
d. Obesitas / lemak tubuh
e. Kelelahan
f. Buruk kondisi fisik
g. cedera muskuloskeletal sebelumnya

2.3 Faktor lingkungan meliputi;


a. Air dingin
b. Setelan selam yang dipanaskan
c. Kondisi laut yang kasar
d. Pekerjaan berat

2.2 ETIOLOGI
Decompression sickness mungkin juga disebabkan oleh banyak faktor. Salah satunya, adalah
pembentukan gelembung dalam darah atau jaringan sepanjang atau setelah penurunan tekanan
lingkungan. Bekerja di daerah udara tekan juga bisa menyebabkan penyakit dekompresi.

Menurut Naval Safety Center yang ditulis oleh Ibu Kelsey Leo, waktu menyelam seperti
menyelam terlalu lama dan menyelam terlalu cepat bisa memicu penyakit ini. Salah satu alasan
utama pendakian cepat adalah
Mungkin karena panik Pendakian terkendali tidak boleh lebih dari 10 meter per menit untuk
menghindari DCS. Saat permukaan terlalu cepat, bisa menyebabkan tekanan tinggi kemudian
gelembung nitrogen terbentuk dalam darah. Setelah pembentukan gelembung nitrogen dari darah
akan meluas dan terkumpul ke dalam sendi, jaringan dan bagian tubuh lainnya. Gelembung bisa
menghalangi sirkulasi darah yang akan menyebabkan kematian. (Bulmann 1984 dalam Christina
L. Javier. Decompression of Sickness).

2.3 KLASIFIKASI
Secara umum, ada 2 jenis penyakit dekompresi dibagi berdasarkan beratringannya gejala dan
untuk pengobatan :
1. Tipe I, (pain only beds) yang melibatkan otot, kulit, dan limfatik, yang lebih
ringan dan tidak biasanya mengancam nyawa.
2. Tipe II (serious), kadang-kadang mengancam kehidupan, dan
mempengaruhi berbagai sistem organ. The sumsum tulang belakang terutama
rentan, daerahrawan lainnya termasuk otak, sistem pernapasan (misalnya,
emboli paru), dansistem peredaran darah (misalnya, gagal jantung, syok
kardiogenik). Mengacu pada sendi lokal atau nyeri otot akibat penyakit
dekompresi tetapi seringdigunakan sebagai sinonim untuk setiap komponen
dari gangguan. (Bennett, Mike. 2004. Azhari bahar. 2009)

2.4 PATOFISIOLOGI
Selama menyelam, udara dihirup pada tekanan yang lebih besar dari biasanya, menyebabkan
peningkatan jumlah nitrogen yang terlarut dalam jaringan tubuh. Semakin lama dan dalam
menyelam, semakin besar jumlah nitrogen yang akan dilarutkan sampai semua jaringan jenuh.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Decompression sickness Tipe 1 :
1. Sakit ringan yang sembuh dalam waktu 10 menit onset (niggles)
2. Pruritus (kulit membungkuk)
3. Ruam kulit (bintik-bintik atau maling pada kulit atau ruam papular atau
plaquelike)
4. Kulit kulit jeruk (jarang)
5. Pitting edema
6. Anoreksia, mual
7. Kelelahan berlebihan
8. Kusam, dalam, berdenyut, sakit gigi jenis sakit di sendi, tendon, atau tisuue
(tikungan)
9. Gerakan ekstremitas terbatas dengan suara berderak saat sendi bergerak

Decompression sickness Tipe 2 :


1. Gejala menirukan trauma tulang belakang (nyeri punggung bawah, paresis,
kelumpuhan, parestesia, kehilangan kontrol sfingter)
2. Sakit kepala atau gangguan penglihatan
3. Pusing
4. Penglihatan terowongan
5. Perubahan status mental
6. Mual, muntah, fertigo, nistagmus, tinnitus, dan anusa parsial
7. Ketidaknyamanan substernal pada inspirasi, perbekalan tidak produktif yang bisa
menjadi paroksismal, dan mengurangi gangguan pernapasan.
8. Emfisema subkutan
9. Tanda dan gejala syok hipovolemik atau embolisasi gas arterial
10. Tergantung dimana perjalanan emboli gas, kemungkinan tanda dan gejala infark
miokard, stroke dan kejang.
(Lippincott, William & Wilkins. 2008. Multisystem Disorder. Wolters Kluwer)

2.1 KOMPLIKASI
Dapat berupa paralisis residual, nekrosis miokardial, dan beberapa komplikasi lainnya akibat
iskemik.

Anda mungkin juga menyukai