PENDAHULUAN
Dewasa ini kejadian wabah penyakit sudah merupakan masalah global, sehingga mendapat
perhatian utama dalam penetapan kebijakan kesehatan masyarakat. Letusan penyakit akibat
pangan (foodborne disease) dan kejadian wabah penyakit lainnya terjadi tidak hanya di berbagai
negara berkembang dimana kondisi sanitasi dan higiene umumnya buruk, tetapi juga di negara-
negara maju. Oleh karena itu disiplin ilmu epidemiologi berupaya menganalisis sifat dan
penyebaran berbagai masalah kesehatan dalam suatu penduduk tertentu serta mempelajari sebab
timbulnya masalah dan gangguan kesehatan tersebut untuk tujuan pencegahan maupun
penanggulangannya.
Peristiwa bertambahnya penderita atau kematian yang disebabkan oleh suatu penyakit di
wilayah tertentu, kadang-kadang dapat merupakan kejadian yang mengejutkan dan membuat
panik masyarakat di wilayah itu. Secara umum kejadian ini kita sebut sebagai Kejadian Luar
Biasa (KLB), sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah semua penyakit menular yang
dapat menimbulkan KLB, penyakit yang disebabkan oleh keracunan makanan dan keracunan
lainnya. Penderita atau yang beresiko penyakit dapat menimbulkan KLB dapat diketahui jika
dilakukan pengamatan yang merupakan semua kegiatan yang dilakukan secara teratur, teliti dan
terus-menerus, meliputi pengumpulan, pengolahan, analisa/interpretasi, penyajian data dan
pelaporan. Apabila hasil pengamatan menunjukkan adanya tersangka KLB, maka perlu
1
dilakukan penyelidikan epidemiologis yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengenal
sifat-sifat penyebab dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya dan penyebarluasan
KLB tersebut di samping tindakan penanggulangan seperlunya. Hasil penyelidikan
epidemiologis mengarahkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam upaya
penanggulangan KLB. Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran KLB,
termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya
penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak
yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB
sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Efendy Ferry, 2009).
B. TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui definisi Kejadian Luar Biasa (KLB).
2. Untuk mengetahui kriteria Kejadian Luar Biasa (KLB).
3. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang berpotensi menjadi Kejadian Luar Biasa
(KLB).
4. Untuk mengetahui klasifikasi Kejadian Luar Biasa (KLB).
5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya Kejadian Luar Biasa
6. Untuk mengetahui langkah-langkah penyelidikan Kejadian Luar Biasa (KLB).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 (satu) tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan dengan rata-rata jumlah kejadian kesakitan
perbulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit (Case Fatality Rate) dalam 1 (satu) kurun waktu
tertentu menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen) atau lebih dibandingkan dengan
angka kematian kasus suatu penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit (Proportional Rate) penderita baru pada satu periode
menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding satu periode sebelumnya dalam kurun
waktu yang sama.
4
Penyakit-penyakit berpotensi Wabah/KLB:
1. Penyakit karantina/penyakit wabah penting: kholera, pes, yellow fever.
2. Penyakit potensi wabah/KLB yang menjalar dalam waktu cepat/ mempunyai
memerlukan tindakan segera: DHF, campak, rabies, tetanus neonatorum, diare, pertusis,
poliomyelitis.
3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting: malaria,
frambosia, influenza, anthrax, hepatitis, typhus abdominalis, meningitis, keracunan,
encephalitis, tetanus.
4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB, tetapi masuk
program: kecacingan, kusta, tuberkulosa, syphilis, gonorrhoe, filariasis, dan lain-lain.
5
2) Alfatoxin
3) Plankton
4) Racun ikan
5) Racun tumbuh-tumbuhan
d. Toxin Kimia
1) Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain
cyanida, nitrit, pestisida.
2) Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya.
2. Berdasarkan sumber
a. Sumber dari manusia
Misalnya: jalan napas, tangan, tinja, air seni, muntahan seperti: Salmonella, Shigella,
hepatitis.
b. Bersumber dari kegiatan manusia
Misalnya: toxin dari pembuatan tempe bongkrek, penyemprotan pencemaran
lingkungan.
c. Bersumber dari binatang
Misalnya: binatang peliharaan, rabies dan binatang mengerat.
d. Bersumber pada serangga (lalat, kecoak)
Misalnya: Salmonella, Staphylococcus, Streptococcus
e. Bersumber dari udara
Misalnya: Staphylococcus, Streptococcus virus
f. Bersumber dari permukaan benda-benda atau alat-alat
Misalnya: Salmonella
g. Bersumber dari makanan dan minuman
Misalnya: keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.
6
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/ wabah adalah herd immunity.
Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan yang dimiliki oleh sebagian
penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal ini dapat disamakan dengan tingkat
kekebalan individu. Makin tinggi tingkat kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit
tersebut.
2. Patogenesitas
Patogenesitas merupakan kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada
pejamu sehingga timbul sakit.
Pada pelaksanaan penyelidikan KLB, langkah-langkah tersebut tidak harus dikerjakan secara
berurutan, kadang-kadang beberapa langkah dapat dikerjakan secara serentak. Pemastian
7
diagnosa dan penetapan KLB merupakan langkah awal yang harus dikerjakan (Mausner and
Kramer, 1985; Vaughan and Marrow, 1989 dalam Maulani, 2010).
3. Penetapan KLB
Penetapan KLB dilakukan dengan membandingkan insidensi penyakit yang tengah
berjalan dengan insidensi penyakit dalam keadaan biasa (endemik) pada populasi yang dianggap
berisiko, pada tempat dan waktu tertentu. Adanya KLB juga ditetapkan apabila memenuhi salah
satu dari kriteria KLB. Pada penyakit yang endemis, maka cara menentukan KLB bisa menyusun
dengan grafik pola maksimum-minimum 5 tahunan atau 3 tahunan.
8
tahap ini cara penentuan paparan dapat dilakukan dengan mempelajari teori cara penularan
penyakit tersebut. Ini penting dilakukan terutama pada penyakit yang cara penularannya tidak
jelas (bervariasi). Pada KLB keracunan makanan identifikasi paparan ini secara awal perlu
dilakukan untuk penanggulangan sementara dengan segera (CDC, 1979 dalam Maulani, 2010).
5. Deskripsi KLB
a. Deskripsi Kasus Berdasarkan Waktu.
Penggambaran kasus berdasarkan waktu pada periode wabah (lamanya KLB berlangsung)
digambarkan dalam suatu kurva epidemik. Kurva epidemik adalah suatu grafik yang
menggambarkan frekuensi kasus berdasarkan saat mulai sakit (onset of illness) selama periode
wabah. Penggunaan kurva epidemik untuk menentukan cara penularan penyakit. Salah satu cara
untuk menentukan cara penularan penyakit pada suatu KLB yaitu dengan melihat tipe kurva
epidemik, sebagai berikut:
1. Kurva epidemik dengan tipe point common source (penularan berasal dari satu sumber).
Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan kasus-kasus yang terpapar dalam waktu yang sama
dan singkat. Biasanya ditemui pada penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air dan
makanan (misalnya: kolera, typoid).
2. Kurva epidemik dengan tipe propagated. Tipe kurva ini terjadi pada KLB dengan cara
penularan kontak dari orang ke orang. Terlihat adanya beberapa puncak. Jarak antara puncak
sistematis, kurang lebih sebesar masa inkubasi rata rata penyakit tersebut.
3. Tipe kurva epidemik campuran antara common source dan propagated. Tipe kurva ini
terjadi pda KLB yang pada awalnya kasus-kasus memperoleh paparan suatu sumber secara
bersama, kemudian terjadi karena penyebaran dari orang ke orang (kasus sekunder).
9
hubungan (kesamaan distribusi air, makanan), kemungkinan kontak dari orang ke orang atau
melalui vektor (CDC, 1979; Friedman, 1980 dalam Maulani, 2010).
Sebagai contoh adanya kasus Hepatitis A di rumah sakit, segera dapat dilakukan
penanggulangannya yaitu memberikan imunisasi pada penderita yang diduga kontak,
sehingga penyelidikan hanya dilakukan untuk mencari orang yang kontak dengan penderita
(MMWR, 1985 dalam Maulani, 2010).
b. Jika etiologi diketahui tetapi sumber dan cara penularan belum dapat dipastikan, maka
belum dapat dilakukan penanggulangan. Masih diperlukan penyelidikan yang lebih luas
untuk mencari sumber dan cara penularannya.
10
Sebagai contoh: KLB Salmonella Muenchen tahun 1971. Pada penyelidikan telah diketahui
etiologinya (Salmonella). Walaupun demikian cara penanggulangan tidap segera
ditetapkan sebelum hasil penyelidikan mengenai sumber dan cara penularan ditemukan.
Cara penanggulangan baru dapat ditetapkan sesudah diketahui sumber penularan dengan
suatu penelitian kasus pembanding (Taylor et al., 1982 dalam Maulani, 2010).
c. Jika etiologi belum diketahui tetapi sumber dan cara penularan sudah diketahui maka
penanggulangan segera dapat dilakukan, walaupun masih memerlukan penyelidikan yang
luas tentang etiologinya.
Sebagai contoh: suatu KLB Organophosphate pada tahun 1986. Diketahui bahwa sumber
penularan adalah roti, sehingga cara penanggulangan segera dapat dilakukan dengan
mengamankan roti tersebut. Penyelidikan KLB masih diperlukan untuk mengetahui
etiologinya yaitu dengan pemeriksaan laboratorium, yang ditemukan parathion sebagai
penyebabnya (Etzel et al., 1987 dalam Maulani, 2010).
d. Jika etiologi dan sumber atau cara penularan belum diketahui, maka penanggulangan tidak
dapat dilakukan. Dalam keadaan ini cara penanggulangan baru dapat dilakukan sesudah
penyelidikan.
Sebagai contoh: Pada KLB Legionare pada tahun 1976, cara penanggulangan baru dapat
dikerjakan sesudah suatu penyelidikan yang luas mengenai etiologi dan cara penularan
penyakit tersebut (Frase et al., 1977 dalam Maulani, 2010).
11
Mengingat hal ini sebaiknya pada penyelidikan epidemiologi KLB selalu dilakukan:
a. Pengkajian terhadap sistem surveilans yang ada, untuk mengetahui kemampuannya yang
ada sebagai alat deteksi dini adanya KLB, kecepatan informasi dan pemenuhan kewajiban
pelaksanaan sistem surveilans.
b. Penelitian faktor risiko kejadian penyakit KLB yang sedang berlangsung.
c. Evaluasi terhadap program kesehatan.
9. Penyusunan Rekomendasi
a. Program Pengendalian
Program pengendalian dilakukan oleh institusi kesehatan dalam upaya menurunkan angka
kesakitan, kematian dan kecacatan akibat penyakit menular dan penyakit tidak menular.
Tahapan – tahapan program, yaitu:
1) Perencanaan
Dalam tahap perencanaan dilakukan analisis situasi masalah, penetapan masalah prioritas,
inventarisasi alternatif pemecahan masalah, penyusunan dokumen perencanaan. Dokumen
perencaan harus detail terhadap target/tujuan yang ingin dicapai, uraian kegiatan dimana, kapan,
satuan setiap kegiatan, volume, rincian kebutuhan biaya, adanya petugas penanggungjawab
setiap kegiatan, metode pengukuran keberhasilan.
2) Pelaksanaan
Dalam tahap pelaksanaan dilakukan implemantasi dokumen perencanaan, menggerakan
dan mengkoordinasikn seluruh komponen dan semua pihak yang terkait.
3) Pengendalian (Monitoring/Supervisi)
Supervisi dilakukan untuk memastikan seluruh kegiatan benar-benar dilaksanakan sesuai
dengan dokumen perencanaan. (Pickett dan John, 2009).
b. Penanggulangan KLB
Penanggulanagn dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat, meliputi:
1) Penyelidikan epidemilogis
Penyelidikan epidemiologi pada Kejadian Luar Biasa adalah untuk mengetahui
keadaan penyebab KLB dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
12
kejadian tersebut, termasuk aspek sosial dan perilaku sehingga dapat diketahui cara
penanggulangan dan pengendaian yang efektif dan efisien (Anonim, 2004 dalam
Wuryanto, 2009).
2) Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina.
Tujuannya adalah:
a) Memberikan pertolongan medis kepada penderita agar sembuh dan mencegah agar
mereka tidak menjadi sumber penularan.
b) Menemukan dan mengobati orang yang tampaknya sehat, tetapi mengandung
penyebab penyakit sehingga secara potensial dapat menularkan penyakit (carrier).
13
Upaya penanggulangan lainya adalah tindakan-tindakan khusus masing-masing penyakit
yang dilakukan dalam rangka penanggulangan wabah. (Menteri Kesehatan RI, 2010)
14
BAB III
KESIMPULAN
15
Penanggulanagn dilakukan melalui kegiatan yang secara terpadu oleh pemerintah, pemerintah
daerah dan masyarakat, meliputi: (1) penyelidikan epidemilogis, (2) pemeriksaan,
pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina, (3) pencegahan
dan pengendalian, (4) pemusnahan penyebab penyakit, (5) penanganan jenazah akibat wabah,
(6) penyuluhan kepada masyarakat, (7) upaya penanggulangan lainnya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17