Program Malaria
Oleh:
Dr. Nancy Dian Anggaeni, M Epid
Kasubdit Malaria – Dit. P2PTVZ
Purworejo, 21 Agustus 2018
Sistematika
Menular
Indikator Utama
(2015-2019)
Semua Indonesia
Semua provinsi mencapai
kab/kota mencapai eliminasi
mencapai eliminasi
300 eliminasi 2030
kab/kota 2027
mencapai 2025
eliminasi
285 kab/kota
mencapai
eliminasi 2019
Eliminasi Menghentikan Kab/kota endemis - PE dan respons 1-2-5 pada setiap kasus positif
/Pembebasan penularan rendah - Penemuan dini dan pengobatan tepat serta jejaringnya
setempat/kasus - Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor
indigenus sesuai bukti lokal
- Penemuan kasus aktif
Host Parasit
Indikator Kinerja Program Baseline data 2015 2016 2017 2018 2019
(IKP) 2014 (T/C) (T/C) (T/C) (T) (T)
Jumlah Kabupaten yang
213 225/232 245/247 265/266 285 300
mencapai Eliminasi Malaria
Peningkatan Kabupaten
dengan API <1 per 1000 337 340/379 360/400 375/415 390 400
penduduk pada tahun 2019
2016 2017
Populasi Kabupaten/Kota
No Kategori
# % # %
1 Bebas Malaria 188.319.700 72.0 % 266 52 %
2 Endemis Rendah 63.005.546 24 % 172 33 %
3 Endemis Menengah 5.878.424 2% 37 7%
4 Endemis Tinggi 4.907.104 2% 39 8%
Total 262.110.774 100.0 % 514 100.0 %
PETA ENDEMISITAS MALARIA
INDONESIA -TAHUN 2012-2017
2012 2017
Populasi Kabupaten/Kota
No Kategori
# % # %
1 Bebas Malaria 188.319.700 72.0 % 266 52 %
2 Endemis Rendah 63.005.546 24 % 172 33 %
3 Endemis Menengah 5.878.424 2% 37 7%
4 Endemis Tinggi 4.907.104 2% 39 8%
Total 262.110.774 100.0 % 514 100.0 %
API DAN KASUS POSITIF MALARIA PER PROVINSI TAHUN 2017
Secara
nasional
Annual jumlah kasus
Parasite Jumlah
incidence kasus positif positif malaria
(API)
sebanyak
261.617,
dengan API
0,9 per 1000
Proporsi Kasus Berdasarkan
Umur -Tahun 2017
16 % kasus terjadi pada balita, 27% kasus pada usia sekolah, dan
53% kasus pada usia produktif
→ Perlu strategi promotif dan preventif yang sesuai
Proporsi Kasus Berdasarkan
Parasit 2017
Keterangan:
≥ 80%
80%-50%
≤ 50%
0%
LALU….
APA YANG AKAN
DILAKUKAN
TAHUN 2018-2019 ?
DAERAH ENDEMIS SEDANG
pemetaan pemetaan pemetaan
endemisitas reseptivitas kapasitas
desa desa fasyankes
1. Lakukan MBS di desa
merah pada waktu/bulan 1. Petakan tempat
perindukan 1. Cek/petakan fasyankes
puncak kasus dan diikuti
(puskesmas, pustu, RS) yang
penemuan kasus aktif 2. Lakukan pengendalian
mampu melakukan
selama 1 bulan, jika positif vektor di daerah reseptif
pemeriksaan Lab (mikr/RDT)
obati dan pantau minum sesuai tempat perindukan
nyamuk. Libatkan lintas 2. Cek/petakan fasyankes
obat sampai tuntas. Dapat swasta/praktek mandiri yang
sektor terkait. bentuk
memberdayakan forum koordinasi di bawah banyak menemukan kasus
masyarakat/kader untuk pimpinan pemda (kesra?). malaria atau berada di desa
membantu penemuan dan endemis dan reseptif malaria
3. Berikan edukasi kepada
pemantauan minum obat masyarakat ttg malaria 3. Perkuat kapasitas fasyankes
2. Identifikasi faktor risiko : (pencegahan, pengobatan (SDM,logistik, sistem
penggunaan kelambu, dll) termasuk tanam pencatatan pelaporan)
kebiasaan penduduk tanaman pengusir 4. Buat kemitraan dengan
keluar malam (berkumpul/ nyamuk di sekeliling fasyankes swasta/praktek
kongkow2, jamban, air rumah penduduk. mandiri terutama di desa
bersih, dll). Kemudian 4. Pastikan penemuan kasus endemis agar membantu
secara dini dan menemukan dan mengobati →
Intervensi Faktor risiko
pengobatan tepat-tuntas siapkan logistik dan mekanisme
termasuk IRS. Jika ada pelaporan kasus
di daerah tersebut.
desa merah yang belum
dibagi kelambu, maka
dapat direncanakan untuk
dibagi.
DAERAH ENDEMIS RENDAH:
Kab. Purworejo
PEMETAAN DI KABUPATEN/KOTA ENDEMIS RENDAH
Ruang lingkup
✓ Upaya pencegahan dan tata laksana kasus.
✓ Upaya pencegahan terdiri dari pengendalian vektor termasuk
manajemen lingkungan dan promosi kesehatan.
✓ Ruang lingkup tata laksana kasus meliputi diagnosis,
pengobatan, rujukan dan pemantauan pengobatan.
• KPS meliputi semua bentuk kolaborasi pemerintah-
swasta dan swasta-swasta dengan tujuan menjamin
akses layanan malaria yang bermutu dan
berkesinambungan bagi masyarakat.
• KPS juga diterapkan pada kolaborasi pemeriksaan
laboratorium, apotek dan kolaborasi upaya
pengendalian malaria dengan penyakit tular vektor
lainnya.
• Kegiatan pencegahan dan tatalaksana kasus malaria
dilaksanakan secara terintegrasi dengan mitra terkait
dalam jejaring layanan pengendalian malaria.
KEMITRAAN
PEMERINTAH-SWASTA
(KPS)
DALAM PENCEGAHAN
MALARIA
Kemitraan Pemerintah swasta (KPS)
Dalam Pencegahan Malaria
1. Identifikasi Mitra Potensial
a. Mitra yang berperan dalam menangani pencegahan
malaria
• Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia
(ASPPHAMI).
• Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
• Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).
• Divisi Kesehatan dari Perusahaan pertambangan,
perminyakan, perkebunan, perikanan, kehutanan dan lain-
lain.
• Asosiasi pengusaha pertambangan, perminyakan,
perkebunan, perikanan, kehutanan, dan lain-lain.
• Real Estate Indonesia (REI).
• Organisasi Kemasyarakatan (Nasional dan Internasional)
b. Institusi Pembina
Upaya Pencegahan Malaria
1. Dit.P2PTVZ, Ditjen P2P, Kementerian
Kesehatan RI
2. Direktorat Penyehatan Lingkungan,
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
Kementerian Kesehatan RI.
3. BPPSDMK Kemkes RI.
4. Balitbangkes, BBPP Vektor dan Reservoir
Penyakit (BBPPVRP Salatiga)
5. Pusat Kesehatan TNI (Puskes TNI).
b. Institusi Pembina
Upaya Pencegahan Malaria
6. Pusat Kedokteran Kesehatan POLRI
(Pusdokkes POLRI).
7. BBTKL PP
8. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
9. Dinas Kesehatan Provinsi.
10. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
11. Perguruan Tinggi.
c. Organisasi Profesi (OP) Kesehatan
1. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
(HAKLI)
2. Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasitik
Indonesia (P4I).
3. Asosiasi Pengendalian Nyamuk Indonesia (APNI).
4. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
(IAKMI).
5. Persatuan Entomologi Indonesia (PEI).
6. Persatuan Entomologi Kesehatan Indonesia (PEKI).
d. Lintas Sektor Terkait
1. Kementerian Dalam Negeri.
2. Kementerian Pertanian.
3. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
4. Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
5. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
6. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
7. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
8. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi.
9. Kementerian Pariwisata.
10. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Peran Mitra
1. Melakukan sosialisasi kepada anggotanya untuk
melakukan upaya pencegahan malaria terhadap
karyawan dan masyarakat di sekitarnya melalui
pengendalian vektordan manajemen lingkungan.
2. Mendorong anggotanya agar melakukan koordinasi
dengan Dinas Kesehatan setempat dalam rangka
pencegahan malaria melalui pengendalian vektor
termasuk manajemen lingkungan.
3. Mendorong anggotanya agar dalam melakukan
aktifitas atau sesudahnya tidak menimbulkan
tempat perindukan nyamuk malaria.
Peran Pembina
➢ Menyusun NSPK (norma, standar, prosedur,
kebijakan).
➢ Melakukan koordinasi dengan LP,LS terkait di
tingkat Pusat.
➢ Melakukan perencanaan, penyediaan dan
pendistribusian logistik.
➢ Melakukan bimbingan teknis dan monitoring
evaluasi.
Peran Dinkes
• Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor
terkait di tingkat Provinsi dalam rangka pencegahan malaria.
• Membuat MOU/perjanjian kerja sama atau surat keputusan
kepala Dinas Kesehatan dengan mitra dalam upaya
pencegahan malaria.
• Melakukan perencanaan, penyediaan dan pendistribusian
logistik pengendalian vektor dalam upaya pencegahan
malaria seperti: LLINs, Insektisida, Spray Can, Mist Blower
dll.
• Melakukan pengawasan, bimbingan teknis dan monitoring
evaluasi.
Peran Lintas Sektor
Kementerian Dalam Negeri
• Menerbitkan surat edaran tentang tersedianya
anggaran yang menjamin terlaksananya upaya
pengendalian malaria.
• Menerbitkan regulasi kepada pemerintah daerah agar
memasukkan klausal pengendalian malaria saat
memberikan izin usaha membuka lahan
(pertambangan, perkebunan, perikanan dll).
Kementerian Desa :
• Mendorong penggunaan dana desa untuk
penanggulangan malaria
Peran Lintas Sektor
Kementerian Kelautan dan Perikanan
• Berkoordinasi dengan sektor kesehatan tentang upaya
yang terkait dengan pengendalian malaria di daerah
pesisir diantaranya: tambak udang, ikan dan reboisasi
bakau.
Kementerian Pekerjaan Umum
• Menerbitkan surat edaran tentang upaya pengendalian
malaria khususnya di daerah endemis malaria dalam
penyediaan air bersih.
Kementerian/lembaga lain
• Berkoordinasi dengan sektor kesehatan tentang upaya
yang terkait dengan pengendalian malaria
KEMITRAAN
PEMERINTAH-SWASTA
(KPS)
TATA LAKSANA KASUS
MALARIA
Peran Mitra
a. RS TNI/POLRI/BUMN, RS SWASTA
• Menyusun prosedur dan alur pelayanan di rawat jalan dan
rawat inap.
• Melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan
pemantauan pengobatan.
• Melaksanakan mekanisme rujukan ke rumah sakit rujukan
yang ditunjuk.
• Melakukan pemantapan mutu laboratorium berkoordinasi
dengan laboratorium. rujukan yang ditunjuk (Labkesda,
B/BLK, Malaria Center).
• Pencatatan dan pelaporan kasus dan logistik malaria.
• Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat (terutama
dalam mengakses obat anti malaria/OAM).
b. Dokter Praktik Mandiri
• Melakukan diagnosis dan pengobatan berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan atau Puskesmas setempat (terutama dalam
mengakses obat anti malaria/OAM) bagi yang mempunyai
sarana diagnostik.
• Melaksanakan mekanisme rujukan ke Puskesmas atau rumah
sakit rujukan yang ditunjuk.
• Bagi dokter praktek mandiri yang tidak mempunyai sarana
diagnostik, dapat merujuk pasien untuk pemeriksaan
laboratorium ke Laboratorium yang ditunjuk atau Puskesmas.
• Pencatatan dan pelaporan kasus dan logistik malaria ke
Puskesmas.
c. Laboratorium swasta
• Melakukan diagnosis
• Melakukan pemantapan mutu berkoordinasi dengan
laboratorium rujukan yang ditunjuk (Laboratorium Kesehatan
Daerah, B/BLK, Malaria Center).
• Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan dan pelaporan ke
Dinas Kesehatan Provinsi/kabupaten/Kota.
d. Apotek swasta
• Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat
dalam penyediaan OAM sesuai regulasi.
• Melakukan pelayanan kefarmasian untuk malaria berdasarkan
konfirmasi hasil laboratorium.
• Melakukan pencatatan dan pelaporan OAM.
Organisasi Profesi
1.Standar Diagnosa
2.Standar Pengobatan
3.Standar Pemantauan pengobatan
4.Standar Tanggung jawab kesehatan
masyarakat
STANDAR
KESEHATAN MASYARAKAT
1. Petugas kesehatan harus mengetahui tingkat endemisitas
malaria di wilayah kerja nya dengan berkoordinasi dengan
Dinkes setempat
2. Membangun jejaring layanan dan kemitraan bersama
denganfasilitas layanan lainnya (pemerintah dan swasta)
untuk meningkatkan akses layanan yang bermutu bagi setiap pasien
malaria
3. Petugas kesehatan memantau pasien malaria dengan
memastikan bahwa dilakukan penanganan yang sesuai
pedoman penatalaksanaan malaria
4. Petugas kesehatan harus melaporkan semua kasus malaria
yang ditemukan dan hasil pengobatnnya kepada Dinas Kesehatan
setempat sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku
KARTU PASIEN MALARIA DI FASYANKES SWASTA
PELAPORAN
Pelaksanaan