Anda di halaman 1dari 61

Kebijakan & Strategi

Program Malaria

Oleh:
Dr. Nancy Dian Anggaeni, M Epid
Kasubdit Malaria – Dit. P2PTVZ
Purworejo, 21 Agustus 2018
Sistematika

1. Kebijakan dan Strategi


2. Situasi, Capaian Program
3. Kemitraan Pemerintah-Swasta
4. Kemitraan Pemerintah-Swasta
5. Tantangan
Kebijakan dan Strategi
PROGRAM PRIORITAS: PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

RKP 2017 RKP 2018 Proyek Prioritas nasional


1. Pencegahan dan
Advokasi
Pengendalian TB dan
Regulasi Pencegahan dan HIV/AIDS
Gerakan
Masyarakat Pengendalian 2. Pengendalian Malaria
Hidup Sehat
Penurunan Kampanye Penyakit Menular 3. Pengendalian Penyakit
Stress dan
Keselamatan Hidup Tropis Terabaikan/
Berkendara Sehat
Neglected Tropical
2 Diseases
Percepatan
Pelaksanaan Pencegahan dan
Kawasan
Preventif Konsumsi Pengendalian
Tanpa Rokok Penyakit
Narkoba dan Promotif Pangan
Minuman “Gerakan Sehat Surveilans, Pencegahan
Keras
Masyarakat
Sehat”
Imunisasi, dan
Penyakit
dan Pengendalian
Karantina Penyakit Tidak
Kesehatan Menular
Aktifitas Fisik
dan Lingkungan
Konektivitas
Sehat
PROYEK PRIORITAS PROYEK PRIORITAS
Antarmoda
Transportasi NASIONAL NASIONAL
Pencegahan
1. Peningkatan
Penyakit
dan Deteksi
Cakupan Imunisasi
1. Pengendalian
Dini
Dasar Lengkap Faktor Risiko
Penyakit Tidak 4

Menular
Indikator Utama
(2015-2019)

1. Jumlah Kab/kota yang mencapai eliminasi


malaria → RPJMN
2. Jumlah Kab/Kota yang mencapai API < 1 per
1000 → Renstra Kemenkes
3. % Kasus malaria yang dikonfirmasi Laboratorium
→ Janji Presiden
4. % Kasus malaria yang diobati dengan ACT (sesuai
standard) →Janji Presiden
Milestone Eliminasi Malaria di Indonesia

Semua Indonesia
Semua provinsi mencapai
kab/kota mencapai eliminasi
mencapai eliminasi
300 eliminasi 2030
kab/kota 2027
mencapai 2025
eliminasi
285 kab/kota
mencapai
eliminasi 2019

2018 2020 : tidak ada lagi


kab/kota endemis
tinggi
2017
266 kab/kota
mencapai
eliminasi
2016
265 kab/kota
mencapai
eliminasi
Kebijakan UmumP2 Malaria
• Eliminasi malaria diimplementasikan melalui penguatan Sistem
Kesehatan di daerah yang terintegrasi berdasarkan prinsip Pelayanan
Kesehatan Dasar
• Promosi kesehatan merupakan bagian sangat penting dalam
pemberdayaan masyarakat.
• Sistem Kesehatan Nasional mengacu pada kebijakan desentralisasi yang
titik beratnya pada tingkat kabupaten/kota.
• Kerja sama lintas sektor memegang peranan penting dalam eliminasi
malaria. Diharapkan sektor yang terkait dengan sektor kesehatan membuat
kebijakan yang mempromosikan atau meningkatkan kesehatan (Health in
All Policies).
• Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab penuh untuk
mencapai eliminasi malaria mengingat sifat dari eliminasi malaria adalah
public goods (komoditas umum).
• Penelitian dasar dan operasional serta pengembangan teknologi tepat
guna untuk menunjang eliminasi malaria perlu ditingkatkan.
Dukungan seluruh jajaran pemerintah dan masyarakat sangat menentukan
keberhasilan pencapaian eliminasi malaria
SKEMA PENTAHAPAN ELIMINASI MALARIA

MASUK TAHAP MASUK TAHAP


ELIMINASI PEMELIHARAAN

Positive Rate < 5% Kasus


< 1 kasus/1000 Indigenous nol
penduduk berisiko 3 Tahun

Pemberantasan Pra Eliminasi Eliminasi


(Akselerasi) (intensifikasi) (pembebasan) Pemeliharaan

Reorientasi program Reorientasi program


eliminasi pemeliharaan
Strategi Spesifik Eliminasi Malaria

Tahapan Tujuan Sasaran Kegiatan utama


Strategi
Akselerasi Menurunkan Kab/kota endemis - Kampanye kelambu massal
jumlah kasus tinggi - IRS di desa dg API > 20 dan pengendalian vektor lain
secepat mungkin sesuai bukti lokal
- Perluasan diagnosis dini dan pengobatan tepat
- Promosi dengan pemberdayaan masyarakat
- Skrining malaria pada semua Bumil pada K1
- MTBS → semua balita sakit diperiksa malaria

Intensifikasi Menghilangkan Kab/kota endemis - Pembagian kelambu untuk populasi berisiko/fokus


daerah fokus sedang - IRS pada situasi peningkatan kasus dan pengendalian
vektor lain sesuai bukti lokal
- Penemuan kasus aktif
- Promosi dengan pemberdayaan masyarakat

Eliminasi Menghentikan Kab/kota endemis - PE dan respons 1-2-5 pada setiap kasus positif
/Pembebasan penularan rendah - Penemuan dini dan pengobatan tepat serta jejaringnya
setempat/kasus - Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor
indigenus sesuai bukti lokal
- Penemuan kasus aktif

Pemeliharaan Mencegah Kab/kota endemis - Surveilans migrasi


munculnya yang sudah - PE 1-2-5
penularan malaria eliminasi - Penguatan jejaring tatalaksana kasus
kembali - Pengamatan daerah reseptif dan pengendalian vektor
sesuai bukti lokal
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
MALARIA

Host Parasit

Intervensi : hilangkan parasit


pada manusia dengan obat
Intervensi : efektif
Cegah gigitan nyamuk,
penemuan dini kasus & Intervensi :
pengobatan sampai Bunuh larva, kurangi populasi
tuntas nyamuk → manajemen
Vektor
lingkungan, kelambu insektisida,
penyemprotan dinding rumah,
dll
Situasi, Capaian Program
Capaian Target Indikator RPJMN, Renstra & KSP
terkait Malaria secara Nasional Tahun 2015- 2019

Indikator Kinerja Program Baseline data 2015 2016 2017 2018 2019
(IKP) 2014 (T/C) (T/C) (T/C) (T) (T)
Jumlah Kabupaten yang
213 225/232 245/247 265/266 285 300
mencapai Eliminasi Malaria

2015 2016 2017 2018


Indikator Kinerja Kegiatan Baseline data 2019
(T/C) (T/C) (T/C) (T)
(IKK) 2013 (T)

Peningkatan Kabupaten
dengan API <1 per 1000 337 340/379 360/400 375/415 390 400
penduduk pada tahun 2019

Baseline data 2015 2016 2017 2018 2019


Indikator KSP
2013 (T/C) (T/C) (T/C) (T) (T)

% kasus susp. Malaria yg


95 / 98 95 / 97 95 / 97
dikonfirmasi Lab

% Kasus malaria diobati dg


85 / 91 85 / 94 90 / 96
ACT
PETA ENDEMISITAS MALARIA
INDONESIA -TAHUN 2012-2017
2012 2013

2016 2017

Populasi Kabupaten/Kota
No Kategori
# % # %
1 Bebas Malaria 188.319.700 72.0 % 266 52 %
2 Endemis Rendah 63.005.546 24 % 172 33 %
3 Endemis Menengah 5.878.424 2% 37 7%
4 Endemis Tinggi 4.907.104 2% 39 8%
Total 262.110.774 100.0 % 514 100.0 %
PETA ENDEMISITAS MALARIA
INDONESIA -TAHUN 2012-2017
2012 2017

Populasi Kabupaten/Kota
No Kategori
# % # %
1 Bebas Malaria 188.319.700 72.0 % 266 52 %
2 Endemis Rendah 63.005.546 24 % 172 33 %
3 Endemis Menengah 5.878.424 2% 37 7%
4 Endemis Tinggi 4.907.104 2% 39 8%
Total 262.110.774 100.0 % 514 100.0 %
API DAN KASUS POSITIF MALARIA PER PROVINSI TAHUN 2017

Secara
nasional
Annual jumlah kasus
Parasite Jumlah
incidence kasus positif positif malaria
(API)
sebanyak
261.617,
dengan API
0,9 per 1000
Proporsi Kasus Berdasarkan
Umur -Tahun 2017

16 % kasus terjadi pada balita, 27% kasus pada usia sekolah, dan
53% kasus pada usia produktif
→ Perlu strategi promotif dan preventif yang sesuai
Proporsi Kasus Berdasarkan
Parasit 2017

58% kasus Malaria di Indonesia disebabkan oleh


p.falciparum, namun p.vivax juga cukup tinggi (35%)
→ Kepatuhan minum obat perlu diperhatikan
Persentasi Kab/Kota yang Mencapai Eliminasi Malaria s.d 2017

Keterangan:

≥ 80%
80%-50%
≤ 50%
0%
LALU….
APA YANG AKAN
DILAKUKAN
TAHUN 2018-2019 ?
DAERAH ENDEMIS SEDANG
pemetaan pemetaan pemetaan
endemisitas reseptivitas kapasitas
desa desa fasyankes
1. Lakukan MBS di desa
merah pada waktu/bulan 1. Petakan tempat
perindukan 1. Cek/petakan fasyankes
puncak kasus dan diikuti
(puskesmas, pustu, RS) yang
penemuan kasus aktif 2. Lakukan pengendalian
mampu melakukan
selama 1 bulan, jika positif vektor di daerah reseptif
pemeriksaan Lab (mikr/RDT)
obati dan pantau minum sesuai tempat perindukan
nyamuk. Libatkan lintas 2. Cek/petakan fasyankes
obat sampai tuntas. Dapat swasta/praktek mandiri yang
sektor terkait. bentuk
memberdayakan forum koordinasi di bawah banyak menemukan kasus
masyarakat/kader untuk pimpinan pemda (kesra?). malaria atau berada di desa
membantu penemuan dan endemis dan reseptif malaria
3. Berikan edukasi kepada
pemantauan minum obat masyarakat ttg malaria 3. Perkuat kapasitas fasyankes
2. Identifikasi faktor risiko : (pencegahan, pengobatan (SDM,logistik, sistem
penggunaan kelambu, dll) termasuk tanam pencatatan pelaporan)
kebiasaan penduduk tanaman pengusir 4. Buat kemitraan dengan
keluar malam (berkumpul/ nyamuk di sekeliling fasyankes swasta/praktek
kongkow2, jamban, air rumah penduduk. mandiri terutama di desa
bersih, dll). Kemudian 4. Pastikan penemuan kasus endemis agar membantu
secara dini dan menemukan dan mengobati →
Intervensi Faktor risiko
pengobatan tepat-tuntas siapkan logistik dan mekanisme
termasuk IRS. Jika ada pelaporan kasus
di daerah tersebut.
desa merah yang belum
dibagi kelambu, maka
dapat direncanakan untuk
dibagi.
DAERAH ENDEMIS RENDAH:
Kab. Purworejo
PEMETAAN DI KABUPATEN/KOTA ENDEMIS RENDAH

• Pemetaan Puskesmas melakukan pelaporan


E-sismal.
• Pemetaan desa dengan kasus positif malaria.
• Pemetaan desa dengan jumlah kasus
indigenus malaria
• Pemetaan desa dengan fokus aktif malaria.
• Pemetaan desa dengan penduduk yang
sering migrasi.
PEMETAAN DI KABUPATEN/KOTA ENDEMIS RENDAH

• Setiap penderita positif malaria di fasilitas


kesehatan Pemerintah, swasta wajib
dilaporkan ke Puskesmas dan Dinkes
Kabupaten/Kota dalam waktu 24 jam.
• Cara pelaporan dapat dilakukan dengan
sms, WA dll dimana akhir bulan dilaporkan
dalam E-Sismal.
PEMETAAN DI KABUPATEN/KOTA ENDEMIS RENDAH

• Puskesmas dan atau Dinkes Kab/Kota wajib


melakukan Penyelidikan Epidemiologi dan
respons Kasus 1-2-5 pada setiap kasus positif,
termasuk kontak survey dll untuk menentukan
klasifikasi kasus dan bila ditemukan kasus
indigenous dilakukan penyelidikan ke lokasi
penularan (fokus).
• Di lokasi fokus penularan malaria aktif harus
dilakukan penanggulangan fokus paling lambat hari
ke 5 berupa distribusi LLIN, IRS atau pengendalian
larva yang mencakup > 80 % sasaran.
pemetaan Jejaring
Surveilans
daerah tatalaksana
Migrasi
reseptif kasus
1. Petakan tempat perindukan 1. Identifikasi mobilitas 1. Cek/petakan fasyankes
penduduk (pekerja kebun, (puskesmas, pustu, RS) yang
2. Lakukan pengendalian vektor mampu melakukan
tambang, mahasiswa,
di daerah reseptif sesuai pemeriksaan Lab (mikr/RDT)
wisatawan dll)
tempat perindukan nyamuk.
2. Identifikasi daerah reseptif 2. Buat jejaring, misal tunjuk
Libatkan lintas sektor terkait,
bbrp fasyankes (puskesmas,
bentuk forum koordinasi di 3. Skrining atau pantau orang RS) untuk menjadi rujukan
bawah pimpinan pemda yang pergi ke- dan pulang malaria dan infokan ke semua
(kesra?). dari daerah endemis. fasyankes/praktek mandiri ttg
3. Berikan edukasi kepada Kerjasama dengan program jejaring/rujukan ini dan
masyarakat ttg malaria dan sektor terkait seperti mekanisme rujukannya.
(pencegahan, pengobatan dll) KKP, kemenaker, pariwisata,
termasuk tanam tanaman pendidikan tinggi, 3. Perkuat kapasitas fasyankes
perusahaan perkebunan dll. tsb (SDM, logistik, sistem
pengusir nyamuk di sekeliling
pencatatan pelaporan)
rumah penduduk. 4. Berikan edukasi kepada
4. Pastikan penemuan kasus pelaku perjalanan ttg 4. Buat jejaring klinisi dan dinkes
malaria (pencegahan, seperti WA group untuk
secara dini dan pengobatan
pengobatan dll) mempermudah komunikasi,
tepat-tuntas di daerah
koordinasi, konsultasi
tersebut.
tatalaksana kasus.
Daerah pemeliharaan harus ada/bisa mengakses buffer stock (LLIN, insektisida,
larvasida, obat, RDT dll) segera jika terjadi KLB
ALUR KERJA PENANGANAN KASUS IMPOR
1. PEKERJA
BURUH DIPANTAU OLEH
2. TURIS NEGATIF JML/PEMERIKSA
(DEMAM)
3. TNI
4. PENDATANG PE/SURVEY
/PENDUDUK TERAPI SESUAI KONTAK 500 M
ASLI DARI POSITIF PROTAP / 100 RMH (KL
DAERAH PENGOBATAN UDA TINGGAL
ENDEMIS >7HR)

1. SKRINING ADA RIWAYAT


PUSK. BERMALAM KE
(-) PENDERITA (+) PENDERITA KE-2/ DAERAH ENDEMIS
2. PEMERIKSAAN
KE-2 > LEBIH DALAM 1 BLN
DI PUSK/RS TERAKHIR
3. PEMERIKSAAN
RSAL/AU/DOK TDK ADA
KES ADA
4. PEMERIKSAAN KASUS IMPOR KASUS
DI PELABUHAN INDIGENOUS KASUS IMPOR
KEMITRAAN PEMERINTAH SWASTA
(KPS)
DALAM PENGENDALIAN MALARIA
• Jejaring Kemitraan Pemerintah-Swasta
(KPS) adalah layanan pemerintah -
swasta yang merupakan pendekatan
komprehensif melibatkan semua fasilitas
layanan kesehatan dalam melakukan
layanan pencegahan dan tata laksana
kasus malaria
Tujuan

Meningkatnya upaya pencegahan dan tata


laksana kasus malaria melalui peningkatan
akses pelayanan sehingga menjadi lebih
efektif dan efisien.
Sasaran, ruang lingkup
Sasaran
1. Lintas Program/Sektor, Pemerintah-Swasta.
2. Organisasi Profesi, Organisasi Kemasyarakatan.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah dan Swasta.

Ruang lingkup
✓ Upaya pencegahan dan tata laksana kasus.
✓ Upaya pencegahan terdiri dari pengendalian vektor termasuk
manajemen lingkungan dan promosi kesehatan.
✓ Ruang lingkup tata laksana kasus meliputi diagnosis,
pengobatan, rujukan dan pemantauan pengobatan.
• KPS meliputi semua bentuk kolaborasi pemerintah-
swasta dan swasta-swasta dengan tujuan menjamin
akses layanan malaria yang bermutu dan
berkesinambungan bagi masyarakat.
• KPS juga diterapkan pada kolaborasi pemeriksaan
laboratorium, apotek dan kolaborasi upaya
pengendalian malaria dengan penyakit tular vektor
lainnya.
• Kegiatan pencegahan dan tatalaksana kasus malaria
dilaksanakan secara terintegrasi dengan mitra terkait
dalam jejaring layanan pengendalian malaria.
KEMITRAAN
PEMERINTAH-SWASTA
(KPS)
DALAM PENCEGAHAN
MALARIA
Kemitraan Pemerintah swasta (KPS)
Dalam Pencegahan Malaria
1. Identifikasi Mitra Potensial
a. Mitra yang berperan dalam menangani pencegahan
malaria
• Asosiasi Perusahaan Pengendalian Hama Indonesia
(ASPPHAMI).
• Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI).
• Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO).
• Divisi Kesehatan dari Perusahaan pertambangan,
perminyakan, perkebunan, perikanan, kehutanan dan lain-
lain.
• Asosiasi pengusaha pertambangan, perminyakan,
perkebunan, perikanan, kehutanan, dan lain-lain.
• Real Estate Indonesia (REI).
• Organisasi Kemasyarakatan (Nasional dan Internasional)
b. Institusi Pembina
Upaya Pencegahan Malaria
1. Dit.P2PTVZ, Ditjen P2P, Kementerian
Kesehatan RI
2. Direktorat Penyehatan Lingkungan,
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
Kementerian Kesehatan RI.
3. BPPSDMK Kemkes RI.
4. Balitbangkes, BBPP Vektor dan Reservoir
Penyakit (BBPPVRP Salatiga)
5. Pusat Kesehatan TNI (Puskes TNI).
b. Institusi Pembina
Upaya Pencegahan Malaria
6. Pusat Kedokteran Kesehatan POLRI
(Pusdokkes POLRI).
7. BBTKL PP
8. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP).
9. Dinas Kesehatan Provinsi.
10. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
11. Perguruan Tinggi.
c. Organisasi Profesi (OP) Kesehatan
1. Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia
(HAKLI)
2. Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasitik
Indonesia (P4I).
3. Asosiasi Pengendalian Nyamuk Indonesia (APNI).
4. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
(IAKMI).
5. Persatuan Entomologi Indonesia (PEI).
6. Persatuan Entomologi Kesehatan Indonesia (PEKI).
d. Lintas Sektor Terkait
1. Kementerian Dalam Negeri.
2. Kementerian Pertanian.
3. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
4. Kementerian Pekerjaan Umum (PU).
5. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
6. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
7. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
8. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal
dan Transmigrasi.
9. Kementerian Pariwisata.
10. Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Peran Mitra
1. Melakukan sosialisasi kepada anggotanya untuk
melakukan upaya pencegahan malaria terhadap
karyawan dan masyarakat di sekitarnya melalui
pengendalian vektordan manajemen lingkungan.
2. Mendorong anggotanya agar melakukan koordinasi
dengan Dinas Kesehatan setempat dalam rangka
pencegahan malaria melalui pengendalian vektor
termasuk manajemen lingkungan.
3. Mendorong anggotanya agar dalam melakukan
aktifitas atau sesudahnya tidak menimbulkan
tempat perindukan nyamuk malaria.
Peran Pembina
➢ Menyusun NSPK (norma, standar, prosedur,
kebijakan).
➢ Melakukan koordinasi dengan LP,LS terkait di
tingkat Pusat.
➢ Melakukan perencanaan, penyediaan dan
pendistribusian logistik.
➢ Melakukan bimbingan teknis dan monitoring
evaluasi.
Peran Dinkes
• Melakukan koordinasi dengan lintas program dan lintas sektor
terkait di tingkat Provinsi dalam rangka pencegahan malaria.
• Membuat MOU/perjanjian kerja sama atau surat keputusan
kepala Dinas Kesehatan dengan mitra dalam upaya
pencegahan malaria.
• Melakukan perencanaan, penyediaan dan pendistribusian
logistik pengendalian vektor dalam upaya pencegahan
malaria seperti: LLINs, Insektisida, Spray Can, Mist Blower
dll.
• Melakukan pengawasan, bimbingan teknis dan monitoring
evaluasi.
Peran Lintas Sektor
Kementerian Dalam Negeri
• Menerbitkan surat edaran tentang tersedianya
anggaran yang menjamin terlaksananya upaya
pengendalian malaria.
• Menerbitkan regulasi kepada pemerintah daerah agar
memasukkan klausal pengendalian malaria saat
memberikan izin usaha membuka lahan
(pertambangan, perkebunan, perikanan dll).

Kementerian Desa :
• Mendorong penggunaan dana desa untuk
penanggulangan malaria
Peran Lintas Sektor
Kementerian Kelautan dan Perikanan
• Berkoordinasi dengan sektor kesehatan tentang upaya
yang terkait dengan pengendalian malaria di daerah
pesisir diantaranya: tambak udang, ikan dan reboisasi
bakau.
Kementerian Pekerjaan Umum
• Menerbitkan surat edaran tentang upaya pengendalian
malaria khususnya di daerah endemis malaria dalam
penyediaan air bersih.
Kementerian/lembaga lain
• Berkoordinasi dengan sektor kesehatan tentang upaya
yang terkait dengan pengendalian malaria
KEMITRAAN
PEMERINTAH-SWASTA
(KPS)
TATA LAKSANA KASUS
MALARIA
Peran Mitra

a. RS TNI/POLRI/BUMN, RS SWASTA
• Menyusun prosedur dan alur pelayanan di rawat jalan dan
rawat inap.
• Melakukan diagnosis, pengobatan, perawatan dan
pemantauan pengobatan.
• Melaksanakan mekanisme rujukan ke rumah sakit rujukan
yang ditunjuk.
• Melakukan pemantapan mutu laboratorium berkoordinasi
dengan laboratorium. rujukan yang ditunjuk (Labkesda,
B/BLK, Malaria Center).
• Pencatatan dan pelaporan kasus dan logistik malaria.
• Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat (terutama
dalam mengakses obat anti malaria/OAM).
b. Dokter Praktik Mandiri
• Melakukan diagnosis dan pengobatan berkoordinasi dengan
Dinas Kesehatan atau Puskesmas setempat (terutama dalam
mengakses obat anti malaria/OAM) bagi yang mempunyai
sarana diagnostik.
• Melaksanakan mekanisme rujukan ke Puskesmas atau rumah
sakit rujukan yang ditunjuk.
• Bagi dokter praktek mandiri yang tidak mempunyai sarana
diagnostik, dapat merujuk pasien untuk pemeriksaan
laboratorium ke Laboratorium yang ditunjuk atau Puskesmas.
• Pencatatan dan pelaporan kasus dan logistik malaria ke
Puskesmas.
c. Laboratorium swasta
• Melakukan diagnosis
• Melakukan pemantapan mutu berkoordinasi dengan
laboratorium rujukan yang ditunjuk (Laboratorium Kesehatan
Daerah, B/BLK, Malaria Center).
• Melakukan pencatatan hasil pemeriksaan dan pelaporan ke
Dinas Kesehatan Provinsi/kabupaten/Kota.

d. Apotek swasta
• Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan setempat
dalam penyediaan OAM sesuai regulasi.
• Melakukan pelayanan kefarmasian untuk malaria berdasarkan
konfirmasi hasil laboratorium.
• Melakukan pencatatan dan pelaporan OAM.
Organisasi Profesi

– Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Perhimpunan Ahli Penyakit


Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Ahli Tropical Medicine
Indonesia (PETRI), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
– Perhimpunan Dokter Spesialis Parasitologi Klinik (PDS PARKI)
– Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
– Ikatan Apoteker Indonesia/Persatuan Ahli Farmasi Indonesia
(IAI/PAFI)
– Persatuan Ahli Teknologi Laboratorium medik Indonesia
(PATELKI)
– Persatuam Rumah sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
– Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO)
Organisasi Profesi

– Ikatan Laboratorium Klinik Indonesia (ILKI)


• Melakukan sosialisasi tentang tata laksana kasus
malaria standar kepada seluruh anggotanya
melalui seminar, workshop dan pertemuan ilmiah
lainnya
• Melakukan bimbingan dan supervisi bersama-sama
dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas
Kesehatan setempat
TAHAPAN PEMBENTUKAN
JEJARING MALARIA
1. Sosialisasi kepada pemangku kepentingan dan
masyarakat.
2. Advokasi meningkatkan komitmen mendukung jejaring
layanan malaria.
3. Membuat Mou antar jejaring malaria
4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia terkait
jejaring malaria.
5. Menjamin dan meningkatkan ketersediaan sarana dan
prasarana terkait dengan pengendalian malaria.
6. Menggalang pembiayaan dari berbagai sumber.
7. Penguatan sistem informasi yang akurat, cepat dan
mudah diakses.
JEJARING MALARIA
&
STANDAR MALARIA

1.Standar Diagnosa
2.Standar Pengobatan
3.Standar Pemantauan pengobatan
4.Standar Tanggung jawab kesehatan
masyarakat
STANDAR
KESEHATAN MASYARAKAT
1. Petugas kesehatan harus mengetahui tingkat endemisitas
malaria di wilayah kerja nya dengan berkoordinasi dengan
Dinkes setempat
2. Membangun jejaring layanan dan kemitraan bersama
denganfasilitas layanan lainnya (pemerintah dan swasta)
untuk meningkatkan akses layanan yang bermutu bagi setiap pasien
malaria
3. Petugas kesehatan memantau pasien malaria dengan
memastikan bahwa dilakukan penanganan yang sesuai
pedoman penatalaksanaan malaria
4. Petugas kesehatan harus melaporkan semua kasus malaria
yang ditemukan dan hasil pengobatnnya kepada Dinas Kesehatan
setempat sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang berlaku
KARTU PASIEN MALARIA DI FASYANKES SWASTA
PELAPORAN
Pelaksanaan

Perencanaan yg sudah disepakati dilaksanakan oleh


mitra untuk mencapai tujuan

a. PENCATATAN dan PELAPORAN


-Pencatatan (sumber data, variabel, perekaman dan
pengolahan data, analisis)
-Pelaporan ( kasus malaria ditemukan, jumlah suspek
yang diperiksa )

b. MONITORING dan EVALUASI


Pemantauan dilakukan secara berkala dan Menilai
keberhasilan pelaksanaan pada waktu tertentu.
Tantangan
1. Pencapaian target eliminasi 285 kabupaten/kota di tahun 2018
2. Percepatan penurunan kasus di kabupaten dengan API > 100
3. Pada tahun 2020 tidak ada lagi kabupaten dengan API diatas 5
4. Menghilangkan kasus indigenous di kabupaten/kota API< 1
5. Sinkronisasi sumber dana (APBN (Dekon, DAK), APBD, GF, UNICEF,
CSR, dana desa, dll)
6. Kontribusi lintas sektor harus ditingkatkan termasuk swasta
7. Pengendalian Vektor perlu ditingkatkan termasuk melalui
pemberdayaan masyarakat
8. Kualitas diagnosis perlu ditingkatkan
9. Cakupan penggunaan kelambu → perlu pemantauan penggunaan
10. Akses pelayanan perlu diperluas
11. Bantuan dana hibah akan berakhir di tahun 2020
KESIMPULAN
• Masing-masing daerah dengan tingkat endemisitas berbeda
memerlukan strategi dan kegiatan spesifik sesuai tujuannya
• Perlu peningkatan kontribusi lintas sektor yang dikoordinir
oleh pimpinan daerah
• Pengendalian vektor sebagai upaya pencegahan malaria
perlu ditingkatkan
• Pemantauan penggunaan kelambu perlu terus dilakukan
• Perlunya perluasan akses pelayanan termasuk melalui
kemitraan pemerintah-swasta
• Perlu adanya exit strategi pembiayaan
• Perlu adanya peningkatan kualitas layanan
• Kab/kota agar memanfaatkan DAK malaria
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai