I. LATAR BELAKANG
Wabah corona yang menjangkiti Indonesia telah menyebabkan ribuan warga terpapar dan
ratusan lainnya meregang nyawa. Hingga Sabtu (9/5/2020), berdasarkan data Gugus Tugas
Percepatan Penanganan Covid-19, sebanyak 13.645 orang positif menderita virus corona,
2.607orang berhasil sembuh sementara 959 lainnya meninggal dunia akibat serangan virus
ini.
Dari jumlah yang meninggal, tak sedikit yang proses pemakamannya ditolak oleh sejumlah
oknum warga. Padahal, pemakaman jenazah positif corona telah melewati proses
pemulasaran yang ketat, sesuai standar yang diatur dalam Protokol Penanganan Jenazah
Pasien Covid-19 Badan Kesehatan Dunia atau WHO.
Berdasarkan urain diatas maka perlu dibentuk tim pengurusan Jenazah dari pemulasaran
hingga proses pemakaman Jenazah dampak Covid 19. Untuk terlaksananya proses
pengurusan jenazah sesuai ketentuan Pemerintah pusat melalui Kementerian Agama
(Kemenag) RI dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) maka perlu diadakan Pelatihan
pengurusan Jenazah terhadap Tim yang telah dibentuk.
II. TUJUAN
III. KEGIATAN
1. Pelaksanaan
Pertemuan dilaksanakan pada :
Hari/tanggal :
Jam : 08.00 wit sd Selesai
Tempat : Rusunawa
2. Peserta Pertemuan
- 9 Orang Tim Pemulasaran Jenazah
- 9 Orang Tim Keramasi/Penguburan Jenazah
3. Narasumber
- Kemenag/MUI Kabupaten Halmahera Selatan
- RSUD Labuha
IV. BIAYA
Dana dibebankan ke Anggaran Penanggulangan COVID 19 Kabupaten Halmahera
Selatan. ( Rincian Terlampir )
V. JADWAL ( TERLAMPIR )
VI. PENUTUP
RINCIAN BIAYA
NO URAIAN KEGIATAN VOLUM SATUA HARGA
TOTAL
E N SATUAN
Jumlah 14,850,000
1. Kementerian Agama RI
Mengutip dari situs resmi www.kemenag.go.id, Kementerian Agama telah menerbitkan tata
cara umum mengurus jenazah pasien virus SARS COV-2, mulai dari cara memandikan hingga
menguburkannya. Hal ini dilakukan demi mencegah penyebaran virus, terhadap siapapun yang
nantinya mengurus, memandikan, hingga menguburkan jenazah pasien. Tata cara itu mengikuti
aturan umum yang berlaku berdasarkan agama yang dianut dari jenazah pasien Covid-19.
Pengurusan Jenazah.
Perlu digarisbawahi, pengurusan jenazah pasien Covid-19 harus dilakukan oleh petugas
kesehatan pihak rumah sakit, sesuai agama si korban, dan telah ditunjuk oleh Kementerian
Kesehatan (Kemenkes). Jadi, tidak sembarang orang boleh mengurus proses pemakamannya.
c. Selain itu, jika petugas terkena darah atau cairan tubuh jenazah, lakukanlah langkah-langkah
berikut ini:
d. Jika jenazah beragama Islam, dilakukan prosesi salat jenazah dengan ketentuan berikut ini:
Untuk pelaksanaan salat jenazah, dilakukan di rumah sakit rujukan. Jika tidak, salat
jenazah bisa dilakukan di masjid yang sudah dilakukan proses pemeriksaan sanitasi
secara menyeluruh dan melakukan disinfektasi setelah salat jenazah.
Salat jenazah dilakukan sesegera mungkin dengan mempertimbangkan waktu yang telah
ditentukan yaitu tidak lebih dari empat jam.
Salat jenazah dapat dilaksanakan sekalipun oleh satu orang.
Setelah proses memandikan, jenazah pasien poistif corona telah siap dikuburkan. Adapula yang
dikremasi mengikuti ketentuan agama dari jenazah dengan kesepakatan keluarga. Namun,
proses penguburan jenazah pasien virus corona pun tidak boleh sembarangan. Sebab, ada
beberapa protokol yang harus dilakukan, untuk mencegah penyebaran virus lewat tanah.
1. Jenazah harus dikubur dengan kedalaman 1,5 meter, lalu ditutup dengan tanah setinggi
satu meter. Penguburan beberapa jenazah di dalam satu liang kubur dibolehkan karena
kondisi darurat. Bagi jenazah beragama Islam penguburannya dilakukan bersama
dengan petinya. Pemakaman jenazah dapat dilakukan di tempat pemakaman umum
(TPU).
2. Tanah kuburan dari jenazah pasien virus corona harus diurus dengan hati-hati. Jika ada
jenazah lain yang ingin dikuburkan, sebaiknya dimakamkan di area terpisah.
3. Setelah semua prosedur jenazah dilaksanakan dengan baik, maka pihak keluarga dapat
turut dalam penguburan jenazah.
2. Majelis Ulama Indonesia.
Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa terkait pengurusan
jenazah muslim pasien Covid-19. Pengurusan jenazah meliputi cara memandikan, mengkafani,
mensalati, dan menguburkan. “Umat Islam yang wafat karena wabah Covid-19 dalam
pandangan syara' termasuk kategori syahid akhirat dan hak-hak jenazahnya wajib dipenuhi,
yaitu dimandikan, dikafani, disalati, dan dikuburkan, yang pelaksanaannya wajib menjaga
keselamatan petugas dengan mematuhi ketentuan-ketentuan protokol medis,” demikian bunyi
pengaturan jenazah terinfeksi Covid-19 dalam Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020.
Dalam Fatwa MUI Nomor 18 Tahun 2020 tentang Pedoman Pengurusan Jenazah (Tajhiz Al-
Jana'iz) Muslim yang Terinfeksi Covid-19, terbagi atas ketentuan umum dan khusus. Ketentuan
umum menjelaskan terkait kondisi syahid akhirat, salah satunya meninggal karena wabah.
Berikut fatwa MUI tentang pengurusan jenazah Covid-19 selengkapnya.
1. Menegaskan kembali Ketentuan Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2020 Angka 7 yang
menetapkan bahwa pengurusan jenazah (tajhiz al-jana'iz) yang terpapar Covid-19,
terutama dalam memandikan dan mengafani harus dilakukan sesuai protokol medis dan
dilakukan oleh pihak yang berwenang, dengan tetap memperhatikan ketentuan syariat.
Sedangkan untuk mensalatkan dan menguburkannya dilakukan sebagaimana biasa
dengan tetap menjaga agar tidak terpapar Covid-19.
2. Umat Islam yang wafat karena wabah Covid-19 dalam pandangan syara' termasuk
kategori syahid akhirat dan hak-hak jenazahnya wajib dipenuhi, yaitu dimandikan,
dikafani, disalati, dan dikuburkan, yang pelaksanaannya wajib menjaga keselamatan
petugas dengan mematuhi ketentuan-ketentuan protokol medis.
3. Pedoman memandikan jenazah yang terpapar Covid-19 dilakukan sebagai berikut:
1). Mengusap wajah dan kedua tangan jenazah (minimal sampai pergelangan) dengan debu
2). Untuk kepentingan perlindungan diri pada saat mengusap, petugas tetap menggunakan APD
Jika menurut pendapat ahli yang tepercaya bahwa memandikan atau menayamumkan
tidak mungkin dilakukan karena membahayakan petugas, maka berdasarkan ketentuan
dlarurat syar'iyyah, jenazah tidak dimandikan atau ditayamumkan.
Setelah jenazah dimandikan atau ditayamumkan, atau karena dlarurah syar'iyah tidak
dimandikan atau ditayamumkan, maka jenazah dikafani dengan menggunakan kain yang
menutup seluruh tubuh dan dimasukkan ke dalam kantong jenazah yang aman dan
tidak tembus air untuk mencegah penyebaran virus dan menjaga keselamatan petugas.
Setelah pengafanan selesai, jenazah dimasukkan ke dalam peti yang tidak tembus air
dan udara dengan dimiringkan ke kanan sehingga saat dikuburkan jenazah menghadap
ke arah kiblat.
Jika setelah dikafani masih ditemukan najis pada jenazah, maka petugas dapat
mengabaikan najis tersebut.
1. Petugas
1. Persiapan.
1. Seluruh petugas pemulasaran jenazah harus menjalankan kewaspadaan standar
ketika menangani pasien yang meninggal akibat penyakit menular.
2. b. Petugas memberikan penjelasan kepada pihak keluarga tentang penanganan
khusus bagi jenazah yang meninggal dengan penyakit menular (penjelasan
tersebut terkait sensitivitas agama, adat istiadat, dan budaya).
2. Jika ada keluarga yang ingin melihat jenazah, diizinkan dengan syarat memakai APD
lengkap sebelum jenazah dimasukkan ke kantong.
3. Petugas yang menangani jenazah memakai APD lengkap (pakaian sekali pakai, lengan
panjang dan kedap air, sarung tangan nonsteril (satu lapis) yang menutupi manset gaun,
pelindung wajah atau kacamata/google (untuk antisipasi adanya percikan cairan tubuh),
masker bedah, celemek karet (apron), dan sepatu tertutup yang tahan air.
4. Selain yang disebutkan di atas tidak diperkenankan untuk memasuki ruangan.
1. Petugas memastikan kantong jenazah tetap dalam keadaan tersegel kemudian jenazah
dimasukkan ke dalam peti kayu yang telah disiapkan, tutup dengan rapat, kemudian
tutup kembali menggunakan bahan plastik lalu didisinfeksi sebelum masuk ambulans.
2. Jenazah diletakkan di ruangan khusus, sebaiknya tidak lebih dari empat jam
disemayamkan di pemulasaran.
3. Petugas memberikan penjelasan kepada keluarga untuk pelaksanaan pemakaman agar
jenazah tidak keluar atau masuk dari pelabuhan, bandar udara, atau pos lintas batas
darat negara.
1. Setelah semua prosedur pemulasaran jenazah dilaksanakan dengan baik, maka pihak
keluarga dapat turut dalam penguburan jenazah tersebut.
2. Jenazah diantar oleh mobil jenazah khusus dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota ke
tempat pemakaman/tempat kremasi.
3. Pastikan penguburan/kremasi tanpa membuka peti jenazah.
4. Penguburan dapat dilaksanakan di tempat pemakaman umum.