RumahSakit SetiaMitra
Jl. RS. Fatmawati No. 80-82 Jakarta Selatan Telp. 021-7656000, Fax. 021-7656875
E-mail : info@rssetiamitra.co.id. Website : www.rssetiamitra.co.id
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PEDOMAN
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
D. BATASAN OPERASIONAL
E. LANDASAN HUKUM
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. PENGATURAN JAGA
BAB III STANDAR FASILITAS
A. DENANH RUANG COVID
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PENGATURAN ALUR LAYANAN
B. PEMBAGIAN ZONA RISIKO PENULARAN COVID-19 DI RUMAH SAKIT
C. PENERAPAN PRINSIP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
(PPI)
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
2
PEDOMAN PELAYANAN CORONA VIRUS DESEASE
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya sehingga penyusunan buku Pedoman Pelayanan Corona virus Desease Rumah
Sakit Setia Mitra dapat diselesaikan.
Kami menyadari dengan mewabahnya Virus Covid -19 perlu dibuat buku Pedoman
Pelayanan Corona virus Desease, mengingat regulasi pemerintah, tuntutan masyarakat
maupun ilmu dan teknologi yang terus berkembang tentu diperlukan penyesuaikan kembali
untuk waktu yang akan datang.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada segenap pimpinan dan
seluruh jajaran baik manajemen maupun staf khususnya unit kerja rawat inap rawat inap
ini.yang telah memberikan masukan dan saran terhadap perbaikan buku pedoman pelayanan
Akhirnya kami berharap bahwa buku ini akan menjadi tools dalam pelayanan
merawat pasien Covid-19.
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B.TUJUAN PEDOMAN
4
B. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup panduan praktis ini adalah membahas mengenai:
Pengaturan Alur Layanan.
Pembagian Zona Risiko Penularan COVID-19
Penerapan PPI dalam masa adaptasi kebiasaan baru.
Pengembangan Sistem Inovasi Pelayanan Kesehatan, dan
Penguatan Rujukan di masa adaptasi kebiasaan baru
C. BATASAN OPERASIONAL
Manifestasi klinis yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa
pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala,
konjungtivitid, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman, dan pembauan atau ruam kulit.
Tata laksana hingga saat ini, belum ada obat atau vaksin yang spesifik untuk
mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis dan
suportif.
5
D. LANDASAN HUKUM
1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19). Revisi ke-5. July 2020. Available at
https://covid19.go.id/p/ protokol/pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-
coronavirus-disease-covid-19- revisi-ke-5.
2. WHO. Clinical management of COVID-19. Interim Guidance. World Health
Organization. 27 May 2020. Available at https://www.who.int/publications/i/item/
clinical-management-of-covid-19.
6
BAB II
STANDARD KETENAGAAN
7
2) Siang : pkl 14.00 s/d pkl 20.30
3) Malam : pkl 20.30 s/d pkl 07.00
2. Pembagian Tugas
1) Ship Pagi terdiri dari:
a. Dr Jaga : 1 Orang
b. Ka Inststalasi : 1 Orang
c. WaKa Inst : 1 Orang
d. PJGK : 1 Orang
e. Pelaksana : 1 Orang
f. (POS) : 1 Orang
2) Ship Siang terdiri dari:
a. Dr Jaga : 1 Orang ( Diperbantukan dari IGD)
b. PJGK : 1 Orang
c. Pelaksana : 1 Orang
d. (POS) : 1 Orang
3) Ship malam terdiri dari:
a. Dr Jaga : 1 Orang ( Diperbantukan dari IGD)
b. PJGK : 1 Orang
c. Pelaksana : 1 Orang
d. (POS) : 1 Orang
8
BAB III
STANDAR FASILITAS
Lantai Bawah
Keterangan:
11 10 9
1. R .Teratai 1
2. R. Dahlia
3. R. Teratai 2 8
4. R .Mawar 2
5. R. Melati 2
6. R Melati 3
7. R. Mawar 3
8. 13 7 12
Wijaya Kusuma
9. Wijaya Kusuma 6
10. Wijakakusuma 5 ( r
covid )
11. Wijayakusuma 4 ( r
covid )
12. Kantor
1 3
13. Dokter Jaga
2 4 5 6 7
9
BAB IV
1. ALUR PASIEN:
Pasien masuk ke Rumah Sakit melalui pintu utama yakni dapat melalui IGD atau melalui area
rawat jalan. Proses masuknya pasien melalui pintu utama tersebut dapat melalui dua cara
yaitu :
a. Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui mekanisme ini harus melalui proses skrining.
Bila dari hasil skrining dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan menuju triase IGD
atau rawat jalan khusus COVID-19. Sebaliknya bila dari skrining tidak dicurigai COVID-
19 maka pasien diarahkan menuju triase IGD atau rawat jalan non COVID-19 sesuai
kebutuhan pasien.
b. Melalui rujukan (dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau (Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) ).
1. Rujukan pasien suspek atau konfirmasi COVID-19 tidak perlu dilakukan skrining dan
langsung diarahkan ke triase COVID-19.
2. Rujukan pasien kasus non COVID-19 yang dengan hasil pemeriksaan COVID-19
negatif atau yang belum dilakukan pemeriksaan COVID-19 tetap harus melewati
proses skrining.
2. SKRINING.
10
Sakit.
- Membantu mencegah penyebaran penyakit di dalam fasilitas kesehatan.
- Memastikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) digunakan sesuai
pedoman penggunaan APD.
- Skrining dilakukan pada semua orang yang mengunjungi Rumah Sakit
(pasien, petugas Rumah Sakit atau pengunjung Rumah Sakit lainnya)
1. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60 detik atau
dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
Pertanyaan sederhana :
1. Gejala klinis : demam (suhu badan > 38o C) atau riwayat demam dan
gejala gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas, nyeri tenggorokan
2. Riwayat epidemiologis :
Dalam 14 hari sebelum gejala klinis muncul pasien melakukan perjalanan atau
tinggal di daerah/negara yang terjangkit COVID-19.
Dalam 14 hari sebelum gejala muncul ada riwayat kontak dengan orang yang
terkonfirmasi COVID-19.
Dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala klinis pasien yang tinggal wilayah/ negara
terjangkit COVID-19 di melakukan kontak langsung dengan orang yang demam atau
mengalami gangguan pernapasan.
Kontak erat
Riwayat pemeriksaan tes COVID-19 sebelumnya (jika ada).
Seseorang suspek COVID-19 bila dari hasil penilaian cepat didapatkan
11
memenuhi minimal satu kriteria riwayat epidemiologis dan/atau gejala klinis.
Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60
detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
Proses skrining tetap harus memperhatikan jarak antar individu >1 meter.
Bila dari hasil skrining pasien/ pengunjung dan petugas Rumah Sakit
dicurigai COVID-19 maka pasien/ pengunjung dan petugas Rumah Sakit
tersebut diarahkan ke fasilitas triase COVID-19.
Bila dari hasil skrining pengunjung dan petugas Rumah Sakit tidak memenuhi
kriteria kecurigaan COVID-19, maka bisa langsung ke tempat yang ingin
dituju.
Bila dari hasil skrining pasien tidak memenuhi kriteria kecurigaan COVID-19
maka langsung diarahkan untuk lanjut ke triase IGD atau poliklinik rawat jalan
non COVID.
3. TRIASE
12
• Triase dilakukan di pintu masuk pasien yaitu di IGD dan rawat jalan.
• Tindakan yang dilakukan pada triase IGD khusus COVID-19 selain untuk
penanganan kegawatdaruratan pasien adalah untuk menentukan derajat infeksi
COVID-19 yang dideritanya, melalui anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik
maupun pemeriksaan penunjang pasien, sesuai Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian COVID-19.
Di Rumah Sakit Setia Mitra karena adanya terkendala keterbatasan ketersediaan ruangan
maka :
• Karena tidak memiliki SDM yang cukup maka dibuat jadwal / pembagian jam shift
layanan maupun hari layanan antara layanan biasa maupun layanan khusus COVID-19.
• Karena ketersediaan ruangan tidak memungkinkan untuk pemisahan zona, maka untuk
mengurangi risiko penyebaran COVID-19 dilakukan dalam bentuk pengaturan jadwal
pelayanan, pembagian jam shift layanan ataupun hari layanan yang diikuti dengan
tindakan dekontaminasi dan sterilisasi baik ruangan maupun alat kesehatan setelah
pemberian pelayanan kepada pasien COVID-19 sesuai aturan yang berlaku.
Area IRJ saat menerima pasien dengan gejala COVID-19 dari triase IRJ yaitu
13
• Petugas bagian registrasi yang akan mendaftarkan pasien.
• Seluruh konsultasi poliklinik untuk pasien dilakukan pemeriksaan di ruang konsultasi IRJ
risiko tinggi oleh Dokter.
• Bila pasien tidak perlu dirawat inap, pasien dapat dipulangkan dengan surat pengantar ke
Puskesmas jika dilakukan karantina atau isolasi mandiri.
• Bila pasien perlu rawat inap pasien diarahkan menuju instalasi rawat inap risiko tinggi.
• Fasilitas cuci tangan dengan air mengalir dan sabun / hand sanitizer tersedia di setiap
pintu masuk ruangan,
• Area rawat jalan COVID-19 dapat dilengkapi dengan ruangan khusus / tersendiri untuk
pengambilan swab, pastikan ruangan tersebut mempunyai ventilasi yang baik.
Area IGD saat menerima pasien COVID-19 merupakan ruang observasi atau ruang tindakan
bagi pasien IGD dengan gejala COVID-19.
• Dokter dan perawat melakukan pemeriksaan, observasi dan atau tindakan yang
dibutuhkan.
• Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti; swab test atau rontgen dan lain –
lain sesuai protokol layanan di Rumah Sakit bagi pasien bergejala COVID-19 atau
14
memiliki riwayat kontak.
• Bila pasien tidak perlu dirawat inap, pasien dapat dipulangkan dengan surat pengantar ke
Puskesmas untuk dilakukan pemantauan isolasi mandiri.
• Bila pasien perlu perawatan lebih lanjut maka dilakukan rawat inap di zona COVID-19.
• Bila hasil pemeriksaan pasien tidak menunjukan COVID-19 maka pasien dirawat di
ruang inap biasa / ruang inap non COVID-19.
Area perawatan meliputi: ruang rawat inap (tekanan negatif /natural air flow), kamar operasi,
kamar bersalin, ruang rawat intensif, ruang tindakan dan ruang lainnya.
Area ini menerima pasien dari IRJ atau IGD dengan gejala COVID-19. Petugas di area ini,
hanya boleh masuk dan keluar melalui ruang ganti (doning/doffing). Area ini dipisahkan
dengan area non COVID-19 menggunakan pembatas permanen atau sementara. Transfer
obat, sample lab, dan makanan dilakukan melalui loket khusus atau ruang penghubung.
Pengantar/pengunjung tidak diperkenankan memasuki area ini.
• Pasien tidak diperkenankan membawa barang bawaan dari ruang isolasi yang
terkontaminasi.
• Saat pulang, pasien memakai pakaian yang bersih dan tidak terkontaminasi selama
perawatan.
• Pakaian pasien yang terkontaminasi selama perawatan harus dikemas dalam wadah
tertutup dan untuk selanjutnya dicuci dengan deterjen pada saat sampai di rumah.
• Fasilitas cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir / hand sanitizer yang
15
tersedia di setiap pintu masuk ruangan
D. Laundri
• Laundri menerima linen infeksius maupun non infeksius. Untuk linen infeksius sebelum
diserahkan kebagian laundri, semua linen dimasukan kedalam wadah infeksius dan
tertutup ke bagian pencucian laundri dan pengemasan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku terkait penyelenggaraan pengawasan Linen (Laundri).
Area ini merupakan tempat penyimpanan sementara atau tempat pemulasaran jenazah.
Penanganan jenazah probable maupun konfirmasi positif COVID-19 dilakukan sesuai
tatalaksana COVID-19.
• Fasilitas cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir/ hand sanitizer tersedia di
pintu masuk ruangan
Area ini merupakan area penyimpanan dan pengolahan limbah Rumah Sakit, bagi Rumah
16
Sakit yang akan menyerahkan pengolahan kepada pihak ketiga maka area ini merupakan area
penyimpanan sementara (baik limbah padat maupun limbah cair). Proses Pengolahan limbah
Rumah Sakit di area ini sesuai Permenkes terkait penyelenggaraan Pengamanan Limbah dan
Radiasi.
• Batas pemisah khusus yang tidak dapat di akses siapapun kecuali petugas.
• Ada Fasilitas cuci tangan dengan air mengalir dan sabun / hand sanitizer
17
- 40 s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
- Dan tetap menjaga jarak >1 m
18
BAB V
LOGISTIK
Seluruh bahan untuk kegiatan operasional di Instalasi Rawat Inap yang sifatnya habis
pakai meliputi:
A. Bahan Farmasi
1. Bahan makanan
4. Barang cetakan
5. Linen
Bahan-bahan tersebut dikelola oleh bagian logistik / Gudang Umum dengan tujuan
agar terjaminnya ketersediaan bahan logistic setiap saat sesuai jumlah dan jenisnya.
Unit Kerja
19
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
Adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman . system
tersebut meliputi assesmen resiko, identifikasi pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien. Pelaporan dan insikden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini diharapkan dapat
melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang sehausnya dilakukan.
A. Tujuan:
B. Tatalaksana Keselamatan
1) Hak pasien
20
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit
Lebih jauh tentang keselamatan pasien dapat dilihat di buku panduan sasaran keselamatan
pasien rumah sakit
21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit merupakan upaya untuk
memberikan jaminan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ buruh melalui upaya
promosi, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi serta pemanfaatan sumber dana secara efektif
dan efisien.
Pelaksanaan keselamatan kerja adalah suatu bentuk upaya untuk menciptaklan tempat
kerja yang aman, sehat bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meingkatkan efisiensi dan produktifitas kerja,.
Rumah sakit ingin mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi
sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit yang tidak memenuhi standar. Keselamatan
kerja bagi pegawai dupayakan melalui:
1. Pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin
2. Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan pra kerja terhadap semua calon pegawai
3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala sesuai ketentuan
4. Ditetapkan tempat-tempat, alat, maupun obat-obatan yang dianggap berisiko di
lingkungan rawat inap termasuk ruangan infeksius dan non infeksius, steril dan
nonsteril. Ruang isolasi dan non isolasi.
5. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib menggunakan alat
pelindung diri sesuai ketentuan yang berlaku serta melaksanakan Standar Operasi
Prosedur yang telah ditetapkan manajemen pada setai kegiatan yang dilakukan.
6. Dilaksanakan sertifikasi dari alat-alat tertentu sesui ketetapan dalam peraturan
perundangan termasuk kalibrasi secara teratur
7. System pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja saat
sedang melaksanakan pekerjaan kedinasan dan disebabkan oleh kondisi tidak aman dan
tindakan tidak aman system ini dapat terlaksana.
22
8. Memberikan kesempatan pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam bidang K3. Bila ada partisifasi dari seluruh pegawai dan staf pada unit terkait.
9. Pengadaan barang beracun dan berbahaya dilaksanakan secara terkoordinasi antara
pengguna, panitia K3 Bag Logistik. Dan dalam hal pengadaan barang B3 Perlu
disertakan lembar data keselamatan / material safety Data Sheet ( MSDS) dari rekana
pemasok.
10. Pembentukan tim – tim bencana ( kebakaran, gempa bumi dll) dengan memasang
rambu-rambu evakuasi
Melaksanakan K3 bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi saling mengingatkan/
memperhatikan apabila ada sesama pekerja ada yang lupa/lalai dalam menerapkan budaya
K3.
Tenaga kerja secara proaktif memberikan input kepada Top Management terkait dengan
penerapan K3, terbukanya kesempatan pekerja untuk berpartisipasi dan konsultasi. Pada
tahap ini zero accident dapat/mudah dicapai.
23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari
pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu
akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan
pemberi pelayanan. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator-
indikator mutu pelayanan rumah sakit yang ada.
The Nursing and Midwifery Council, (2002), bahwa memelihara kualitas RM akan
membantu dalam memelihara ketrampilan dan kemandirian dalam asuhan keperawatan,
untuk ini diperlukan:
Deskripsikan dengan jelas hasil pengkajian, rencana keperawatan dan rencana tindakan
yang akan dilakukan,
Dokumentasikan informasi yang berhubungan dengan pasien dan apa yang akan
dilakukan dalam merespon kebutuhan pasien,
Jika sudah diketahui dengan baik kondisi pasien lakukan tindakan yang dapat diterima
dan dapat dilakukan dengan tahapan yang baik dan benar saat melaksanakan perawatan
kepada pasien dan jelaskan bahwa setiap tindakan tidak selalu berbahaya untuk selalu
untuk keselamatan dan membatu mereka, dan
Menuliskan perencanaan perawatan agar dapat diteruskan oleh sejawat dalam perawatan
berikutnya dan selalu menuliskan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dan
dapat ditambahkan bahwa
Penyelenggara utama perawatan dan pengobatan pasien di instalasi rawat inap
diantaranya adalah: Bertugas berdasarkan standar General Medical Council seperti:
pemberian pelayanan kepada pasien merupakan hal yang utama, memperlakukan setiap
pasien dengan sopan dan sewajarnya, menghormati privasi dan kehormatan pasien,
mendengarkan dan menghormati pandangan-pandangan pasien, memberikan informasi yang
dapat dimengerti pasien, menghormati hak pasien dalam keterlibatan secara aktif pada
pengambilam keputusan, selalu memperbaharui pengetahuan dan ketrampilan, menyadari
berbagai keterbatasan yang dimilikinya, jujur dan dapat dipercaya, menghargai dan menjaga
informasi tentang pasiennya, menghindarkan pasien dari resiko fisik dan finansial akibat
tindakan medis, bekerjasama dengan para sejawat untuk kebaikan pasien-pasien yangdirawat.
24
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan dan mengendallikan mutu pelayanan keperawatan secara efektif
dan efisien.
2. Tujuan Khusus
1) Perawat mamapu memberikan Asuhan Keperawatan sesuai standar profesi.
2) Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan
3) Dalam menjalankan tugasnya perawat selalu berdasarkan SPO keperawatan
4) Menekan, mengurangi resiko komplikasi ifeksi selama masa perawatan.
B. Kegiatan Pokok
Kegiatan mutu pelayanan keperawatan dilakukan melalui:
1. Studi dokumentasi rekam medis/ catatan penerapan standar asuhan keperawatan,
menggunakan Instrumen A Depkes ( Kelengkapan pengkajian sampai dengan
evaluasi sesuai dengan hasil tindakan yang dilakukan )
2. Monitoring persepsi pasien terhadap pelayanan keperawatan, menggunakan
Instrument B Depkes. ( Dalam bentuk angket yang ditujukan kepada pasien dan
keluarga untuk memperoleh gambaran tentang persepsi pasien terhadap mutu
keperawatan.
3. Pelaksanakan tindakan sesuai SPO, menggunakan Instrumen C Depkes. ( Observasi
yang dilakukan dengan menggunakan check list terhadap tindakan yang telah
dilakukan oleh perawat ).
C. Cara melaksanakan Kegiatan
1. Bentuk tim evalusi mutu
2. Buat Program meliputi:
Jadwal kegiatan
Penentuan sasaran mutu
Pengumpulan data
Tabulasi
Analisa/ kesimpulan
D. Sasaran
1. Audit data penerapan asuhan keperawatan
25
2. Kepuasan pelanggan
3. Pelaksanaan SPO
4. Penurunan angka Infeksi, Jatuh, KNC, KTD.
E. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
1. Audit Dokumen askep setiap 6 bulan
2. Angket kepuasan pasien setiap 3 bulan
3. Observasi penerapan protap setiap 3 bulan
4. Rekaputulasi kejadian tiap bulan/
F. Pencatatan dan Palaporan Evaluasi Kegiatan
Hasil evaluasi mutu dan pengendalian pelayanan keperawatan di laporkan kepada tim mutu
Rumah Sakit Setia Mitra dan umpan ballik kepada unit terkait.
26
BAB IX
PENUTUP
Buku pedoman pelayanan Corona Virus Desease ini disusun sebagai pustaka dan
pedoman-pedoman yang mengatur tentang standar pelayanan pasien Covid-19 di rumah sakit
Setia Mitra. Buku ini merupakan pedoman bagi pegawai dilingkungan Rumah Sakit Setia
Mitra dalam menjalankan kegiatan sehari – hari dalam melayani pasien Covid-19. Oleh
karena itu segaka bentuk pelayanan yang berhubungan dengan Corona Virus Desease
berpedoman pada buku ini.
27
LAMPIRAN
28
29