Anda di halaman 1dari 29

PEDOMAN PELAYANAN CORONAVIRUS DISEASE

RumahSakit SetiaMitra
Jl. RS. Fatmawati No. 80-82 Jakarta Selatan Telp. 021-7656000, Fax. 021-7656875
E-mail : info@rssetiamitra.co.id. Website : www.rssetiamitra.co.id

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PEDOMAN
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
D. BATASAN OPERASIONAL
E. LANDASAN HUKUM
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. PENGATURAN JAGA
BAB III STANDAR FASILITAS
A. DENANH RUANG COVID
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. PENGATURAN ALUR LAYANAN
B. PEMBAGIAN ZONA RISIKO PENULARAN COVID-19 DI RUMAH SAKIT
C. PENERAPAN PRINSIP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
(PPI)
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN PASIEN
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP

2
PEDOMAN PELAYANAN CORONA VIRUS DESEASE

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatnya sehingga penyusunan buku Pedoman Pelayanan Corona virus Desease Rumah
Sakit Setia Mitra dapat diselesaikan.

Kami menyadari dengan mewabahnya Virus Covid -19 perlu dibuat buku Pedoman
Pelayanan Corona virus Desease, mengingat regulasi pemerintah, tuntutan masyarakat
maupun ilmu dan teknologi yang terus berkembang tentu diperlukan penyesuaikan kembali
untuk waktu yang akan datang.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada segenap pimpinan dan
seluruh jajaran baik manajemen maupun staf khususnya unit kerja rawat inap rawat inap
ini.yang telah memberikan masukan dan saran terhadap perbaikan buku pedoman pelayanan

Akhirnya kami berharap bahwa buku ini akan menjadi tools dalam pelayanan
merawat pasien Covid-19.

Demikian dan terima kasih atas perhatiannya.

Jakarta, Oktober 2020

Penyusun

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Coronavirus Desease 19 ( COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran pernafasan


yang disebabkan oleh virus corona jenis baru ( SARS-Cov-2 ), yang mulai teridentifikasi
pertama kali di Wuhan China Desember 2019. Virus ini kemudian dengan cepatnya
menyebar ke daerah lainnya. Setelah hampir dua bulan virus ini mewabah, akhirnya pada 30
Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) menyatakan darurat Global terhadap
virus Corona karena virus ini sudah menyebar ke banyak negara. Di Indonesia sendiri kasus
pertama COVID-19 terkonfirmasi pada tanggal 2 maret 2020 dan pada tanggal 10 april 2020
penyebarannya telah meluas di 34 Propinsi di Indonesia. Sampai tanggal 30 Oktober 2020,
kasus COVID-19 di Indonesia sudah mencapai angka 406.945 kasus, dengan jumlah
kesembuhan mencapai 334.295 kasus dan angka pasien yang meninggal sebanyak 13.782
kasus.
Sampai saat ini, situasi Covid 19 ditingkat Global maupun Nasional masih dalam
resiko sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia dihadapkan
pada kenyataan harus mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan Covid-19. Oleh
karenanya diperlukan pedoman dalam upaya pelayanan COVID-19 untuk memberikan
panduan bagi petugas Kesehatan agar tetap sehat, aman, dan produktif serta seluruh Pasien
Rumah Sakit Setia Mitra mendapatkan pelayanan yang sesuai standard.

B.TUJUAN PEDOMAN

B.1. TUJUAN UMUM


a. Sebagai pedoman Rumah Sakit Setia mitra dalam melaksanakan Pelayanan
Covid 19.
B.2. TUJUAN KHUSUS
b. Menentukan tata laksana diagnosis pasien COVID-19
c. Menentukan tata laksana pengobatan kasus COVID-19

4
B. RUANG LINGKUP PELAYANAN
Ruang lingkup panduan praktis ini adalah membahas mengenai:
 Pengaturan Alur Layanan.
 Pembagian Zona Risiko Penularan COVID-19
 Penerapan PPI dalam masa adaptasi kebiasaan baru.
 Pengembangan Sistem Inovasi Pelayanan Kesehatan, dan
 Penguatan Rujukan di masa adaptasi kebiasaan baru

C. BATASAN OPERASIONAL

Coronavirus Disease 2019 ( COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan


oleh Severe Acut Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2
merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernafasan
akut seperti demam, batuk, dan sesak nafas. Masa inkubasi rata-rata 5 -6 hari dengan masa
inkubasi terpanjang 14 hari.

Manifestasi klinis yang dialami biasanya bersifat ringan dan muncul secara bertahap.
Beberapa orang yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apapun dan tetap merasa sehat.
Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa
pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala,
konjungtivitid, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman, dan pembauan atau ruam kulit.

Diagnosis WHO merekomendasikan pemeriksaan molekuler untuk seluruh pasien


yang terduga terinfeksi COVID-19. Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi
molekuler NAAT ( Nulcleic Acid Amplification Test ) seperti pemeriksaan RT PCR.

Tata laksana hingga saat ini, belum ada obat atau vaksin yang spesifik untuk
mencegah atau mengobati COVID-19. Pengobatan ditujukan sebagai terapi simptomatis dan
suportif.

5
D. LANDASAN HUKUM
1. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19). Revisi ke-5. July 2020. Available at
https://covid19.go.id/p/ protokol/pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-
coronavirus-disease-covid-19- revisi-ke-5.
2. WHO. Clinical management of COVID-19. Interim Guidance. World Health
Organization. 27 May 2020. Available at https://www.who.int/publications/i/item/
clinical-management-of-covid-19.

6
BAB II

STANDARD KETENAGAAN

Dalam Menetapkan standar tenaga keperawatan di rumah sakit yang dapat


digunakan sebagai acuan dalam perencanaan tenaga keperawatan, dan tersedianya tenaga
perawat sesuai dengan kebutuhan unit keperawatan.
Sebagai dasar penghitungan kebutuhan ketenagaan keperawatan, dengan
memperhatikan :
1. Jumlah kapasitas tempat tidur
2. Penggunaan tempat tidur rata-rata ( BOR)
3. Hari kerja efektif perawatan dalam 1 tahun
4. Tingkat Ketergantungan Pasien
5. Rumus Ketenagaan
3,4 x 52 Minggu x 7 hari x ( TT x BOR) + 25 %
41 Minggu X 40 Jam

6. Jumlah Tenaga untuk Pelayanan Covid:


1) Dokter Umum : 1 Orang
2) Perawat : 5 Orang
3) Pramukarya/Pramusaji( POS) : 1 Orang
7. Kualifikasi tenaga keperawatan
1) S1 Ners : 3 Orang
2) D3 Keperawatan: : 2 Orang
A. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi Tenaga Berdasarkan tanggung jawab:
1) Dokter Jaga Ruangan : 1 Orang
2) Kepala Instalasi : 1 Orang
3) Wakil Kepala Instalasi : 1 Orang
4) PJGK : 1 orang
5) Pelaksana : 1 Orang
6) Pramukarya/Pramusaji ( POS) : 1 Orang0
B. PENGATURAN JAGA
1. Jam Kerja dibagi dalam 3 Ship dengan ketentuan 40 jam / mimggu
1) Pagi : pkl 07.00 s/d pkl 14.00

7
2) Siang : pkl 14.00 s/d pkl 20.30
3) Malam : pkl 20.30 s/d pkl 07.00
2. Pembagian Tugas
1) Ship Pagi terdiri dari:
a. Dr Jaga : 1 Orang
b. Ka Inststalasi : 1 Orang
c. WaKa Inst : 1 Orang
d. PJGK : 1 Orang
e. Pelaksana : 1 Orang
f. (POS) : 1 Orang
2) Ship Siang terdiri dari:
a. Dr Jaga : 1 Orang ( Diperbantukan dari IGD)
b. PJGK : 1 Orang
c. Pelaksana : 1 Orang
d. (POS) : 1 Orang
3) Ship malam terdiri dari:
a. Dr Jaga : 1 Orang ( Diperbantukan dari IGD)
b. PJGK : 1 Orang
c. Pelaksana : 1 Orang
d. (POS) : 1 Orang

8
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG COVID

Lantai Bawah

Keterangan:
11 10 9
1. R .Teratai 1
2. R. Dahlia
3. R. Teratai 2 8
4. R .Mawar 2
5. R. Melati 2
6. R Melati 3
7. R. Mawar 3
8. 13 7 12
Wijaya Kusuma
9. Wijaya Kusuma 6
10. Wijakakusuma 5 ( r
covid )
11. Wijayakusuma 4 ( r
covid )
12. Kantor
1 3
13. Dokter Jaga

2 4 5 6 7

9
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. PENGATURAN ALUR LAYANAN

1. ALUR PASIEN:

Pasien masuk ke Rumah Sakit melalui pintu utama yakni dapat melalui IGD atau melalui area
rawat jalan. Proses masuknya pasien melalui pintu utama tersebut dapat melalui dua cara
yaitu :
a. Pasien yang masuk ke Rumah Sakit melalui mekanisme ini harus melalui proses skrining.
Bila dari hasil skrining dicurigai COVID-19 maka pasien diarahkan menuju triase IGD
atau rawat jalan khusus COVID-19. Sebaliknya bila dari skrining tidak dicurigai COVID-
19 maka pasien diarahkan menuju triase IGD atau rawat jalan non COVID-19 sesuai
kebutuhan pasien.
b. Melalui rujukan (dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau (Fasilitas
Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut (FKRTL) ).
1. Rujukan pasien suspek atau konfirmasi COVID-19 tidak perlu dilakukan skrining dan
langsung diarahkan ke triase COVID-19.
2. Rujukan pasien kasus non COVID-19 yang dengan hasil pemeriksaan COVID-19
negatif atau yang belum dilakukan pemeriksaan COVID-19 tetap harus melewati
proses skrining.

2. SKRINING.

• Skrining merupakan proses penapisan pasien di mana seorang individu


dievaluasi dan disaring menggunakan kriteria gejala dan riwayat
epidemiologis, untuk menentukan pasien tersebut masuk ke dalam kategori
dicurigai COVID-19 atau bukan.
 Tujuan skrining :
- Memisahkan pasien yang dicurigai COVID-19 dengan pasien non
COVID-19.
- Mengurangi pajanan untuk pasien lain, pengunjung dan petugas Rumah

10
Sakit.
- Membantu mencegah penyebaran penyakit di dalam fasilitas kesehatan.
- Memastikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) digunakan sesuai
pedoman penggunaan APD.
- Skrining dilakukan pada semua orang yang mengunjungi Rumah Sakit
(pasien, petugas Rumah Sakit atau pengunjung Rumah Sakit lainnya)

2.1 Skrining pada Pasien dan Pengunjung

Langkah-langkah yang dilakukan pada saat skrining adalah:

1. Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60 detik atau
dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.

2. Semua pasien WAJIB menggunakan masker.

3. Penilaian cepat (quick assessment COVID-19) :

 Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermal gun.

 Pertanyaan sederhana :

1. Gejala klinis : demam (suhu badan > 38o C) atau riwayat demam dan
gejala gangguan pernafasan (batuk, sesak nafas, nyeri tenggorokan

2. Riwayat epidemiologis :

 Dalam 14 hari sebelum gejala klinis muncul pasien melakukan perjalanan atau
tinggal di daerah/negara yang terjangkit COVID-19.
 Dalam 14 hari sebelum gejala muncul ada riwayat kontak dengan orang yang
terkonfirmasi COVID-19.
 Dalam 14 hari sebelum timbulnya gejala klinis pasien yang tinggal wilayah/ negara
terjangkit COVID-19 di melakukan kontak langsung dengan orang yang demam atau
mengalami gangguan pernapasan.
 Kontak erat
 Riwayat pemeriksaan tes COVID-19 sebelumnya (jika ada).
 Seseorang suspek COVID-19 bila dari hasil penilaian cepat didapatkan

11
memenuhi minimal satu kriteria riwayat epidemiologis dan/atau gejala klinis.

2.2 Skrining pada petugas Rumah Sakit

 Langkah-langkah yang dilakukan pada saat skrining adalah :

 Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60
detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.

 Semua petugas WAJIB menggunakan masker.

 Penilaian cepat (quick assessment COVID-19) :

 Pengecekan suhu badan dengan menggunakan thermalgun.

 Melakukan pengisian kajian mandiri.

 Proses skrining tetap harus memperhatikan jarak antar individu >1 meter.

 Bila dari hasil skrining pasien/ pengunjung dan petugas Rumah Sakit
dicurigai COVID-19 maka pasien/ pengunjung dan petugas Rumah Sakit
tersebut diarahkan ke fasilitas triase COVID-19.

 Bila dari hasil skrining pengunjung dan petugas Rumah Sakit tidak memenuhi
kriteria kecurigaan COVID-19, maka bisa langsung ke tempat yang ingin
dituju.

 Bila dari hasil skrining pasien tidak memenuhi kriteria kecurigaan COVID-19
maka langsung diarahkan untuk lanjut ke triase IGD atau poliklinik rawat jalan
non COVID.

 Bagi pasien dalam keadaan gawatdarurat yang tidak memungkinkan


dilakukan skrining, maka pasien tersebut dikelompokan ke dalam pasien
suspek COVID-19 sampai dapat dibuktikan hasilnya negatif.

3. TRIASE

• Pada prinsipnya proses triase adalah untuk mengidentifikasi pasien yang


memerlukan intervensi medis segera, pasien yang dapat menunggu, atau pasien
yang mungkin perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan tertentu berdasarkan kondisi
klinis pasien.

12
• Triase dilakukan di pintu masuk pasien yaitu di IGD dan rawat jalan.

• Tindakan yang dilakukan pada triase IGD khusus COVID-19 selain untuk
penanganan kegawatdaruratan pasien adalah untuk menentukan derajat infeksi
COVID-19 yang dideritanya, melalui anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik
maupun pemeriksaan penunjang pasien, sesuai Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian COVID-19.

• Tindakan triase rawat jalan khusus COVID-19 dilakukan untuk menentukan


derajat infeksi COVID-19 yang dideritanya, melalui anamnesis lengkap dan
pemeriksaan fisik maupun pemeriksaan penunjang pasien, sesuai tata laksana
manejemen klinis pasien COVID-19 sesuai Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian COVID-19.

B. PEMBAGIAN ZONA RISIKO PENULARAN COVID-19 DI RUMAH SAKIT

Zonasi ruang adalah pembagian atau pengelompokan ruangan-ruangan pelayanan


berdasarkan kesamaan karakteristik fungsi kegiatan untuk tujuan tertentu. Pembagian zonasi
ruangan di masa adaptasi kebiasaan baru dilakukan untuk mencegah penularan COVID-19 di
Rumah Sakit antara penderita/bergejala COVID-19 dengan non COVID-19.

Di Rumah Sakit Setia Mitra karena adanya terkendala keterbatasan ketersediaan ruangan
maka :

• Karena tidak memiliki SDM yang cukup maka dibuat jadwal / pembagian jam shift
layanan maupun hari layanan antara layanan biasa maupun layanan khusus COVID-19.

• Karena ketersediaan ruangan tidak memungkinkan untuk pemisahan zona, maka untuk
mengurangi risiko penyebaran COVID-19 dilakukan dalam bentuk pengaturan jadwal
pelayanan, pembagian jam shift layanan ataupun hari layanan yang diikuti dengan
tindakan dekontaminasi dan sterilisasi baik ruangan maupun alat kesehatan setelah
pemberian pelayanan kepada pasien COVID-19 sesuai aturan yang berlaku.

A. Area Rawat Jalan (RJ)

Area IRJ saat menerima pasien dengan gejala COVID-19 dari triase IRJ yaitu

Saat memasuki area ini:

13
• Petugas bagian registrasi yang akan mendaftarkan pasien.

• Seluruh konsultasi poliklinik untuk pasien dilakukan pemeriksaan di ruang konsultasi IRJ
risiko tinggi oleh Dokter.

• Selanjutnya pasien dilakukan pemeriksaan penunjang seperti swab, rontgen dan


labortorium lainnya sesuai indikasi dan protokol bagi pasien COVID-19.

• Bila pasien tidak perlu dirawat inap, pasien dapat dipulangkan dengan surat pengantar ke
Puskesmas jika dilakukan karantina atau isolasi mandiri.

• Bila pasien perlu rawat inap pasien diarahkan menuju instalasi rawat inap risiko tinggi.

Rekomendasi untuk fasilitas dan sarana prasarana:

• Fasilitas cuci tangan dengan air mengalir dan sabun / hand sanitizer tersedia di setiap
pintu masuk ruangan,

• Pengaturan jarak duduk > 1 m di ruang tunggu

• Sistem ventilasi dan sirkulasi udara yang baik,

• Pembatas fisik (barrier) pasien dan petugas (kaca /plastik)

• Pembatas / pemisah antar zona

• Pengunjung / pengantar dilarang masuk

• Ada tempat sampah beda warna sesuai jenis sampah.

• Area rawat jalan COVID-19 dapat dilengkapi dengan ruangan khusus / tersendiri untuk
pengambilan swab, pastikan ruangan tersebut mempunyai ventilasi yang baik.

B. Area Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Area IGD saat menerima pasien COVID-19 merupakan ruang observasi atau ruang tindakan
bagi pasien IGD dengan gejala COVID-19.

Saat memasuki area ini:

• Dokter dan perawat melakukan pemeriksaan, observasi dan atau tindakan yang
dibutuhkan.

• Selanjutnya dilakukan pemeriksaan penunjang seperti; swab test atau rontgen dan lain –
lain sesuai protokol layanan di Rumah Sakit bagi pasien bergejala COVID-19 atau

14
memiliki riwayat kontak.

• Bila pasien tidak perlu dirawat inap, pasien dapat dipulangkan dengan surat pengantar ke
Puskesmas untuk dilakukan pemantauan isolasi mandiri.

• Bila pasien perlu perawatan lebih lanjut maka dilakukan rawat inap di zona COVID-19.

• Bila hasil pemeriksaan pasien tidak menunjukan COVID-19 maka pasien dirawat di
ruang inap biasa / ruang inap non COVID-19.

C. Area Perawatan khusus COVID

Area perawatan meliputi: ruang rawat inap (tekanan negatif /natural air flow), kamar operasi,
kamar bersalin, ruang rawat intensif, ruang tindakan dan ruang lainnya.

Area ini menerima pasien dari IRJ atau IGD dengan gejala COVID-19. Petugas di area ini,
hanya boleh masuk dan keluar melalui ruang ganti (doning/doffing). Area ini dipisahkan
dengan area non COVID-19 menggunakan pembatas permanen atau sementara. Transfer
obat, sample lab, dan makanan dilakukan melalui loket khusus atau ruang penghubung.
Pengantar/pengunjung tidak diperkenankan memasuki area ini.

Bila pasien telah dinyatakan sembuh dan diperkenankan pulang:

• Pasien tidak diperkenankan membawa barang bawaan dari ruang isolasi yang
terkontaminasi.

• Saat pulang, pasien memakai pakaian yang bersih dan tidak terkontaminasi selama
perawatan.

• Pakaian pasien yang terkontaminasi selama perawatan harus dikemas dalam wadah
tertutup dan untuk selanjutnya dicuci dengan deterjen pada saat sampai di rumah.

Rekomendasi untuk ruang perawatan:

• Sistem ventilasi dan sirkulasi udara yang baik

• Pengaturan jarak tempat tidur 1,5-1,8 m

• Batas pemisah antar zona

• Pengunjung / pengantar dilarang masuk

• Fasilitas cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir / hand sanitizer yang

15
tersedia di setiap pintu masuk ruangan

• Tempat sampah beda warna sesuai jenis sampah.

• Tempat pakaian kotor di dalam ruangan isolasi.

• Kamar mandi terpisah antara COVID-19 dengan non COVID-19.

• Memiliki pengaturan jalur dengan sistem satu arah

D. Laundri

• Laundri menerima linen infeksius maupun non infeksius. Untuk linen infeksius sebelum
diserahkan kebagian laundri, semua linen dimasukan kedalam wadah infeksius dan
tertutup ke bagian pencucian laundri dan pengemasan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku terkait penyelenggaraan pengawasan Linen (Laundri).

• Memiliki pemisah untuk bagian penerimaan linen kotor dan bersih.

E. Area Kamar Jenazah

Area ini merupakan tempat penyimpanan sementara atau tempat pemulasaran jenazah.
Penanganan jenazah probable maupun konfirmasi positif COVID-19 dilakukan sesuai
tatalaksana COVID-19.

Rekomendasi untuk kamar jenazah:

• Sistem ventilasi dan sirkulasi udara yang baik

• Pembersihan/cleaning rutin sesuai prosedur yang berlaku.

• Hanya keluarga inti maksimal 2 orang yang diijinkan masuk

• Fasilitas cuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir/ hand sanitizer tersedia di
pintu masuk ruangan

• Tempat sampah beda warna sesuai jenis sampah.

F. Area Pengelolaan Limbah Rumah Sakit.

Area ini merupakan area penyimpanan dan pengolahan limbah Rumah Sakit, bagi Rumah

16
Sakit yang akan menyerahkan pengolahan kepada pihak ketiga maka area ini merupakan area
penyimpanan sementara (baik limbah padat maupun limbah cair). Proses Pengolahan limbah
Rumah Sakit di area ini sesuai Permenkes terkait penyelenggaraan Pengamanan Limbah dan
Radiasi.

Rekomendasi untuk fasilitas dan sarana prasarana:

• Batas pemisah khusus yang tidak dapat di akses siapapun kecuali petugas.

• Ada Fasilitas cuci tangan dengan air mengalir dan sabun / hand sanitizer

• Area khusus beratap untuk penampungan sampah sementara

C. PENERAPAN PRINSIP PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

1. PROTOKOL BAGI PASIEN

a. Saat Pergi ke Rumah Sakit


- Selalu menggunakan masker
- Siapkan hand sanitizer sendiri
- Jangan menyentuh muka terutama bagian mulut, hidung dan mata
- Mendatangi bagian pelayanan Rumah Sakit sesuai jadwal yang disepakati /perjanjian
b. Saat Berada di Rumah Sakit
- Selalu memakai masker
- Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60 detik
atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
- Jaga jarak dengan pasien lain >1 m termasuk dalam menaiki tangga .
- Jangan menyentuh muka terutama bagian mulut, hidung dan mata
- Laporkan kondisi atau gejala sakit yang diderita dengan sejujurnya kepada petugas.
- Tidak keluar masuk ruangan agar tidak tertular /menularkan penyakit kepada pasien
yang lainnya.
c. Saat Keluar dari Rumah Sakit
- Selalu Pakai masker.
- Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama

17
- 40 s/d 60 detik atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
- Dan tetap menjaga jarak >1 m

2. PROTOKOL BAGI PETUGAS

a. Sebelum Berangkat Ke Rumah Sakit


- Memastikan kondisi tubuh dalam keadaan sehat dan jika sakit segera berobat ke
fasyankes
- Lapor ke pimpinan apabila sakit dan istirahat di rumah sampai sembuh
- Tidak memakai perhiasan atau aksesoris lainnya ke Rumah Sakit.
- Selalu Pakai masker
- Siapkan hand sanitizer sendiri
- Gunakan sarana transportasi paling aman dan jaga jarak dengan pasien lain
b. Di Rumah Sakit
- Masuk melalui pintu petugas yang terpisah dengan pintu pasien/pengunjung
- Bagi petugas yang akan melakukan kontak dengan pasien ganti pakaian pribadi
dengan pakaian Rumah Sakit dan tinggalkan di loker /bagian penitipan barang
- Diwajibkan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40 s/d 60 detik
atau dengan hand sanitizer selama 20 s/d 30 detik.
- Selalu menggunakan masker bedah

18
BAB V

LOGISTIK

Seluruh bahan untuk kegiatan operasional di Instalasi Rawat Inap yang sifatnya habis
pakai meliputi:

A. Bahan Farmasi

Obat-obatan, bahan farmasi, alat medis habis pakai

Bahan – bahan tersebut dikelola oleh Instalasi Farmasi

B. Bahan Non Farmasi

1. Bahan makanan

2. Alat tulis kantor

3. Alat rumah tangga dan kebersihan habis pakai

4. Barang cetakan

5. Linen

6. Suku cadang dan perlengkapan lainnya

Bahan-bahan tersebut dikelola oleh bagian logistik / Gudang Umum dengan tujuan
agar terjaminnya ketersediaan bahan logistic setiap saat sesuai jumlah dan jenisnya.

Proses pengadaan / permintaan bahan logistik dilakukan dengan mengajukan


permintaan sesuai dengan kebutuhan dan disetujui oleh Ka Bid Keperawatan

Alur Permintaan Barang Logistik

Ka Instalasi Ka Bid Keperawatan Ka Bag Umum Logistik

Unit Kerja

19
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

Adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman . system
tersebut meliputi assesmen resiko, identifikasi pengelolaan hal yang berhubungan dengan
risiko pasien. Pelaporan dan insikden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem ini diharapkan dapat
melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang sehausnya dilakukan.

A. Tujuan:

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit

2. Meningkatkan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat

3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan ( KTD) dankejadian nyaris cidera ( KNC) di


rumah sakit

4. Terlaksananaya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan KTD

B. Tatalaksana Keselamatan

1. Standar keselamatan pasien rumah sakit

1) Hak pasien

2) Pendidikan pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program


peningkatan keselamatan pasien

5) Peran kepemimpinan dalam Meningkatkan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatan pasien

7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

20
Tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit

1) Bangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien

2) Pimpin dan dukung staf anda

3) Integrasikan aktifitas dan pengelolaan resiko

4) Kembangkan system pelaporan

5) Libatkan dan komunikasikan dengan pasien

6) Belajar dari berbagai pengalaman tentang keselamatan pasien

7) Cegah cedera melalui implementasi system keselamatan

3. Sasaran keselamatan pasien rumah sakit

1) Ketepatan identitas pasien

2) Peningkatan komunikasi yang efektif

3) Peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai

4) Kepastian tepat lokasi, tepat Prosedur, tepat pasien operasi

5) Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan kesehatan

6) Pengurangan resiko pasien jatuh

Lebih jauh tentang keselamatan pasien dapat dilihat di buku panduan sasaran keselamatan
pasien rumah sakit

21
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dengan meningkatnya pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan di rumah sakit


maka resiko semakin tinggi pula. Oleh karena itu pengelolaan program Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) perlu mendapat perhatiannya sangat serius.

Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit merupakan upaya untuk
memberikan jaminan dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/ buruh melalui upaya
promosi, pencegahan, pengobatan, rehabilitasi serta pemanfaatan sumber dana secara efektif
dan efisien.
Pelaksanaan keselamatan kerja adalah suatu bentuk upaya untuk menciptaklan tempat
kerja yang aman, sehat bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan
atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meingkatkan efisiensi dan produktifitas kerja,.
Rumah sakit ingin mendapat perlindungan dari gangguan kesehatan dan kecelakaan
kerja, baik sebagai dampak proses kegiatan pemberian pelayanan maupun karena kondisi
sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit yang tidak memenuhi standar. Keselamatan
kerja bagi pegawai dupayakan melalui:
1. Pemantauan lingkungan kerja pegawai secara rutin
2. Penyelenggaraan pemeriksaan kesehatan pra kerja terhadap semua calon pegawai
3. Pemeriksaan kesehatan secara berkala sesuai ketentuan
4. Ditetapkan tempat-tempat, alat, maupun obat-obatan yang dianggap berisiko di
lingkungan rawat inap termasuk ruangan infeksius dan non infeksius, steril dan
nonsteril. Ruang isolasi dan non isolasi.
5. Dalam menjalankan tugasnya setiap pegawai rumah sakit wajib menggunakan alat
pelindung diri sesuai ketentuan yang berlaku serta melaksanakan Standar Operasi
Prosedur yang telah ditetapkan manajemen pada setai kegiatan yang dilakukan.
6. Dilaksanakan sertifikasi dari alat-alat tertentu sesui ketetapan dalam peraturan
perundangan termasuk kalibrasi secara teratur
7. System pelaporan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja saat
sedang melaksanakan pekerjaan kedinasan dan disebabkan oleh kondisi tidak aman dan
tindakan tidak aman system ini dapat terlaksana.

22
8. Memberikan kesempatan pegawai untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
dalam bidang K3. Bila ada partisifasi dari seluruh pegawai dan staf pada unit terkait.
9. Pengadaan barang beracun dan berbahaya dilaksanakan secara terkoordinasi antara
pengguna, panitia K3 Bag Logistik. Dan dalam hal pengadaan barang B3 Perlu
disertakan lembar data keselamatan / material safety Data Sheet ( MSDS) dari rekana
pemasok.
10. Pembentukan tim – tim bencana ( kebakaran, gempa bumi dll) dengan memasang
rambu-rambu evakuasi
Melaksanakan K3 bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi saling mengingatkan/
memperhatikan apabila ada sesama pekerja ada yang lupa/lalai dalam menerapkan budaya
K3.
Tenaga kerja  secara proaktif memberikan input kepada Top Management terkait dengan
penerapan K3, terbukanya kesempatan pekerja untuk berpartisipasi dan konsultasi. Pada
tahap ini zero accident dapat/mudah dicapai.

23
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari
pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu
akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan
pemberi pelayanan. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator-
indikator mutu pelayanan rumah sakit yang ada.

The Nursing and Midwifery Council, (2002), bahwa memelihara kualitas RM akan
membantu dalam memelihara ketrampilan dan kemandirian dalam asuhan keperawatan,
untuk ini diperlukan:
 Deskripsikan dengan jelas hasil pengkajian, rencana keperawatan dan rencana tindakan
yang akan dilakukan,
 Dokumentasikan informasi yang berhubungan dengan pasien dan apa yang akan
dilakukan dalam merespon kebutuhan pasien,
 Jika sudah diketahui dengan baik kondisi pasien lakukan tindakan yang dapat diterima
dan dapat dilakukan dengan tahapan yang baik dan benar saat melaksanakan perawatan
kepada pasien dan jelaskan bahwa setiap tindakan tidak selalu berbahaya untuk selalu
untuk keselamatan dan membatu mereka, dan
 Menuliskan perencanaan perawatan agar dapat diteruskan oleh sejawat dalam perawatan
berikutnya dan selalu menuliskan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, dan
dapat ditambahkan bahwa
Penyelenggara utama perawatan dan pengobatan pasien di instalasi rawat inap
diantaranya adalah: Bertugas berdasarkan standar General Medical Council seperti:
pemberian pelayanan kepada pasien merupakan hal yang utama, memperlakukan setiap
pasien dengan sopan dan sewajarnya, menghormati privasi dan kehormatan pasien,
mendengarkan dan menghormati pandangan-pandangan pasien, memberikan informasi yang
dapat dimengerti pasien, menghormati hak pasien dalam keterlibatan secara aktif pada
pengambilam keputusan, selalu memperbaharui pengetahuan dan ketrampilan, menyadari
berbagai keterbatasan yang dimilikinya, jujur dan dapat dipercaya, menghargai dan menjaga
informasi tentang pasiennya, menghindarkan pasien dari resiko fisik dan finansial akibat
tindakan medis, bekerjasama dengan para sejawat untuk kebaikan pasien-pasien yangdirawat.

24
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan dan mengendallikan mutu pelayanan keperawatan secara efektif
dan efisien.
2. Tujuan Khusus
1) Perawat mamapu memberikan Asuhan Keperawatan sesuai standar profesi.
2) Untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan
3) Dalam menjalankan tugasnya perawat selalu berdasarkan SPO keperawatan
4) Menekan, mengurangi resiko komplikasi ifeksi selama masa perawatan.
B. Kegiatan Pokok
Kegiatan mutu pelayanan keperawatan dilakukan melalui:
1. Studi dokumentasi rekam medis/ catatan penerapan standar asuhan keperawatan,
menggunakan Instrumen A Depkes ( Kelengkapan pengkajian sampai dengan
evaluasi sesuai dengan hasil tindakan yang dilakukan )
2. Monitoring persepsi pasien terhadap pelayanan keperawatan, menggunakan
Instrument B Depkes. ( Dalam bentuk angket yang ditujukan kepada pasien dan
keluarga untuk memperoleh gambaran tentang persepsi pasien terhadap mutu
keperawatan.
3. Pelaksanakan tindakan sesuai SPO, menggunakan Instrumen C Depkes. ( Observasi
yang dilakukan dengan menggunakan check list terhadap tindakan yang telah
dilakukan oleh perawat ).
C. Cara melaksanakan Kegiatan
1. Bentuk tim evalusi mutu
2. Buat Program meliputi:
 Jadwal kegiatan
 Penentuan sasaran mutu
 Pengumpulan data
 Tabulasi
 Analisa/ kesimpulan
D. Sasaran
1. Audit data penerapan asuhan keperawatan

25
2. Kepuasan pelanggan
3. Pelaksanaan SPO
4. Penurunan angka Infeksi, Jatuh, KNC, KTD.
E. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan
1. Audit Dokumen askep setiap 6 bulan
2. Angket kepuasan pasien setiap 3 bulan
3. Observasi penerapan protap setiap 3 bulan
4. Rekaputulasi kejadian tiap bulan/
F. Pencatatan dan Palaporan Evaluasi Kegiatan
Hasil evaluasi mutu dan pengendalian pelayanan keperawatan di laporkan kepada tim mutu
Rumah Sakit Setia Mitra dan umpan ballik kepada unit terkait.

26
BAB IX

PENUTUP

Buku pedoman pelayanan Corona Virus Desease ini disusun sebagai pustaka dan
pedoman-pedoman yang mengatur tentang standar pelayanan pasien Covid-19 di rumah sakit
Setia Mitra. Buku ini merupakan pedoman bagi pegawai dilingkungan Rumah Sakit Setia
Mitra dalam menjalankan kegiatan sehari – hari dalam melayani pasien Covid-19. Oleh
karena itu segaka bentuk pelayanan yang berhubungan dengan Corona Virus Desease
berpedoman pada buku ini.

27
LAMPIRAN

Harga Pemeriksaan Swab PCR dan Swab Antigen


PEMERIKSAAN HARGA
SWAB PCR - Rp. 850.000 untuk
hasil H+1
- Rp 1.000.000 untuk
hasil sameday
SWAB ANTIGEN - Rp 190.000.,

28
29

Anda mungkin juga menyukai