Anda di halaman 1dari 49

TOXICATION

(SNACK & SPIDER BITE)


Ns. Neneng Kurniawati, M.kep., Sp.Kep.MB
Pekembangan toksikologi
• Kata racun ”toxic” berasal dari bahasa Yunani, yaitu
dari akar kata tox, dimana dalam bahasa Yunani
berarti panah → senjata untuk perang yang
ujungnya mengandung racun.
• Hippocrates(460-370 B.C.), dikenal sebagai bapak
kedokteran, disamping itu dia juga dikenal sebagai
toksikolog dijamannya, banyak menulis tentang
racun bisa ular, orang mesir kuno telah mengetahui
penangkal racun
Lanjutan
• Pada jaman Mesir dan Romawi kuno adalah Pendacious

Dioscorides (A.D. 50), dikenal sebagai bapak Materia

Medika, adalah seorang dokter tentara. Di dalam

bukunya dia mengelompokkan racun dari tanaman,

hewan, dan mineral.

• Maimonides(1135 - 1204) dalam bukunya yang terkenal

Racun dan Andotumnya.


Lanjutan
• Philippus Aureolus Theophratus Bombast von
Hohenheim (1493-1541), toksikolog besar, yang pertama
kali meletakkan konsep dasar dasar dari toksikologi.
Dalam postulatnya menyatakan: “Semua zat adalah
racun dan tidak ada zat yang tidak beracun, hanya dosis
yang membuatnya menjadi tidak beracun”.
• Pernyataan ini menjadi dasar bagi konsep hubungan
dosis reseptor dan indeks terapi yang berkembang
dikemudian hari.
PENGERTIAN

• Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat


didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan
mekanisme efek berbahaya (efek toksik)
berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup
dan sistem biologik lainnya.
GIGITAN BINATANG BERBISA

Gigitan binatang berbisa adalah gigitan atau

serangan yang diakibatkan oleh gigitan hewan

berbisa seperti ular, laba-laba, kalajengking, dll.


GIGITAN ULAR
Bagaimana gigitan ular dapat terjadi?...
Korban gigitan ulat biasanya dalah petani, pekerja
perkebunan, nelayan, pawang ular, pemburu, dan
penangkap ular. Ular menggigit biasanya karena
orang tidak mengenakan alas kaki, atau hanya
menggunakan sandal saja.
• Pada umumnya ular menggigit pada saat ia aktif,
yaitu pada saat senja dan fajar.
• Bisa ular (Venom) terdiri dari 20 atau lebih
komponen sehingga pengaruhnya idak dapat
diinterpretaikan.
• jenis ulat yang menggigit dapat yang berbisa
atau tidak berbisa
Jenis ular
Jenis neurotoksik
- Keluarga epiladae contohnya ular kobra
- Gejala yang ditimbulkan : jantung berdenyut
tidak teratur, dapat berakhit dengan syok.
- Nyeri kepala hebat, pusing, mengigau, pikiran
terganggu hingga tidak sadar
- Otot tidak terkoordinasi, sesak, mual, muntah,
mencret
Jenis ular
Jenis hemolitik
- Keluarga krotaluidae
- sering disebut jugakeluarga pit viper yaitu
rattelesnaker (crotalus), ular copperhead (Angki-
trodon)
- Daerah yang digigit akan terjadi bengkak hebat dan
gangren → enzim proteolitik
- Sakit hebat didaerah gigitan
- Sakit kepala hebat dan terasa haus
- Perdarahan pada usus dan ginjal → melena dan
hematuri
Jenis ular
Neurotoksik dan hemolitik
- Contohnya ular laut
- Tanda ular beracun: mata dan hidung terdapat
cekungan, mempunyai 2 taring, pupil lonjong,
dibawah ekor terdapat baris lempengan.
- Tanda ular tidak beracun: pupilnya bundar,
tidak mempunyai taring atau cekungan antara
mata dan hidung, dibawah ekor terdapat 2 baris
lempengan.
Pengelompokan ular berbisa
• Colubridae (Mangroce cat snake, Boiga
Dendrophilia, dll)
• Elapidae (King Cobra, Blue Coral Snake,
Sumatran Spitting Cobra, dll)
• Viperidae (Borneo Green Vit viper, Sumatran Vit
Viper, dll)
Patofisiologi
• Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang
berasal dari liur .
• Bisa ular bersifat neurotoksin → saraf perifer dan
sentral dan dapat berakibat fatal karena paralise
otot lurik. Contoh: ular dari keluarga elapidae
• Hemotoksin yang bersifat hemolitik dengan zat lain
yaitu : fosfolipase dan enzim lainnya atau
menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan
protombin. Perdarahan tersebut terjadi akibat
lisisnya sel darah merah karena toksin. Contoh: ular
dari keluarga Viperidae.
BISA ULAR
Beracun terhadap darah (hematoxic)
- Menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-
sel darah merah → dengan cara menghancurkan
stroma lecetene ( dinding sel darah merah) →
sel darah merah hancur dan larut (Hemolycin)
→ keluar menembus sel darah merah →
perdarahan selaput mulut, hidung, tenggorokan.
Bisa ular
Bersifat neurotoksik
Merusak dan melumpuhkan jaringan saraf sekitar
gigitan → jaringan sel saraf mati → menyebar ke
SSP ( pernafasan dan jantung)→ menyebar
keseluruh tubuh melalui pembuluh darah limfe
Patofisiologi
Neurotoksin :
- Mempengaruhi saraf perifer/ sentral
- Dapat menyebabkan paralise otot lurik
- Manifestasi klinis: kelumpuhan otot pernafasan,
kardiovaskuler terganggu, koma
Kardiotoksin :
- Merusak serat-serat otot jantung dan
menimbulkan kerusakan otot jantung
Patofisiologi
Haemotoksin :
- Bersifat haemolitik dengan zat fosfilipase dan
enzim lainnya
- Menyebabkan koagulasi dan mengaktifkan
protombin.
- Lisisnya sel darah merah akibat toksin
- Luka bekas gigitan terus berdarah, haematoma,
haemoptisis, hematuria, hemel
Patofisiologi
Myotoksin
- Mengakibatkan rhabdomiolisis
- Myoglobinuria → kerusakan ginjal dan
hiperkalemia akibat kerusakan sel otot
Cytotoksin
- Melepaskan histamin dan zat vasoaktif →
terganggunya kardiovaskuler
Cytolitik
- Peradangan dan nekrosis pada jaringan bekas
gigitan
Diagnosis Klinis

Anamnesis:
• Tanyakan kapan gigitan terjadi
• Tanyakan pertolongan pertama apa yang sudah
dilakukan
• Frekuensi napas dapat meningkat, tangan dan
tungkai dapat menjadi kaku, pusing
• Dapat juga terjadi sinkop vasovagal pada
beberapa orang, dapat juga timbul agitasi
sehingga menyamarkan gejala yang sebenarnya.
Gejala lokal
• Edema
• Nyeri gigitan taring
• Nyeri lokal,
• Perdarahan lokal,
• Memar
• Limfangitis,
• Pembengkakakn kelenjar getah bening,
• Melepuh, infeksi lokal,
• Abses, nekrosis jaringan (terutama akibat gigitan
ular dari famili Viperidae).
Gejala sistemik
• Hipotensi
• kelemahan otot
• Berkeringat
• Menggigil
• mual, muntah
• Hipersalivasi
• nyeri kepala dan pandangan kabur
Gejala khusus
• Hematotoksik
perdarahan ditempat gigitan, perdarahan kulit
(ptekie), hematemesis dan melena
• Neurotoksik
hipertonik, paralisis pernafasan, paralisis otot
laring, kejang dan koma, oftalmoplegi.
• Kardiotoksik
hipotensi, henti jantung, koma (kerusakan otot
jantung)
Gejala khusus
• Hematotoksin
pada sistem peredaran darah
• Cytotoksin
Gangguan pada jantung dan pembuluh darah
• Cytolitik
peradangan serta kematian jaringan
• Sindroma kompartemen
edema tungkai dengan tanda2 5 P (Pain, Pallor,
Pharastesia, paralisis, pulselesness)
Klasifikasi gigitan ular
Derajat Venersi luka nyeri Edema/er sistemik
itema
0 0 + +/- <3 cm/12 0
jam
I +/- + - 3-12 Cm/ 0
12 jam
II + + +++ >12-25 +
Cm/12 jam Neurotoksi
k, mual,
pusing,
syok
III + + +++ >25 cm/12 ++
jam Ptekhiae,
syok,
ekimosis
IV +++ + +++ > ++
Ekstremitas Gagal ginjal
akut,
perdarahan
, koma
Pemeriksaan laboratorium
• pemeriksaan darah tepi, biasanya hitung lekosit
dapat meningkat, hemoglobin menurun akibat
adanya perdarahan, hitung trombosit dapat
menurun
• Perlu dilakukan pemeriksaan faal hemostasis, dan
yang sederhana serta dapat dengan cepat dilakukan
adalah dengan pemerksaan whole blood clotting test
(WBCT).
Tatalaksana
1. Identifikasi ular penyebab. Deskripsi yang disampaikan
saksi, foto ular, atau jika memungkinkan ular dapat dibawa
ke IGD Rumah Sakit
2. Jika ular yang dimaksud berbisa atau tidak yakin, pasien
dapat dirawat inap untuk observasi ketat
3. Pertolongan pertama: imobilisasi dengan pembidaian dan
elastic bandage (tidak dianjurkan menggunakan tensocrepe).
4. Bebaskan airway dan breathing, terutama pada gigitan ular
dengan bisa yang mengandung neurotoxin penyebab
paralisis.
Tatalaksana
5. Ambil sampel darah pasien untuk
• Pemeriksaan Darah lengkap
• Pemeriksaan Faal hemostasis (aPTT, PPT, INR, 20
min whole blood clotting time) tiap 6 jam
• Fungsi ginjal
• Elektrolit
6. Periksa EKG untuk mendeteksi kelainan jantung
7. Kasih tanda luas pembengkakan jaringan tiap 2
jam (RPPT)
Tatalaksana
6. Indikasi pemberian Serum Anti-Bisa Ular (SABU)
• Coagulopathy, trombopeni, INR > 1.2, non-
clotting 20 min WBCT.
• Neurotoxin (ptosis, paralysis, dll)
• Hipotensi, syok, aritmia
• AKI
• Hemoglobinuria atau mioglobinuria
• Edema berat (> 1/2 ekstrimitas yg tergigit) atau
bengkak yang cepat membesar
• Limfadenitis di sistem limfatik regional bekas
gigitan
7. Terapi suportif lainnya seperti cairan, neostigmin
atropin, hingga ventilator untuk yang gagal nafas.
Terapi non farmakologik , pertolongan
pertama
Tujuan pertolongan pertama adalah :
1. Menghambat penyerapan bisa
2. Mempertahankan hidup korban
3. Menghindari komplikasi
4. Mengawasi gejala dini yang membahayakan.
Tatalaksana
Sebelum penderita dibawa kefasilitas kesehatan hal
pertama yang harus dilakukan adalah:
1. Istirahatkan dengan posisi horizontal
2. Jangan memanipulasi daerah gigitan
3. Penderita dilarang berjalan
4. Ikat daerah distal dan proksimal → tidak efektif
dilakukan 30 menit setelah gigitan.
Tatalaksana di faskes
1. Penatalaksanaan jalan nafas
2. Penatalaksanaan fungsi pernafasan
3. Penatalaksanaan sirkulasi seperti cairan infus dan
kristaloid
4. Beri pertolongan pertama dengan balutan
5. Cek protrombin, fibrinogen dan Hb, Leukosit
6. Apus tempat gigitan
7. Berikan SABU
Prinsip Pertolongan pertama
R I G T
Reassure get
Immobilitation Tell the doctor

Yakinkan
kondisi Jangan
korban menggerakka Bawa ke Informasi
Tenangkan n korban RS/ kan ke
Istirahatka Pressure Fasyanke dokter
n immobilitatio s tanda dan
Jangan n jika dalam sesegera gejala
panik 30 menit tdk mungkin yang
ada tim muncul
medis
Metode pertolongan
• Tenangkan korban yang cemas
• imobilisasi (membuat tidak bergerak) bagian tubuh
yg tergigit dengan cara mengikat atau menyangga
dengan kayu agar tidak terjadi kontraksi otot dapat
meningkatkan penyerapan bisa ke dalam aliran
darah dan getah bening.
• Hindari gangguan terhadap luka gigitan karena
dapat meningkatkan penyerapan bisa dan
menimbulkan perdarahan lokal.
• Hindari pergerakan atau kontraksi otot untuk
mencegah peningkatan penyerapan bisa.
• Penanganan pagutan ular yang biasa sering
dilakukan seperti melakukan insisi di tempat
pagutan, menghisap darah pada tempat pagutan,
pendinginan daerah tempat pagutan, pemberian
antihistamin dan kortikosteroid, pemakaian obat-
obat tradisional, dan pemasangan torniket harus
dihindari karena tidak terbukti manfaatnya
Terapi farmakologi
Pengobatan suportif
- Evaluasi status pasien
- dilakukan tindakan ABC (Airway, Breathing,
Cardiovascular) agar kondisi tidak memburuk
- Stabilisasi hemodinamik, penanganan gagal
ginjal, dan tindakan lain yang diperlukan
Terapi farmakologi
Anti Bisa Ular
- Untuk bisa ular dengan gejala neurotoxin dan
perdarahan spontan masif diberikan SABU 2
vial didrip dengan larutan NaCl 0,9% tiap 2 jam
- Untuk bisa ular bukan dengan gejala neurotoxin
atau koagulopati parah, diberikan 2 vial SABU
didrip tiap 6 jam.
Indikator pemberian SABU efektif
1. Perdarahan akan berhenti dalam 15 menit
2. Faal Koagulasi akan normal dalam 3-9 jam
3. Hipotensi akan membaik dalam 30-60 menit
4. Gejala paralisis akan membaik dalam 30 menit
5. Warna gelap urin akibat mioglobinuria atau
hemoglobinuri menghilang dalam beberapa
jam.
Waspadai perburukan gejala
• Pembengkakan tungkai lebih dari setengahnya
• Pembengkakan timbul segera setelah gigitan
ular pada jari kaki terutama tangan.
• Pembengkakan yang progresif
• Pembengkakan kelenjar getah bening didaerah
bekas gigitan.
Panduan pemberian SABU
menurut Schwartz & Way
derajat Keterangan

Derajat 0-1 Tidak diperlukan SABU.

Dilakukan evaluasi dalam 12 jam

Jika derajat meningkat, maka diberikan SABU

Derajat II 3-4 Vial SABU

Derajat III 5-15 Vial SABU

Derajat IV Berikan penambahan 6-8 SABU


Penduan pemberian SABU
menurut
Derajat
Luck
Beratnya Taring/ Ukuran Gejala Jumlah

evenovasi gigitan zona sistemik vial

edema

0 Tidak ada + <2 - 0

I Minimal + 2-15 - 5

II Sedang + 15-30 + 10

III Berat + >30 ++ 10

IV Berat + <2 +++ 15


Pedoman (LUCK)
• Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit
• Ulangi pemeriksaan darah pada 3 jam setelah
pemberian antivenom
• Jika koagulasi tidak membaik, ulangi pemberian
SABU, ulangi pemeriksaan darah 1-3 jam berikutnya
• Jika koagulasi membaik, monitoring ketat, ulangi
pemeriksaan darah setelah 24 jam
Asuhan keperawatan
Primary survey
• Nilai tingkat kesadaran
• ABC
Intervensi primer
• Bebaskan jalan nafas jika perlu suction
• Oksigen, bila perlu intubasi
• Kontrol perdarahan
• Pasang infus
Asuhan keperawatan
Secondary survey
• Tentukan dx gigitan
• Observasi 24 jam jika dx meragukan, untuk
selanjutnya dipertimbangkan pemberian SABU
• Kolaborasi pemberian SABU
• Adrenalin 0,5 mg SC
• SABU sesuai grade
• Kaji tingkat kesadaran
• Monitor vital sign
Masalah keperawatan
• Pola nafas tidak efektif → reaksi endotoksin
→ manajemen airway
• Infeksi
• Hipertermia
• Ansietas
GIGITAN SERANGGA
GIGITAN LABA-LABA

Laba-laba beracun dapat mengakibatkan

timbulnya kemerahan pada bagian gigitan,

pembengkakan, rasa gatal dan sakit.


Pertolongan pertama
• Jika memungkinkan tangkap laba-laba.
• Bersihkan luka dengan air mengalir dan sabun
lalu keringkan, jangan digosok
• Kompres dingin selama 10 menit,
• Berikan topikal terapi anti gatal
• Naikkan /tinggikan bagian tubuh yang tergigit.
Tanda dan gejala ;
• Bagian tubuh yang digigit laba-laba
• Terasa sakit yang luar biasa
• Bagian tubuh yang digigit laba-laba mengalami
infeksi
• Kesulitan bernafas
• Lemas
• Kejang otot

Anda mungkin juga menyukai