Anda di halaman 1dari 49

Dikawasan Asia Tenggara, gigitan ular merupakan

keadaan kegawatdaruratan medis.


Dari hasil penelitian, kematian atau penyebab
kecacatan lebih banyak terjadi pada petani dan
orang yang bekerja di kebun.
Skala mortalitas dan morbiditas dari gigitan ular masih
belum jelas karena pelaporan yang masih kurang dari
setiap bagian daerah.
Spesies ular sangat penting untuk manajemen terapi.
Antivenom merupakan satu-satunya penawar yang
efektif untuk bisa ular, dimana bisa menyelamatkan
hidup pasien. Tapi sayangnya antivenom masih mahal
dan sangat sedikit.
Famili Lokasi Bisa

Elapidae mamba, Seluruh dunia, kecuali Eropa Neurotoksik dan nekrosis (ular
coral snake) cobra)

Hydrophidae (Ular Laut) Pantai perairan Asia- Pasifik Miotoksik


Viperidae:

Viperonae Seluruh dunia kecuali


Amerika dan Asia- Pasifik
Vaskulotoksik
Asia dan Amerika
Crotalidae
no:1 fierce snake/inland taipan 2.king brwon 3.taipa/oxyuranusscutellatus
snake/pseudaochis Australis

7 Tiger snake/notechis stutatus


4&5 tiger snake/mainland 6 Sea Krait/laticauda colubrina

8 Black tiger snake/notechis acther 9 Death adder/achantopis antarcticus


10 Westren brown snake/pseudonaja nuchalis
Ular yang menggigit mangsanya dapat mengeluarkan bisa.
Bisa ular adalah kumpulan dari > 90 % protein yang terdiri
dari enzim dan polipeptida dimana mempunyai efek fisiologik
yang luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem
multiorgan, terutama neurologik, kardiovaskuler sistem
pernapasan.

Ciri Ular TidakBerbisa Berbisa

Bentuk Kepala Bulat Elips

Gigi Taring Gigi kecil 2 Gigi Taring Besar

BekasGigitan Lengkung Seperti U Terdiri dari 2 Titik

Warna Warna-Warni Gelap


Zinc metalloproteinase
haemorrhagins

Procoagulant

Phospholipase A2
(lecithinasee)

Komposisi Bisa Ular Acetylcholinesterase

Hyaluronidase

Enzim proteolitik

-bungarotoxin and
cobrotoxin
Haemorrhagins (Zinc metalloproteinase) merusak
endotel dinding pembuluh darah

Cytolitic/necrotic toxin terdiri dari enzim proteolitik


dan fosfolipase A, menyebabkan edem lokal, merusak
membran sel dan jaringan

Hemolitik dan myolitik fosfolipase A2 merusak


membran sel, endotel, saraf dan eritrosit

Pre-synasptic neurotoksin merusak pada ujung saraf,


menganggu pelepasan nuerotransmitter

Post-synapstic neurotoxin menempati reseptor


asetilkolin pada postsynaps
Gigitan ular berbisa

Bisa ular

Merusak sel Blok reseptor Aktivasi faktor V,IX,X


endotel dan Ach Mengubah
eritrosit fibrinogen fibrin

Permeabiltas - Aktivasi
meningkat - Ptosis kaskade
- Disfagia koagulasi
- Paresis - Consumptive
- Edema
- Kejang coagulopathy
perifer
- koma - Unstable clot
- Edema paru
formation
- Perdarahan
- hipotensi
DIC
Menurut Schwartz (Depkes,2001) gigitan ular dapat di klasifikasikan sebagai berikut:

Derajat Venerasi Luka gigit Nyeri Udem/ Eritem Tanda sistemik

0 0 + +/- <3cm/12 jam 0

I +/- + + 3-12 cm/12 jam 0

II + + +++ >12-25 cm/12 jam +

Neurotoksik,

Mual, pusing, syok

III ++ + +++ >25 cm/12 jam ++

Syok, petekia, ekimosis

IV +++ + +++ >ekstrimitas ++

Gangguan faal ginjal,

Koma, perdarahan
A. Tergigit ular tanpa terkena bisa (venom has not
been injected)
Anxietas, overbreathing, agitasi
Peningkatan heart rate dan tek.darah
B. Gigitan dengan bisa (venom has been injected)
- Local
- Sistemik
Sistemik / General
Lokal
Mual, muntah, malaise,
Bekas gigitan
nyeri perut, kelemahan,
Nyeri lokal pusing
Perdarahan lokal Kardiovaskuler faintness,
Memar shock, hipotensi, aritmia,
edem pulmonal, kemosis
Limphangitis
Gangguan pembekuan
Inflamasi (bengkak, darah
kemerahan, panas) Neurological parasthesia,
Infeksi lokal : Abses flaksid paralisis, ptosis,
gangguan pernapasan,
Nekrosis
kesulitan menelan
Gangguan fungsi renal
hematuri, hemoglobinuria
Sistemik
Menenangkan penderita
Imobilisasi, tempatkan pada penderita posisi yang
nyaman dan aman
Imobilisasi bagian tubuh yang tergigit dengan
bidai, karena mobilisasi dapat mempercepat
penyebaran racun
Hindari intervensi/manipulasi pada bagian luka
yang tergigit (termasuk tindakan insisi)
Rapid clinical assesment and
resuscitation
Hati-hati pada keadaan :
- hipotensi, dan tanda2 syok
- gagal nafas (kemungkinan akibat neurotoxin)
- sytemic envenoming, akibat pelepasan
tourniquet atau perban kompresi
- cardiac arrest, akibat adanya hiperkalemia
karena terjadi rhabdomyolisis (pada gigitan ular
laut)
Status generalisata : tanda vital, tanda2
perdarahan, dsb
Pemeriksaan tempat luka bekas gigitan edem,
tanda2 nekrosis
Status neurologis paralisis nervus cranialis (spt
ptosis, refleks pupil, dsb)
20 minutes whole blood clotting test
Hitung darah, trombosit, leukosit
Pemeriksaan urin
Indikasi
pemberian
Serum Anti Bisa
Ular :
Sediaan Bisa ular di Indonesia
Vial 5 ml, mengandung :
1. 10-50 LD50 bisa Ankystrodon
2. 25-50 LD50 bisa Bungarus
3. 25-50 LD50 bisa Naya sputarix
4. Fenol 0,25% v/v

Diberikan secara intravena, dalam larutan NaCL 0,9%


atau Dextrose 5% , 40-80 tetes per menit atau habis
dalam 1 jam
Atau
Diinjeksikan langsung secara intravena pelan2 (tidak
lebih dari 2 ml/menit)
Pemberian langsung pada tempat bekas luka
gigitan tidak dianjurkan karena terbukti tidak
efektif dan dapat menimbulkan rasa nyeri pada
lokasi suntikan
Pemberian secara intamuskuler juga tidak
dianjurkan
Pertimbangan untuk pemberian secara
intramuskuler, bila :
Sebagai pertolongan pertama, sebelum pasien
dapat dibawa ke sentral kesehatan
Dimana apabila pemberian secara intravena
tidak dapat dilakukan
Keberhasilan pemberian anti bisa ular
General tanda keracunan sistemik seperti mual
dan muntah mulai berkurang, pasien merasa
membaik
Perdarahan berkurang dan sistem pembekuan
darah membaik
Tanda-tanda vital membaik
Tanda2 myolisis dan rhabdomyolisis berkurang
(warna urin normal)
Early reaction
10 -180 menit setelah pemberian
Gatal2, urtikaria, batuk, s/d takikardi, hipotensi,
brochospasme

Pyrogenic reaction :
Akibat pembuatan dan penyimpanan serum yang tidak
baik
1-2 jam setelah pemberian
Demam, mengigil, hipotensi

Late reaction :
1-12 hari setelah pemberian
Gejala : demam, diare, pusing, urtikaria
Early anaphylactic and pyrogenic reaction
Epinephrine 0,5 mg utk dewasa atau 0.01 mg/kgBB secara i.m
Antihistamine (Chlorpenamine maleate 10 mg atau 0.2
mg/kgBB) + Hidrokortison (100mg atau 2 mg/kgBB) secara i.v
Antipiretik

Late Reaction
Chlorphenamine 2 mg/6 jam atau 0.25mg/kgBB/hari dalam
dosis terbagi
Prednisolon 5 mg/6 jam
Diberikan selama 5-7 hari
Hati2 pada pasien dengan resiko tinggi terjadinya
reaksi alergi
Selalu observasi ketat keadaan pasein setelah
pemberian anti bisa ular
Sebelum memberikan anti-bisa pastikan tersedia
obat-obat untuk menangani reaksi alergi yang
mungkin bisa muncul
Nama : Ny. M
Umur : 45 thn
Alamat : Jl. DI Panjaitan KM.7
MRS : 3 Desember 2016
No. Register : 064518
K U : Baik
A : obstruksi (-), ronkhi (-), wheezing (-),
snorring (-), stridor (-), gurgling (-)
B : nafas spontan, gerak dada simetris, RR 26
x/mnt, reguler, dangkal
C : nadi 112x/menit, tensi 140/90 mmHg, akral
hangat, CRT < 2 detik, T. 37,0Oc
D : alert, GCS 456, pupil bulat isocor pupil,
lateralisasi (-)
Anamnesis
Digigit ular di jempol kaki kiri 15 menit SMRS pada
saat menjemur pakaian, OS tidak mengetahui ciri-
ciri ularnya.
Nyeri dibagian kaki gigitan dan di ulu hati.
Berdebar-debar.
RPD : HT (-), DM (-)
Kepala : dbn
Mata : Anemis -/-, Ikterik -/-, pupil isokor 3mm,
RC +/+, kemosis -/-
Mulut : dbn
Leher : pembesaran KGB (-)
Thorak : Vesikuler +/+, Wheezing -/-, Rhonki -/-
Cor : BJ I=II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : supel, NTU (+), BU normal
Extremitas : vulnus morsum digiti 1 pedis
sinistra, udem (-), hiperemis (-), akral hangat,
CRT < 2 detik, motorik 5/5/5/5, sensorik dbn
Pembersihan luka
Posisi semi fowler
O2 3-4 LPM Nasal kanul
Inj. Ranitidin 50 mg IV
Infus D5% + Sabu 2 ampul
Lab : DR, PT, APTT

Anda mungkin juga menyukai