Anda di halaman 1dari 18

PENANGANAN PADA

KASUS ULAR BERBISA


DAN TANTANGANNYA
Donald
PENDAHULUAN
• Akhir2 ini, kita dikejutkan dengan berita tentang keberadaan ular yang
meningkat dilingkungan sekitar kita
• Gigitan ular dapat menjadi masalah kegawatdaruratan medis yang
dapat mengancam hidup manusia, bisa ular mampu mengganggu
fungsi pernapasan, menyebabkan gangguan perdarahan, fungsi ginjal,
serta merusak jaringan lokal yang menyebabkan terjadinya disabilitas
permanen dan amputasi.
• Salah satu penyebab kejadian kematian pasca gigitan ular adalah
kurangnya pemahaman terhadap penanganan gigitan ular berbisa
• Menurut WHO, sekitar 5,4 juta orang mengalami gigitan ular setiap
tahunnya, dan 2,7 juta diantaranya adalah gigitan ular berbisa. Sekitar
81.000 hingga 138.000 orang meninggal setiap tahunnya akibat gigitan
ular, dan tiga kali banyaknya amputasi dan disabilitas permanen
disebabkan oleh gigitan ular tiap tahunnya
Kasturiratne A, Wickremasinghe AR, de Silva N. The global burden of snakebite: a literature analysis and modelling based on regional
estimates of envenoming and deaths. PLoS Med. 2008; 5(11): e218 .
PENDAHULUAN
• Indonesia adalah salah satu negara tropis terbesar
yang memiliki kasus gigitan ular yang cukup tinggi.
• Di Indonesia, estimasi kasus gigitan ular pada tahun
2007 sebanyak 12.739-214.883 dengan 2000 -
11.581 kematian, salah satunya adalah ular putih
(Micropechis ikaheka) yang amat berbisa.
• Di daratan besar Papua, ular ini berwarna abu-abu
di bagian badannya, tapi jenis yang dijumpai di
Pulau Waigeo dan Batanta berwarna putih polos.
Ada pula jenis ular lain yang di daratan Papua
berwarna putih, di pulau-pulau ini warnanya justru
hitam.
Jenis bisanya
• Neurotoksin : jenis bisa yang menyerang saraf
• Hemotoksin : jenis bisa yang menyerang darah
• Kardiotoksin: jenis bisa yang menyerang jantung
• Sitotoksin : jenis bisa yang menyerang sel
Beberapa ular berbisa akan memunculkan gejala tersendiri. Namun secara
umum, gigitan ular dapat diidentifikasi melalui tanda dan gejala berikut:
• Terdapat dua luka gigitan
• Nyeri dan bengkak, kemerahan/ kehitaman dan/ atau lepuh di sekitar luka
gigitan
• Sesak nafas, mual dan muntah
• Penglihatan kabur
• Berkeringat
• Air liur meningkat
• Mati rasa di wajah dan anggota badan tertentu
Manajemen Luka Gigitan Ular
Anamnesis
• Dimana (di bagian tubuh) Anda yang digigit? Tunjukkan tempatnya.
• Kapan Anda digigit? Dan apa yang sedang Anda kerjakan ketika digigit?
• Seperti apa bentuk ular yang menggigit Anda? Apakah ada yang
memotretnya?
• Bagaimana perasaan Anda saat ini?
Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari penyebaran bisa ular sangat
beragam, namun pada umumnya gejala awal yang ditimbulkan adalah
muntah, penurunan kesadaran, pingsan, pendarahan dari bekas gigitan
dan reaksi anafilaksis
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik
• Pemeriksaan fisik secara umum dan spesifik.
• Pada area gigitan ular dapat ditemukan pembengkakan, nyeri tekan palpasi, tanda
drainase limfonodi, ekimosis, dan tanda-tanda awal nekrosis (melepuh, perubahan
warna, dan bau pembusukan)

Pemeriksaan penunjang dan uji laboratorium


• 20 Minute Whole Blood Clotting Test (20WBCT)
• darah rutin, Apusan Darah Tepi (ADT)
• fungsi hati dan fungsi ginjal
• Pemeriksaan urin
Manajemen Luka Gigitan Ular
Pra Hospital :
• Tetap tenang (mengurangi tingkat kecemasannya )dan usahakan untuk mengingat jenis,
warna, serta ukuran ular dan Kurangi aktifitas dan melakukan imobilisasi area gigitan
(melakukan imobilisasi seluruh tubuh korban dengan membaringkannya dalam recovery
position) imobilisasi pada tangan/kaki yang terkena gigitan baik menggunakan sling, splint,
maupun metode pressure bandage immobilization (PBI)
• Posisikan area gigitan lebih rendah dari jantung
• Tutup dengan kain kering yang bersih
• Lepaskan cincin atau jam tangan dari anggota tubuh yang digigit
• Longgarkan pakaian yang dipakai
• Segera dikirim untuk pertolongan medis terdekat, karena akan sangat berpengaruh
terhadap hasil akhir dari penanganan medis korban
Manajemen Luka Gigitan Ular
Hospital
Penanganan awal berupa primary survey yang
direkomendasikan oleh panduan Advance Trauma Life Support
dengan mempertahankan Airway, Breathing, dan Circulation
serta memperhatikan tanda hemodinamik dan gejala
penyebaran bisa ular.
Pemberian profilaksis tetanus, antibiotik, dan analgesic selain
NSAID dapat diberikan mengingat terdapat resiko pendarahan
JENIS BISA ULAR
Dikategorikan menjadi 4 (empat), yaitu:
• Neurotoksin : jenis bisa yang menyerang saraf
• Hemotoksin : jenis bisa yang menyerang darah
• Kardiotoksin: jenis bisa yang menyerang jantung
• Sitotoksin : jenis bisa yang menyerang sel
(ABU) ANTI BISA ULAR
Indikasi pemberian anti bisa ular:
• Keracunan Sistemik
• Keracunan Lokal
Indikasi pemberian(ABU) ANTI BISA
ULAR
Keracunan Sistemik

• Gangguan hemostasis : perdarahan spontan sistemik yang jauh dari lokasi


gigitan, koagulopati (20 WBCT positif), atau INR>1.2 atau PT>4-5 detik lebih.
• panjang dari nilai kontrol laboratorium, atau trombositopenia
• Gejala neurotoksik : ptosis, oftalmoplegia, paralisis, dan lain-lain.
• Gangguan kardiovaskular : hipotensi, syok, aritmia, EKG abnormal.
• Gagal ginjal akut : oligouria/anuria, peningkatan kreatinin/urea.
• Hemoglobin/myoglobin-uria : urin cokelat gelap, dipstick, temuan hemolisis
intravaskuler atau rhabdomiolisis.
Indikasi pemberian(ABU) ANTI BISA
ULAR
Keracunan Lokal
• Pembengkakan lokal lebih dari setengah tungkai yang tergigit (tanpa
tourniquet) dalam 48 jam atau pembengkakan setelah gigitan pada
jari.
• Pembengkakan yang meluas : misalnya bengkak pada ankle dalam
beberapa jam setelah gigitan di kaki.
• Pembengkakan limfonodi pada daerah gigitan.
(ABU) ANTI BISA ULAR
Cara pemberian SABU menurut rekomendasi WHO (2016) ada 2 (dua) cara yaitu:
1. Injeksi “push” intravena : Antivenom cair diberikan dengan injeksi intravena lambat
(tidak lebih dari 2 ml / menit2.
2. Infusi ntravena : Antivenom cair dilarutkan dalam sekitar 5 ml cairan isotonik per
kg berat badan (yaitu sekitar 250 ml saline isotonic atau 5% dekstrosa dalam kasus
pasien dewasa) dan diinfuskan pada tingkat konstan selama sekitar 30-60 menit.
3. Di Indonesia, dosis yang dianjurkan yaitu 2 vial SABU (10 ml) diencerkan dalam 100
ml Normal Saline 0.9% kemudian drip 60-80 tetes per menit, dapat diulang setiap
6-8 jam.
• Jangan lupa untuk selalu menyediakan adrenalin pada saat pemberian serum anti
bisa ular.
DOSIS Anti Bisa Ular
Derajat Beratnya envenomasi Taring atau gigi Ukuran zona edema/
eritema kulit (cm) Gejala sistemik Jumlah vial
• 0 Tidak ada + <2 - 0
• I Minimal + 2-15 – 5
• IISedang + 15-30 + 10
• III Berat + >30 ++ 15
• IV Berat + <2 +++ 15
TANTANGAN
Di Indonesia, antivenom yang tersedia
adalah serum anti bisa ular (SABU)
polivalen yang mengandung bisa dari 3
jenis ular,diproduksi oleh Bio Farma dengan
sedia anampul 5 mL.
Antivenomnya belum ada
TANTANGAN
• Pengetahuan Masyarakat Indonesia baik secara preventif dan kuratif
masih minim
• Pengetahuan Petugas Medis sendiri masih belum benar
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai