Disusun Oleh:
Diniar Syabillania 1102013087
Qorry Welendri 1102013238
Rufaida Mudrika 1102013259
Salsabila Rahma 1102013260
Sania Dysa H 1102013261
Sarah Tri Wahyuni 1102013264
Seno Pamungkas 1102013267
Sherlly Yunita 1102013271
Sofie Hanafiah 1102013278
Soraya H M 1102013279
1. Segera timbul sakit kepala, lidah terasa tebal, berkeringat, dan muntah.
Ular laut
Diagnosa Klinik
ANAMNESIS
1. pada bagian tubuh mana anda terkena gigitan ular?
bukti bahwa pasien telah digigit ular (misalnya, adanya bekas taring) serta asal dan
perluasan tanda envenomasi lokal.
2. kapan dan pada saat apa anda terkena gigitan ular?
Perkiraan tingkat keparahan envenomasi bergantung pada berapa lama waktu
berlalu sejak pasien terkena gigitan ular. Bila pasien digigit ular saat sedang tidur,
kemungkinan ular yang menggigit adalah Kraits (ular berbisa), bila di daerah
persawahan, kemungkinan oleh ular kobra atau russel viper (ular berbisa), bila terjadi
saat memetik buah, pit viper hijau (ular berbisa), bila terjadi saat berenang atau saat
menyebrang sungai, kobra (air tawar), ular laut (laut atau air payau).
3. perlakuan terhadap ular yang telah menggigit anda?
Ular yang telah menggigit pasien seringkali langsung dibunuh dan dijauhkan dari
pasien. Apabila ular yang telah menggigit berhasil ditemukan, sebaiknya ular
tersebut dibawa bersama pasien saat datang ke rumah sakit, untuk memudahkan
identifikasi apakah ular tersebut berbisa atau tidak.
4. apa yang anda rasakan saat ini?
Gejala gigitan ular yang biasa terjadi di awal adalah muntah. Pasien yang
mengalami trombositopenia atau mengalami gangguan pembekuan darah akan
mengalami perdarahan dari luka yang telah terjdi lama. Pasien sebaiknya ditanyakan
produksi urin serta warna urin sejak terkena gigitan ular. Pasien yang mengeluhkan
kantuk, kelopak mata yang serasa terjatuh, pandangan kabur atau ganda,
kemungkinan menandakan telah beredarnya neurotoksin.
Pemeriksaan Fisik
Tanda keracunan ular berbisa
LOKAL ( pada bekas gigitan) Sistemik
a. Tanda gigitan taring (fang marks) Umum (general) : mual, muntah, nyeri perut, lemah,
b. Nyeri lokal mengantuk, lemas.
c. Perdarahan lokal Kelainan hemostatik : perdarahan spontan (klinis),
d. Kemerahan koagulopati, atau trombositopenia.
e. Limfangitis Gejala neurotoksik : ptosis, oftalmoplegia eksternal,
f. Pembesaran kelenjar limfe paralisis, dan lainnya.
g. Inflamasi (bengkak, merah, panas) Kelainan kardiovaskuler : hipotensi, syok, arritmia (klinis),
h. Melepuh kelainan EKG.
i. Infeksi lokal, terbentuk abses Cidera ginjal akut (gagal ginjal) : oligouria/anuria (klinis),
j. Nekrosis peningkatan kreatinin/urea urin (hasil laboratorium).
Hemoglobinuria/mioglobinuria : urin coklat gelap (klinis),
dipstik urin atau bukti lain akan adanya hemolisis
intravaskuler atatu rabdomiolisis generalisata (nyeri otot,
hiperkalemia) (klinis, hasil laboratorium). Serta adanya
bukti laboratorium lainnya terhadap tanda venerasi.
Pemeriksaan Penunjang
LAB
Penghitungan jumlah sel darah
Pro trombine time dan activated partial tromboplastin time
Fibrinogen dan produk pemisahan darah
Tipe dan jenis golongan darah
Kimia darah, termasuk elektrolit, BUN dan Kreatinin
Urinalisis untuk myoglobinuria
Analisis gas darah untuk pasien dengan gejala sistemik
RADIOLOGI
Thorax photo untuk pasien dengan edema pulmonum
Radiografi untuk mencari taring ular yang tertinggal
LAINNYA
Pemeriksaan sindrom kompartemen
Tatalaksana
Langkah-langkah pertolongan yang dilakukan adalah
Bersihkan bagian yang terluka dengan cairan faal atau air steril.
imobilisasi menggunakan perban katun elastis dengan lebar + 10 cm, panjang
45 m, yang dibalutkan kuat di sekeliling bagian tubuh yang tergigit, mulai dari
ujung jari kaki sampai bagian yang terdekat dengan gigitan. Bungkus rapat
dengan perban seperti membungkus kaki yang terkilir. Penggunaan torniket
tidak dianjurkan karena dapat mengganggu aliran darah dan pelepasan
torniket dapat menyebabkan efek sistemik yang lebih berat.
Pemberian tindakan pendukung berupa stabilisasi yang meliputi
penatalaksanaan jalan nafas; penatalaksanaan fungsi pernafasan;
penatalaksanaan sirkulasi; penatalaksanaan resusitasi perlu dilaksanakan bila
kondisi klinis korban berupa hipotensi berat dan shock, shock perdarahan,
kelumpuhan saraf pernafasan, kondisi yang tiba-tiba memburuk akibat
terlepasnya penekanan perban, hiperkalaemia akibat rusaknya otot rangka,
serta kerusakan ginjal dan komplikasi nekrosis lokal.
Pemberian suntikan antitetanus, bila korban pernah mendapatkan toksoid
maka diberikan satu dosis toksoid tetanus.
Pemberian suntikan penisilin kristal sebanyak 2 juta unit secara intramuskular.
Pemberian analgesik untuk menghilangkan nyeri.
Pemberian serum antibisa.
Cross insisi
Setelah Bisa yang dapat
tergigit terbuang
3 menit 90%
15-30 menit 50%
1 jam 1%
SERUM ANTI BISA ULAR
Serum anti bisa ular merupakan serum polivalen yang dimurnikan dan dipekatkan,
berasal dari plasma kuda yang dikebalkan terhadap bisa ular yang mempunyai
efek neurotoksik dan hematotoksik
Tiap ml dapat menetralisasi :
Bisa ular Ankystrodon rhodosoma 10-50 LD50
Bisa ular Bungarus fascinatus 25-50 LD50
Bisa Ular Naya sputatrix 25-50 LD50
Dan mengandung Fenol 0,25% sebagai pengawet
Dosis pertama sebanyak 2 vial @5 ml sebagai larutan 2% dalam NaCl dapat
diberikan sebagai infus dengan kecepatan 40-80 tetes per menit, lalu diulang
setiap 6 jam. antiserum yang tidak diencerkan dapat diberikan langsusng sebagai
suntikan intravena dengan sangat perlahan-lahan. Dosis untuk anak-anak sama
atau lebih besar daripada dosis untuk dewasa. Cara lain adalah denga
menyuntikkan 2,5 ml secara infiltrasi di sekitar luka, 2,5 ml diinjeksikan secara
intramuskuler atau intravena.
Efek samping
Reaksi anafilaktik (anaphylactic shock)
Dapat timbul dengan segera atau beberapa jam setelah suntikan
Penyakit serum (serum sickness)
Dapat timbul 7-10 hari setelah suntikan dan dapat berupa kenaikan suhu, gatal-gatal,
sesak nafas dan lain-lain gejala alergi. Reaksi ini jarang timbul bila digunakan serum
yang sudah dimurnikan
Kenaikan suhu (demam) dengan menggigil
Rasa nyeri pada tempat suantikan
Syarat-syarat pemberian serum secara intravena