Anda di halaman 1dari 30

Laporan

kasus

Nama
: Tn Y
Umur
: 25 Tahun
Jenis kelamin : laki - laki
Pekerjaan : Wiraswasta
Status
: Menikah
Masuk RS
: 11 agustus 2016
Tanggal Pemeriksaan
: 11 agustus
2016

Punggung kaki kiri tiba tiba nyeri setelah


di patok binatang yang diduga ular

1 jam SMRS pasien mengeluhkan terbangun dari


tidurnya karena punggung kaki kirinya terasa
nyeri, pada punggung kakinya terdapat bekas
gigitan dan dicurigai itu gigitan ular.
Pasien dan keluarga tidak dapat memastikan itu
merupakan gigitan ular karena setelah dicari
disekitar tempat tidur pasien tidak ditemukan
ular, serangga ataupun hewan berbisa lainya.
Karena pada bekas gigitan kakinya terasa
sangat sakit pasien berobat ke RSUD taluk
kuantan.

Riwayat Penyakit
Dahulu

Riwayat Penyakit
Keluarga

Riwayat Pekerjaan,
sosioekonomi, dan
kebiasaan

Rumah pasien dekat


rawa rawa

Pemeriksaan umum
Kesadaran
: komposmentis GCS 14
Keadaan umum : Tampak kesakitan
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 100 x/menit halus
Nafas
: 20 x/menit
Suhu
: 36,1oc

Mata
reflek
Hidung
Mulut
(-)
Leher
(-),

: Konjungtiva anemis (-/-), sklera


ikterik (-/-), pupil bulat,
isokor, diameter (2mm/2mm),
cahaya (+/+)
: rinorhea (-)
: Faring Hiperemis (-/-), lidah kotor
: Pembesaran kelenjar getah bening
JVP 5-2 H20

- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi

- Auskultasi

: Pergerakan dinding dada simetris


: vokal fremitus kiri = kanan
: Lapangan paru kiri sonor
Lapangan paru kanan sonor
:wheezing -, rhonki -, suara nafas vesikuler

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat


Palpasi
: Iktus kordis tidak teraba
Perkusi
: Batas jantung kanan :
Linea sternalis
dekstra
Batas jantung kiri : 2 jari medial
LMCS SIC V
Auskultasi : Bunyi jantung I & II normal,
murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi
: Perut datar, venektasi (-), scar (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium
(+),
hepar dan lien tidak
teraba
Perkusi: Timpani

Ekstremitas
Akral hangat, pitting edema (-/-), clubbing
finger (-), CRT < 2 detik

Susp Snake bite

DD : insect bite

Non Farmakologi :
Berbaring dengan head up dan imobilisasi tungkai
Farmakologi :
IVFD RL 20 gtt/i
Injeksi ketorolac 1 amp dilanjutkan drip 1 amp/8 jam
Injeksi SABU vial disekitar luka, vial IM
Pasien dirawat di bangsal bedah

FOLLOW UP
Tanggal 12 agustus 2016
S : nyeri hebat pada punggung kaki menjalar ketungkai
O:
TD
:120/80 mmHg

Nadi
: 98 kali/menit

RR
: 24 kali/menit

T
: 36,7oc

Mata
: Konjungtiva pucat (-/-), sklera tidak ikterik
A : snake bite dd insect bite

P : inj ketorolac 1 ampul

Siang harinya nyeri hilang dan pasien minta pulang

GIGITAN ULAR
bisa ular dapat dibagi menjadi dua
jenis yaitu
- Hematoksik ( racun terhadap darah)
- Neuro toksik (racun terhadap syaraf)

Bisa ular yang bersifat racun pada darah (hematoxic).

Bisa ular yang bersifat racun pada darah yaitu:


Bisa ular yang menyerang dan merusak
(menghacurkan) sel - sel darah merah dengan
jalan menghancurkan stoma lecethine (dinding
sel darah merah),
sel darah merah mejadi hancur dan larut
(hemolisine) dan keluar menembus pembuluh
darah mengakibatkan timbulnya perdarahan
pada selaput tipis pada mulut, hidung dan lain lain.

Bisa ular yang bersifat racun pada saraf (neurotoksit).

Bisa ular yang bersifat racun pada saraf yaitu


Bisa ular yang merusak dan melumpuhkan
jaringan - jaringan sel saraf sekitar luka gigitan
yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf
tersebut mati
tanda - tanda kulit sekitar luka gigitan tampak
kebiru - biruan dan hitam (nekrotis).

Ular berbisa :
Tidak agresif (tenang).
Mematu berkali - kali dan membelitkorban

sampai tidak berdaya.


Besar dan panjang dalam ukuran sedang.
Warnanya bervariasi seperti kombinasi merah,
kuning dan hitam.
Bentuk gigitan terdapat bekas taring 2 buah
sejajar.
Pupil berbentuk elips.
Ekor bersisik tunggal.

Ular tidak berbisa :


Lebih agresif.
Mematuk korban hanya 1-2 kali kemudian
meninggalkannya.
Besarnya bervariasi dan panjangnya sampai
beberapa meter
Warna tidak bervariasi
Bekas gigitan banyak atau lecet.
Pupil berbentuk bulat
Ekor bersisk ganda

Local.

Nyeri hebat 30 menit pertama.


Pembengkakan.
Nekrosis jaringan sekit bekas gigitan.
Terbentuknya bula.
Echimosis dan pethichie.

Sistemik.
Penyebaran secara sistemik melalui pembuluh darah vena dan limfe :
Gradasi ringan.
Parestesia.
Fasikulasi.
Kadang disertai rasa mual.
Gradasi berat.
Muntah muntah.
Perdarahan menyeluruh pada selaput lendir dan mukosa.

Grade 0.
Bekas gigitan satu atau banyak dan datar.
Nyerinya (-).
Eritema sekitar luka minimal.
Gejala sistemik sampai 12 jam pertama.
Grade 1.
Bekas taring (+).
Eritema (+), nyeri (+).
Sampai 12 jam pertama.
Edema sekitar luka 1 - 5 cm.

Grade 2.
Bekas taring (+).
Nyeri berat.
Eritema 6 - 12 jam pertama.
Edema 1 - 5 cm sekitar luka.
Gejala sistemik.

Grade 3.
Grade 2.
Ekimosis dan pethichie.

Grade 4.
Grade 3 tambah multi organ failure.

Golongan Darah.
Golongan darah.
Darah lengkap.
Faal hemostasis.

Pengaruh sitotoxic sehingga lisis sel - sel darah


dapat terjadi.
Hipofibrinogenogenemia.
Trombositopenia.
Fibrinolisis.

Tujuan pertolongan :
Memperlambat absorbsi toxic.
Mengeluarkan toxic.
Menetralisir toxic yang beredar.
Memperbaiki volume darah.

Local :
Imobilisasi.
Terjadi pada ekstremitas 90 %.
Mencegah penyebaran toxic.
Menggunakan spalak atau bidai.

Tourniquet.
Dulu cara ini sangat efektif untuk mencegah
penyebaran toxic, namun akhir - akhir ini dinilai tidak
bermanfaat. Cara memasang tourniquet :
Di atas gigitan 20 cm.
Diobservasi pulsase arteri.
Tourniquet dibuka 30 selama 5.
Tourniquet dilepas jika infuse sudah terpasang, sudah ada

pemberi SABU dan tidak dalam keadaan shock.

Insisi dan irigasi.


Lakukan insisi pada gigitan yang baru.
Efektif gigitan 30 1 jam setelah digigit.
Dari percobaan dilaporkan :

Insisi 3 - 1 : 90 % infiltrasi dapat dicegah.


Insisi 15 - 30 : 50 % dapat dicegah.
Insisi 1 jam pertama hasilnya hanya 10 %.

Pemberian SABU, merupakan POLVALEN


CROTALIDAE yang diekstradasi dari
serum kuda di mana sebelum pemberian
dites terlebih dahulu.
Grade
Grade
Grade
Grade
hari.

0
2
3
4

- 1 : tidak perlu SABU.


: 3 - 4 ampul.
: 5 - 15 ampul (perinfus).
: diberikan sebanyak 20 ampul dalam 7

Pemberian serum SABU disekitar luka tidak


dianjurkan karena absorbsinya sangat lambat
dan dapat menurunkan perfusi jaringan sekitar
luka sehingga menyebabkan anoksia.
SABU diberikan secara intravena secara
perlahan lahan, jika pemberian lebih dari 3
ampul dilarutkan dalam 500 cc PZ/D5 %
selama 1 jam.
Selama pemberian, TD dan EKG dimonitor.

Grade 2 dan 3 :
Grade 4

mortalitas 30 - 50 %.
:
mortalitas 90 %.

Anda mungkin juga menyukai