Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kesehatan seksual merupakan suatu aspek kesehatan yang berhubungan dengan
organ-organ kelamin dan perilaku seksual. Kesehatan seksual yaitu pencegahan penyakit
menular seksual dan kehamilan yang tidak di inginkan, kenikmatan seks sebagai bagian dari
hubungan intim dan kendali yang lebih besar terhadap keputusan seksual seseorang.
Seks merupakan aspek intim yang penting, dalam hubungan saling mencintai antara satu
orang dengan orang lain. Seks merupakan aspek hidup yang pribadi dan tersendiri yang
jarang dibahas dengan orang lain.
Perilaku seksual adalah bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu interaksi
faktor-faktor yang kompleks. Seksualitas seseorang adalah terlibat dengan faktor
kepribadian yang lain, dengan susunan biologis dan dengan rasa umum tentang diri sendiri
(sense of self). Ini termasuk persepsi sebagi laki-laki atau wanita, yang mencerminkan
perkembangan pengalaman dengan seks selama siklus kehidupan.
Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif bagi diri sendiri maupun
oranglain, yang tidak dapat diarahkan kepada seseorang pasangan, yang diluar stimulasi
organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah dan kecemasan yang tidak sesuai,
atau konfulsif.
Bagi kebanyakan orang, banyak yang tidak peduli tentang apakah perilaku seksual
yang normal dan apakah jenis-jenis dan gangguan seksual. Gangguan seksual merupakan
masalah dasar bagi pria dan wanita yang mengganggu kemampuan mereka untuk menikmati
seks.
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan parafilia ?
b. Apa yang dimaksid dengan disfungsi seksual ?
c. Bagaimanan ciri-ciri gangguan disfungsi seksual ?
d. Apa yang di maksud dengan gangguan Identitas Gender ?
C. Manfaat
a. Memahami dan mengetahui parafilia
b. Mengetahui pengertian disfungsi seksual
c. Mengetahui ciri-ciri gangguan disfungsi seksual
d. Mengetahui gangguan Identitas Gender
BAB II
PEMBAHASAN
A. Parafilia
Istilah paraphilia (para berarti salah atau abnormal dan philia berarti
ketertarikan) secara harfiah berarti penympangan yang melibatkan objek daya tarik
seksual manusia. Dalam DSM-IV-TR, parafilia adalah sekelompok gangguan yang
mencakup ketertarikan seksual terhadap objek yang tidak wajar atau aktivitas seksual yang
tidak pada umumnya. Fantasi, dorongan, atau perilaku harus berlangsung setidaknya
selama 6 bulan dan menyebabkan distress atau hendaya signifikan. Tapi seseorang yang
memiliki kritria tersebut, belum tentu bisa dikatakan seseoraang tersebut parafilia , karena
apabila seseorang tersebut memiliki perilaku dan fantasinya tidak berulang.
Perilaku seksual adalah bermacam-macam dan ditentukan oleh suatu interaksi
faktor-faktor yang kompleks. Seksualitas abnormal yaitu perilaku seksual yang destruktif
bagi diri sendiri maupun orang lain, yang tidak dapat di arahkan kepada seseorang
pasangan, yang diluar stimulasi organ seks primer, dan yang di sertai dengan rasa bersalah
dan kecemasan yang tidak sesuai, atau konfulsif.
Rafelia secara harfiah para artinya penyimpangan filia artinya objek atau situasi
yang disukai. Parafilia adalah dorongan seksual yang mendalam dan berulang yang
menimbulkan fantasi seksual yang difokuskan pada objek yang bukan pada manusia saja,
penderita atau penghinaan diri sendiri atau partnernya, atau anak-anak atau orang-orang
yang tidak mengizinkan. Parafilia dapat di artikan juga yang menunjukkan pada objek
seksual yang menyimpang (misalnya dengan benda atau anak kecil) maupun aktivitas yang
menyimpang (misalnya dengan memamerkan alat genital).
Penyimpangan ini bisa mengganggu hubungan seksual yang sehat (mengingat
banyak penderita parafilia yang menikah. Parafilia di golongkan kriteria tingkat ringan
yaitu bila penderita hanya mengalami dorongan parafilia yang kuat tetapi tidak
melakukannya. Di anggap sedang bila melakukan kadang- kadang dan di anggap berat bila
berulang-ulang dilakukan. Parafilia lebih banyak diderita pria daripada wanita dengan
perbandingan 20:1.
B.Jenis-jenis Parafilia
1.
Pedofilia
Pedofilia adalah kelainan seks dengan melakukan seksual untuk memenuhi
hasratnya dengan cara menyetubuhi anak- anak dabawah umur. Hal ini dilakukan
oleh orang dewasa(16 tahun keatas) terhadap anak-anak secara seksual belum
matang(biasanya dibawah 13 tahun). (tristiadi ardi) Meskipun pedofilia secara
definisi adalah ketertarikan pada anak-anak, kecenderungan seksual mereka dan
perilaku mereka itu sangat bervariasi. Beberapa dari tidak mengeluarkan impuls
mereka, namun memiliki fantasi kecenderungan yang mengganggu untuk
menganiaya anak-anak. Mereka yang melampiaskan dorongan pedofilianya
melakukan tindakan- tindakan, seperti menelanjangi anak, menyentuh alat kelamin
anak, memaksa anak melakukan aktivitas oral- genital, dan berusaha memaksakan
hubungan seksual melalui vaginal atau anal. (Richard)
2.
Ekshibisionisme
Ekshibisionisme, melibatkan dorongan yang kuat dan berulang untuk
menunjukkan alat genital pada orang yang tidak dikenal dan yang tidak menduganya,
dengan tujuan agar korban terkejut, syok, atau terangsang secara seksual. Orang
penderita ekshibisionisme biasanya tidak tertarik pada kontak seksual aktual dengan
korban dan hal ini bukan sesuatu yang berbahaya.
a.
dorongan, atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan
memamerkan alat kelamin kepada orang lain yang tidak dikenal yang tidak
menduganya.
b.
Froteurisme
Istilah froteurisme(frotteurism) berasal dari bahasa
homoseksual.
Kriteria Sadisme Seksual DSM-IV-TR
a.
Berulang, intens, dan terjadi selama periode minimal 6 bulan, fantasi, dorongan,
atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan tindakan
Transvestik fetishisme
Adalah dorongan yang kuat dan berulang serta fantasi yang berhubungan
dengan melibatkan memakai pakaian dari lawan jenisnya, dengan tujuan untuk
mendapatkan rangsangan seksual. Transvestik fetishisme biasanya terjadi pada pria
heteroseksual.
10. Voyeurisme
adalah bertindak berdasarkan atau mengalami distres akibat munculnya
dorongan seksual yang kuat da terus-menerus sehubungan dengan fantasi yang
melibatkan kegiatan melihat/memperlihatkan orang, biasanya orang tak dikenal yang
sedang tidak berpakaian atau membuka pakaian atau sedang melakukan aktivitas
seksual dimana mereka tidak menduganya. Tujuannya adalah untuk mencapai kepuasan
seksual. Orang yang melakukan veyeurisme biasanya tidak menginginkan aktivitas
seksual dengan orang yang diobservasi.
Veyeurisme adalah kondisi dimana seseorang memiliki preferensi tinggi untuk
mendapatkan kepuasaan seksual dengan melihat orang lain yang sedang tanpa busana
atau sedang melakukan hubungan seksual.
Kriteria Veyeurisme dalam DSM-IV-TR:
a.
Berulang, intens, dan terjadi selama periode minimal 6 bulan, fantasi, dorongan,
atau perilaku yang menimbulkan gairah seksual yang berkaitan dengan tindakan
mengitip orang lain tanpa busana atau sedang melakukan hubungan seksual tanpa
diketahui yang bersangkutan.
7 | Makalah Psikologi Abnormal
b.
b.
c.
Lalu untuk incest sendiri adalah hubungan seks dengan sesama anggota keluarga sendiri
non suami istri seperti antara ayah dan anak perempuan dan ibu dengan anak lakilakinya.
Perbedaan antara incest dan pedofilia adalah
a.
Incest sendiri berdasarkan definisi antar anggota keluarga sedangkan pedofilia umum.
b.
Etiologi parafilia
8 | Makalah Psikologi Abnormal
1. Perspektif Psikodinamika
Menurut pandangan psikodinamik, parafilia pada dasarnya defensif, melindungi ego
dari ketakutan dan ingatan dan direpres, dan mewakili fiksasi pada tahap pragenital
dalam perkembangan psikoseksual. Orang dengan parafilia dilihat sebagai seseorang
yang takut akan hubungan heteroseksual yang konvensional, bahkan yang tidak
melibatkan seks. Perkembangan sosial dan seksualnya tidak matang, terbelakang, dan
tidak adekuat untuk hubungan sosial dan persetubuhan heteroseksual dengan orang
dewasa
2. Perspektif Behavioral dan Kognitif
Terdapat pandangan bahwa parafilia muncul dari classical conditioning, yang secara
kebetulan telah memasangkan rangsangan seksual dengan kelompok stimulus yang
dianggang tidak pantas oleh masyarakat. Namun teori yang terbaru mengenai parafilia
bersifat multidimensional, dan menyatakan bahwa parafilia muncul apabila terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang. Seringkali orang dengan parafilia
mengalami penyiksaan fisik dan seksual pada masa kanak-kanak, dan tumbuh dalam
keluarga yang hubungan antara orang tua dengan anak terganggu. Pengalamanpengalaman awal ini dapat berkontribusi terhadap tingkat kemampuan sosial serta selfesteem yang rendah, kesepian, dan kurangnya hubungan intim yang sering terlihat pada
parafilia. Kepercayaan bahwa sexual abuse pada masa kanak-kanak merupakan
predisposisi untuk munculnya, ternyata, masih perlu ditinjau ulang. Distorsi kognitif
juga memiliki peran dalam pembentukan parafilia. Orang dengan parafilia dapat
membuat berbagai pembenaran atas perbuatannya. Pembenaran dilakukan antara lain
dengan mengatribusikan kesalahan kepada orang atau hal lain, menjelek-jelekkan
korban, atau membenarkan alasan perbuatannya. Sementara itu, berdasarkan perspektif
operant conditioning, banyak parafilia yang muncul akibat kemampuan sosial yang
tidak adekuat serta reinforcement yang tidak konvensional dari orang tua atau orang
lain.
Terapi Parafilia
Karena sebagian besar parafilia illegal, banyak orang dengan parafilia yang masuk
penjara dan di perintahankan oleh pengadilan untuk mengikuti terapi. Para pelaku
9 | Makalah Psikologi Abnormal
2.
3.
4.
Terapi psikoanalitis
Pandangan psikoanalisa beranggapan bahwa parafilia berasal diri kelainan karakter,
sehingga sulit unutk diberi perawatan sehingga sulit untuk diberi perawatan dengan
hasil yang memuaskan. Psikoanalisa belum member kontribusi yang besar dalam
penanganan parafilia secara efektif.
2.
Teknik Behavioral
Para terapis dari aliran behavioral mencoba unutuk mengmbangkan prosedur terapeutik
untuk mengubah aspek seksual individu. Pada awalnya, dengan pandangan bahwa
parafilia merupakan ketertarikan terhadap objek seksual yang tidak pantas, prosedur
yang dilakukan adalah dengan terapi aversif. Terapi aversif dilakukan dengan
memberikan kejutan fisik saat seseorang menunjukkan perilaku yang berkaitan dengan
parafilia. Metode lain, disebut satiation, dimana seseorang diminta untuk bermarturbarsi
untuk waktu yang lama, sambil berfantasi lantang. Kedua terapi tersebut , apabila
digabungkan dengan terapi lain seperti kemampuan social, dapat bermanfaat terhdap
pedofilia transvesisme eksibisionisme, dan transvestisme. Cara lain yang dilakukan
adalah orgasmic reorientation, yang bertujuan membuat pasien belajar untuk menjadi
lebih terangsang pada stimulus konvensional, sementara mereka member respon seksual
10 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
terhadap rangsangan lain yang tidak konvensional. Selain tekni itua, ada teknik lain
yang umum digunakan, seperti pelatihan social skills.
3.
Penanganan Kognitif
Prosedur kognitif sering digunakan untuk mengubah pandangan yang terdistorsi pada
individu dengan parafilia. Diberikan pula pelatihan empati agar individu memahami
pengaruh perilaku mereka terhadap orang lain. Banyak program penanganan yang
memberikan program pencegahan relapse, yang dibuat berdasarkan program rehabilitasi
ketergantungan obat-obatan terlarang.
4.
Penanganan Biologis
Intervensi biologis yang sempat banyak diberikan dua generasi yang lalu adalah dengan
melakukan kastrasi atau pengangkatan testis. Baru-baru ini, penanganan biologis yang
dilakukan
melibatkan
obat-obatan.
Beberapa
obat
yang
digunakan
adalah
Usaha Hukum
Di Amerika, sebagai akibat dari tuntutan masyarakat, telah muncul hukum mengenai
pelaku kejahatan seks. Dikenal sebagai Megans Law, hukum tersebut memungkinkan
warga sipil untuk mendeteksi keberadaan mantan pelaku kejahatan seksual, yang
dianggap berbahaya. Dengan hukum ini, diharapkan masyarakat dapat waspada, dan
para mantan pelaku tidak berkesempatan untuk mengulangi kejahatannya.
C. Disfungsi seksual
Disfungsi seksual ditentukan oleh individu , sering kali dalam lingkup hubungan
intim dan hampir selalu dalam konteks harapan budaya serta nilai- nilai menganai apa ang
merupakan fngsi seksual yang normal, tidak ada pola yang benar dari aktivitas sosial ;suatu
11 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
yang dipandang sebagai disfungsi bagi seseorang mungkin merupakan suatu hal yang
dipandang normal dan sehat oleh orang lain, sayangya, orang-orang dapat menganggap diri
mereka mengalami dsfungsi seksual tanpa menadari kemungkinan bahwa perilaku mereka
sebenarnya masih berada pada rentang perilaku normal.
Sisi lain dari disfungsi seksual yang akan menjadi nyata ketika anda membaca
deskripsi klinis dan sejarah khusus adalah bahwa terkadang disfungsi seksual merupakan
pertanda atau gejala adanya masalah dalam kehidupan seseorang yag tidak langsung yang
terkait dengan seksualitas. Sebagai contoh seseorang yang sangat marah akibat tekanan
pekerjaan atau masalah keluarga mungkin akan mengalami gangguan juga dalam hal
performa seksualnya. Sering kali orang tidak menyadari hubungan antara masalah seksuala
dan tekanan hidup lain dan tentunya beberapa masalah seksual
dengan masalah lain apabila dibandingkan dengan maslah dalam hubungan biasa atau
pengalaman-pengalaman yang terjadi dimasa lalu seseorang yang menjadi landasan pada
suatu masalah seksual. Para klinisi merujuk pada beberapa perbedaan dalam karakterisasi
sumber
disebabkan oleh suatu factor psikologis, seperti depresi atau masalah dalam hubungan atau
karena kombinasi dari factor psikologis serta factor fisik, misalnya penyakit atau kecanduan
obat. Mereka juga membedakan antara tipe yang berlangsung lama
sebagaiman disfungsi seksual yang tergantung oleh situasi atau terjadi secara uumum. Suatu
disfungsi yang berlangsung dalam jangka panjang telah ada sejak awal berfungsinya oragn
soksual secara aktif. Disfungsi situasional terjadi terhadap beberapa stimulasi seksual,
situasi atau partner tertentu, sedangkan disfungsi secara umum tidaklah terbatas
Untuk memahami disfungsi seksual, penting untuk memahami perspektif mengenai
factor-faktor yang berkontribusi terhadap fungsi-fungsi seksual yang sehat. Masters dan
Johnson (1966, 1970) dalam penelitian terdadulu mereka tentang
seksualitas manusia,
secara sistematis mengobservasi respon seksual pad pria dan wanita pada kondisi yang
terkontrol di laboratorium. Penelitian mereka dipublikasikan secara meluas dan dinilai
membantu menghilangkan berbagai
mitos
orgasme wanita dan klitoris penemuan ini mendukung meraka yang tidak setuju dengan apa
yang diungkapkan oleh Freud bahwa kedua hal tersebut berbeda. Masters dan Johnson
tidak hanya memberikan dasar yang lebih ilmiah untuk memahami disfungsi seksual,
mereka juga mengambil suatu pendekatan yang
lebih humanistis
untuk membahas
gangguan ini, untuk merawat mereka , semaksimal mungkin, dalam konteks hubungan
interpersonal yang sering kali menyebabkan terjadinya disfungsi seksual
Masters dan Johnson mengidentifikasi empat fase dalam siklus respos seksual,
yaitu perangsangan, orgasme dan resolusi. Pada fase perangsangan ketertarikan seksual
individu meningkat dan tubuh bersiaip untuk melakukan hubungan seksual . rangsangan
seksual semakin terbangun pada fase plateau dan individu mengalami kontraksi otot pada
are genital yang dihubungkan dengan sensasi rasan nikmat yang intens pada fase orgasme.
Fase resolusi adalah suatu masa kembali pada suatu keadaan yang secara fisiologis normal.
Setiap orang berbeda
perkembangan dari fase satu ke fase lain bergerak cepat, sedangkan pada orang lain
pergerakan antar fase bergerak lebih lambat . tidak setiap kegiatan seksual perlu meliputi
semua fase.
Disfungsi seksual dikaitkan dengan fase perangsangan dan orgasme serta dikaitkan
juga
dengan keseluruhan
seseorang.
mengalami disfungsi seksual ha nya memiliki ketertarikan yang kecil terhadap seks atau
bahkan tidak tertarik sama sekali ; sebagian yang lain mengalami suatu penundaan dalam
suatu fase tertentu dari perangsangan seksual atau tidak tergugah sama sekali. Sebagian
yang lain dapat meras tergugah, namun tidak dapat mencapai orgasme.
Penting menyadari bahwa terkadang masalah psikologis lain adalah dasar dari
kesulitan seksual, sebagai contoh, abnormalitas rendahnya hasrat seksual pada seseorang
yang mengalami depresi tidak akan didiagnosis sebagai disfungsi seksual , melainkan
akan dipandang sebagai bagian dari depresi yang dialaminya.
Disfungsi seksual dapat memiliki dasar fisik ataupun psikologis serta sering sekali
terdapat interaksi
psikologis.
disfungsi seksual dan bahkan setelah mendapatkan bantuan professional, cepat mengambil
13 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
kesimpulan bahwa masalah seksual pasti memiliki oenyebab emosional, mereka gagal
memahami bahwa suatu masalah seksual mungkin terkait dengan sakit fisik, pengobatan
atau tingkat kesehatan secara umum .
Masalah seksual pada awalnya dapat tidak merusak, namun kemudian berkembang
menjadi lebih serius karena kecemasan yang menyertai masalah ini. Masters dan Johnson
menggunakan istilah spectotaring untuk merujuk pada pengalaman ketika individu merasa
sangat sadar pada saat melakukan aktifitas seksual.
Gangguan Hasrat Seksual Hipoaktif
Individu yang mengalami gangguan hasrat seksual hipoaktif memiliki ketertarikan
yang sangat rendah terhadap aktivitas seksual. Individu tersebut tidak mencari hubungan
seksual yang nyata, juga tidak membayangkan mereka memiliki hubungan tersebut, tidak
juga mengharapkan suatu kehidupan seksual yang lebih aktif. Tekanan yang terkait dengan
gangguan ini biasanya terjadi pada are hubungan intim yang mungkin akan sulit untuk
diatasi.
seksualnya, sedangkan bagi sebagian ynag lain kondisi ini bersifat situasional, mungkin
hanya terjadi pada konteks hubungan tertentu. Orang cenderung mengembangkan
gangguan ini sebagai hasil dari kesulitan psikologis lain, seperti depresi, trauma seksual
yang terjadai dimasa lalu, citra tubuh atau harga diri yang rendah, kekerasan interpersonal ,
atau hubungan yang penuh dengan pertengkaran. Pada beberapa kasus , gangguan ini dapat
berkembang sejalan dengan disfungsi seksual yang sudah ada sebalumnya. Sebagai contoh,
seorang pria yang tidak dapat mengontrol ejakulasinya mungkin akan kehilangan minat
terhadap seks karena malu dan cemas akan masalah tersebut.
Individu yang mengalami gangguan hasrat seksual hipoaktif dalam jangka panjang
mengalami penurunan ketertarikan pada bentuk seksualitas sejak masa pubertas. Kasus
seperti ini
dengan
yang
mengalami kondisi ini pada masa dewasa sebagai akibat dari suatru periode stress atau
kesulitan interpersonal.
Gangguan Pengindraan Seksual
14 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
seksual yang
menyebabkan tekanan personal atau masalah interpersonal. Individu ini mungkin tertarik
terhadap seks dan mungkin menikmati fantasi seksual, namun menolak gagasan melakukan
aktivitas seksual dengan orang lain, bagi sebagian orang reaksi ini digenerelisasikan serta
melibatkan suatu penghinaan terhadap semua perilaku seksualintim, termasuk berciuman
dan berpelukan. Bvagi sebagian yang lain , pengindraan terjadi pada beberapa hal tertentu
dari seksualitas interpersonal , seperti tekanan vagina atau aroma alat kelamin. Reaksi
yang dimunculkan berada pada rentang reaksi kecemasan sedang hingga serangan panic.
Seseorang yang mengalami gangguan pengindraan seksual
mereka terhadap perilaku seksual dan mereka merasa kespian serta rentan untuk memasuki
suatu hubungan intim. Ketika telah terlibat dalam suatu hubungan dekat, mereka biasanya
mengalami perselisihan dengan pasangan mereka karena reaksi terganggu mereka terhadap
kemungkinan adanya hubungan sekkskual.
Masters dan Johnson menyebutkan empat penyebab utama dari gangguan ini yaitu :
1. Perilaku seksual yang sangat negative dari figure orang tua
2. Adanya sejarah trauma seksual, seperti perkosaan atau inses
3. Suatu pola tetap tekanan seksual yang selalu dimunculkan oleh seorang pasangan dalam
hubungan jangka panjang
4. Kebingungan identitas gander pada pria
menggnakan alat bant seksual. Tubuh mereka menjadi tidak responsif ketika melakukan
hubungan seksual normal serta tidak mengalami refleksi fisiologis normal dari lubrikasi dan
pembengkakan pada vagina. Sebagai konsekuensinya, penetrasi dari penis dapat
menimbulkan sensasi tidak nyaman dan mungkin rasa sakit . gangguan ini tidak terkait
dengan gangguan lain. Gangguan iini dapat berlangsung seumur hidup atau dalam jangka
waktu tertentu , berlaku umum ata situasional, serta disebabkan oleh faktor psikologis atau
sebagai kombinasi darei faktor psikologis dan fisik.
mampu mencapai ereksi, namun akan hilang ketika mereka mencoba melakukan penetrasi
atau segera setelah melakukan penetrasi. Hal yang menarik dan penting secara medis adalah
fakta bahwa pria yang mengalami gangguan ini biasanya tidak mengalami kesulitan ereksi
ketika melakukan manstrubasi.
Sebagaimana disfungsi seksual yang lain, kondisi ini dapat terjadi pada jajngka waktu
lama atau pendek, secara umum atau spesifik terhadap seorang partner tertentu . bagi mereka
yang mengalami gangguan ereksi, sekitar 15 sampai 30 persen akan menemukan bahwa
16 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
masalah iini akan berlalu seiring berjalannya waktu, sering sekali sebagai hasil dari perubahan
pada intensitas atau kualitas dari suatu hubungan.
Gangguan Orgasmik Wanita
Ketidakmampuan untuk mencapai
orgasme atau
menekan dalam pencapaian orgasme menyebabkan gangguan orgasmik wanita. Kondisi ini
menyebabkan tekanan personal ata kesulitan interpersonal. Beberapa wanita tidak mampu
mencapai orgasme dalam segala situasi, sedangkan bagi sebagian yang lain, masalah in
bersifat situasional . mereka mungkin mencapai orgasme melalui stimulasi mandiri atau
dalam seorang partner dalam perilaku seksual lain selain hubungan seksual.
Selama beberapa tahun, para wanita dengan
rangsangan seksual
kesulitan
yang
mengimplikasikan suatu kecacatan dalam tipe kepribadian. Untuk memahami gangguan ini,
penting disadari bahwa orgasme pada wanita bergerak pada rentang pengalaman tertentu.
Kaplan (1986) menggambarkan bahwa pada suatu titik ekstrim, terdapat sekelompok kecil
wanita yang hanya dapat mencapai orgasme hanya melalui fantasi erotis, stimlasi pada buah
dada, ata ciuman.
wanita yang mampu mencapai orgasme hana melalui hubungan seksual, tanpa stimulasi
langsung pada klitoris. Beberapa wanita dapat mencapai orgasme selama berhubungan
seksual, namun hanya jika disertai oleh stimulasi manual pada klitoris. Berikutnya adalah
para wanita yang tidak mampu mencapai oragasme dengan seorang partner, namun mampu
menstimulasi diri mereka sendiri hingga mencapai oegasme. Pada bagian akhir dari kontinum
tersebut adalah sekitar delapan persen wanita yang belum pernah merasakan orgasme sama
sekali . Kaplan menekankan bahwa batas normal dan patologis pada kontinum ini masih
diperdebatkan meskipun sebagaian besar klinisi menganggap para individu yang masuk
kedalam dua kelompok terakhir sebagai individu yang mengalami disfungsi seksual.
Gangguan Orgasmik Pria
Gangguan orgasmik pria juga dikenal sebagai orgasme yang tertahan pada pria.
Melibatkan suatu kesulitan spesifik pada fase orgasme. Sebagaimana yang telah terjadi pada
wanita gangguan ini dapat terjadi secara umum dan situasional. Para pria yang mengalami
17 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
gangguan orgasme umum merasa tidak mungkin merasa orgasme dalam setiap situasi,
sedangkan para pria yang mengalami ganggan orgasme situasional mengalami kesulitan
dalam situasi tertentu
melakukan manstrubasi. Keluhan ang paling umum dari para pria ang mengalami gangguan
ini meskipun mereka sangat terangsang pada saat mereka mengalami gangguan seksual,
mereka merasa sulit mencapai orgasme dengan seorang pasangan pada suatu titik pelepasan
tertentu.
Ganggan ini bergerak pada rentang penundaan situasional ringan dalam ejakulasi
hingga ketidakmampuan total untuk mencapai orgasme pada bagian akhir dari spektrum ini
adalah para
pri yang memerlukan waktu yang sangat lama sebelum mampu ejakulasi.
Kemudian terdapat sekelompok pria yang memerlukan tambahan stimulasi baik dari seorang
pasangan ataupun dirinya sendiri agar dapat mencapai orgasme. Mungkin mereka dapat
mencapai orgasme ketika hanya distimulasi secara oral atau manual. Bagian selanjutnya dari
kontinum ini adalah para pria yang hana dapat mengalami orgasme melalui manstrubasi.
Pada ttitik ekstrem yang lebih jauh adalah para pria yang merasa tidak mungkin mencapai
orgasme, terlepas dari situasi yang ada. Dalam setiap kasus-kasus tersebut , perhatian pria
terhadap masalah dan kesulitan interpersonal yang muncul dalam hubungan dekatnya
menghasilkan tekanan psikologis dalam diri pria tersebut.
Ejakulasi Dini
Seorang pria yang mengalami ejakulasi dini
hubungan seksual jauh sebalum yang diharapakan, mungkin bahwa sebalum ia melakukan
penetrasi , sehingga ia tidak dapat mencapai kepuasan seksual. Pria tersebut mungkin
menikmati keintiman seksual dan tertarik pada pertnernya, namun segera setelah mencapai
titik perangsang tertentu , ia akan kehilangan kontrol. Ejakulasi dini biasanya terjadi dengan
semua partnernya karena masalah terletak pada kegagalan seorang pria untk mempelajari
kontrol yang disengaja
dimunculkan dalam masalah ini beragam, ada pria yang hanya sedikit terpengaruh hingga
pria dan p[asngannya ang sangat tertekan serta tidak mampu untk membangun pola- pola
percintaan lain yang memuaskan.
yang
mempengaruhi pria dan wanita, meliputi rasa sakit yang terjadi berulang atau menetap pada
alat kelamin sebelum, pada saat atau setelah hubungan seksual. Vaginismus yang hanya
mempengaruhi wanita, meliputi kejang pada otot luar vagina yang berulang ata menetap.
Pada dasarnya, seorang wanita yang terangsang secara seksual akan mengalami reaksi otot
vagina, namun wanita dengan
sehingga penetrasi tidak dapat dilakukan atau akan dirasa menyakitkan . banyak wanita
dengan vaginismus mengalami kejang otot yang sejenis sebagai respon terhadap setiap
usaha penetrasi vagina, termasuk usaha untk memasukan tampo ataupun pemeriksaan pelvis
yang dilakukan oleh profesional di bidang medis.
Supratiknya (1995) menyebutkan
a. jenis-jenis disfungsi seksual kaum laki-laki:
1. Insufisiensi erektil. Yang dimaksud
adalah ketidakmampuan
mempertahankan ereksi sehingga gagal melakukan
mencapai atau
impotensi dan ada dua jenis, yakni insufisiensi primer dan insufisiensi sekunder. Pada
insufisiensi primer, seorang laki-laki tidak pernah mampu menahan ereksi dalam waktu
yang diperlukan untuk melakukan penetrasi yang memuaskan, termasuk sampai
mencapai
tidaknya pernah sekali berhasil melakukan koitus namun kini tidak mampu mencapai
atau menahan ereksi secukupnya.
2. Ejakulasi prematur. Yang dimaksud adalah jeda yang terlalu pendek antara
mulai
dirasakannya stimulasi seksual dan terjadinya ejakulasi, dengan akibat pihak perempuan
gagal mencapai kepuasan dalam hubngan seksual. Ada yang memberikan batasan bahwa
ketidakmampuan menahan stimulasi selama empat menit tanpa mengalami ejakulasi
merupakan indikator bahwa seorang laki-laki membutuhkan terapi seks (lopiccolo,1978).
3. Ejakulasi lamban atau inkompetensi berejakulasi. Yang dimaksud adalah gangguan
orgasmik pada lelaki, yaitu kelambanan atau bahkan ketidakmampuan
mencapai
perasaan-perasaan seksual serta kebal terhadap sebagian besar atau bahkan semua
bentk stimulasi erotik. Tanda fisiknya yang terpenting adalah
melakukan lubrikasi pada vulva dan
jaringan-jaringan
ketidakmampuan
20 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
menghilangkan miskonsepsi , hambatan dan perasaan takut, serta menanamkan sikap dan
perasaan positif bahwa seks merupakan pengalaman ang menyenangkan , wajar, bermakna.
Asesmen Perilaku Seksual
Ada tiga aspek utama dalam asesmen perilaku seksual(wiegel, Wincze, dan Barlow, 2002)
1. Wawancara, biasanya didukung dengan sejumlah kuisioner karena pasien mungkin mau
memberikan lebih banyak informasi diatas kertas daripada dalam wawancara verbal
2. Evaluasi medis yang seksama, untuk menyisihkan kondisi-kondisi medis yang dapat
memberikan kontribusi terhadap masalah- masalah seksual.
3. Asasmen psikofisiologis, untuk mengukur aspek-aspek fisiologis dari rangsangan seksual
Penyebab Disfungsi Seksual
Disfungsi seksual individu jarang muncul sendirian. Biasanya pasien yang dirjuk ke
klinik seksualitas mengeluhkan campran bermacam-macam mesalah seksual, meskipn salah
satunya mungkin paling menjadi keprihatinan (Hawton, 1995).
Kontribsi biologis
Sejumlah kondisi fisik dan medis memberikan kontribusi terhadap disfngsi seksual
(Kim dan Lipshuld, 1997). Meskipun tidak mengejutkan, sayangnya, kebanakan pasien dan
bahkan
neurologis dan kondisi-kondisi lain ang mempengaruhi sistem syaraf , seperti diabetes dan
penyakit ginjal dapat secara langsng mempengaruhi fungsi seksual dengan mengurangi
21 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
sensitivitas di daerah genital, dan mereka merupakan penyebab lazim bagi disfungsi ereksi
pada laki-laki (Schover dan Jensen, 1988)
Sakit kronis secara tidak langsung juga dapat mempengaruhi fungsi seksual. Sebagai contoh,
tidak jarang orang-orang yang mengalami serangan jantung yang takut sampai ke titik
terpreukupasi untk melakukan kegiatan fisik yang terlibat dalam hubungan seksual. Maka
sering tidak mampu mencapai titik terangsang meskipun diyakinkan oleh dokterna bahwa
kegiatan seksual aman bagi mereka.(cooper, 1988)
Penyebab fisik utama disfungsi seksual adalah obat resep. Penanganan obat untuk
tekanan arah tinggi, yang disebut obat antihipertensi, yang termasuk golongan yang dikenal
sebagai beta-blockers, termasuk propanonol, dapat memberikan kontribusi pada disfungsi
seksual. Obat anti depresan trisiklik serta obat-obat antidepresan dan antikecemasan lain juga
dapat mengganggu hasrat dan keterangsangan seksual pada laki-laki maupun perempuan
(segraves dan Althof, 1998). Sejumlah obat, terutama obat-obat psikoaktif, dan menghambat
hasrat dan keterangsangan seksual dengan menaikkan tingkat subtipe- subtipe serotonin
tertent di otak. Disfungsi seksual- terutama hasrat seksual yang rendah dan kesulitan untuk
terangsang- merupakan efek samping yang paling meluas dari obat-obat antidepresan SSRI
seperti prozac, dan 75 % orang ang memakai obat-obat ini mengalami disfungsi seksual pada
tingkat tertentu
menekan keterangsangan seksual, tetapi mungkin mereka tidak tahu bahwa kebanyakan
penyalahgunaan obat lainnya seperti kokain dan heroin juga menghasilkan disfngsi seksual
yang meluas pada pengguna dan penyalahgunaan beratnya, baik laki-laki maupun perempuan
Juga ada konsepsi yang keliru bahwa alkohol memfasilitasi rangsangan dan perilaku
seksual.
dan sedang
mengurangi hambatan sosial sehingga orang merasa lebih menyukai seks. (Crowe dan
George, 1989). Ekspektansi orang bahwa rangsangan akan meningkat bila mereka minum
alkohol mungkin memiliki efek ang lebih besar dibandingkan kehilangan hambatan yang
terjadi karena efek alkohol itu sendiri, paling tidak pada dosis rendah. (roehrich dan Kinder,
1991). Secara fisik, alkohol dalam sisitem syaraf pusat bersifat penakanan, dan untk dapat
mencapai ereksi bagi laki-laki dan untuk mencapai lubrikasi bagi perempuan, hal itu akan
jauh lebih sulit bila sistem saraf pusatnya
22 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
penurunan tingkat
testosteron dan penurunan-penurunan yang terkait dengan hasrat dan keterangsangan seksual.
Alkoholisme kronis juga dapat menyababkan masalah ketidaksuburan pada laki-laki
maupun perempuan (Malatesta dan Adam,2001). Fahrner (1987) menelaah prevelansi
disfungsi seksual dikalangan laki-laki pecandu alkohol, dan menemukan bahwa
75%
diantaranya mengalami disfungsi erektil, hasrat seksual yang rendah dan ejakulasi dini ata
ejakulasi tertunda.
Banyak orang yang melaporkan bahwa kokain atau ganja meningkatkan kenikmatan
seksual. Meskipun hanya sedikit yang diketahui tentang
penggunaanya, tampaknya mustahil bila bahan kiomia iti dapat meningkatkan kenikmatan .
sebaliknya, pada mereka yang melaporkan
mungkin bersifat psikologis dalam arti bahwa fokus perhatian mereka pada stimulasi
sensorik lebih total dan penuh (Buffum, 1982), faktor yang tampaknya menjadi bagian
penting dalam fungsi
laporan dari Mannino, 1994 yang meneliti lebih dari 4000 veteran perang menunjukkan
bahwa merokok memberikan kontribusi pada disfungsi seksual.
Kontribusi Psikologis
Ketika dihadapkan pada kemungkinan untk melakukan hubngan seksual, individu
yang disfungsional cenderung membuat perkiraan yang terburuk dan menganggap situasinya
relatif negatif dan kurang menyenangkan (Weisberg, dkk, 2001) mereka menghindar sejauh
mungkin agar dirinya tidak menyadari adanya stimulus seksual. Mereka mungkin juga
mendistraksi dirina sendiri dengan
meningkat , perhatian seseorang difokuskan secara labih intens dan konsisten. Tetapi orang
yang memfokuskan diri pada pikiran-pikiran negatif akan mustahil bisa terangsang.
23 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
Orang-orang yang fungsi seksualna normal bereaksi terhadap sitasi seksual secara
positif , mereka memfokuskan perhatiannya pad stimulus-stimulus erotis dan tidak menjadi
terdistraksi. Ketika mereka menjadi terangsang, mereka semakin memfokuskan diri pada
stimulus-stimulus seksual dan erotis tersebut, dan membiarkan dirinya menjadi semakin
terangsang secara seksual.
Laki-laki yang berfngsi secara normal menunjukkan keterangsangan seksual yang
meningkat selama kondisi ada tuntutan untuk berbuat , mengalami efek positif , terdiktrasi
oleh stimuli nonseksual, dengan menganggap dirinya sangat terangsang. Laki-laki dengan
masalah-masalah
menurn selama kondisi ada tuntutan untuk berbuat, mengalami efek negatif , tidak
terdistraksi oleh stimulasi nonseksual, dan tidak mempunyai kepekaan yang akurat terhadap
sebarapa jauh dirinya terangsang.
disfungsi seksual, yang cenderung muncul bersama-sama, tapi terutama berlaku pada
gangguan rangsangan seksual.
Kontribsusi sosial dan kultural
Donn Byrne mendemonstrasikan bahwa erotofobia, yang diduga dipelajairi pada masa
kanak-kanak
berbagai masalah seksual yang kelak akan dialami.(Byrne dan Schutle, 1990). Jadi, bagi
sebagian individu, stimulus seksual menjadi terasosiasi dengan efek negatif sejak masa
kanak-kanak. Pada kasus-kasus lain baik laki-laki maupun perempuan dapat mengalami
kejadian negatif atau traumatik tertentu setelah mereka ,mencapai periode seksualitas yang
welladjusted . kejadian negatif it dapat berupa kegagalan untk merangsang dan tiba-tiba saja
terjadi atau trauma seksual riil seperti perkosaan.
Laumman, dkk 1999, dalam survei seks di AS , menemukan dampoak substansial dari
kejadian traumatik dimasa kanak-kanak terhadap fungsi seksual dimasa yang akan datang,
terutama pada perempuan.
Selain sikap yang secara umum negatif atau pengalaman yang berhubngan dengan
interaksi seksual, sejumlah faktor lain dapat memberikan kontribusi terhadap disfungsi
seksual. Di antaranya yang paling sering , adalah kemunduran dalam hubungan interpersonal.
24 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
Sulit untuk mendapatkan hubungan seksual yang memuaskan dalam konteks sikap yang
semakin tidak menyukai pasangan seksual . ketrampilan seksual yang buruk juga dapat
mengakibatkan sering mengalami kegagalan hubungan seksual dan kurangnya nafsu seksual.
Jadi faktor-faktor sosial dan kultural
selanjutnya. John Gagnon telah meneliti fenomenon ini dan menyusun sebuah konsep penting
yang disebut script theory of sex functioning.menurt teori ini orangh beroprasi menurut
skrip yang mencerminkan ekspektansi sosial dan kultural dan mengarahkan perilaku kita
(Gagnon, 1990), dengan menemukan skrip-skrip ini , baik pada individu-individu maupun
pada suatu kebudayaan , kita akan tahu banyak tentang fungsu seksual. Sebagai contoh,
seorang yang belajar bahwa seksualitas berpotensi membahayakan, kotor, atau merupakan
perbuatan terlarang , lebih rentan untuk mengembangkan disfungsi sosial pada kehidupannya
kelak. Pola ini paling tampak jelas pad budaya-budaya yang memiliki sikap reskriptif
terhadap seks. Sebagai contoh vaginismus relatif jarang terjadi di Amerika Utara tetapi
menjadi penyebab yang paling sering bagi disrubsi perkawinan di Irlandia (Banes,1981).
25 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
Sikap-sikap yang ditularkan secara sosial tentang seks dapat berinteraksi dengan
masalah hubngan interpersonal dan predoposisi untk mengembangkan performance anxiety
yang mengakibatkan terjadinya disfungsi seksal. Dari sudut pandang psikologis, kita tidak
tahu mengapa sebagian individu
faktor-faktoe
untuk
memfasilitasi diantara pasangan yang disfungsional. Terapi dilaksanakan setiap hari selama dua
minggu.
Program aktualnya bersifat langsung , selai memberikan pendidikan dasar tentang fungsi
seksual, mengubah mitos yang telah tertanam dalam-dalam, dan meningkatkan komunikasi, dan
tujuan utama klinisi adalah mengeliminasi performance anxiety (kecamasan akan performa)
berbasis psikologis. Ntuk melakukann ini Master dan Jonson emngintrksikan sensate focus dan
nodemand pleasuring. Dalam hal ini, pasangan diintruksikan untuk tidak melakukan
persetubuhan atau mengusap-usap alat kelamin, tetapi mengeksplorasi dan saling menikmati
tubuh pasangan ,melalui sentuhan , ciuman, pelukan, pijatan, dan tindakan semacamnya. Dalam
fase pertama nongenital pleasuring , buah dada atau alat kelamin disingkirkan dari latihan .
setelah berhasil menyelesaikan fase ini , pasangan beralih ke genital pleasuring, tetapi dilarang
oergasme dan bersetubuh dan disertai intruksu yang jelas bagi [pihak laki-laki bahwa mwncapai
ereksi bukan tujian fase ini.
Pada titik ini rangsangan harus dimantapkan, dan pasangan itu harus sudah siap untuk
melakukan persetubuhan . agar tidak berjalan terlalu cepat, tahap iini dibagi menjadi dua
bagian. . selama menjalankan program intensif selama dua minggu, Master dan Jhonson
melaporkan terjadinya pemulihan fungsi seksual pada sebagian besar diantara lebih dari 790
pasien ang mengalami disfungsi seksual. Selanjutnya para terapis seks telah memparluas dan
26 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
disfungsi seksual
telah
dikembangkan selama beberapa tahun terakhir ini. Hamper semuanya difokuskan pada gangguan
ereksi pada laki-laki. Obat fiagra, yang diintroduksikan pada tahun 1998, dan obat-obat
semacamnya seperti LeVitra dan Cialis, yang diintroduksikan kemudian, adalah beberapa ibat
yang paling banyak dikenal. Kita melihat empat macam prsedur yang paling popular, yaitu: obat
oral, suntikan substansi fasoaktif secara langsung ke penis, operasi, dan vacuum device therapy
(terapi dengan vacum). Sebelum mulai, perlu diketahui bahwa penting untuk mengombunasikan
penanganan medis apapun dengan program edukasi dan terapi sex yang komprehesif untuk
memastikan tercapainya manfaat yang maksimal.
Beberapa obat yang terkenal dengan sebutan wonder drugs (obat ajaib) untuk berbagai
macam gangguan telah diintroduksikan secara luas termasuk Prozac untuk depresi dan redux
untuk obesitas. Antusiasme yang luar biasa bahwa obat dapat mengobati segala gangguan yang
diikuti oleh periode kekecewaan ketika orang menyadari bahwa obat itu tidak sesuai dengan
yang dijanjikan akan memberikan dampak yang merugikan dan bila terbukti obat itu evektif
biasanya mditemukan memiliki manfaat moderat pada sebagaian orang dan dijadikan bagian
yang bermanfaat dari rencana penanganan.
Obat ajaib dari tahu 1998 adalah Sildenafil (nama dagam Viagra) untuk disfungsi
ereksi .persetujuan dari food and drug administration itu muncul pada awak tahun 1998, dan
hasil-hasil dari percobaan klinis menunjukkan bahwa antara 50 % sampai 80% dari sejumlah
besar laki-laki mendaoatkan manfaat dari penanganan ini (Conti, Pepine, dan Sweeney, 1999;
Gold Stein, dkk, 1998). Artinya, ereksi mereka cukup untuk melakukan persetubuhan. Tetapi
30% mungkin mengalami sakit kepala berat sebagai efek sampingnya, terutama pada pemakaina
disis yang lebih tinggi (Rosen, 2000; Virag, 1999), dan laporan-laporan tentang kepusan seksual
tidak optimal. Selain itu ada semacam harapan bahwa Viagra akan bermanfaat untuk disfungsi
seksual pasca Menupause
(Kaplan, dkk, 1999). Yang lebih mutahir, Berman, dkk (2003) melaporkan perbaikan tertentu
27 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
sebagai hasil Viagra pada perempuan pasca menopause yang mengalami gangguan rangsang
seksual, tetapi hanya pada perempuan yang nafsu seksualnya tidak menurun/ menghilang.
Testosterone juga pernah digunakan untuk menangani disfungsi ereksi (Schlavi, White, Mandeli,
dan Levine, 1997).tetapi, meskipun aman dan relative tudak memiliki banyak efek samping,
efeknya terhadap disfungsi ereksi boleh dibilang tidak berarti (Mann, dkk, 1996).
Sebagaian dokterahli urologi mengajari pasien untuk menyuntikkan obat-obat
vasidilatasi, seperti papaverine atau prostauglandin
mereka ingin berhubungan seksual. Obat-obat ini memperlebar pembuluh darah. Memungkinkan
darah mengalir ke penis dan oleh karenanya, menghasilkan ereksi dalam waktu 15 menit setelah
injeksi dilakukan dan dapat berangsung selama satu sampai empat jam (Kim dan Lipshults,
1997; Roosen, 2000; Segraves dan althof, 1998). Karena prosedur ini sedikit menyakitkan
(meskipun tidak sesakit yang mungkin anda bayangkan), sejumlah besar laki laki, biasanya 59 %
sampai 60% berhenti menggunakannya setelah mencobanya selama beberapa lama . dalam
salahsatu studi, 50 dari 100 pasien tidak melanjutkan papaverine dengan bebrbagai alas an
(Lakin, dkk, 1990; Segraves dan althof 1998).efek-efek sampingnya termasuk memar dan,
dengan injeksi berulang-ulang, terjadi perkembangan vibrosis nodules dalam penis (Gregoire,
1992; Rosen, 2000). Meskipun sebagian pasien menganggao papaverine cukup membantu, tetapi
dibutuhkan banyak stidi tentang itu, dan oara ilmuan berusaha mengembangkan cara-cara yang
lebih aman untuk memberikan obat-obat tersebut. Kapsul lunak yang berisi obat yang disebut
MUSE, dapat dimasukkan secara langsung kedalam uretra, tetapi in juga sedikit menyakitkan
dan kurag begitu evektif dibandingkan suntikan, serta masih dianggap terlalu janggal dan
artivisial untuk dapat diterima secara luas (Delizonna, wincze, litz, Brown, dan Barlow, 2001).
Dimasukkannya prothese penis atau implantasi penis merupakan pilihan melalui oprasi
selama lebih dari 100 tahun; hanya baru baru ini saja mereka berhasil mendekati fungsi seksual
yang normal. Salah satu prosedurnya melibatkan imlantasi batangan silicon imigrid yang dapat
dibengkokan kedalam posisi yang tepat untuk bersetubuh dan dapat digerakkan ke arak lain
pada saat-saat lain. Dalam prosedur yang lebih popular, laki-laki meremas-remas sebuah pompa
kecil yang ditanamkan
kedalam yang dapat dikembangkempiskan sehingga menghasilkan ereksi. Model terbaru alat
prostetik penis adalah batang yang dapat dikembangkempiskan, yang berisi alat pemompa, yang
28 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
lebih nyaman disbanding memasang pompa diluar batang itu, tetapi implantasi melalui operasi
tidak dapat mengembalikan fungsi seksual pra-operasi atau menjamin kepuasan sebagian besar
pasien (Gregoire, 1992; Kim dan Lipshultz, 1997), dan sekarang ini pada umumnya hanya
digunakan bila cara lain tidak berhasil. Di lain pihak, prosedur ini telah terbukti bermanfaat
untuk laki-laki yang harus menjalani operasi pengangkatan kanker prostat, yang kebanyakan
menyebabkan disfungsi ereksi (Ramsawh, dan kawan-kawan, saat itu masih dalam proses
penerbitan). Vascular Surgery ,(operasi vaskuler) untuk mengoreksi malfungsi arteri atau vena
juga pernah dicoba lakukan (misalnya, Bennett, 1988). Meskipun hasil awalnya sering kali
berhasil, evaluasi follow-up menemukan angka kegagalan yang tinggi.
Pendekatan lain adalah vacuum device therapy, yang bekerja dengan menciptakan vakum
dalam silinder yang ditempatkan di atas penis. Vakum itu menarik darah kedalam penis, yang
kemudian ditangkap oleh sebuah cincin yang dirancang secara khusus, yang ditempatkan
disekeliling pangkal penis. Meskipun penggunaan alat vakum ini agak janggal, antara 70% dan
100 % penggunanya melaporkan ereksi yang memuaskan, terutama bila terapi seks psikososial
tidak efektif (Segraves dan Aalthof 1998; With Rington, 1988). Prosedur ini kurang intrusive
disbanding operasi atau injeksi, tetapi masih tetap terlalu janggal dan artificial untuk dapat
diterima secara luas ( Delizonna, dan kawan-kawan, 2001).
tipikal namun tidak universal, beberapa orang dapat berubah seiring berjalannya waktu atau
sebagai akibat dari dari tekanan lingkungan.
Gangguan identitas gender ini memiliki beberapa karakteristik untuk pendiagnosis sebagai
gejala awal yang muncul, diantaranya adalah :
1. Memiliki identifikasi lintas gender yang kuat dan cenderung menetap yang kebih besar
dari hasrat untuk mendapatkan keuntungn kultural terkait dengan jenis kelamin yang lain.
2. Pada masa anak-anak, gangguan ini tampak jelas dengan empat kriteria, diantaranya
adalah :
a. Mereka berulang kali menyebutkan keinginan mereka untuk berjenis kelamin
lain atau memaksa bahwa mereka memiliki jenis kelamin yang lain.
b. Anak laki-laki lebih menyukai mengenakan pakaian perempuan, sedangkan
perempuan
menunjukkan
stereotip
maskulinitas
dnegn
memaksakan
mengalami kondisi ini memiliki perasaan tertekan yang intens dan biasanay mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan social, lingkungan pekerjaan dan area pemfungsian
personal yang lainnya.
Gangguan identitas gender yang parah, akan mengakibatkan transeksualism yang merujuk
pada fenomena ketika seseorang memiliki perasaan bahwa ia sebenarnya memiliki jenis kelamin
yang berlawanan dengan apa yang ada pada saat ini yang dimilikinya. Ada pula yang mengalami
gangguan identitas gender ini, dan cara pelampiasannya adalah dengan mengenakan pakaian dari
30 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
lawan jenisnya yang disebut dengan fetisisme transvestik yang bertujuan untuk pemuasan
seksual.
Teori dan treatment gangguan identitas gender
menurut para ahli, bahwasannya penyebab dari gangguan identitas gender ini tidak di ketahui
secara pasti, namun ada beberapa factor yang menyebabkan, diantaranya adalah :
1. Factor biologis
Factor ini lebih menekankan pada hormone yang mempengaruhi perkembangan fetus
pada periode sebelum kelahiran.
2. Factor psikologis
3. Sosiokultural.
Sedangkan menurut teori psikoanalisa, tentang perkembangan kepribadian individu yang
dimulai dengan tahapan perkembangan psikososial dan psikoseksual individu dari lahir hingga
dewasa. Menurut Psikoanalisa, Periode perkembangan ini merupakan landasan bagi
perkembangan kepribadian selanjutnya. Berikut adalah tahapan yang di uraikan oleh
psikoanalisa :
a. Fase oral
Dari lahir hingga akhir usia satu tahun, seorang bayi menjalani fase oral. Menghidap
buah dada ibu memuaskan kebutuhannyaakan makanan dan akan kesenangan. Karena
pada masa ini, mulut dan bibir merupakan zona-zona erogen yang peka selama fase oral
ini, bayi merasakan kenikmatan erotic dari tindakan menghiap ini. Kerakusan dan
keserakahan bia berkembang sebagai akibat kurang memperoleh makanan dan cinta pada
tahun-tahun awal kehidupan. Benda-benda yang dicari anak dapat menjadi substitute bagi
apa yang sesungguhnya di inginkannya, yaikni makanan dan cinta dari ibunya. Masalahmasalah kepribadian yang muncul kemudian yang bersumber dari fase oral adalah
pengembangan pandangan tehadap dunia yang didasari ketidakpercayaan, ketakutan
untuk menjangkau orang lain, penolakan terhadap afeksi, ketakutan untuk mencintai dan
mempercayai,
rasa
harga
diri
yang
rendah,
isolasi
dan
penarikan
diri,
31 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
Tugas perkembangan utama pada fese oral adalah memperoleh rasa percaya yakni prcaya
kepada ornag lain, kepada dunia, dan kepada diri sendiri. Cinta adalah perlindungan
terbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai oleh orang lain
hanya kan mendapat sedikit kesulitan dalam menerima dirinya sendiri. Sedangkan anak
yang merasa tidak di inginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai, cenderung mengalami
kesulitan yang besar dalam menerima diri sendiri. Efrek penolakan pada fase oral ini
adalah kecenderungan di masa anak-anak selanjutnya untuk menjadi penakut, tidak aman,
haus akan perhatian, iri, agresif, benci dan kesepian.
b. Fase anal
Fase anal ini dimulai ketika individu berusia satu sampai tiga tahun, fase anal memiliki
arti penting bagi pembentukan kepribadian. Anak terus menerus berhadapan dengan
tuntutan dari orang tua, menjadi frustasi jika gagal dalam menangani objek- objek dan
lingkungannya. Dan diharapkan mampu buang air dengan cara toilet training. Metode
toilet training dan perasaan-perasaan, sikap-sikap, dan reaksi otrang tua terhadap anak
pada fase ini bisa memiliki efek efek jauh kedepan atas pembentukan ciri-ciri (traits)
kepribadian.
Selama fase ini, anak akan dipastikan mengalami perasaan-perasaan negative seperti
benci, hasrat merusak, marah, dan sebagainya.
dan
perhatian dipusatkan pada alat-alat kelamin (penis) pada laki-laki dan klitoris pada
perempuan. Pada fase falik, anak-anak menjadi lebih ingin tahu tentang tubuhnya,
mereka berhasrat untuk mengeksplorasi tubuh sendiri, dan untuk menemukan perbedaanperbedaan diantara kedua jenis kelamin. Karena banyak sikap terhadap seksualitas yang
bersumber pada fase falik, maka penerimaan terhadap seksualitas dan penanganan
dorongan seksual pada fase ini menjadi penting. Fase falik adalah periode perkembangan
hati nurani, suatu masa ketika anak-anak belajar mengenal standart moral. Selama masa
falik ini, anak perlu belajar menerima perasaan-perasaan seksualnya sebagai hal yang
alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat. Merek membutuhkan
model-model yang memadai bagi indetifikasi peran seksual. Pada fase falik ini akan
membentuk sikap-sikap mengenai kesengan fisik, mengenai apa yang benar dan yang
salah serta mengenai apa yang maskulin dan yang feminism.
Treatment gangguan identitas gender
Penanganan terhadap gangguan identitas gender, tersedia di beberapa klinik spesialis
di seluruh dunia, meskipun banyak mengundang kontroversi di seputar penangan
tersebut.
a. Sex reasigment surgery
Agar memenuhi syarat untuk memenuhi operasi di sebuh klinik
bereputasi, orang harus telah menjalani peran lawan jenisnya selama satu hingga
dua tahun sehingga mereka merasa yakin bahwa mereka ingin mengubah jenis
kelaminnya. Mereka juga harus stabil secara psikologis, financial, maupun
social.pada calon male to female, hormone hormone di administrasikan untuk
menyokong pertumbuhan buah dada dan perkembangan ciri-ciri seksual sekunder
lainnya.
Bagi transeksual female to male, sepotong penis buatan di buat melalui
operasi plastic dengan menggunakan kkulit ataupun otot dari bagian tubuh
lainnya, misalkan dari bagian paha. Buah dadanya di buang melalui operasi.
Estimasi kepuasan transeksual terhadap operasinya menunjukkan bahwa sebagian
besar diantara mereka yang berhasil di jangkau melalui follow up dapat
menyesuaikan diri dengan baik, kira-kira 75 %, dan konversi female to male
menunjukkan penyesuaian lebih baik di banding male to female.
Assessment untuk kepentingan ini sangat rumit dan harus dilakukan di
kllinik-klinik yang betul-betul spesaialis di bidang identitas gender.
33 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
B. penangganan interseksualitas
Baru baru ini, sekelompok individu interseks menjadi subjek dari sebuah
evaluasi yang lebih seksama, yang menghasilkan beberapa ide baru dan
pendekatan penanganan baru. Secara spesifik, fausto/sperling menyatakan ada
lima macam jenis kelamin :
a. Males (laki-laki)
b. Famales (perempuan)
c. Hermes yang dinamai berdasarkan hemafrodit sebenarnya.
d. Mernes, yang secara otonomi lebih laki-laki daripada perempuan tetapi
memiliki beberapa aspek alat kelamin perempuan.
e. Ferms, memiliki ovarium tetapi memiliki beberapa aspek alat kelamin
laki-laki.
Ada semakin banyak dokter spesialis endrogrinologi, urologi, dan
psikologi anak, mulai menelaah kebijaksanaan untuk melakukan operasi kelamin
yang dapat berakibat penetapan gender yang tak mungkin di putar balik.
C. Penanganan Psikososial
Di klinik-klinik tertentu para terapis, bekerjasama dengan klientnya, berusaha
mengubah identitas gender klientnya sebelum mempertimbangkan kemungkinan opersai.
Sebagian individu meminta peanganan psikologis sebelum memulai rangkaian penanganan
yang mengarah ke operasi. Biasanya karena, mereka mengalami disstres psikologi berat
atau karena operasinya tidak dapat dilakukan dengan segera. Langkah pertama, yaitu :
a. Behavioral rating scale, untuk perilaku motoric spesifik gender, untuk membantu seseorang
mengidentifikasi bagaimana persisnya bertingkah maskulin atau feminism melalui latihan
dan peniruan perilaku.
b. Role playing, dan latihan yang lebih ekstensif untuk mendapatkan berbagai ketrampilan
social, misalnya belajar melakukan kontak mata dengan lebih baik dan bercakap-cakap
secara lebih positif dan lebih percaya diri.
Selama fase berikutnya, seorang terapis perempuan secara langsung manangani fantasifantasinya melalui cara yang intens, nyaris hipnotis, dengan mendorongnya untuk
membayangkan dirinya berada dalam situasi seksual dengan seorang perempuan dan untuk
membangkitkan fantasi-fantasi yang lebih khas maskulin sebagai pekerjaan sehari-harinya.
34 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
35 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
BAB III
Penutup
A. Simpulan
Kesehatan seksual merupakan suatu aspek kesehatan yang berhubungan dengan organorgan kelamin dan perilaku seksual. Kesehatan seksual yaitu pencegahan penyakit menular
seksual dan kehamilan yang tidak di inginkan, kenikmatan seks sebagai bagian dari hubungan
intim
dan
kendali
yang
lebih
besar
terhadap
keputusan
seksual
seseorang.
Seks merupakan aspek intim yang penting, dalam hubungan saling mencintai antara satu orang
dengan orang lain. Seks merupakan aspek hidup yang pribadi dan tersendiri yang jarang dibahas
dengan orang lain.
Sehingga, proses pembentukan dan pengenalan identitas menjadi sempurna, diperlukanm
dukungan dan pengawasan dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat serta pribadi anak
itu sendiri. Dan pengenalan identitas ini berfungsi supaya tidak terjadi penyalahgunaan identitas
serta berfungsi seksual sesuai dengan fungsinya.
36 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l
Daftar Pustaka
Ardani, Tristiadi Ardi. 2011. Psikologi Abnormal. Bandung: Lubuk Agung
Barlow Durand, dan david H. Barlow . 2007 Psikologi Abnormal Edisi ke 4, Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Corey, Gerald.2013. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Refika ADITAMA
Halgin, Richard P. Whitbourne,Susan krauss. 2010. Psikologi Abnormal Perspektif Klinis pada
Gangguan Psikologis. Jakarta: Salamba Humanika
Nevid S, Jeffrey., Spencer A Rathus ., dan Beverly Greeny. 2005. Psikologi Abnormal Jilid 2.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Supatiknya, A. 2006. Mengenal Prilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius
37 | M a k a l a h P s i k o l o g i A b n o r m a l