Anda di halaman 1dari 25

Snake Bite

Pembimbing:
dr. Hari Mukti

Disusun oleh:
dr. Alifah Wilanda
KETERANGAN UMUM
 
 Nama : Ny.S
 Umur :40 tahun
 Jenis kelamin :Perempuan
 Alamat :Cirebon
 Agama :Islam
 Kebangsaan :Indonesia
 Ruangan :Bougenvile
 Diagnosis masuk :Snake Bite
ANAMNESIS

 Keluhan utama :
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan tangan kanan tergigit ular.
Pasien mengatakan bahwa ular yang mengigitnya ular berwarna hijau. Pasien
tergigit ular 10 menit sebelum masuk rumah sakit. Pasien langsung diantar ke
Rumah sakit tanpa penangan awal di rumah. Pasien merasakan nyeri (+) pada
tangan kanannya. Bengkak (+). Mual (-), muntah (-), demam (-).

 RPD : tidak ada


 RPK : tidak ada
 Riwayat alergi : pasien tidak ada alergi obat atau makanan.
 Riwayat kelainan darah : tidak ada.
PEMERIKSAAN FISIK
 STATUS GENERALISATA  STATUS LOKALISATA
Keadaan Umum : tampak sakit sedang a/r digiti 3 manus dextra:
Kesadaran : Compos Mentis Look : edema (+) tampak bekas gigitan
GCS : E4V5M6 ular (+)
Vital Sign : TD : 120/80mmHg Feel : Nyer tekan (+)
HR : 79x/i Move : ROM terbatas karena nyeri
RR : 20x/I
T : 36.4C
Mata : CA -/- SI -/-
Leher : pembesaran KGB (-)
Thoraks : P/ VBS +/+ Rh-/- Wh-/-
C/ Bj I-II reg, M(-), G(-)
Abdomen : Soepel, BU (+), NT (-)
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <2”
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Hematologi  EKG
 Hb : 13.8 gr%  Normal Sinus rhytm
 Ht : 40 %
 Tromb : 249 mm3
 Leukosit: 10.2 /mm3
DIAGNOSIS KERJA
 Snake Bite Grade II

PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
 Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
PENATALAKSANAAN

 Debridemen
 IVFD RL/ 8 jam
 Inj. Ranitidin 1 amp/ 12 jam
 Inj. Tramadol 2x50 mg
 Inj. Ceftriaxone 2x1 gr
 SABU 4 amp dalam D5% habis dalam 4 jam
Snake Bite
Definisi
 Gigitan ular adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh gigitan ular mau berbisa
ataupun tidak berbisa. Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang
mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Yang mempengaruhi sistem
multiorgan, terutama neurologik, kardiovaskuler, dan  sistem pernapasan.
 Ciri-ciri ular tidak berbisa:
1. Bentuk kepala segiempat panjang
2. Gigi taring kecil
3. Bekas gigitan: luka halus berbentuk lengkungan
contoh: Flying snake, rat snake

 Ciri ular berbisa :


1. Bentuk kepala segitiga
2. Dua gigi taring besar di rahang atas
3. Bekas gigitan: dua luka gigitan utama akibat gigi taring
ULAR BERBISA (VENOMOUS
SNAKE)
Famili Spesies Keterangan
Elapidae Bungarus candidus Kepala kecil dan bulat
(Neurotoxic) /Common Krait Pupil bulat dan taring kecil (1-3mm)
(Sumatera dan Jawa) Beberapa jenis Cobra dapat
Naja sputatrix/Kobra menyemburkan bisa dari jarak 1m atau
(Jawa dan sebagian lebih ke mata target
pulau-pulau Sunda)
Naja sumatrana
(Sumatera dan
Borneo).
Viperidae Calloselasma Kepala triangular
(Vasculotoxic) rhodostoma (Jawa), Pupil elips
Cryptelytrops Terdapat lubang antara hidung dan mata
albolabris Taring panjang 3-4mm
Daboia siamensis. Mampu mendeteksi mangsa berdarah
panas

Colubridae Rhabdophis triginus. Beleher merah


(Myotoxic) Piton besar (Boidae) Bisa menyerang dan menelan manusia
Manifestasi Klinis

Akan timbul gejala sistemik :

1. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada


luka gigitan, ekimosis (kulit kegelapan
karena darah yang terperangkap di
jaringan bawah kulit dalam 30menit- Tanda gigitan ular
24jam).
2. Gejala sistemik: hipotensi, otot
melemah, berkeringat, menggigil, mual,
hipersalivasi (ludah bertambah
banyak), muntah, nyeri kepala,
pandangan kabur
 
TANDA-TANDA GIGITAN ULAR BERBISA

Gejala gigitan ular berbisa (secara garis besar)

Bisa Hematotoksik Bisa Neurotoksik Bisa Kardiotoksik

Paru, jantung, ginjal, Hipertonik, paresis, Hipotensi, henti


peritonium, otak, gusi, paralisis pernapasan, jantung, koma
hematemesis dan ptosis, oftamoplegi,
melena. Hemaptoe, kejang, koma
hematuria.
Klasifikasi
Derajat gigitan ular :
 Derajat 0
 Bekas gigitan 2 taring –
 Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam
 Pembengkakan dan nyeri minimal
 Derajat I (Minimal)
 Bekas gigitan 2 taring
 Bengkak dan kemerahan dengan diameter 1 – 5 inchi
 Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam
 Nyeri sedang sampai berat
 Derajat II (Moderate)
 Bekas gigitan 2 taring
 Nyeri hebat,  Bengkak dan kemerahan dengan diameter 6 – 12 inchi dalam 12 jam
 Petechie, echimosis, perdarah pada bekas gigitan
 Ada tanda-tanda sistemik (mual, muntah, demam, Pembesaran kelenjar getah bening)l
 Derajat III (Severe)
 Bekas gigitan 2 taring
 nyeri sangat hebat , Bengkak dan kemerahan lebih dari 12 inchi
 Tanda-tanda derajat I dan II muncul dengan sangat cepat. Ditemukan tanda-tanda sistemik
(gangguan koagulasi, mual, muntah, takikardi, hipotermia, ekimosis, petekia menyeluruh).
 Syok dan distres nafas
 Derajat IV (Extremely severe)
 Sangat cepat memburuk
 Bengkak dan kemerahan di seluruh ekstremitas yang terkena gigitan, muncul ekimosis,
nekrosis dan bulla
 Meningkatnya tekanan intrakompartemen yang dapat menghambat aliran darah vena atau
arteri
 Kegagalan multiorgan (ginjal, jantung) bisa sampai koma bahkan meningga
TATALAKSANA AWAL
PERTOLONGAN PERTAMA
Segera setelah gigitan di lokasi kejadian bertujuan untuk mencegah absorbsi
sitemik dari bisa ular dan mortalitas.
1. Imobilisasi luka gigitan dan lakukan pembalutan elastis
Pembalutan dimulai diatas luka gigitan, jangan tutupi luka gigitan. Bisa
menggunakan bidai. Hal ini untuk mencegah penyebaran bisa.
Setiap kontrasksi otot dapat menyebabkan peningkatan absorbsi bisa ke
sirkulasi dan aliran limfa.
2. Tindakan eksisi/pengisapan bisa tidak dianjurkan apabila dalam 45
menit pasien bisa sampai ke RS.
3. Pengisapan dilakukan dengan alat, bukan mulut.
Intervensi terhadap luka (menggosok, memijat, herbal) tidak
dianjurkan.
Karena bisa menyebabkan infeksi, meningkatkan absorbsi bisa ular,
serta meningkatkann pendarahan lokal.
4. Penggunaan tourniket arterial ketat juga tidak direkomendasikan 
iskemia jaringan
5. Pada kasus dengan komplikasi akut syok/paralisis otot pernafasan,
lakukan bantuan hidup dasar.
6. Transportasi ke fasililitas kesehatan terdekat.
TATALAKSANA FASKES
TATALAKSANA DI FASILITAS KESEHATAN
1. Resusitasi jika ada tanda syok/gagal napas/henti jantung.
2. Pemeriksaan uji koagulasi direkomendasikan untuk setiap kasus gigitan ular di
samping pemeriksaan laboratorium lainnya.
3. Injeksi IV toksoid tetanus (TT) 0,5ml (sediaan 2ml/vial) dan pertimbangkan serum
anti bisa ular (SABU)
4. SABU merupakan serum polivalen yang artinya dalam satu serum terdapat lebih
dari dua antibisa ular. Setiap 1ml SABU berisi:
• 10-15 LD50 bisa ular tanah (Ankystrodon rhodostoma)
• 25-50 LD50 bisa ular kobra (Naja sputarix)
• 25-50 LD50 bisa ular belang (Bungarus fasciatus)
• Larutan fenol 0,25%
Pemberian serum Anti Bisa Ular
Indikasi :
 Gejala sistemik
- Gejala hematoksik
- gejala neurotoksik
- Gejala kardiotoksik
- gejala gangguan fungsi ginjal
- hemoglobinuria
 Gejala lokal :
- pembengkakan lokal
- pembengkakan yang meluas dengan cepat
- keterlibatan pembuluh limfe
Pemberian SABU
• SABU 10ml (2 vial) IV dalam 500ml NaCl 0.9% atau Dextrose 5% dengan
kecepatan 40-80 tpm. Maks pemberian 100ml SABU (20 vial).
• Monitor: lakukan pemeriksaan koagulasi pada 3 jam setelah pemberian
SABU. Bila tidak ada perbaikan (fibrinogen tidak meningkat, waktu
koagulasi tetap memanjang), ulangi pemberian SABU. Ulangi
pemeriksaan darah pada 1 dan 3 jam berikutnya.
• Efek samping: reaksi anafilaktik, pruritus, eksantema, dan gejala alergi
lainnya.
Pemberian SABU

Adapun pedoman lain dari terapi pemberian antivenom dapat mengacu pada Schwartz
dan Way (Djunaedi 2009):
• Derajat 0 dan I: tidak diperlukan antivenom, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, bila
derajat meningkat maka diberikan antivenom
• Derajat II: 3-4 vial antivenom
• Derajat III: 5-15 vial antivenom
• Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial antivenom
5. Pemberian antibiotik (penisilin prokain 900.000 IU) dapat diberikan
pada kasus dengan kecurigaan infeksi bakterialis sekunder, misal terjadi
nekrosis.
6. Pemberian antihistamin IV atau steroid IV dipertimbangkan bila terjadi
reaksi alergi.
7. Terapi suportif lain seperti tranfusi darah pada perdarahan.
8. Pertimbangkan fisiotomi apabila terjadi edema semakin meluas dan
terjadi compartemen sindrom.
PROGNOSIS
Gigitan ular berbisa berpotensi menyebabkan kematian dan keadaan yang
berat, sehingga perlu pemberian antibisa yang tepat untuk mengurangi
gejala. Ekstremitas atau bagian tubuh yang mengalami nekrosis pada
umumnya akan mengalami perbaikan, fungsi normal, dan hanya pada
kasus-kasus tertentu memerlukan skin graft.
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai