Anda di halaman 1dari 36

VULNUS MORSUM

(SNAKE & DOGS BITE)


Oleh:
Davie Muhamad
Ulal Mualifah
Liliane Dwiasputri
Ferzy Awwali Fadhilah
SNAKE BITE
Ular Berbisa Di Indonesia terdapat 3 famili ular berbisa:
Famili Elapidea:
Najabungarus (King Cobra), berwarna coklat hijau dan terdapat di
Sumatra dan Jawa
Najatripudrat sputatrix=cobra hitam (ular sendok), p=1,5 m dan terdapat
di Sumatra dan Jawa.
Najabungarus candida=ular sendok berkaca mata, sangat berbahaya,
terdapat di India.
Famili Viperidae:
Ancistrodon rodostom (ular tanah),
Lachei graninius (ular hijau pohon),
Micrurus fulvius (ular batu koral)
Famili Hydrophydae
Bisa ular terdiri dari:
Fosfolipase A, hialuronidase, ATP-ase, 5 nukleotidase,
kolin esterase, fosfomonoterase, RNA-ase, DNA-ase.
Enzim di atas menyebabkan:
destruksi jaringan lokal
Toksik terhadap saraaf
Hemolisis
Pelepasan histamin -> anafilaksis
Macam-macam bisa :
Neurotoksin : menyerang saraf dan bersifat bertentangan
dengan transmisi jaringan syaraf kelumpuhan pada
alat pernafasan dan rusaknya jaringan otak.
Hemotoksin : menyerang darah dan sistem
peredarannya, menguraikan protein, menyebabkan sel
darah rusak.
Kardiotoksin : menyerang otot jantung
Miktotoksin : menyerang cairan tubuh
Sign & Symptom:
Nyeri hebat
Luka
Edema
Ekimosis
Bula
Tanda nekrosis jaringan
Kesemutan
Lemas
Mual, muntah, salivasi

Physical Exam:
Hipotensi, Bradikardi
Ptosis
Reflex Abnormal
Sesak napas
Kebutaan
GRADING
Gejala dan Tanda Klinis

Gambaran Utama Adanya luka tusuk oleh taring dan


penderita mengeluh adanya nyeri yang hebat
Gejala tergantung pada jenis ular
1. Famili elapidae Nyeri, edema, ptosis, sengau,
kelumpuhan lidah dan faring, mual, muntah, saliva,
hematuria, melena, kelumpuhan leher dan kelumpuhan
anggota gerak serta pernafasan.
Ular Colubridae (ular belang,
sendok/kobra) tanda gigitannya tidak
begitu jelas tetapi langsung
mempengaruhi susunan saraf.
Gejala dan tanda rasa kesemutan,
lemas, mual, salivasi dan muntah, sesak
napas dan luka gigitan tidak terasa tetapi
sangat mematikan. Bisa mengenai mata
kebutaan sementara
Pemeriksaan ptosis, refleks abnormal
2. Famili viperdae (ular puspa, ular tanah) Nyeri,
ekimosis, gagal ginjal akut, sputum bercampur darah.
Tanda gigitan : menimbulkan bercak darah diseluruh
tubuh, batuk dan kencing darah mempengaruhi sistem
peredaran darah. Luka gigitan terasa nyeri dan bengkak.
3. Famili hydrophydae nyeri, kekakuan otot, nyeri pada
otot sampai 1 jam setelah gigitan, kelumpuhan otot,
oftalmoplegi, disfagia, mioglobinuri (3-6 jam setelah
gigitan)
Derajat Venerasi Luka gigit Nyeri Edem/Eritem Tanda
a sistemik
0 0 + +/- <3 cm/12 jam 0
I +/- + + 3-12 cm/12 0
jam
II + + +++ >12-25 cm/12 +
jam Neurotoksi
k, mual,
Pusing,
syok
III + + +++ >25 cm/12 ++
jam syok,
Ptekia,
Ekimosis
IV +++ + +++ >ekstremitas ++
Gangguan
faal ginjal,
koma,
perdarahan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan darah hipoprotombinemia,


trombositopenia, hipofibrinogenemia, dan anemia
Foto rontgen thoraks emboli paru atau edema paru
TREATMENT
Hambat absorbsi:
Gunakan torniquet di proximal gigitan dengan tekanan
yang cukup untuk menghambat aliran vena. Tekanan
dipertahankan 2 jam.
Atau
Dalam 12 jam pertama: rendam ke dalam air es atau
didinginkan dengan es
Pasang torniquet, lakukan insisi longitudinal dan suction selama
30 menit. Ketika dua tanda gigitan ular terlihat, kedalaman
injeksi venom kira-kira 2/3 jarak antara tanda gigitan.
Berikan Antivenin 4-6 vial(To achieve maximum efficacy,
administer within 4-6 hours of bite)

Suportif:
Infus NaCl, plasma atau darah, dan vasopresor untuk
menanggulangi syok
Fibrinogan
Kortikosteroid
Antibiotik
Tetanus Toksoid
PENANGANAN DAN PENGOBATAN

Cegah perluasan penjalaran bisa ular torniket yang


kuat menghalangi aliran vena & KGB
Torniket dipasang diproksimal tempat gigitan, dan
dilonggarkan setiap 30 menit mencegah nekrosis lokal
Imobilisasi mencegah penyebaran cepat
Segera kirim ke rumah sakit terdekat.
Tindakan lokal yang dapat dilakukan
(1) Setelah torniket terpasang, luka dipijit untuk
mengeluarkan bisa
(2) Buat insisi linear multipel p/d cm, kemudian hisap
dengan mulut, keluarkan darah/bisanya (penolong harus
yakin bahwa tidak ada luka dalam mulut yang dapat
menjadi jalan masuk bisa ke dalam tubuhnya). Bisa yang
tertelan akan dinetralkan oleh cairan pencernaan.
PERAWATAN DI RS
Torniket tetap terpasang, lakukan insisi pada bekas
luka/gigitan taring 1 inci hingga struktur vital di bawah
kulit, dengan tekanan yang cukup untuk menghambat
aliran vena, tetapi lebih rendah daripada tekanan arteri.
Tekanan dipertahankan dua jam. Penderita diistirahatkan
supaya aliran darah terpacu. <12 jam rendam dalam
air es atau didinginkan dengan es.
>12 jam meningkatkan nekrosis
Bila penderita tidak alergi, berikan 1 vial serum antibisa
ular secara IV, ke dalam 100cc saline isotonik (NaCl
0,9%) ditambah dengan 100 mg Solu-cortef, berikan
dalam bentuk infus selama 20 menit.
Bila penderita alergi, lakukan disensitisasi dengan 0,1 ml
antisera 1:1000 dan dosis ditingkatkan setiap 5 menit.
Dalam keadaan darurat tidak perlu dilakukan uji
sensitivitas lebih dahulu karena bahaya bisa lebih besar
daripada bahaya syok anafilaksis.
Transfusi darah, imunisasi tetanus, pemberian antibiotik,
oksigen, kalsium, trakheostomi, hemodialisis.
Untuk mencegah perluasan edema dan kerusakan
jaringan lakukan debridemen pada daerah subkutan dan
fasia.
Pemberian kortikosteroid dosis tinggi pada 48-72 jam
pasca trauma.
Bila terjadi kelumpuhan pernafasan, dilakukan intubasi
respirator untuk ventilasi.
Antibiotik spektrum luas dan vaksinasi tetanus.
Bila terjadi pembengkakan hebat fasiotomi untuk
mencegah sindrom kompartemen.
Nekrotomi bila telah tampak jelas batas kematian
jaringan, dilanjutkan dengan cangkok kulit
Bila ragu-ragu mengenai jenis ularnya, sebaiknya
penderita diamati selama 48 jam karena kadang efek
keracunan bisa timbul terlambat.
Gigitan ular tidak berbisa tidak memerlukan pertolongan
khusus, kecuali pencegahan infeksi.
ANTIVENOM
Kebanyakan merupakan hasil serum kuda.
Tes kulit tidak diperlukan untuk memprediksikan
anafilaksis.
Tidak ada reaksi yang tidak diharapkan pada penggunaan
antivenoms -Agkistrodon Halys purified (SIBP), Green Pit
Viper Antivenom (TRCS) dan Cobra Antivenom (TRCS).
Ketika diindikasikan, antivenom harus diberikan secepat
mungkin.
Pretreatment dengan antihistamin IV dan hidrokortison
dibutuhkan.
DOGS
BITE
RABIES
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Rabies (penyakit anjing - 160 kasus dilaporkan
gila) adalah penyakit terjadi pada anjing di
infeksi akut pada
susunan saraf pusat
UK
yang disebabkan oleh - 18 provinsi terdapat
virus rabies, dan 16.000 kasus gigitan
ditularkan melalui hewan yang
gigitan hewan
mengakibatkan
menular rabies
terutama anjing, kematian
kucing dan kera. - Gigitan tersering
dilakukan oleh kucing
dan anjing
PATOGENESIS
Inkubasi
- Virus rabies akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan

dan mengalami masa inkubasi selama 10 hari- 1 tahun.


Tersering pada kasus adalah 20-90 hari setelah terkena
gigitan.
- Infeksi pada kepala, leher dan ekstrimitas atas masa

inkubasi 30 hari.
- Virus akan memperbanyak diri pada nervus sentral
( sistem limbik, hipotalamus dan batang otak)

- Setelah memperbanyak diri pada area sentral, virus


menyebar ke arah perifer dan organ-organ ( kelenjar
ludah, ginjal dll)
GEJALA
AWAL
- Gejala prodromal 2-4 hari setelah gigitan
- Parestesia pada bagian yang terkena gigitan

LAINYA
- Sakit kepala
- Vertigo
- Kaku kuduk
- Malaise
- Letargic
- Gangguan nafas ( wheezing, hiperventilasi, dipsneu )
- Disfagian (spasme pada otot tenggorok)
- Drooling, maniacal behavior, and convulsions
- coma, paralisis dan kematian
STADIUM RABIES
Stadium Prodromal
Gejala-gejala awal berupa demam, malaise, mual dan rasa nyeri
ditenggorokan selama beberapa hari.

Stadium Sensoris
Penderita merasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada
tempat bekas luka.
Kemudian disusul dengan gejala cemas, dan reaksi yang
berlebihan terhadap rangsang sensorik.

Stadium Eksitasi
Tonus otot-otot dan aktivitas simpatik menjadi meninggi dengan
gejala hiperhidrosis,hipersalivasi, hiperlakrimasi dan pupil dilatasi.
Stadium Paralis
Sebagian besar penderita rabies meninggal dalam
stadium eksitasi
Kadang-kadang ditemukan juga kasus tanpa gejala-gejala
eksitasi, melainkan paresis otot-otot yang bersifat
progresif. Hal ini karena gangguan sumsum tulang
belakang, yang memperlihatkan gejalaparesis otot-otot
pernafasan.
TATALAKSANA
# Postexposure prophylaxis
1. LOKAL CARE (irrigation, cleansing, debridement)
2. HUMAN RABIES IMUNE GLOBULIN ( HRIG )
3. VACCINE
TATALAKSANA
VAKSINASI

HDCV = human diplopoid cell vaccine


HRIG = Human rabies immunoglobulin
RVA = Rabies vaccine adsorbed
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai