Anda di halaman 1dari 24

GADAR GIGITAN SERANGGA

1. Defisini

Menurut Smetlzer and Bare Luka gigitan atau vulnus biasanya ditimbulkan
akibat binatang seperti kucing, anjing, ular dan lain- lain.

Definisi lainnya luka gigitan adalah cedera yang disebabkan oleh mulut dan
gigi hewan. Hewan mungkin menggigit untuk mempertahankan dirinya, dan
pada kesempatan khusus untuk mencari makanan

Gigitan dan sengatan serangga adalah gigitan yang diakibatkan karena


serangga atau binatang yang menyengat atau menggigit seseorang.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulakan gigitan dan sengatan


serangga adalah gigitan atau sengatan dari binatang atau serangga yang
dapat menyebabkan luka gigitan atau vulnus dimana binatang ataupun
serangga yang menggigit tersebut menggigit untuk mempertahankan dirinya.

2. Macam macam gigitan dan penanganannya

A. Gigitan Binatang Darat

a. Gigitan anjing, kucing, kera dan kelelawar.

Kasus Gigitan anjing merupakan kasus tertinggi yang paling sering


terjadi. Dimana anjing merupakan salah satu penyebab atau vektor
dari penyakit rabies. Rabies atau dikenal juga dengan istilah penyakit
anjing gila adalah penyakit infeksi yang bersifat akut pada susunan
saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies.
Penyebab Rabies:

Adapun vektor dalam penularan penyakit ini adalah anjing, kucing dan
binatang-binatang liar seperti kera, kelelawar, rakun, serta rubah.

Cara Penularan Rabies:

Virus rabies ditemukan dalam jumlah banyak pada air liur hewan yang
menderita rabies. Virus ini akan ditularkan ke hewan lain atau ke
manusia terutama melalui :

Luka gigitan
Jilatan pada luka / kulit yang tidak utuh
Jilatan pada selaput mukosa yang utuh

Menghirup udara yang tercemar virus rabies ( meskipun sangat


jarang terjadi namun telah dilaporkan 2 kasus yang menimpa
penjelajah yang menghirup udara di dalam goa yang terdapat
banyak kelelawar )

Masa Inkubasi:

Masa inkubasi adalah waktu antara penggigitan sampai timbulnya


gejala penyakit . Masa inkubasi penyakit rabies pada anjing dan kucing
kurang lebih 2 minggu (10 hari 14 hari). Pada manusia 2-3 minggu
dan paling lama 1 tahun. Masa inkubasi tergantung dari :

Lokasi gigitan, biasanya paling pendek pada orang yang digigit di


daerah kepala, tempat yang tertutup celana pendek
Bila gigitan terdapat di banyak tempat
Umur
Virulensi (banyaknya virus yang masuk melalui gigitan / jilatan)

Gejala Rabies:

Penyakit rabies dibedakan dalam 2 bentuk , yaitu bentuk diam (Dumb


Rabies) dan bentuk ganas (Furious Rabies).
Tanda tanda Rabies Bentuk Diam (Dumb Rabies) :

Air liur menetes berlebihan, rahang bawah tidak dapat dikatupkan


dan hewan tidak dapat mengunyah dan menelan makanan.
Tidak ada keinginan pada hewan untuk menyerang atau menggigit
Seluruh bagian tubuh mengalami kelumpuhan
Hewan akan mati dalam beberapa jam

Tanda tanda Rabies Bentuk Ganas (Furious Rabies) :

Hewan menjadi agresif dan tidak lagi mengenal pemiliknya


Menyerang orang, hewan, dan benda-benda yang bergerak.
Bila berdiri sikapnya kaku, ekor dilipat diantara kedua paha
belakangnya.
Pada anak anjing akan menjadi lebih lincah dan suka bermain ,
tetapi akan menggigit bila dipegang dan akan menjadi ganas dalam
beberapa jam

Gejala Rabies Pada Manusia :

Diawali dengan demam ringan atau sedang, sakit kepala, nafsu


makan menurun, badan terasa lemah, mual, muntah dan perasaan
yang abnormal pada daerah sekitar gigitan (rasa panas, nyeri
berdenyut)
Rasa takut yang sangat pada air, dan peka terhadap cahaya,
udara, dan suara
Air liur dan air mata keluar berlebihan
Pupil mata membesar
Bicara tidak karuan, selalu ingin bergerak dan nampak kesakitan
Selanjutnya ditandai dengan kejang-kejang lalu lumpuh dan
akhirnya meninggal dunia

Penatalaksaan :

a) Amankan diri dari lingkungan sekitar


b) Nilai keadaan dari status ABC pasien
c) Cuci luka pada air mengalir dan sabun atau larutan deterjen selama 10
15 menit
d) Imobilisasi bagian yang digigit
e) Berikan serum anti rabies
f) Bila dapat lakukan penangkapan binatang yang menggigit untuk
identifikasi
g) Segera rujuk penderita untuk mendapatkan pertolongan lebih lanjut.

B. Gigitan lintah

Ludah lintah mengandung zat anti pembekuan darah. Darah akan terus
mengalir ke luar dan masuk ke perut lintah. Pada orang yang peka
terhadap zat tersebut, gigitan lintah akan menyebabkan reaksi yang
berupa pembengkakan, gatal dan kemerahan.

Penatalaksaan :

Tindakan pertolongan yang dapat dilakukan adalah dengan hati hati


lepaskanlah dari tempat ia menggigit. Menyiram minyak atau air tembakau
ke tubuh lintah akan membantu mempercepat usaha melepaskan gigitan
liintah. Apabila ada tanda tanda reaksi seperti yang disebutkan di atas,
cukup digosok dengan obat atau salep antihistamin atau anti gatal.

C. Gigitan ular

Luka akibat gigitan ular dapat berasal dari gigitan ular yang berbisa
ataupun gigitan ular yang tida berbisa.Pada umumnya ular menggigit pada
saat ia sangat aktif, yaitu pada senja hari atau fajar.ebagai akibat dari 1
jenis toksin saja. Bisa ular ( venom ) terduiri dari 20 atau lebih komponen
sehingga pengaruhnya tidak dapat diinterpretasikan. Untuk menduga jenis
ular yang menggigit adalah ular yang berbisa atau tidak dapat dipakai
rambu rambu bertolak dari bentuk kepala dan luka bekas gigitan sebagai
berikut :

Ciri ciri ular berbisa = bentuk kepala segi empat panjang, gigi taring
kecil, bekas gigitan ular halus berbentuk lengkungan
Ciri ciri ular tidak berbisa = kepala segitiga, terdapatt 2 gigi taring
besar di atas rahang, 2 luka gigitan utama akibat gigi taring

Tetapi untuk identifikasi yang lebih pasti, lebih baik apabila ularnya dapat
dibunuh. Identifikasi ini penting untuk mengenali jenis bisa yang telah
dimasukkannya bersama bisa. Bisa ular ada yang dapat merusak dinding
pembuluh darah, dan ada yang bersifat merusak jaringan saraf.

Gejala atau gambaran klinis yang dapat terjadi antara lain :

1. Gejala lokal : edema, nyeri tekan pada luka gigitan, ekimosis ( dalam
30 menit 24 jam )
2. Gejala sistemik : hipotensi, kelemahan otot, berkeringat, menggigil,
mual, hipersalivasi, muntah, nyeri kepala dan pandangan kabur.
3. Gejala khusus gigitan ular berbisa antara lain :

Hematotoksik : pendarahan di tempat gigitan, paru, jantung, ginjal,


peritonium, otak, gusi, hematemesis dan melena, pendarahan kulit

( petekie dan ekimosis ), hematuria.

Neurotoksik : hipertonik, fasikulasi, paresis, paralisis pernafasan,


oftalmoplegi, paralisis otot laring, reflek abnormal, kejang dan
koma

( akibatnya pada saraf tepi dan saraf pusat )

Kardiotoksik : hipotensi, henti jantung, koma ( kerusakan otot


jantung )
Haematotoksin : akibatnya pada sistem peredaran darah
Cytotoksin : gangguan pada jantung dan pembuluh darah
Cytolytik : peradangan serta kematian jaringan
Sindrom kompartment : edema tungkai dengan tanda tanda 5 P

( Pain, pallor, paresthesia, paralysis, pulselesness )


Menurut Schwartz ( Depkes, 2001 ), gigitan ular dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

Derajat Vanerasi Luka Nyeri Edema / eritema Sistemik

0 0 + +/- 0
cm / 12 jam

I +/- + 3-12 cm / 12 jam 0

+
>12-25cm/ 12
II + + +++
jam
Neurotoksik, mual, pusing, syok

++
III + + +++ >25 cm / 12 jam
Ptekhieae, syok, ekimosis

++

IV +++ + +++ >ekstremitas


Gagal ginjal akut, pendarahan,
koma

Kepada setiap kasus gigitan ular perlu dilakukan :

Anamnase lengkap : identitas, waktu dan tempat kejadian, jenis dan


ukuran ular, riwayat penyakit sebelumnya.
Pemeriksaan fisik : status umum dan lokal serta perkembangannya
setiap 12 jam.

Penatalaksaan :

Tujuan penatalaksaan pada kasus gigitan ular berbisa adalah :

Menghalangi atau memperlambat absorpsi bisa ular


Menetralkan bisa ular yang sudah masuk ke dalam sirkulasi darah
Mengatasi efek lokal dan sistemik
Tindakan penatalaksanaan :

1. Sebelum penderita di bawa ke pusat pengobatan beberapa hal yang


perlu diperhatikan antara lain:

Penderita diistirahatkan pada posisi hirizontal terhadap luka gigitan


Jangan memanipulasi daerah gigitan
Penderita dilarang berjalan atau minum minuman yang berakohol
Apabila gejala timbul secara cepat sementara belum tersedia
antibisa, ikat daerah proksimal dan distal dari gigitan. Tidakan
mengikat ini tidak akan efektif jika dilakukan lebih dari 30 menit
pasca gigitan. Tujuan ikatan adalah menahan aliran limfe, bukan
menahan aliran vena atau arteri.

2. Setelah penderita tiba di pusat pengobatan diberikan terapi supportif


seperti :

Penatalaksaan jalan nafas


Penatalaksaan fungsi pernafasan
Penatalaksaan sirkulasi sperti beri cairan infus cairan kristaloid
Beri pertolongan pertama pada luka gigitan seperti balut ketat pada
dan luas di atas luka, lakukan imobilisasi dengan bidai.
Ambil 5 10 ml darah untuk pemeriksaan seperti protrombin,
fibrinogen dan Hb, leukosit dll.
Apus tempat gigitan dengan venom detection
Beri SABU ( serum anti bisa ular ) yaitu serum kuda yang
dikebalkan.
Indikasi SABU adalah gejala venerasi sistemik dan edema hebat
pada bagian luka. Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz
dan Way yaitu ;

Derajat 0 tidak diperlukan SABU. Dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika derajat
-1 meningkat maka diberika SABU

Derajat II 3 4 vial SABU

Derajat III 5 15 vial SABU

Derajat IV berikan penambahan 6 8 vial SABU

Sedangkan menurut Luck pedoman terapi SABU yaitu :

Beratnya Taring Ukuran zona edema / Gejala Jumlah vial


Derajat
evenovasi atau gigi eriremato kulit ( cm ) sistemik venom

0 Tidak ada + <2 0

I Minimal + 2 15 5

II Sedang + 15 30 + 10

III Berat + >30 ++ 15

IV Berat + <2 +++ 15

Pedoman yang dilakukan menurut Luck yaitu :

Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit


Ulangi pemeriksaan darah pada 3 jam setelah pemberian antivenom yaitu:

1. Jika koagulasi tidak membaik ( fibrinogen tdk meningkat dan waktu


pembekuan darah memanjang ), ulangi pemberian SABU. Ulangi
pemeriksaan darah pada 1 dan 3 jam berikutnya.
2. Jika koagulasi membaikmaka monitoring ketat diteruskan dan ulangi
pemeriksaan darah untuk monitoring perbaikannya. Monitoring
dilanjutkan sampai 2 x 24 jam untuk mendeteksi kemungkinan
joagulasi berulang.

Terapi supportif lainnya pada keadaan :

1. Pendarahan
2. Hipotensi
3. Gangguan neurotoksik

Terapi prokfilaksis seperti pemberian antibiotik spektrum luas, berikan


toksoid tetanus.
B. Gigitan Binatang Air

1. Gigitan trigoid ( duri babi )

Trigoid atau bulu babi biasanya terdapat diperairan laut dangkal.


Biasanya penderita terkena sengatan trigoid disebabkan karena tidak
sengaja menginjak atau bersentuhan dengan bagian tubuh binatang
tersebut.

Tanda dan gejala :

Timbul rasa nyeri dalam waktu 90 menit


Rasa panas didaerah gigitan
Pusing bahkan terkadang sampai tidak sadar

Penatalaksaan :

a) Amankan diri dan lingkungan


b) Nilai status airway, breathing dan circulation pasien
c) Tenangkan penderita
d) Cabut duri babi yang menusuk
e) Rendam bagian yang tergigit dengan air hangat
f) Bersihkan luka dengan antiseptik dan imobilisasi daerah yang luka

2. Gigitan ikan pari

Kelompok hewan hewan laut ini menyuntikkan racunnya dengan


menusukkan duri atau jarumnya

Tanda dan gejala :

Pembengkakan
Mual, muntah dan diare
Kejang kejang bahkan disertai kelumpuhan otot
Penatalaksaan :

a) Amankan diri dan lingkungan sekitar


b) Nilai keadaan ABC
c) Bersihkan luka dengan sabun dalam air hangat selama 30 60
menit. Cara ini efektif untuk me-non-aktifkan racun yang tidak
tahan panas
d) Bawa segera ke rumah sakit

3. Gigitan gurita

Gurita tidak akan menggigit kecuali terinjakatau diganggu. Gigitannya sangat


beracun dan sering kali menimbulkan kematian

Tanda dan gejala :

Kegagalan nafas secara progresifterjadi dalam 10 -15 menit


Luka bekas gigitan kecil, tidak terasa nyeri yang mungkin berwarna merah
dan benjolan ( tampak seperti melepuh berisi darah )
Kehilangan rasa raba ( dimulai sekitar mulut dan leher )
Mual, muntah
Kesulitan menelan
Kesulitan bernafas
Gangguan penglihatan
Inkoordinasi
Kelumpuhan otot
Pernafasan berhenti
Denyut nadi terhenti
Dapat diikuti kematian

Penatalaksaan :

Amankan diri dan lingkungan

Nilai status ABC klien


Tenangkan penderita

Bersihkan / cuci luka bekas gigitan dengan air hangat

Lakukan pressure imobilisasi pada bagian yang cedera

Monitot tanda tanda vital

Lakukan RJP jika diperlukan

Segera bawa ke pelayanan kesehatan terdekat.

2.3 Macam macam sengatan serangga dan penatalaksaannya

1. 1. Sengatan serangga / hewan darat


2. Sengatan laba laba

Sengatan laba laba dapat menimbulkan rasa sakit bahkan dapat meninbulkan
nekrosis kulit dan keracunan sistemik. Cairan jernih dari laba laba berisi esterase,
fosfatase, alkalin protease dan enzim lain yang menyebabkan nekrosis jaringan dan
hemolisis. Mulanya gigitan laba laba ini tidak nyeri atau terasa panas,. Setelah
beberapa jam terasa nyeri dan gatal dengan indurasi di sekitar gigitanserta daerah
pucat iskemik atau kemerahan pada bekas gigitan. Pada kasus tanpa terapi akan
sembuh dalam waktu 2- 3 hari. Pada kasus yang berat, kemerahan merata dan di
bagian tengah ada pendarahan atau nekrosisdisertai timbulnya bula. Timbul jaringan
kehitaman dan terkelupas yang beberapa minggu kemudian meinggalkan ulkus yang
diameternya bisa mencapai 25 cm dan kadang kadang membuat jaringan cekung.
Proses penyembuhan bisa 3 6 bulan. Bila mengenai jaringan lemak,
penyembuhan dapat mencapai 3 tahun. Komplikasi lokal dapat berupa infeksi
sekunder, melukai jaringan saraf, demam, nyeri, lemah, mual, muntah.

Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan


Gatal gatal
Nyeri dan terasa panas
Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur
Dapat terjadi syok

Penatalaksaan :

Amankan lingkungan
Nilai keadaan airway, breathing, circulation
Tenangkan penderita
Bersihkan gigitan dengan menggunakan menggunakan air sabun atau alkohol
70 % atau antiseptik lainnya , balut dengan balutan dan diusahakan balutan
steril dan beri kompres dingin, angkat dan lakukan imobilisasi bagian yang
terkena gigitan.
Bila ada indikasi, berikan analgesik, anthisitamin, antibiotik
Rujuk segera ke rumah sakit
Pasien dimonitor terhadap tanda tanda hemolisis dan komplikasi sistemik
lainnya.

1. Sengatan lipan / kelabang

Sengatan kelabang dapat meninggalkan bekas luka berupa sepang luka, dan
menyebabkan pembengkakan, rasa sakit dan kemerahandi sekitar tempat luka.
Rasa terbakar, pegal dan sakit biasanya akan hilang dengan sendirnya setelah 4-5
jam kemudian. Gigitan kelabang walaupun tidak selalu membahayakan jiwa, dapat
menimbulkan reaksi alergi yang gawat dan kadang kadang dapat berakibat fatal

Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan


Gatal gatal
Nyeri dan terasa panas
Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur
Dapat terjadi syok
Penatalaksaan :

Amankan diri dari lingkungan

Nilai status airway, breathing dan circulation

Tenangkan penderita

Ambil sengatnya kalau nampak ( hati hati saat mencabut. Jangan sampai
menekan kantng bisa atau kalenjar bisa )

Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptik
lainnya.

Kompres daerah sekitar luka dengan air dingin.

Imobilisasikan daerah yang tergigit

Bisa dikombinasikan dengan obat penghilang rasa nyeri dan anthistamin

Jika gejala semakin parah segera ruuk ke pelayanan kesehatan terdekat.

1. Sengatan tawon

Tanda dan gejala serta penatalaksaan pada kasus dengan gigitan tawon pada
umumnya hampir sama dengan tandan dan gejala serta penatalaksaan pada kasus
gigitan lipan / kelabang

Tanda dan gejala :

Bengkak dan kemerahan di daerah gigitan


Gatal gatal
Nyeri dan terasa panas
Demam, menggigil kadang disertai sulit tidur
Dapat terjadi syok

Penatalaksaan :
Amankan diri dari lingkungan

Nilai status airway, breathing dan circulation

Tenangkan penderita

Ambil sengatnya kalau nampak ( hati hati saat mencabut. Jangan sampai
menekan kantng bisa atau kalenjar bisa )

Cuci daerah gigitan dengan air sabun atau alkohol 70 % atau antiseptik
lainnya.

Kompres daerah sekitar luka dengan air dingin.

Imobilisasikan daerah yang tergigit

Bisa dikombinasikan dengan obat penghilang rasa nyeri dan anthistamin.


rujuk

Jika gejala semakin parah segera ruuk ke pelayanan kesehatan terdekat.

1. Sengatan semut api dan semut lainnya

Semut merah coklat atau semut coklat hitam menyengat kulit manusia dengan
kekuatan rahang ketika menyemprotkan racun.

Penatalaksaan :

Pada kasus yang berat dapat terjadi penekanan saraf dan pembuluh darah. Jika
keadaan seperti di atas maka tempat sengatan diberi es batu, glukokortikoid topikal
dan antihistamin oral. Pustula ditutup dengan verban dan diberi antibiotik bila ada
indikasi. Efineprin diberikan jika ada reaksi anafilaktik.

1. Sengatan kalajengking
Kalajengking memliki sengatan penjepit yang digunakan untuk menggenggam
mangsanya. Kemudian melumpuhkan mangsanya dengan sengatan yang terdapat
pada ujung ekornya. Sengatan tersebut dapat menimbulkan rasa panas dan nyeri
yang potensial menimbulkan keracunan yang mematikan.

Gambaran klinis pada lokasi sengatan kadang kadang terlihat minimal dengan
secara umum racun kalajengking menunjukan sifat hemolitik dan neurotoksik yang
dapat menghasilkan keracunan yang berat.

Gejala lokal yang dapat ditimbulkan antara lain :

Nyeri seperti terbakar

Gejala peradangan disertai parestesi loal

Gejala sistemik yang dapat ditimbulkan antara lain :

Umunya ditemukan pada anak anak yang berusia kurang dari 10 tahun.
Gejala yang timbul antara lain gelisah, keluar keringat berlebihan, diplopia,
nistagmus, fasikuli, opistotonus, salivasi, hipertensi, takikardi dan kadang kadang
kejang, paralisis otot pernafasan

Gejala gejala tersebut dapat pula disertai dengan edema paru, syok,
koagulopati, pankreatitis, gangguan fungsi ginjal, ikterus, hipertermia.

Penatalaksaan :
Bila sengatan berasal dari spesies yang tidak mematikan, Daerah sengatan
dikompres dengan menggunakan kompres dingin atau es batu, analgesik
atau antihistamin.
Umumnya sengatan hanya menimbulkan nyeri lokal dapat ditangani di rumah
dengan instruksi kembali ke bagian gawat darurat bila terjadi perkembangan
penyakit menjadi gangguan saraf dan otot atau saraf kranial.
Perlakukan pasien dengan tenang, berikan tekanan dengan kompres dingin
pada sengatan agar mengurangi absorpsi racun. Berikan infus intravena
midazolam untuk mengontrol agitasi, gerakan otot yang tidak beraturan akibat
sengatan tersebut.
Pemantauan selama pengobatan dapat diberi dan sedatif atau narkotik jika
perlu terutama pasien yang mengalami gejala gejala neuromuskular untuk
mencegah terjadinya henti nafas.

Secara umum penatalaksaan dapat dibagi menjadi 3 terapi yaitu :

1. Terapi supportif
1. Stabilisasi :

Penatalaksaan jalan nafas

Penatalaksaan fungsi nafas : ventilasi dan oksigenasi

Penatalaksaan sirkulasi : pasang infus kristaloid

1. Dekontaminasi

Cuci luka dan berikan tetanus profilaksis jika diperlukan

Jangan melakukan pengisapan dan insisi lokal pada area


sengatan

1. Terapi spesifik

Terapi antivenim dengan pemberian serum skorpion ( polivalen )

1. Terapi tingkat lanjut


Terapi ini dilakukan untuk mengatasi gejala sistemik akibat keracunan sengatan
kalajengking seperti hipertensi, edema paru, bradiritmia, gelisah dan syok

Hipertensi dan edema paru dapat diatasi dengan pemberian nifedipin,


nitroprusside, atau prazosin

Bradiaritmia dapat dikontrol dengan pemberian atropin

Pada penderita yang gelisah dengan gerakan gerakan yang tidak terkontrol
dapat diberikan infus intravena kontinudengan midazolam.

Pemberian antivenim harus dilakukan hati hati sebab dapat memberikan reaksi
analilaksis.

Reaksi syok anafilaksis dapat dijumpai pada penderita yang sensitif terhadap
racun kalajengking.

1. 2. Sengatan Serangga / Binatang Laut


1. Sengatan ubur ubur

Kelompok hewan laut ini menimbulkan cederabdengan sengatan dari sel sel
penyengat dari alat alat penangkap ( tentakel ) yang dapat menyebabkan rasa
panas terbakar dan sedkit pendarahan pada kulit.

Tanda dan gejala :

Rasa panas dan terbakar serta sedikit pendarahan


Urtikaria
Mual, muntah
Kejang otot
Syok
Kesulitan bernafas

Penatalaksaan :
Amankan diri dari lingkungan

Nilai status airway, breathing dan circulation

Bebaskan anggota badan yang cedera dari tentakel tentakel dengan


handuk basah

Cuci luka dengan larutan alkohol 70 %

Berikan 10 ml larutan Na Glukonat

Pasang tourniket dan berikan antidot sea wasp antivenom ( SWA ) bila ada

Rujuk ke pusat pelayanan kesehatan terdekat

2.4 Tenggelam.

a. Definisi Tenggelam

Proses tenggelam diawali ketika penderita mulai berusaha keras untuk


mempertahankan dirinya untuuk mengapung di atas air.

b. Proses tenggelam

Penderita akan menegukkan air dalam jumlah yang banyak. Pada saat upaya
mempertahankan diri untuk mengambang mulai gagal, maka penderita akan mulai
berusaha menghirup udara yang sebanyak banyaknya dan menahannya. Saat
itulah air dapat masuk ke dalam saluran pernafasan. Akibatnya akan ada reflek
batuk dan menelan sehingga tanpa disadari penderita akan meneguk air lebih
banyak lagi. Akibatnya saluran nafas atau tepatnya epiglotis akan mengalami
spasme sehingga saluran nafas menjadi tertutup. Penderita akan menjadi tidak
sadar karena kekurangan oksigen. Bila penderita masih sadar akan terjadi upaya
bernafas dan udara masuk ke dalam paru paru, spasme yang terjadi hilang
bersamaan dengan hilangnya kesadaran.

c. Macam Macam tenggelam

Istilah Tenggelam ada 2 macam yaitu :

1.Tenggelam

Bila upaya pertolongan baik meraih penderita ataupun RJP gagal maka baru terjadi
tenggelam.tenggelam tidak berarti penderita meninggal.

2. Nyaris tenggelam

Dikatakan nyaris tenggelam apabila Penderita yang masih bernafas dan mampu
membatukkan air. Atau dapat dikatakan nyaris tenggelam adalah bertahan hidup
selama sedikitnya beberapa waktu dalam air tanpa ventilasi. Akibat paling umum
yang ditimbulkan adalah hipoksia.

d. Upaya Penanganan korban tenggelam

Upaya pertolongan pada penderita tidak boleh ditunda, transportasi ke fasilitas


kesehatan harus dilakukan secepat mungkin. Bantuan nafas pada penderita
tenggelam mungkin perlu dilakukan dengan tiupan yang lebih kuat karena
kemungkinan terjadinya spasme otot saluran nafas tersebut. Jangan berpikir untuk
mengeluarkan air dari paru paru. Air paling banyak masuk ke dalam perut terlebih
dahulu dan ini juga akan menyebabkan sulitnya memeberikan nafas bantuan.

Pedoman pertolongan untuk korban tenggelam antara lain :

Keamanan lokasi dan penolong


Kondisi penderita ( ada respon pada penderota atu tidak, apakah ada cedera
pada penderita atau tidak )
Kondisi air ( suhu air, arus, kedalaman air )
Sumber daya yang ada
Prinsip pertolongan di air :

1. Raih dengan atau tanpa alat


2. Lempar( alat apung )
3. Dayung ( atau menggunakan perahu mendekati penderita )
4. Renang ( upaya terakhir, harus terlatih dan menggunakan alat apung )

Penatalaksaan pada korban tenggelam antara lain :

1. Pindahkan korban segera dari air dengan cara teraman.


2. Bila ada kecurigaan cedera spinal, 1 penolong mempertahankan posisi
kepala, leher dan tulang punggung pada 1 garis lurus. Pertimbangkan untuk
menggunakan papan spinal dalam air, atau bila tidak memungkinkan
pasanglah sebelum menaikkan penderita ke darat.
3. Buka jalan nafas penderita, periksa nafas. Bila tidak ada maka upayakan
untuk memberikan nafas awal secepeta mungkin dan berikan nafas
sepanjang perjalanan. Upayakan wajah penderita menghadap ke atas.
4. Sampai di darat atau perahu lakukan penilaian dini dan RJP bila perlu.
5. Berikan O2 sesuai indikasi
6. Lakukan pemeriksaan fisik, jika ada cedera rawat cedera.
7. Segera bawa ke fasilitas kesehatan.

Upaya upaya untuk menyelamatkan korban tidak boleh ditunda secara dini.
Keberhasilan resusitasi dengan perbaikan neurogenik sempurna pada korban yang
nyaris tenggelamdengan perendaman lama pada air dingin. Setelah resusitasi,
hipoksia dan asidosis adalah masalah utama pada korban yang nyaris tenggelam
dimana mereka membutuhkan intervensi segera dari departement kedaruratan.
Perubahan patofisiologis dan cedera paru bergantung pada tipe caira ( air tawar
atau air garam ) dan volume dari aspirasi. Saat aspirasi, fungsi paru yang berubah
mungkin diantisipasi. Setelah seseorang bertahan dalam air dia akan menun jukan
gejala gawat pernafasan akut, hipoksia, hiperkarbia, asidosis respiratorik dan
asidosis metabolik.
Penatalaksanaan di Departemen Kedaruratan.

Terapi ditujukan untuk memelihara perfusi serebral dan oksigenasi adekuat untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut.Pada organ vital, rerusitasi jantung paru segera
adalah faktor yang mempunyai pengaruh terbesar untuk dapat bertahan.Tujuan
penatalaksanaan adalah untuk mencegah hipoksia.

1. Jamin jalan nafas dengan perfusi perifer yang adekuat.


1. Gunakan termometer rektal untuk menentukan tingkat hipotermia jika
pasien tenggelam di air dingin.
2. Mulai prosedur penghangatan selama resusitasi sesuai
anjuran(penghangatan ekstrakorporeal, dialisis peritonial yang
dihangatkan, inhalasi oksigen hangat aerosol, penghangatan
permukaan). Pilihan ditentukan oleh keparahan dan durasi hipotermia
dan sumber yang ada.
3. Ambil darah arteri untuk mengevaluasi oksigen dan tegangan
karbondioksida dan pH serta kadar bikarbonat; parameter ini
menentukan tipe dukungan ventilator yang dibutuhkan dan ketepatan
dosis natrium bikarbonat yang diberikan.
1. Hipotensi dan gangguan perfusi jaringan diatasi dengan
penambahan volume intra vaskular dan agen inostropik.
2. Perbaiki ventilasi dan oksigenasi, bantu dengan intubasi
endotrakea dengan ventilasi tekana positif untuk meningkatkan
oksigenasi, mencegah aspirasi dan mengoreksi pirau intra
pulmonal dan abnormalitas ventilasi perfusi. Lanjutkan
pemberian oksigen dengan menggunakan masker.
1. Asidosis respiratorik diatasi dengan meningkatkan
ventilasi.
2. Mulai pemantauan EKG, karena sering terjadi disritmia.
3. Bantu dengan intubasi nasogastrik untuk mengosongkan
perut dan mencegah regurgitasi isi lambung
4. Lanjutkan pemantauan kondisi pasien dengan teliti
seperti: TTV, AGD, Ph, EKG, Elektrolit Serum.
5. Masukkan kateter tidak menetap untuk menentukan
haluaran urine: Asidosis metabolik dapat menurunkan
fungsi ginjal.
6. Masukkan pasien keunit perawatan intensif. Penampilan
pasien mungkin tampak baik-baik saja dan komplikasi
nyaris tenggelam yang dapat menyebabkan kematian
meliputi:
1. Hipoksia atau cedera serebral iskemik
2. Sindrome gawat nafas akut dan kerusakan paru
sekunder akibat aspirasi

Anda mungkin juga menyukai