Anda di halaman 1dari 22

Vulnus morsum

(vulnus morsum serpentis dan vulnus morsum canis)

Disusun oleh:
Farra martaningga

Pembimbing:
dr.Abdi Gunawan, Sp.B
dr.David I Tambun, Sp.B

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR


SMF ILMU BEDAH RSUD DR. RM DJOELHAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
2015
Definisi Gigitan Ular
(Vulnus Morsum Serpentis)
Gigitan ular adalah cedera yang disebabkan oleh
gigitan dari ular, baik ular berbisa ataupun tidak berbisa.
Akibat dari gigitan ualr tersebut dapat menyebabkan kondisi
medis yang bervariasi, yaitu:
Kerusakan jaringan secara umum, akibat dari taring ular
Perdarahan serius bila melukai pembuluh darah besar
Infeksi akibat bakteri sekunder atau patogen lainnya dan
peradangan
Pada gigitan ular berbisa,gigitan dapat menyebabkan
envenomisasi
Etiologi
Berdasarkan morfologi gigi taringnya, ular
dapat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a.Famili Elipadae, terdiri dari :
b. Famili Viperidae, terdiri
dari :
c. Famili
Hydrophydae
Ciri-ciri ular berbisa:
1. Bentuk kepala elips, segitiga
2. Gigi taring dua taring besar
3. Bekas gigitan: terdiri dari dua titik
Ciri-ciri ular tidak berbisa:
1. Bentuk kepala bulat
2. Gigi kecil
3. Bekas gigitan lengkung seperti U
Gejala Dan Tanda Gigitan Ular

Gejala dan tanda yang menonjol


berupa nyeri hebat dan tidak
sebanding sebasar luka, udem,
eritem, petekia, ekimosis, bula dan
tanda nekrosis jaringan. Dapat
terjadi perdarahan di peritoneum
atau perikardium, udem paru, dan
syok berat karena efek racun
langsung pada otot jantung.
Tingkatan berat ringannya gigitan ular dibagi menjadi
5 tingkatan sesuai dengan keadaan klinis yaitu:

Grade Tanda dan gejala

0: Tanpa envenomation Satu atau lebih luka gigitan, nyeri minimal, edema di sekitarnya < 1 inci dan
eritema pada 12 jam, tidak ada keterlibatan sistemik

I: Envenomasi minimal Tanda luka gigitan, nyeri moderate sampai berat, edema di sekitar 1 - 5 inci dan
eritema dalamn 12 jam pertama setelah gigitan, tidak ada keterlibatan sistemik.

II: Envenomasi moderate Tanda luka gigitan, nyeri berat, ang marks; severe pain; edema di sekitar 6 12 inci
dan eritema dalam 12 jam setelah gigitan, kemungkinan keterlibatan sistemik
termasuk nausea, vomitus, pusing, syok atau gejal neurotoksik

III: Envenomasi berat Tanda luka gigitan, nyeri berat, edema di sekitarnya lebih dari 12 inci dan eritema
biasanya ada dan termasuk petekie generalisata dan ekimosis.

IV: Envenomasi sangat Keterlibatan sistemik selalu ada dan gejal dapat termasuk gagal ginjal, sedikit
berat hematuri, koma dan kematian, edema local dapat meluas melebihi ekstremitas yang
terlibat pada sisi tubuh ipsilateral.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan darah: Hb, Leukosit, trombosit,
kreatinin, urea N, elektrolit, waktu perdarahan,
waktu pembekuan, waktu protobin, fibrinogen,
APTT, D-dimer, uji faal hepar, golongan darah
dan uji cocok silang.
Pemeriksaan urin: hematuria, glikosuria,
proteinuria (mioglobulinuria)
EKG
Foto dada
Diagnosis
Banding
Diagnosis banding untuk
snakebite antara lain :
Anafilasis
Trombosis vena bagian dalam
Trauma vaskular ekstrimitas
Scorpion Sting
Syok septik
Luka infeksi
Penatalaksanaan
Primary survey (ABCD)
Penatalaksanaan sirkulasi: beri infus cairan
kristaloid
Beri pertolongan pertama pada luka gigitan: verban
ketat dan luas diatas luka, imobilisasi (dengan bidai)
Periksa lab, Ambil 5 10 ml darah untuk
pemeriksaan: waktu trotombin, APTT, D-dimer,
fibrinogen dan Hb, leukosit, trombosit, kreatinin,
urea N, elektrolit (terutama K), CK. Periksa waktu
pembekuan, jika >10 menit, menunjukkan
kemungkinan adanya koagulopati.
Penatalaksanaan
Apus tempat gigitan dengan dengan venom detection
Beri SABU (Serum Anti Bisa Ular, serum kuda yang
dilemahan), polivalen 1 ml berisi:
10-50 LD50 bisa Ankystrodon
25-50 LD50 bisa Bungarus
25-50 LD50 bisa Naya Sputarix
Fenol 0.25% v/v
Teknik pemberian: 2 vial @5ml intravena dalam 500 ml
NaCl 0,9% atau Dextrose 5% dengan kecapatan 40-80
tetes/menit. Maksimal 100 ml (20 vial). Infiltrasi lokal pada
luka tidak dianjurkan. Dosis SABU pada anak dan dewasa
sama, karena ular menginjeksikan jumlah/dosis racun yang
sama pula saat dia menggigit dewasa ataupun anak-anak.
Luka Gigitan Anjing (Vulnus Morsum
Canis)
Gigitan anjing adalah cedera yang disebabkan oleh
gigitan dari anjing, yang paling ditakutkan dari gigitan
anjing selain infeksi adalah penyakit rabies.
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini
bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke
manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan
hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan
kelelawar. Rabies disebut juga penyakit anjing gila.
Patogenesis
Setelah virus rabies masuk melalui luka gigitan, maka selama 2 minggu virus tetap
tinggal pada tempat masuk dan didekatnya, kemudian bergerak mencapai ujung-ujung serabut
saraf posterior tanpa menunjukkan perubahan-perubahan fungsinya.
Masa inkubasi bervariasi yaitu berkisar antara 2 minggu sampai 2 tahun, tetapi pada
umumnya 3-8 minggu, berhubungan dengan jarak yang harus ditempuh oleh virus sebelum
mencapai otak. Sesampainya di otak virus kemudian memperbanyak diri dan menyebar luas
dalam semua bagian neuron, terutama mempunyai predileksi khusus terhadap sel-sel sistem
limbik, hipotalamus dan batang otak.
Setelah memperbanyak diri dalam neuron-neuron sentral, virus kemudian kearah
perifer dalam serabut saraf eferen dan pada saraf volunter maupun saraf otonom. Dengan
demikian virus menyerang hampir tiap organ dan jaringan didalam tubuh, dan berkembang biak
dalam jaringanjaringannya, seperti kelenjar ludah, ginjal, dan sebagainya.
Gejala klinis
Spektrum klinis dapat di bagi menjadi tiga fase:

Fase prodromal yang singkat, fase neurologis akut, dan koma. Fase prodromal, berlangsung selama
2-10 hari, dapat menunjukkan salah satu gejala nonspesifik : malaise, anoreksia, nyeri kepala,
fotofobia, mual dan muntah, nyeri tenggorok, serak, pembesaran kelenjar limfe regional, dan
demam. Biasanya terdapat abnormal di sekitar tempat luka.1

Fase neurologi akut, yang berlangsung 2-7 hari, Stadium ini ditandai dengan adanya kecemasan,
berkeringat, gelisah oleh suara atau cahaya terang, salvias, insomnia, nervousness, spasme otot
kerongkongan , tercekit, sukar menelan cairan ludah, kejang kejang, tingkah laku aneh, berubah.
Terlihat hiperaktivitas simpatis umum, berupa lakrimilasi, dilatasi pupil dan peningkatan salvias
serta perspirasi. Sebagian besar pasien akan menunjukkan hidrofobia (takut terhadap air). 1

Fase stadium koma, disebut juga fase kelumpuhan. Kelumpuhan terjadi akibat kelumpuhan sel
saraf. Penderita menjadi kebingungan, sering kejang kejang , inkontinensia urinae maupun alvi,
stupor, koma, kelumpuhan otot otot, kematian.1
Diagnosis

Diagnosis pada manusia ditegakkan


dengan tes antibody netralisasi rabies yang
positif dan gejala klinisnya . Sedang diagnosis
pada hewan ditegakkan dengan pemeriksaan
otak secara otopsi. Pada otopsi otak, akan
ditemukan badan inklusi virus (negris bodies)
di dalam sel saraf.
Penatalaksanaan
Penanganan Luka Gigitan Hewan Menular Rabies

mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau
diteregent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 %, betadine,
obat merah dan lain-lain).
Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit, kecuali jahitan situasi. Bila
memang perlu sekali untuk dijahit (jahitannya jahitan situasi), maka diberi Serum
Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar
luka sebanyak mungkin dan sisanya disuntikan secara intra muskuler. Disamping itu
harus dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/ vaksin anti tetanus, anti
biotik untuk mencegah infeksi dan pemberian analgetik.
Pemberian Vaksin dan Serum Anti Rabies
Pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR) atau disertai Serum Anti Rabies (SAR)
harus didasarkan atas tindakan tajam dengan mempertimbangkan hasil-hasil penemuan
dibawah ini.
Anamnesis :
Kontak / jilatan / gigitan
Kejadian didaerah tertular / terancam / bebas
Didahului tindakan provokatif / tidak
Hewan yang menggigit menunjukkan gejala rabies
Hewan yang menggigit hilang, lari dan tidak dapat di tangkap atau dibunuh dan
dibuat.
Hewan yang menggigit mati, tapi masih diragukan menderita rabies
Penderita luka gigitan pernah di VAR dan kapan?
Hewan yang menggigit pernah di VAR dan kapan?

Pemeriksaan Fisik
-Identifikasi luka gigitan (status lokalis).

Lain lain
Temuan pada waktu observasi hewan
Hasil pemeriksaan spesimen dari hewan
Petunjuk WHO
Pemberian Vaksin dan Serum Anti
Rabies
Bila ada indikasi pengobatan Pasteur, maka terhadap luka resiko rendah
diberi VAR saja. Yang termasuk luka yang tidak berbahaya adalah jilatan pada
kulit luka, garukan atau lecet (erosi, ekskoriasi), luka kecil disekitar tangan,
badan dan kaki.
Terhadap luka resiko tinggi, selain VAR juga diberi SAR. Yang termasuk
luka berbahaya adalah jilatan/luka pada mukosa, luka diatas daerah bahu (muka,
kepala, leher), luka pada jari tangan/kaki, genetalia, luka yang lebar/dalam dan
luka yang banyak (multipel).
Untuk kontak (dengan air liur atau saliva hewan tersangka/hewan rabies
atau penderita rabies), tetapi tidak ada luka, kontak tak langsung, tidak ada
kontak, maka tidak PERLU diberikan pengobatan VAR maupun SAR.
Sedangkan apabila kontak dengan air liur pada kulit luka yang tidak berbahaya,
maka diberikan VAR atau diberikan kombinasi VAR dan SAR apabila kontak
dengan air liur pada luka berbahaya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai