Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Definisi

Gigitan atau serangan yang di akibatkan oleh gigitan hewan berbisa seperti ular, laba-
laba, kalajengking dll. Gigitan ular atau snake bite dapat disebabkan ular berbisa dan ular tidak
berbisa. Gigitan ular yang berbisa mempunyai akibat yang beragam mulai dari luka yang
sederhana sampai dengan ancaman nyawa dan menyebabkan kematian (BC&TLS, 2008). WHO
(World Health Organitation) menyebutkan sebanyak 5 juta orang setiap tahun digigit ular
berbisa sehingga mengakibatkan sampai 2,5 juta orang keracunan, sedikitnya 100.000 orang
meninggal, dan sebanyak tiga kali lipat amputasi serta cacat permanen lain (Bataviase, 2010).

Gigitan ular lebih umum terjadi di wilayah tropis dan di daerah dimana pekerjaan
utamanya adalah petani.Korban gigitan ular adalah pasien yang digigit ular atau diduga digigit
ular. Ular yang berbisa memiliki ciri- ciri : Bentuk kepala segitiga , diantara mata dan
hidungnyan terdapat cekungan, Mempunyai gigi taring berjumlah dua, Bekas gigitan : luka
halus berjumlah 2 tusukan berbentuk lengkungan, Pupil lonjong, Dibawah ekornya terdapat dua
baris lempengan. Bisa ular mengandung toksin dan enzim yang berasal dari air liur.

2.2 Klasifikasi Gigitan Ular Menurut Schwartz (Depkes,2001)

Deraja
Venerasi Luka Nyeri Edema/Eritema Sistemik
t
0 0 + +/- < 3 cm / 12 jam 0
I +/- + - 3-12 jam / 12 jam 0
II + + +++ > 12-25 cm / 12 jam + neurotoksik, mual, pusing, syok
III + + +++ > 25 cm / 12 jam + + Petekiae, syok, ekhimosis
IV +++ + +++ > ekstremitas + +gagal ginjal akut, koma, perdarahan

2.3 Etiologi

Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan Viperidae.Bisa ular
dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan pendarahan. Banyak bisa yang
menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi pada anggota badan yangtergigit. Sedangkan

1
beberapa bisa Elapidae tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalamwaktu 8 jam. Bisa tersebut
bersifat :

a. Neurotoksin : berakibat pada saraf perifer atau sentral. Berakibat fatal karena paralise
otot-otot lurik. Manifestasi klinis : kelumpuhan otot pernafasan, kardiovaskuler yang
terganggu, derajat kesadaran menurun sampai dengan koma.
b. Haemotoksin : bersifat hemolitik dengan zat antara fosfolipase dan enzim lainnya atau
menyebabkan koagulasi dengan mengaktifkan protrombin. Perdarahan itu sendiri sebagai
akibat lisisnya sel darah merah karena toksin. Manifestasi klinis : luka bekas gigitan yang
terus berdarah, haematom pada tiap suntikan IM, hematuria, hemoptisis, hematemesis,
gagal ginjal.
c. Myotoksin : mengakibatkan rhabdomiolisis yang sering berhubungan dengan
mhaemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal dan hiperkalemia
akibat kerusakan sel- sel otot.
d. Kardiotoksin: merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot
jantung.
e. Cytotoksin: dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat
terganggunya kardiovaskuler.
f. Cytolitik: zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan pada
tempat gigitan. Enzim-enzim: termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran
bisa.

2.4 Patofisiologi

Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik
tersebutmenyebar melalui peredaran darah yang dapat mengganggu berbagai system.
Seperti,sistem neurogist, sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan.Pada gangguan sistem
neurologis, toksik tersebut dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan sistem pernapasan
yang dapat mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga menimbulkan kesulitan
untuk bernapas. Pada sistem kardiovaskuler, toksik mengganggu kerja pembuluh darah yang
dapatmengakibatkan hipotensi. Sedangkan pada sistem pernapasan dapat mengakibatkan
syokhipovolemik dan terjadi koagulopati hebat yang dapat mengakibatkan gagal napas

2
2.5 Manifestasi Klinis

Gejala dan tanda gigitan ular berbisa dapat dibagi ke dalam beberapa kategori mayor :

a. Efek lokal : digigit oleh beberapa ular viper atau beberapa kobra (Naja spp) menimbulkan
rasa sakit dan perlunakan di daerah gigitan. Luka dapat membengkak hebat dan dapat
berdarah dan melepuh. Beberapa bisa ular kobra juga dapat mematikan jaringan sekitar
sisi gigitan luka.
b. Perdarahan : Gigitan oleh famili viperidae atau beberapa elapid Australia dapat
menyebabkan perdarahan organ internal seperti otak atau organ-organ abdomen. Korban
dapat berdarah dari luka gigitan atau berdarah spontan dari mulut atau luka yang lama.
Perdarahan yang tak terkontrol dapat menyebabkan syok atau bahkan kematian.

Tanda dan gejala yang umum di temukan pada pasien bekas gigitan ular adalah : Lokasi sakit
bukan gambaran umum, Tanda- tanda bekas taring, laserasi, Bengkak dan kemerahan, kadang –
kadang bulae/ vasikular, Sakit kepala, mual muntah, Rasa sakit pada otot- otot , dinding perut,
Demam, keringat dingin, Untuk bisa neurotoksik : Kelumpuhan otot pernafasan, Kardiovaskuler
terganggu, Kesadaran menurun menurun sampai koma. Untuk bisa haemolitik, Luka bekas
patukan yang terus berdarah, Haematoma pada tiap suntikan IM, Hematuria , Haemoptisis/ atau
haematimisi, Kegagalan ginjal (HTN), Ular yang hidup di dalam lubang , Nyeri terbakar hebat,
Satu atau dua luka tusuk kecil berjarak sekitar satu cm , Bengkak, Lepuh berisi darah dan
berubah warna kemungkinan terjadi beberapa jam setelah gigitan, Mual muntah, berkeringat dan
lemah

3
2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan darah : Hb, Leukosit, Trombosit, kreatinin, urea-N, elektrolit, waktu


perdarahan, waktu pembekuan, waktu protrombin, fibrinogen, APTT, D-dimer, uji faal
hepar, golongan darah dan uji cocok silang
2. Pemeriksaan urin : hematuria, glukosuria, proteinuria (mioglobulinuria).
3. EKG
4. Foto dada

2.7 Penatalaksaan Medis & Keperawatan

Penatalaksaan Medis:

- Intravenous “push” injection : suntikan diberikan secara manusal oleh paramedic secara
perlahan, tidak lebih dari 2 ml/menit
- Intravenous infusion : antivenom dilarutkan dalam5-10 ml cairan isotonic per kg berat
badan ( dalam 250-500 ml NaCl 0,9% atau Dextrose 5 %) dengan kecepatan 40-80 tetes/
menit. Maksimal 100 ml (20 vial)ctbt
- Infiltrasi local pada luka tidak dianjurkan
- Indikasi SABU adalah gejala venerasi sistemik dan edema hebat pada bagian luka.

Pedoman terapi SABU mengacu pada Schwartz dan Way (Depkes,2001):

a. Derajat 0 dan 1: tidak diperlukan SABU, dilakukan evaluasi dalam 12 jam, jika derajat
meningkat maka diberikan SABU sampai 5 vial.
b. Derajat II: 5-15 vial SABU
c. Derajat III: 15-20 vial SABU
d. Derajat IV: berikan penambahan 6-8 vial SABU sampai paling tidak mencapai 25 vial.

Crofab, yaitu antibisa ular yang digunakan di amerika serikat untuk spesies pit viver (ular ekor
mira atau ular bangkai laut) berbisa di amerika utara, mempunyai resiko yang cukup rendah
umtuk menimbulkan alergi.

Jika terdapat resiko alergi yang sinifikan, pasien sebaiknya diberikan terapi antihistamin IV
(misalnya difenhidramin, 1 mg/kg sampai dosis maksimal sebesar 100 mg; ditambah dengan

4
simetidin,5-10 mg/kg sampai dosis maksimal sebesar 300 mg) dan diberikan cairan kristaloid IV
untuk mengembangkan volume intravaskular

Penatalaksaan Keperawatan

1. Monitor tanda vital, irama jantung,saturasi o2 secara ketat, dan awasi adanya tanda-tanda
kesulitan menelan atau insuvisiensi pernafasan
2. Perhatian tingkat eritema dan pembengkakan dan lingkar ekstremitas setiap 15 menit
sampai pembengkakan telah stabil.
3. Mula-mula obati syok dengan resusitasi cairan kristaloid menggunakan cairan isotonis.
Jika hipotensi masih menetap, coba berikan albumin 5% dan fasofresor.
4. Mulailah pencarian anti bisa ular spesifik yang sesuai, untuk semua kasus gigitan ular
berbisa yang diketahui jenisnya. Di amerika serikat, tersedia bantuan 24 jam dari pusat
pengendalian racun regional.
5. Adanya bukti keracunan bisa ular secara sistematik ( gejala sistemik adnormalitas
laboratorium) dan (kemungkinan) tanda lokal progresif yang signifikan adalah indikasi
untuk pemberian bisa ular.
6. Pemberian anti bisa ular sebaiknya dilanjutkan sampai korban memperlihatkan perbaikan
yang pasti. Tetapi neurotoksisitas akibat gigitan seekor ular (misalnya kobra) lebih sulit
disembuhkan dengan menggunakan anti bisa ular. Diperlukan intubasi, pemberian lebih
banyak anti bisa ular biasanya tidak dapat membantu. (Cholifah,2012).

2.8 Komplikasi

a. Syok hipovolemik
b. Edema paru
c. Kematian
d. Gagal napas

5
DAFTAR PUSTAKA

Setiati, Siti. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi VI. Interna Publishing Pusat
Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. Cetakan I.Juli.2014.

Suryati, Ida. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Masyarakat Dengan Penanganan Awal
Gigitan Binatang. Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Perintis, Vol. 1 No. 1 Tahun. 2018.

Cholifah, Tri Andriani. Kecepatan penurunan pembengkakan luka snake bite dengan insisi dan
non insisi. Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Keperawatan.
Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai