Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

SNAKE BITE

Oleh:

WINDASUCIWULANDARI

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2012

SNAKE BITE
A. PENGERTIAN

Bisa ular adalah kumpulan dari terutama protein yang mempunyai efek

fisiologik yang luas atau

bervariasi. Yang mempengaruhi sistem multiorgan, terutama

neurologik, kardiovaskuler system pernapasan. (Suzanne Smaltzer dan

Brenda G. Bare, 2001)

B. ETIOLOGI

Terdapat 3 famili ular yang berbisa, yaitu Elapidae, Hidrophidae, dan

Viperidae. Bisa ular

dapat menyebabkan perubahan lokal, seperti edema dan pendarahan.

Banyak bisa yang menimbulkan perubahan lokal, tetapi tetap dilokasi

pada anggota badan yang tergigit. Sedangkan beberapa bisa Elapidae

tidak terdapat lagi dilokasi gigitan dalam waktu 8 jam.

Daya toksik bisa ular yang telah diketahui ada beberapa macam :

1. Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah (hematoxic)

Bisa ular yang bersifat racun terhadap darah, yaitu bisa ular yang

menyerang dan merusak (menghancurkan) sel-sel darah merah dengan

jalan menghancurkan stroma lecethine (dinding sel darah merah),

sehingga sel darah menjadi hancur dan larut (hemolysin) dan keluar
menembus pembuluh-pembuluh darah, mengakibatkan timbulnya

perdarahan pada selaput tipis (lender) pada mulut, hidung,

tenggorokan, dan lain-lain.

2. Bisa ular yang bersifat saraf (Neurotoxic)

Yaitu bisa ular yang merusak dan melumpuhkan jaringan-jaringan sel

saraf sekitar luka gigitan yang menyebabkan jaringan-jaringan sel saraf

tersebut mati dengan tanda-tanda kulit sekitar luka gigitan tampak

kebiru-biruan dan hitam (nekrotis). Penyebaran dan peracunan

selanjutnya mempengaruhi susunan saraf pusat dengan jalan

melumpuhkan susunan saraf pusat, seperti saraf pernafasan dan

jantung. Penyebaran bisa ular keseluruh tubuh, ialah melalui pembuluh

limfe.

3. Bisa ular yang bersifat Myotoksin

Mengakibatkan rabdomiolisis yang sering berhubungan dengan

maemotoksin. Myoglobulinuria yang menyebabkan kerusakan ginjal

dan hiperkalemia akibat kerusakan sel-sel otot.

4. Bisa ular yang bersifat kardiotoksin

Merusak serat-serat otot jantung yang menimbulkan kerusakan otot

jantung.

5. Bisa ular yang bersifat cytotoksin


Dengan melepaskan histamin dan zat vasoaktifamin lainnya berakibat

terganggunya

kardiovaskuler.

6. Bisa ular yang bersifat cytolitik

Zat ini yang aktif menyebabkan peradangan dan nekrose di jaringan

pada tempat gigitan.

7. Enzim-enzim

Termasuk hyaluronidase sebagai zat aktif pada penyebaran bisa.

C. PATOFISIOLOGI

Bisa ular yang masuk ke dalam tubuh, menimbulkan daya toksin. Toksik

tersebut menyebar melalui peredaran darah yang dapat mengganggu

berbagai system. Seperti, system neurogist, sistem kardiovaskuler,

sistem pernapasan. Pada gangguan sistem neurologis, toksik tersebut

dapat mengenai saraf yang berhubungan dengan sistem pernapasan

yang dapat mengakibatkan oedem pada saluran pernapasan, sehingga

menimbulkan kesulitan untuk bernapas. Pada sistem kardiovaskuler,

toksik mengganggu kerja pembuluh darah yang dapat mengakibatkan

hipotensi. Sedangkan pada sistem pernapasan dapat mengakibatkan

syok hipovolemik dan terjadi koagulopati hebat yang dapat

mengakibatkan gagal napas.


D. MANIFESTASI KLINIS

Secara umum, akan timbul gejala lokal dan gejala sistemik pada

semua gigitan ular. Gejala lokal: edema, nyeri tekan pada luka gigitan,

ekimosis (kulit kegelapan karena darah yang terperangkap di jaringan

bawah kulit). Sindrom kompartemen merupakan salah satu gejala

khusus gigitan ular berbisa, yaitu terjadi oedem (pembengkakan) pada

tungkai ditandai dengan 5P: pain (nyeri), pallor (muka pucat),

paresthesia (mati rasa), paralysis (kelumpuhan otot), pulselesness

(denyutan).

Gejala-gejala awal terdiri dari satu atau lebih tanda bekas gigitan

ular,rasa terbakar, nyeri

ringan, dan pembengkakan local yang progresif. Bila timbul parestesi,

gatal, dan mati rasa perioral, atau fasikulasi otot fasial, berarti

envenomasi yang bermakna sudah terjadi. Bahaya

gigitan ular racun pelarut darah adakalanya timbul setelah satu atau

dua hari, yaitu timbulnya

gejala-gejala hemorrhage (pendarahan) pada selaput tipis atau lender

pada rongga mulut, gusi, bibir, pada selaput lendir hidung,

tenggorokan atau dapat juga pada pori-pori kulit seluruh tubuh.

Pendarahan alat dalam tubuh dapat kita lihat pada air kencing (urine)
atau hematuria, yaitu pendarahan melalui saluran kencing. Pendarahan

pada alat saluran pencernaan seperti usus dan lambung dapat keluar

melalui pelepasan (anus).

Gejala hemorrhage biasanya disertai keluhan pusing-pusing

kepala, menggigil, banyak

keluar keringat, rasa haus,badan terasa lemah,denyut nadi kecil dan

lemah, pernapasan pendek, dan akhirnya mati.

E. PEMERIKSAAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium dasar, Pemeriksaaan kimia darah, Hitung sel

darah lengkap, penentuan golongan darah dan uji silang, waktu

protrombin, waktu tromboplastin parsial,hitung trombosit, urinalisis,

dan penentuan kadar gula darah, BUN, dan elektrolit. Untuk gigitan

yang hebat, lakukan pemeriksaan fibrinogen, fragilitas sel darah merah,

waktu

pembekuan, dan waktu retraksi bekuan.

F. PENATALAKSANAAN

1. Prinsip penanganan pada korban gigitan ular:

a. Menghalangi penyerapan dan penyebaran bisa ular.

b. Menetralkan bisa.
c. Mengobati komplikasi.

2. Pertolongan pertama :

Pertolongan pertama, pastikan daerah sekitar aman dan ular telah

pergi segera cari pertolongan medis jangan tinggalkan korban.

Selanjutnya lakukan prinsip RIGT,

yaitu:

1) R: Reassure: Yakinkan kondisi korban, tenangkan dan istirahatkan

korban, kepanikan akan menaikan tekanan darah dan nadi sehingga

racun akan lebih cepat menyebar ke tubuh. Terkadang pasien

pingsan/panik karena kaget.

2) Immobilisation: Jangan menggerakan korban, perintahkan korban

untuk tidak berjalan atau lari. Jika dalam waktu 30 menit pertolongan

medis tidak datang, lakukan tehnik balut tekan (pressure-

immoblisation) pada daerah sekitar gigitan (tangan atau kaki) lihat

prosedur pressure immobilization (balut tekan)

3) G: Get: Bawa korban ke rumah sakit sesegera dan seaman mungkin.

4) T: Tell the Doctor: Informasikan ke dokter tanda dan gejala yang

muncul Ada korban.

3. Prosedur Pressure Immobilization (balut tekan):


 Balut tekan pada kaki:

a) Istirahatkan (immobilisasikan) Korban.

b) Keringkan sekitar luka gigitan.

c) Gunakan pembalut elastis.

d) Jaga luka lebih rendah dari jantung.

e) Sesegera mungkin, lakukan pembalutan dari bawah pangkal jari kaki

naik ke atas.

f) Biarkan jari kaki jangan dibalut.

g) Jangan melepas celana atau baju korban.

h) Balut dengan cara melingkar cukup kencang namun jangan sampai

menghambat

aliran darah (dapat dilihat dengan warna jari kaki yang tetap pink).

i) Beri papan/pengalas keras sepanjang kaki.

 Balut tekan pada tangan:

a) Balut dari telapak tangan naik keatas. ( jari tangan tidak dibalut).

b) Balut siku & lengan dengan posisi ditekuk 90 derajat.

c) Lanjutkan balutan ke lengan sampai pangkal lengan.

d) Pasang papan sebagai fiksasi.

e) Gunakan mitela untuk menggendong tangan.

4. Penatalaksanaan selanjutnya:
a) Insisi luka pada 1 jam pertama setelah digigit akan mengurangi

toksin 50%.

b) IVFD RL 16-20 tpm.

c) Penisillin Prokain (PP) 1 juta unit pagi dan sore.

d) ATS profilaksis 1500 iu.

e) ABU 2 flacon dalam NaCl diberikan per drip dalam waktu 30 – 40

menit.

f) Heparin 20.000 unit per 24 jam.

g) Monitor diathese hemorhagi setelah 2 jam, bila tidak membaik,

tambah 2 flacon

ABU lagi. ABU maksimal diberikan 300 cc (1 flacon = 10 cc).

h) Bila ada tanda-tanda laryngospasme, bronchospasme, urtikaria atau

hipotensi

berikan adrenalin 0,5 mg IM, hidrokortisone 100 mg IV.

i) Kalau perlu dilakukan hemodialise.

j) Bila diathese hemorhagi membaik, transfusi komponen.

k) Observasi pasien minimal 1 x 24 jam

5. Pemberian ABU

Tabel. Pemberian ABU sesuai derajat parrish


Derajat Parrish Pemberian ABU

0-1 Tidak pe rlu

2 5-20 c c (1 -2 am pul)

3-4 40-100 c c ( 4-10 a mpul)

Tabel. Klasifikasi derajat parrish

Ciri-ciri:

0 1. Tidak ada gejala sistemik setelah 12 jam pasca gigitan.

2. Pembengkakan minimal, diameter 1 cm

I 1. Bekas gigitan 2 taring

2. Bengkak dengan diameter 1-5 cm.

3. Tidak ada tanda-tanda sistemik sampai 12 jam

II 1. Sama dengan derajat I

2. Petechie, echimosis

3. Nyeri hebat dalam 12 jam

III 1. Sama dengan derajat I dan II

2. Syok dan distress napas, echimosis seluruh tubuh

IV Sangat cepat memburuk.


G. KOMPLIKASI

1. Syok hipovolemik

2. Edema paru

3. Kematian

4. Gagal napas

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan Marilynn E. Doenges (2000: 871-873), dasar

data pengkajian pasien, yaitu:

a) Aktivitas dan Istirahat

Gejala: Malaise.

b) Sirkulasi

Tanda: Tekanan darah normal/sedikit di bawah jangkauan normal

(selama hasil curah jantung tetap meningkat). Denyut perifer kuat,

cepat, (perifer hiperdinamik), lemah/lembut/mudah hilang, takikardi,

ekstrem (syok).

c) Integritas Ego

Gejala: Perubahan status kesehatan.

Tanda: Reaksi emosi yang kuat, ansietas, menangis, ketergantungan,

menyangkal, menarik diri.


d) Eliminasi

Gejala: Diare.

e) Makanan/cairan

Gejala: Anoreksia, mual/muntah.

Tanda: Penurunan berat badan, penurunan lemak subkutan/massa otot

(malnutrisi).

f) Neorosensori

Gejala: Sakit kepala, pusing, pingsan.

Tanda: Gelisah, ketakutan, kacau mental, disorientasi, delirium/koma.

g) Nyeri/Kenyamanan

Gejala: Kejang abdominal, lokalisasi rasa nyeri, urtikaria/pruritus

umum.

h) Pernapasan

Tanda: Takipnea dengan penurunan kedalaman pernapasan.

Gejala: Suhu umunya meningkat (37,95oC atau lebih) tetapi mungkin

normal,

kadang subnormal (dibawah 36,63oC), menggigil. Luka yang sulit/lama

sembuh.

i) Seksualitas

Gejala: Pruritus perianal, baru saja menjalani kelahiran.


j) Integumen

Tanda: Daerah gigitan bengkak, kemerahan, memar, kulit teraba

hangat.

k) Penyuluhan

Gejala: Masalah kesehatan kronis/melemahkan, misal: hati, ginjal, sakit

jantung,

kanker, DM, keadaan klien sudah membaik.


2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien

dengan sepsis.

Maka rencana keperawatan, yaitu:


 Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas.
 Nyeri akut berhubungan dengan luka bakar kimia pada mukosa gaster,
rongga oral, respon fisik, proses infeksi, misalnya gambaran nyeri,
berhati-hati dengan abdomen, postur tubuh kaku, wajah mengkerut,
perubahan tanda vital.
 Hipertermia berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme,
penyakit, dehidrasi, efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada
hipotalamus, perubahan pada regulasi temperatur, proses infeksi.
 Ketakutan/ansietas berhubungan dengan krisis situasi, perawatan di
rumah sakit/prosedur isolasi, mengingat pengalaman trauma, ancaman
kematian atau kecacatan.
 Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan sistem imun, kegagalan
untuk mengatasi infeksi, jaringan traumatik luka.
3. Perencanaan

NO SDKI SLKI SIKI

1 Pola napas tidak Pola Napas (L.01004)  PEMANTAUAN RESPIRASI (I.01014)


efektif (D.0005) 1. Observasi
 Ventilasi semenit o Monitor frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya napas
 Kapasitas vital o Monitor pola napas (seperti
bradipnea, takipnea,
 Diameter thoraks hiperventilasi, Kussmaul, Che
yne-Stokes, Biot, ataksik0
anterior- posterior o Monitor kemampuan batuk
efektif
 Tekanan ekspirasi o Monitor adanya produksi
sputum
 Tekanan inspirasi o Monitor adanya sumbatan
jalan napas
 Dipsneu o Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
o Auskultasi bunyi napas
 Penggunaan otot bantu
o Monitor saturasi oksigen
napas o Monitor nilai AGD
o Monitor hasil x-ray toraks
 Pemanjangan fase 2. Terapeutik
o Atur interval waktu
ekspirasi pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Pernapasan purselip o Dokumentasikan hasil
pemantauan
 Pernapasan cuping 3. Edukasi
o Jelaskan tujuan dan prosedur
hidung pemantauan
o Informasikan hasil
 Frekuensi napas pemantauan, jika perlu
B. MENEJEMEN JALAN NAPAS (I.
 Kedalaman napas 01011)
1. Observasi
 Ekskursi napas o Monitor pola napas
(frekuensi, kedalaman, usaha
napas)
o Monitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling,
mengi, weezing, ronkhi
kering)
o Monitor sputum (jumlah,
warna, aroma)
2. Terapeutik
o Pertahankan kepatenan jalan
napas dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika
curiga trauma cervical)
o Posisikan semi-Fowler atau
Fowler
o Berikan minum hangat
o Lakukan fisioterapi dada, jika
perlu
o Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
o Lakukan hiperoksigenasi
sebelum
o Penghisapan endotrakeal
o Keluarkan sumbatan benda
padat dengan forsepMcGill
o Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
o Anjurkan asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
o Ajarkan teknik batuk efektif

4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu.

2 Hipertermia A. MANAJEMEN HIPERTERMIA


(I.15506)
(D.0130) 1. Observasi
o Identifkasi penyebab
hipertermi (mis. dehidrasi
terpapar lingkungan panas
penggunaan incubator)
o Monitor suhu tubuh
o Monitor kadar elektrolit
o Monitor haluaran urine
2. Terapeutik
o Sediakan lingkungan yang
dingin
o Longgarkan atau lepaskan
pakaian
o Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
o Berikan cairan oral
o Ganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hiperhidrosis (keringat
berlebih)
o Lakukan pendinginan
eksternal (mis. selimut
hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
o Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
o Batasi oksigen, jika perlu
3. Edukasi
o Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
o Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
B. REGULASI TEMPERATUR (I.14578)
1. Observasi
o Monitor suhu bayi sampai
stabil ( 36.5 C -37.5 C)
o Monitor suhu tubuh anak tiap
2 jam, jika perlu
o Monitor tekanan darah,
frekuensi pernapasan dan
nadi
o Monitor warna dan suhu kulit
o Monitor dan catat  tanda dan
gejala hipotermia dan
hipertermia
2. Terapeutik
o Pasang alat pemantau suhu
kontinu, jika perlu
o Tingkatkan asupan cairan dan
nutrisi yang adekuat
o Bedong bayi segera setelah
lahir, untuk mencegah
kehilangan panas
o Masukkan bayi BBLR ke
dalam plastic segera setelah
lahir ( mis. bahan
polyethylene, poly urethane)
o Gunakan topi bayi untuk
memcegah kehilangan panas
pada bayi baru lahir
o Tempatkan bayi baru lahir di
bawah radiant warmer
o Pertahankan kelembaban
incubator 50 % atau lebih
untuk mengurangi kehilangan
panas Karena proses
evaporasi
o Atur suhu incubator sesuai
kebutuhan
o Hangatkan terlebih dahulu
bhan-bahan yang akan kontak
dengan bayi (mis.
seelimut,kain
bedongan,stetoskop)
o Hindari meletakkan bayi di
dekat jendela terbuka atau di
area aliran pendingin
ruangan atau kipas angin
o Gunakan matras penghangat,
selimut hangat dan
penghangat ruangan, untuk
menaikkan suhu tubuh, jika
perlu
o Gunakan kasur pendingin,
water circulating blanket, ice
pack atau jellpad dan
intravascular cooling
catherization untuk
menurunkan suhu
o Sesuaikan suhu lingkungan
dengan kebutuhan pasien
3. Edukasi
o Jelaskan cara pencegahan
heat exhaustion,heat stroke
o Jelaskan cara pencegahan
hipotermi karena terpapar
udara dingin
o Demonstrasikan teknik
perawatan metode kangguru
(PMK) untuk bayi BBLR

4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
antipiretik jika perlu

3 Ansietas (D.0080) A. REDUKSI ANXIETAS (I.09314)


1.  Observasi
o Identifikasi saat tingkat anxietas
berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
o Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
o Monitor tanda anxietas (verbal dan
non verbal)
2. Terapeutik
o Ciptakan suasana  terapeutik untuk
menumbuhkan kepercayaan
o Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan
o Pahami situasi yang membuat
anxietas
o Dengarkan dengan penuh perhatian
o Gunakan pedekatan yang tenang
dan meyakinkan
o Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
o Diskusikan perencanaan  realistis
tentang peristiwa yang akan datang
3. Edukasi
o Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
o Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
o Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
o Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
o Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
o Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
o Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
o Latih teknik relaksasi
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian obat anti
anxietas, jika perlu
B. TERAPI RELAKSASI
1. Observasi
o Identifikasi penurunan tingkat
energy, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain
yang menganggu kemampuan
kognitif
o Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
o Identifikasi kesediaan, kemampuan,
dan penggunaan teknik sebelumnya
o Periksa ketegangan otot, frekuensi
nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
o Monitor respons terhadap terapi
relaksasi
2. Terapeutik
o Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan
o Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
o Gunakan pakaian longgar
o Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan berirama
o Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
3. Edukasi
o Jelaskan tujuan, manfaat, batasan,
dan jenis, relaksasi yang tersedia
(mis. music, meditasi, napas dalam,
relaksasi otot progresif)
o Jelaskan secara rinci intervensi
relaksasi yang dipilih
o Anjurkan mengambil psosisi
nyaman
o Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
o Anjurkan sering mengulang atau
melatih teknik yang dipilih’
o Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (mis. napas dalam,
pereganganm atau imajinasi
terbimbing )

4 Nyeri akut A. MANAJEMEN NYERI (I. 08238)


1. Observasi
(D.0077) o lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
o Identifikasi skala nyeri
o Identifikasi respon nyeri non
verbal
o Identifikasi faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
o Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
o Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
o Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
o Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
o Monitor efek samping
penggunaan analgetik
2. Terapeutik
o Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
bermain)
o Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
o Fasilitasi istirahat dan tidur
o Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
o Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
o Jelaskan strategi meredakan
nyeri
o Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
o Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
o Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
o Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
B. PEMBERIAN ANALGETIK (I.08243)
1. Observasi
o Identifikasi karakteristik nyeri
(mis. Pencetus, pereda,
kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
o Identifikasi riwayat alergi
obat
o Identifikasi kesesuaian jenis
analgesik (mis. Narkotika,
non-narkotika, atau NSAID)
dengan tingkat keparahan
nyeri
o Monitor tanda-tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesic
o Monitor efektifitas analgesik
2. Terapeutik
o Diskusikan jenis analgesik
yang disukai untuk mencapai
analgesia optimal, jika perlu
o Pertimbangkan penggunaan
infus kontinu, atau bolus
opioid untuk
mempertahankan kadar
dalam serum
o Tetapkan target efektifitas
analgesic untuk
mengoptimalkan respon
pasien
o Dokumentasikan respon
terhadap efek analgesic dan
efek yang tidak diinginkan
3. Edukasi
o Jelaskan efek terapi dan efek
samping obat
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan
jenis analgesik, sesuai indikas

i
.

DAFTAR PUSTAKA

Agus P, dkk : Kedaruratan Medik : Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta, 2000

Daley eMedicine – Snakebite : Article by Brian James, MD, MBA, FACS, 2006 available at

URL : http://www.emedicine.com/med/topic2143.htm

Doenges M.E. (1989) Nursing Care Plan, Guidlines for Planning Patient Care (2 nd ed ).

Philadelpia, F.A. Davis Company.

Hafid, Abdul, dkk., editor : Sjamsuhidajat,R. dan de Jong, Wim, Bab 2 : Luka, Trauma, Syok,

Bencana., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, EGC : Jakarta, Mei 1997. Hal. 99-100. 2.

Anda mungkin juga menyukai