Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN PADA PASIEN


DENGAN HIPERGLIKEMIA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
Dosen Mata Ajar: Septiana Fathonah S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
KELAS 3D
Adi Galih P. (2820173140)
Afifah (2820174141)
Ambar Listyaningsih (2820173142)
Ami Yudidtya (2820173143)
Aminda Murnisari (2820173144)
Anggie Ningtyas P. (2820173145)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat
menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan pada Pasien
dengan Hiperglikemi” ini dengan baik dan lancar. Asuhan keperawatan ini
penyusun buat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gawat Darurat
sebagai penunjang dalam mengikuti perkuliahan di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Notokusumo.
Ucapan terimakasih penyusun sampaikan kepada :
1. Giri Susilo Adi, S.Kep.,Ns.,M.Kep. selaku Direktur Akademi
Keperawatan Notokusumo
2. selaku Dosen Mata Ajar Keperwatan Kegawatdaruratan
Penyusun menyadari bahwa penulisan asuhan keperawatan ini masih
banyak mengalami kesalahan, sehingga diharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun demi kesempurnaan selanjutnya. Semoga dengan
adanya asuhan keperawatan ini dapat menambah pengetahuan, dan wawasan yang
bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Yogyakarta, 8 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Tujuan ............................................................................................................... 2
BAB II KONSEP DASAR
A. Definisi .............................................................................................................. 4
B. Etiologi .............................................................................................................. 4
C. Manifestasi ........................................................................................................ 5
E. Patofisiologi ...................................................................................................... 7
F. Pathway ............................................................................................................. 7
G. Komplikasi .................................................. Error! Bookmark not defined.
H. Penatalaksanaan Medis Kegawatdaruratan .............................................. 9
BAB III KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian ...................................................................................................... 11
C. Intervensi Keperawatan .................................................................................. 1
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 1
B. Saran ................................................................................................................. 1
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai
macam keluhan. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa
diperhatikan, sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter untuk
memeriksakan kadar glukosa darahnya.Penyakit diabetes mellitus yang
mengalami hiperglikemia memerlukan perhatian yang khusus dalam
melalukan perawatan di ruangan, sehingga dapat mengontrol kadar gula dan
dapat menurunkan kadar gula darah klien. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Wiryana, (2008) menunjukkan bahwa, serat mampu menurunkan kadar
glukosa postprandial serum dengan tiga mekanisme, yaitu serat makanan
meningkatkan viskositas usus halus dan menghambat difusi glukosa, 2
mengikat 5glukosa dan mengurangi konsentrasi glukosa dalam usus halus,
menghambat aksi α-amilase melalui selaput pati dan enzim serta dapat
langsung menghambat enzim. Mekanisme-mekanisme tersebut menurunkan
kadar penyerapan glukosa dan konsentrasi glukosa postprandial serum.
Hiperglikemi merupakan suatu kondisi dimana kadar gula (glukosa) dalam
darah dan kadar glukosa dalam urin melebihi batas normal. Jika ini terjadi
secara terus menerus dan berlangsung menahun, maka akan mengakibatkan
penyakit diabetes mellitus.
Diabetes mellitus merupakan sekumpulan gejala yang timbul pada
seseorang, ditandai dengan kadar glukosa darah dan kadar glukosa urin yang
melebihi nilai normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik
absolut maupun relative. Apabila penyakit ini dibiarkan tak terkendali atau
penderita tidak menyadari penyakitnya, maka bertahun-tahun kemudian akan
timbul berbagai komplikasi kronik yang berakibat fatal.
Indonesia merupakan negara keempat yang memiliki jumlah penderita
DM terbanyak di dunia. Eastimasi Terakhir IDF, Terdapat 382 juta orang

1
hidup dengan diabetes didunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035 jumlah
tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang. Diperkirakan
dari 382 juta orang tersebut diantaranya belum terdiagnosis, sehingga
terancam progresif menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan.
Tipe diabetes II merupakan 90% dari seluruh diabetes. Survei kesehatan
Rumah tangga (2001) mendapat prevelensi diabetes mellitus pada penduduk
jawa dan 2 bali sebesar 7,5%. Sehingga hari diabetes sedunia (WDD)
diperingati untuk meningkat perhatian terhadap diabetes yang kejadiannya
terus meningkat didunia (Depkes RI, 2014).
Landasan Teori Diabetes Mellitus adalah keadaan dimana tubuh tidak
menghasilkan atau memakai insulin sebagaimana mestinya. Insulin adalah
hormon yang membawa glukosa darah ke dlaam sel-sel dan menyimpannya
sebagai glikogen (Tambayong, 2009).

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui konsep penyakit hiperglikemia dan
dokumentasi keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit
hiperglikemia.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui definisi hiperglikemia.
b. Mampu mengetahui etiologi hiperglikemia.
c. Mampu mengetahui tanda gejala hiperglikemia.
d. Mampu mengetahui klasifikasi hiperglikemia.
e. Mampu mengetahui patofisiologi hiperglikemia.
f. Mampu mengetahui pathway hiperglikemia.
g. Mampu mengetahui penatalaksanaan medis gadar hiperglikemia.
h. Mampu mengetahui komplikasi hiperglikemia.
i. Melakukan pengkajian pada pasien anak dengan hiperglikemia.
j. Menetapkan diagnosa keperawatan pasien anak dengan dasar analis
data hasil pengkajian pasien hiperglikemia.

2
k. Melakukan intervensi hiperglikemia.

3
BAB II
KONSEP DASAR

A. Definisi
Hiperglikemia merupakan kondisi berupa terjadinya peningkatan
kadar glukosa darah dalam tubuh melebihi batas normal (perkumpulan
endrokrinologi Indonesia, 2015).
Hiperglikemia adalah suatu gejala yang timbul akibat
ketidakmampuan tubuh dalam menggunakan insulin yang dihasilkan dengan
baik (kementrian kesehatan RI, 2014)
Hiperglikemia merupakan keadaan glukosa yang meningkat di darah
sebagai indikator untuk menentukan penyakit diabetes melitus (DM)
(Misnadiarly, 2006 dalam Arisandi dkk, 2015).
Dapat disimpulkan bahwa hiperglikemi adalah suatu kondisi di mana
jumlah berlebihan glukosa darah. Yang mana glukosa darah dikatakan
berlebih apa bila melebihi rentang normalnya. Menurut Tandra (2017)
rentang normal glukosa dalam darah adalah 70-110 mg/dl.

B. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare (2013), hiperglikemia dapat terjadi pada penderita
Diabetes dan Non-Diabetes dengan etiologi sebagai berikut:
1. Dosis insulin tidak tepat
Adanya dosis insulin yang kurang dari kebutuhan tubuh untuk mesekresi
gula darah menyebabkan berlebihnya gula darah atau disebut juga
hiperglikemia. Hal ini tentu saja faktor penyebab utama terjadinya
hiperglikemia.
2. Asupan makanan berlebihan
Asupan makanan berlebih dapat meningkatkan gula darah, terutama
makanan berat yang mengandung banyak glukosa seperti karbohidrat.
3. Aktivitas fisik kurang

4
Kurangnya aktifitas fisik pada seseorang menyebabkan peningkatan gula
darah apabila tubuh tidak sensitive dalam mengolah gula darah, sehingga
membutuhkan support dari luar berupa aktifitas fisik untuk
mengolahnya.
4. Stress
Saat stress hormone kortisol akan naik, hormon ini berperan dalam
meningkatkan kadar gula darah dalam tubuh melalui mekanisme
gluconeogenesis.

C. Manifestasi
Menurut Hurst, 2015 tanda dan gejala pada hiperglikemia antara lain:
1. Lapar
Kelaparan selular terjadi akibat katabolisme dan deplesi simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga meningkatkan rasa lapar.
2. Perubahan haluran urine (poliuria, oliguria, dan anuria)
Partikel glukosa di dalam darah menyebabkan diuresis yang diinduksi
partikel. Cairan tubuh ditarik ke dalam ruang vaskular untuk
mengencerkan partikel glukosa guna ekskresi perkemihan. Pada
awalnya sejumlah besar urine dihasilkan, tetapi ketika volume cairan
menurun, haluran urine menurun. Ketika cairan jantung dan tekanan
darah terus turun, perfusi ginjal sangat berkurang dan haluran urine
berhenti.
3. Mulut kering dan haus
Diuresis osmotik menyebabkan kehilangan cairan tubuh secara
berlebihan. Rasa haus adalah mekanisme kompensasi untuk dehidrasi.
Rasa haus terjadi akibat dehidrasi intraselular.
4. Pandangan kabur
Efek hiperosmotik akibat peningkatan kadar glukosa mengubah
keseimbangan air di dalam mata, mengubah bentuk dan posisi lensa
serta cahaya yang direfleksikan ke retina.
5. Kulit kemerahan dan hangat

5
Pembuluh darah berdilatasi ketika cairan jaringan dan cairan selular
ditarik ke dalam ruang vaskular sebagai respons terhadap
hiperglikemia.
6. Letargi, somnolen
Sel otak memerlukan sumber glukosa yang konstan, disfungsi
neurologis terjadi karena glukosa dari darah tidak diangkat ke sel otak.
Sel tubuh memerlukan glukosa untuk memproduksi adenosin trifosfat
ATP. Kekurangan ATP berarti kekurangan energi.
7. Peningkatan keletihan
Ketika sel tubuh tidak dapat memetabolismeglukosa karena
kekurangan insulin, lemak tubuh dimetabolisme untuk mendapat
energi. Metabolisme lemak memerlukan lebih banyak energi daripada
melatobilsme glukosa yang siap digunakan; oleh sebab itu kalori yang
sedikit menyisakan energi cadangan yang sedikit untuk memerlukan
aktivitas sehari-hari.
8. Koma
Ketika glukosa darah tidak tersedia untuk sel otak, protein dan lemak
dimetabolisme untuk mendapatkan energi. Namun sel otak tidak dapat
menggunakan untuk bentuk energi ini. Metabolisme lemak
menghasilkan keton yang bersifat asa, yang toksik bagi otak. Otak
tidak dapat mengatasinya jika pH tidak seimbang.

6
D. Patofisiologi
Proses terjadinya hiperglikemiakarena defisist insulin diawali dengan
berkurangnya tranfor glukosa yang melintasi membran sel. Kondisi ini
memicu terjasinya penurunan glikogenesis (pembentukan glikogen dari
glukosa) namun tetap terdepat kelebihan glukosa dalam darah sehingga
meningkatkan glikolisis (pemecahan glikogen). Cadangan glikogen menjadi
berkurang dan glukosa yang tersimpan dalam hati dikeluarkan terus-menerus
melebihi kebutuhan. Peningkatan glukoneugeneses (pembentiukan glukosa
dari unsur non-karbohidrat seperti asam amino dan lemak) juga terjadi
sehingga glukosa dalam hati semakin banyak dikeluarkan.
Hiperglikemia berbahaya bagi sel dan sistem organ karena
pengaruhnya terhadap sistem imun, yang dapat menyebabakan terjadinya
inflamasi. Seseorang dengan kondisi hiperglikemia akan mudah terinfeksi
karena adanya disfungsi fagosit serta merangsang inflamasi akut. (aini &
arridiana, 2016).
E. Pathway

7
F. Komplikasi
Komplikasi penyakit hiperglikemia dibagi menjadi 2 kategori yaitu
sebagai berikut (Misdawati, 2012) :
1. Komplikasi akut
a) Ketoasidosis diabetic
Ketoasidosis diabetik adalah sebuah komplikasi diabetes mematikan
yang disebabkan oleh tingginya produksi asam darah tubuh yang
disebut keton. Ketika kekurangan insulin, tubuh tidak bisa mengolah
gula darah (glukosa). Sebagai pengganti glukosa, tubuh
menggunakan lemak. Hasil proses tersebut menghasilkan senyawa
bersifat asam bernama keton dengan jumlah cukup banyak, yang
berbahaya bagi tubuh.
b) Koma hiperglikemik hiperismoler non ketotik
Keadaan koma akibat dari komplikasi diabetes melitus di mana
terjadi gangguan metabolisme yang menyebabkan: kadar gula darah
sangat tinggi
c) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kondisi ketika kadar glukosa (gula darah)
berada di bawah normal. Umumnya, seseorang dianggap mengalami
hipoglikemia saat kadar gula darahnya kurang dari 60 mg/dl.
d) Asidosis lactate
Asidosis lactate adalah suatu kondisi dimana tubuh mengalami
penumpukan asam laktat pada cairan tubuh.
e) Infeksi berat
2. Komplikasi kronik
a) Komplikasi vaskuler
1) Makrovaskuler : penyakit jantung koroner, stroke , pembuluh
darah perifer
2) Mikrovaskuler : retinopati, nefropati
b) Komplikasi neuropati

8
Neuropati sensorimotorik, neuropati otonomik gastroporesis, diare
diabetik, buli-buli neurogenik, impotensi, gangguan refleks
kardiovaskuler.
c) Campuran vascular neuropati
Ulkus kaki
d) Komplikasi pada kulit.
G. Penatalaksanaan Medis Kegawatdaruratan
1. Pastikan jalan napas paten dan saturasi oksigen diatas 95%.
2. Pasang monitor jantung.
3. Pasang IV line.
Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan menggunakan cairan. Karena
peningkatan usia pada KHONK (Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non
Ketotik), maka pemantauan ketat terhadap status volume dan elektrolit
diperlukan untuk mencegah gagal jantung kongesif serta disritmia
jantung. NaCl 0,9% atau 45% sesuai dengan natrium dan intensitas
penurunan volume. NaCl bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik ½
normal diguyur 1000 ml/jam sampai keadaan cairan intravaskular dan
perfusi jaringan mulai membaik, baru diperhitungkan kekurangan dan
diberikan dalam 12-48 jam.Pemberian cairan isotonil harus mendapatkan
pertimbangan untuk pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal
atau hipernatremia. Glukosa 5% diberikan pada waktu kadar glukosa
dalam sekitar 200-250 mg%.
4. Insulin.
Akibat dari kenaikan glukosa darah secara ekstrim dapat turun ketika
pasien mengalami rehidrasi. Walaupun insulin kurang berperan dalam
penanganan KHONK, tetapi insulin dapat diberikan melalui infus secara
kontinu dengan kecepatan lambat untuk mengatasi hiperglikemia dan
dekstrosa ditambahkan dalam cairan infus bila kadar glukosa menurun
hingga mencapai kisaran 250 sampai 300 mg/dl (13,8 sampai 16,6 mmol).
Pada saat ini para ahli menganggap bahwa pasien hipersemolar
hiperglikemik non ketotik sensitif terhadap insulin dan diketahui pula

9
bahwa pengobatan dengan insulin dosis rendah pada ketoasidosis diabetik
sangat bermanfaat. Karena itu pelaksanaan pengobatan dapat
menggunakan skema mirip proprotokol ketoasidosis diabetik.

5. Regulasi cepat insulin

KADAR INTRAVENA DOSIS


GULA 4 UNIT / JAM PEMELIHARA
DARAH AN/SC

200 – 300 1X 3 X 4 Unit

300 – 400 2X 3 X 6 Unit

400 – 500 3X 3 X 8 Unit

500 – 600 4X 3 X 10 Unit

500 – 700 5X 4 X 12 Unit

6. Kalium.
Kalium darah harus dipantau dengan baik. Bila terdapat tanda fungsi
ginjal membaik, perhitungan kekurangan kalium harus segera diberikan.
7. Hindari infeksi sekunder.
Hati-hati dengan suntikan, permasalahan infus set, kateter
8. Heparin dosis rendah pada KHONK (Koma Hiperosmolar Hiperglikemik
Non Ketotik).
9. Obati stressor yang mendasari.

10
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
a. Airway : kaji kepatenan jalan nafas pasien, ada tidaknya sputum
atau benda asing yang menghalangi jalan nafas.
b. Breathing : kaji frekuensi nafas, bunyi nafas, ada tidaknya
penggunaan otot bantu pernafasan.
c. Circulation : kaji nadi, biasanya nadi menurun.
2. Pengkajian sekunder
a. Aktivitas/istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan,kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat/tidur.
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau
aktifitas, letargi/diasorientasi, koma.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya riwayat hipertensi, IM akut, kladikasi, dan
kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki, penyembuhan yang
lama, takikardia.
Tanda : Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang
menurun/tidak ada, disritmia,krekels,distensi vena jugularis,kulit
panas, kering,dan kemerahan, bola mata cekung.
c. Integritas/Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi.
Tanda: ansietas, pkea rangsang.

11
d. Eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih(poliuria). Nocturia, rasa
nyeri/terbakar,kesulitan berkemih (infeksi). ISK baru/berulang.
Nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : Urine encer, pucat, kuning, poliuri(dapa berkembang
menjadi oliguria/anuria,jika terjadi hipovolenia berat), urin
berkabut, bau busuk (infeksi),abdomen keras, adanya asites, bising
usus lemah dan menurun, hiperaktif(diare).
e. Nutrisi cairan
Gejala : Hilang nafsu makan, mual/ muntah,tidak mematuhi diet,
penigkatan masukan glukosa/karboidrat, penurunan berat badan
lebih dari beberapa hari/minggu,haus,penggunaan
diuretik(Thiazid).
Tanda : Kulit kering/bersisik,turgor jelek, kekakuan/distensi
abdomen,muntah,pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolic dengan peningkatan gula darah), bau
halisitosis/manis,bau buah(napas aseton).
f. Neurosensory
Gejala : Pusing/pening, sakit kepala, kesemutan,kebas, kelemahan
pada otot parestesi.

12
B. Intervensi Keperawatan

Perencanaan
No Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
1. Risiko ketidakstabilan Setelah dilakukan tindakan Pengelolaan Hiperglikemia
kadar glukosa darah keperawatan, kadar gula a. Pantau kadar gula darah. a. untuk mengetahui
b.d kurang menjadi seimbang yang nilai normal kadar gula
pengetahuan tentang ditandai dengan : darah.
manajemen diabetes. a. Level glukosa darah b. Pantau tanda-tanda dan b. untuk memberikan
dalam batas normal. gejala hiperglikemia tidnakan medis yang

b. Hemoglobin glikosilat seperti poliuria, polifagi, tepat.

dalam batas normal. polidipsi, kelemahan,

c. Fruktosemin dalam letargi, pandangan kabur

batas normal. dan pusing.

d. Glukosa dalam urine c. Pantau keton dalam urine c. untuk mencegah


dalam batas normal. terjadinya Asidosis
e. Ketom dalam urine Diabetic.
d. Panatu analisa gas darah,
dalam batas normal. d. untuk memberikan
elektrolit. Dan kadar

1
betahidroksibutirat. tindakan medis yang
tepat.
e. Berikan insulin sesuai e. untuk menrunkan
dosis. kadar gula darah.
a.
2. Resiko Setelah melakukan Memantau Elektrolit
ketidakseimbangan tindakan keperawatan, a. Pantau tingkat serum a. untuk memantau
elektrolit b.d diharapkan tercapai cairan elektrolit. elektrolit.
kekurangan volume keseimbangan elektrolit b. Identifikasi penyebab b. untuk memberikan
cairan dengan kriteria hasil : dari ketidak seimbangan intervensi keperawatan
a. Serum natrium dalam elektrolit. yang tepat.
batas normal. c. Ajarkan pasien cara c. untuk meminimalisir
b. Serum kalium dalam untuk mencegah atau terjadinya
batas normal. meminimalisasi ketidak ketidakseimbangan
c. Serum klorida dalam seimbangan elektrolit. elektrolit.
batas normal.. d. Konsultasi kepada dokter d. untuk menentukan
jika tanda-tanda dan rencana tindak lanjut
gejal dari yang tepat.
ketidakseimbangan

2
elektrolit atau kondisi
yang semakin buruk.
3. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan tindakan Kontrol Infeksi
trauma pada jaringan, keperawatan, resiko a. Pantau tanda dan gejala a. mengetahui ada
proses penyakit (DM) terjadinya infeksi infeksai sistemik dan lokal. tidaknya tanda infeksi
terkontrol dengan kriteria b. Instruksikan pada b. untuk mencegah
hasil : pengunjung untuk
mencuci penularan infeksi.

a. Mengidentifikasi faktor tangan saat berkunjung dan


resiko terjadinya infeksi. setelah berkunjung. c. untuk mencegah
b. Tingkat pengetahuan c. Gunakan baju dan sarung penularan infeksi.
tentang faktor resiko tangan sebagai alat pelindung.
terjadinya infeksi. d. Berikan terapi antibiotik d. Untuk mencegah
infeksi.
c. Tingkat pengetahuan
tentang perilaku yang
berhubungan dengan resiko
terjadinya infeksi.
d. Identifikasi tanda dan
gejala infeksi.

(Aini & Aridiana, 2016)

3
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyakit diabetes mellitus yang mengalami hiperglikemia memerlukan
perhatian yang khusus dalam melalukan perawatan di ruangan, sehingga
dapat mengontrol kadar gula dan dapat menurunkan kadar gula darah klien.
Hiperglikemi adalah suatu kondisi di mana jumlah berlebihan glukosa darah.
Yang mana glukosa darah dikatakan berlebih apa bila melebihi rentang
normalnya, rentang normal adalah 70-110 mg/dl. Penyebabnya adalah asupan
makanan yang berlebihan dan kurangnya aktivitas fisik. Tanda dan gejalanya
seperti mudah lapar, mudah lelah, dan perubahan haluran urine (poliuria,
oliguria, dan anuria). Diagnosa keperawatan yang sering muncul , yaitu :
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit.
3. Resiko infeksi.
B. Saran
1. Bagi perawat
Harus berusaha untuk memahami penyakit yang dialami oleh klien
sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan dapat membantu mencegah
kompleksitas masalah yang mungkin terjadi karena kurangnya pemahaman
terhadap masalah yang timbul akibat hiperglikemi.
2. Bagi institusi Pendidikan
Agar lebih banyak memberikan masukan yang berguna bagi
mahasiswa saat melakukan asuhan keperawatan baik secara konsep teori
maupun Teknik pengkajian fisik terfokus persistem terutama sistem
endokrin dan berorientasi pada masalah atau keluhan klien khususnya
klien dengan hiperglikemi mengingat kondisi klien yang cukup kompleks.

1
DAFTAR PUSTAKA

ADA. 2009. Clinical practice recommendation ‘Diabetes Care’. See More :


https://id.scribd.com/doc/139739179/ASKEP-HIPERGLIKEMIA-docx
Diunduh tanggal 14 September 2019 19.35.
Aini, N & Ledy Marta Aridiana. 2016. Asuhan Keperawatan Pada Sistem
Endokrin Dengan Pendekatan Nanda, Nic, Noc. Jakarta: Salemba
Medika.
Arisandi dkk, 2015, “Gambaran Faktor Resiko Kejadian Hiperglikemia Pada
Pralansia Di Dusun Rejosari, Kemadang, Gunung Kidul, Yogyakarta”,
University Research Coloquium.
Hurst M, 2015, Belajar Mudah Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC.
Lanywati, Endang. 2009. Diabetes Melitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta:
Penerbit Kanisius.
Kemenkes RI. 2015. Profil kesehatan Indonesia tahun 2014. Jakarta: kemenkes
RI.
Misdawati. 2012. Asuhan Keperawatan Hiperglikemia. See more :
https://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36221196/LP_ASK
EP_Hiperglikemi.docx Diunduh tanggal 14 September 2019 18.07.
Price, Sylvia A. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,
volume 2. Jakarta: EGC.
Soelistijo, Soebagijo Adi, dkk. 2015. Consensus pengelolaam dan pencegahan
diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI.
Tambayong, 2009, Patofisiologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta.
Tandra, Hans. 2017. Segala sesuatu yang harus anda ketahui tentang diabetes
panduan lengakap mengenal dan mengatasi diabetes dengan cepat dan
mudah edisi ke II dan paling komplit. Jakatra: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai