Anda di halaman 1dari 31

SENIN, 09 JANUARI 2012

askep hiperbilirubin

KONSEP DASAR PENYAKIT HIPERBILIRUBINEMIA

1.      Pengertian
Hiperbilirubin adalah suatu keadaan dimana konsentrasi bilirubin dalam darah
berlebihan, melebihi batas atas nilai normal bilirubin serum sehingga menimbulkan
joundice pada neonatus (Dorothy R. Marlon, 1998)
Hiperbilirubin adalah kondisi dimana terjadi akumulasi bilirubin dalam darah yang
mencapai kadar tertentu dan dapat menimbulkan efek patologis pada neonatus ditandai
joudince pada sclera mata, kulit, membrane mukosa dan cairan tubuh (Adi Smith, G,
1988).
Hiperbilirubin adalah peningkatan kadar bilirubin serum (hiperbilirubinemia) yang
disebabkan oleh kelainan bawaan, juga dapat menimbulkan ikterus. (Suzanne C.
Smeltzer, 2002)
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek
pathologis. (Markum, 1991:314)
Hiperbilirubinemia merupakan suatu keadaan dimana kadar bilirubin serum total
yang lebih dari 10 mg% pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus pada kulit,
sclera dan organ lain. Keadaan ini mempunyai potensi meningkatkan kern ikterus yaitu
keadaan kerusakan pada otak akibat perlengketan kadar bilirubin pada otak.

Metabolisme Bilirubin         
Segera setelah lahir bayi harus mengkonjugasi Bilirubin (merubah Bilirubin yang
larut dalam lemak menjadi  Bilirubin yang mudah larut dalam air) di dalam hati.Frekuensi
dan jumlah konjugasi tergantung dari besarnya hemolisis dan kematangan hati, serta
jumlah tempat ikatan Albumin (Albumin binding site).
Pada bayi yang normal dan sehat  serta cukup bulan, hatinya sudah matang dan
menghasilkan Enzim Glukoronil Transferase yang memadai sehingga serum Bilirubin
tidak mencapai tingkat patologis.

1
2.      Epidemiologi

a.       Biasa ditemukan pada bayi baru lahir    minggu I


b.      Kejadian ikterus    60 % bayi cukup bulan & 80 %  kurang bulan
Perhatian utama    ikterus pada 24 jam pertama & bila kadar bilirubin  > 5mg/dl dalam
24 jam.
c.       Keadaan yang menunjukkan ikterus patologik :
-         Proses hemolisis darah
-         Infeksi berat

3.      Etiologi
a.       Peningkatan produksi :
-         Hemolisis, misal pada Inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian
golongan darah dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.
-         Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.
-         Ikatan Bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolic yang
terdapat pada bayi Hipoksia atau Asidosis .
-         Defisiensi G6PD ( Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase ).
-         Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20 (beta) ,
diol (steroid).
-         Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek
meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.
-         Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.
b.      Gangguan transportasi akibat penurunan kapasitas pengangkutan misalnya’pada
Hipoalbuminemia atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya Sulfadiasine.
c.       Gangguan fungsi hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme atau toksin
yang dapat langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi,
Toksoplasmosis, Siphilis.
d.      Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra Hepatik.
e.       Peningkatan sirkulasi Enterohepatik misalnya pada Ileus Obstruktif

4.      Patofisiologi
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan .
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin
pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran Eritrosit, Polisitemia.

2
Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat menimbulkan peningkatan
kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadarprotein Y dan Z berkurang, atau
pada bayi Hipoksia, Asidosis. Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar
Bilirubin adalah apabila ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang
mengalami gangguan ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu.
Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusak jaringan
tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut
dalam air tapi mudah larut dalam lemak. sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis
pada sel otak apabila Bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang
terjadi pada otak disebut Kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada
saraf pusat tersebut mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20
mg/dl.
Mudah tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya
tergantung pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah
otak apabila bayi terdapat keadaan Berat Badan Lahir Rendah , Hipoksia, dan
Hipoglikemia ( AH, Markum,1991).

-         Kulit berwarna kuning sampe jingga


-         Pasien tampak lemah
-         Nafsu makan berkurang
-         Reflek hisap kurang
-         Urine pekat
-         Perut buncit
-         Pembesaran lien dan hati
-         Gangguan neurologic
-         Feses seperti dempul
-         Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
-         Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
-         Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.

Sel darah merah


 
Pathway

Neonatus yang
mengalami gangguan
ekskresi misalnya
sumbatan saluran
empedu
 

3
                  

Ikatan bilirubinn  dg
protein tergangu
 

Bayi Hipoksia,
Asidosis
 
Ggn.
metabolisme
 

4
 
                                                                                                                 

Pemecahan bilirubin berlebih / 


bilirubin yang tidak berikatan dengan Letargi
albumin  

                                        

BBLR
 

Reflek hisap bayi

5
menurun
 
                                                                                                                                     
                                                      

Hepar tidak mampu melakukan


konjugasi
 
 

Enzim Glukoronil
Transferase <<
 

                   

 
                                                                                                                                              
                                         

6
 

Sinar dengan Intensitas tinggi


 
                                                                                                                                              
                                             

Kuramg paparan
Informasi
 

                              

7
 
                                                                                                                                              
                                                                                                                                         

Risti cedera
Risti Risiko akibat Kuramg
Risti cedera kekurangan terjadi komplikasi pengetahuan
akibat efek volume cairan gangguan tindakan keluarga
samping   regulasi transfusi  
tindakan suhu tubuh tukar
fototerapi    
 

8
5. Klasifikasi
a.    Ikterus prehepatik
     Disebabkan oleh produksi bilirubin yang berlebihan akibat hemolisis sel darah
merah. Kemampuan hati untuk melaksanakan konjugasi terbatas terutama pada
disfungsi hati sehingga menyebabkan kenaikan bilirubin yang tidak terkonjugasi.
b.   Ikterus hepatik
     Disebabkan karena adanya kerusakan sel parenkim hati. Akibat kerusakan hati
maka terjadi gangguan bilirubin tidak terkonjugasi masuk ke dalam hati serta
gangguan akibat konjugasi bilirubin yang tidak sempurna dikeluarkan ke dalam
doktus hepatikus karena terjadi retensi dan regurgitasi.
c.    Ikterus kolestatik
     Disebabkan oleh bendungan dalam saluran empedu sehingga empedu dan
bilirubin terkonjugasi tidak dapat dialirkan ke dalam usus halus. Akibatnya adalah
peningkatan bilirubin terkonjugasi dalam serum dan bilirubin dalam urin, tetapi
tidak didaptkan urobilirubin dalam tinja dan urin.
d.   Ikterus neonatus fisiologi
     Terjadi pada 2-4 hari setelah bayi baru lahir dan akan sembuh pada hari ke-7.
penyebabnya organ hati yang belum matang dalam memproses bilirubin
e.    Ikterus neonatus patologis
     Terjadi karena factor penyakit atau infeksi. Biasanya disertai suhu badan yang
tinggi dan berat badan tidak bertambah.
f.       Kern Ikterus
Adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan Bilirubin Indirek pada otak terutama
pada Korpus Striatum, Talamus, Nukleus  Subtalamus, Hipokampus, Nukleus merah ,
dan Nukleus pada dasar Ventrikulus IV.

6. Manifestasi klinis
-         Kulit berwarna kuning sampe jingga
-         Pasien tampak lemah
-         Nafsu makan berkurang
-         Reflek hisap kurang
-         Urine pekat
-         Perut buncit
-         Pembesaran lien dan hati
-         Gangguan neurologic
-         Feses seperti dempul
-         Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.
-         Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.
-         Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru
lahir, sepsis atau ibu dengan diabetk atau infeksi.
-         Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3 -4 dan
menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi.

9
7. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum lemah, Tanda-tanda tidak stabil terutama suhu tubuh
(hipo/hipertemi). Reflek hisap pada bayi menurun, BB turun, pemeriksaan tonus otot
(kejang/tremor). Hidrasi bayi mengalami penurunan. Kulit tampak kuning dan
mengelupas ( skin resh ) bronze bayi syndrome, sclera mara kuning ( kadang – kadang
terjadi kerusakan pada retina ) perubahan warna urine dan feses.

8. Pemeriksaan Diagnostik
a.       Pemeriksaan laboratorium.
-         Test Coomb  pada tali pusat BBL
Hasil positif test Coomb indirek menunjukkan adanya antibody Rh-positif, anti-A, anti-B
dalam darah ibu.
Hasil positif dari test Coomb  direk menandakan adanya sensitisasi ( Rh-positif, anti-A,
anti-B) SDM dari neonatus.
-         Golongan darah bayi dan ibu : mengidentifikasi incompatibilitas ABO.
-         Bilirubin total.
Kadar direk (terkonjugasi) bermakna jika melebihi 1,0-1,5 mg/dl yang mungkin
dihubungkan dengan sepsis.
Kadar indirek (tidak terkonjugasi) tidak boleh melebihi 5 mg/dl dalam 24 jam atau tidak
boleh lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 1,5 mg/dl pada bayi praterm
tegantung pada berat badan.
                                          

-         Protein serum total


Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan terutama pada bayi
praterm.
-         Hitung darah lengkap
      Hb mungkin rendah (< 14 gr/dl) karena hemolisis.
      Hematokrit mungin meningkat (> 65%) pada polisitemia, penurunan (< 45%) dengan
hemolisis dan anemia berlebihan.
-         Glukosa
      Kadar dextrostix mungkin < 45% glukosa darah lengkap <30 mg/dl atau test glukosa
serum < 40 mg/dl, bila bayi baru lahir hipoglikemi dan mulai menggunakan simpanan
lemak dan melepaskan asam lemak.
-         Daya ikat karbon dioksida
Penurunan kadar menunjukkan hemolisis 
-         Meter ikterik transkutan
      Mengidentifikasi bayi yang memerlukan penentuan bilirubin serum.
-         Pemeriksaan bilirubin serum
Pada bayi cukup bulan, bilirubin mencapai kurang lebih 6mg/dl antara 2-4 hari
setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10mg/dl tidak fisiologis.
Pada bayi premature, kadar bilirubin mencapai puncak 10-12 mg/dl antara 5-7 hari
setelah lahir. Kadar bilirubin yang lebih dari 14mg/dl tidak fisiologis

10
-         Smear darah perifer
Dapat menunjukkan SDM abnormal/ imatur, eritroblastosis pada penyakit RH atau
sperositis pada incompabilitas ABO
-         Test Betke-Kleihauer
Evaluasi smear darah maternal tehadap eritrosit janin.
b.      Pemeriksaan radiology
Diperlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diafragma
kanan pada pembesaran hati, seperti abses hati atau hepatoma
c.       Ultrasonografi
Digunakan untuk membedakan antara kolestatis intra hepatic dengan ekstra
hepatic.

d.      Biopsy hati
Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti
untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatic selain itu juga
untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, serosis hati, hepatoma.

9.      Terapi
Phenobarbital dapat menstimulasi hati untuk menghasilkan enzim yang
meningkatkan konjugasi Bilirubin dan mengekresinya. Obat ini efektif baik diberikan pada
ibu hamil untuk beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan.
Penggunaan penobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek
sampingnya (letargi). Colistrisin dapat mengurangi Bilirubin dengan mengeluarkannya
lewat urine sehingga menurunkan siklus Enterohepatika.

10.  Penatalaksanaan
Tindakan umum
a.       Memeriksa golongan darah ibu (Rh, ABO) pada waktu hamil, mencegah truma lahir,
pemberian obat pada ibu hamil atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan ikhterus,
infeksi dan dehidrasi.
b.      Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan
kebutuhan bayi baru lahir.
c.       Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.
Berdasarkan pada penyebabnya, maka manejemen bayi dengan
Hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari
Hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan :
a.       Menghilangkan Anemia
b.      Menghilangkan Antibodi Maternal dan Eritrosit Tersensitisasi
c.       Meningkatkan Badan Serum Albumin
d.      Menurunkan Serum Bilirubin

11
Metode therapi pada Hiperbilirubinemia meliputi : Fototerapi, Transfusi
Pengganti, Infus Albumin dan Therapi Obat.
a.       Fototherapi
Fototherapi dapat digunakan sendiri atau dikombinasi dengan Transfusi
Pengganti untuk menurunkan Bilirubin. Memaparkan neonatus pada cahaya dengan
intensitas yang tinggi akan menurunkan Bilirubin dalam kulit. Fototherapi menurunkan
kadar Bilirubin dengan cara memfasilitasi eksresi Biliar Bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini
terjadi jika cahaya yang diabsorsi jaringan mengubah Bilirubin tak terkonjugasi menjadi
dua isomer yang disebut Fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh
darah melalui mekanisme difusi. Di dalam darah Fotobilirubin berikatan dengan Albumin
dan dikirim ke Hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke Empedu dan diekskresi ke dalam
Deodenum untuk dibuang bersama feses tanpa proses konjugasi oleh Hati (Avery dan
Taeusch, 1984).
Fototherapi mempunyai peranan dalam pencegahan peningkatan kadar Bilirubin,
tetapi tidak dapat mengubah penyebab kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan
Anemia.
Secara umum Fototherapi harus diberikan pada kadar Bilirubin Indirek 4 -5 mg /
dl. Neonatus yang sakit dengan berat badan kurang dari 1000 gram harus di Fototherapi
dengan konsentrasi Bilirubun 5 mg / dl. Beberapa ilmuan mengarahkan untuk
memberikan Fototherapi Propilaksis pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan
Berat Badan Lahir Rendah.

b.      Tranfusi Pengganti / Tukar


Transfusi Pengganti atau Imediat diindikasikan adanya faktor-faktor :
1.      Titer anti Rh lebih dari 1 : 16 pada ibu.
2.      Penyakit Hemolisis berat pada bayi baru lahir.
3.      Penyakit Hemolisis pada bayi saat lahir perdarahan atau 24 jam pertama.
4.      Tes Coombs Positif.
5.      Kadar Bilirubin Direk lebih besar 3,5 mg / dl pada minggu pertama.
6.      Serum Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg / dl pada 48 jam pertama.
7.      Hemoglobin kurang dari 12 gr / dl.
8.      Bayi dengan Hidrops saat lahir.
9.      Bayi pada resiko terjadi Kern Ikterus.

Transfusi Pengganti digunakan untuk :


1.      Mengatasi Anemia sel darah merah yang tidak Suseptible (rentan) terhadap sel darah
merah terhadap Antibodi Maternal.
2.      Menghilangkan sel darah merah untuk yang Tersensitisasi (kepekaan)
3.      Menghilangkan Serum Bilirubin
4.      Meningkatkan Albumin bebas Bilirubin dan meningkatkan keterikatan dengan Bilirubin

12
Pada Rh Inkomptabiliti diperlukan transfusi darah golongan O segera (kurang
dari 2 hari), Rh negatif whole blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan
antigen B yang pendek. setiap 4 - 8 jam kadar Bilirubin harus dicek. Hemoglobin harus
diperiksa setiap hari sampai stabil.

11.  Pencegahan
Ikterus dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan :
-         Pengawasan antenatal yang baik
-         Menghindari obat yang dapat meningkatkan ikterus pada bayi dan masa kehamilan dan
kelahiran, contoh :sulfaforazol, novobiosin, oksitosin.
-         Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus.
-         Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus.
-         Imunisasi yang baik pada bayi baru lahir
-         Pemberian makanan yang dini.
-         Pencegahan infeksi.

12.  Komplikasi
-         Retardasi mental - Kerusakan neurologist
-         Gangguan pendengaran dan penglihatan
-         Kematian.
-         Kernikterus.

13
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN
a.                               Identitas pasien dan keluarga
b.                              Riwayat Keperawatan
1)      Riwayat Kehamilan
Kurangnya antenatal care yang baik. Penggunaan obat – obat yang meningkatkan ikterus
ex: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapat mempercepat proses konjungasi sebelum
ibu partus.
2)      Riwayat Persalinan
Persalinan dilakukan oleh dukun, bidan, dokter.
Atau data obyektif ; lahir prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan, hipoksia dan
asfiksia
3)      Riwayat Post natal
Adanya kelainan darah, kadar bilirubin meningkat kulit bayi tampak kuning.
4)      Riwayat Kesehatan Keluarga
Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak polisitemia, gangguan saluran cerna dan hati
( hepatitis )
5)      Riwayat Pikososial
Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua
6)      Pengetahuan Keluarga
Penyebab perawatan pengobatan dan pemahan ortu terhadap bayi yang ikterus.

Pengkajian Kebutuhan Dasar manusia


1.      Aktivitas / Istirahat
Letargi, malas.
2.      Sirkulasi
Mungkin pucat menandakan anemia.
3.      Eliminasi
Bising usus hipoaktif.
Pasase mekonium mungkin lambat.
Feses mungkin lunak/coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin.
Urin gelap pekat; hitam kecoklatan (sindrom bayi bronze)

4.      Makanan / Cairan
Riwayat perlambatan / makan oral buruk, mungkin lebih disusui daripada menyusu botol.
Pada umumnya bayi malas minum ( reflek menghisap dan menelan lemah
sehingga BB bayi mengalami penurunan). Palpasi abdomen dapat menunjukkan
pembesaran limfa, hepar
5.      Neuro sensori
Sefalohematoma besar mungkin terlihat pada satu atau kedua tulang parietal yang
berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran ekstraksi vakum
Edema umum, hepatosplenomegali, atau hidrops fetalis mungkin ada dengan
inkompatibilitas Rh berat.

14
Kehilangan refleks Moro mungkin terlihat
Opistotonus dengan kekakuan lengkung punggung, fontanel menonjol, menangis lirih,
aktivitas kejang (tahap krisis)
6.      Pernafasan
Riwayat asfiksia
7.      Keamanan
Riwayat positif infeksi / sepsis neonatus
Dapat mengalami ekimosis berlebihan, ptekie, perdarahan intracranial.
Dapat tampak ikterik pada awalnya pada daerah wajah dan berlanjut pada bagian distal
tubuh; kulit hitam kecoklatan (sindrom bayi Bronze) sebagai efek samping fototerapi.
8.      Seksualitas
Mungkin praterm, bayi kecil untuk usia gestasi (SGA), bayi dengan retardasi
pertumbuhan intrauterus (LGA), seperti bayi dengan ibu diabetes.
Trauma kelahiran dapat terjadi berkenaan dengan stress dingin, asfiksia, hipoksia,
asidosis, hipoglikemia.
Terjadi lebih sering pada bayi pria dibandingkan perempuan.
9.      Penyuluhan / Pembelajaran
Dapat mengalami hipotiroidisme congenital, atresia bilier, fibrosis kistik.
Faktor keluarga; missal riwayat hiperbilirubinemia pada kehamilan sebelumnya, penyakit
hepar, fibrosis kristik, kesalahan metabolisme saat lahir (galaktosemia), diskrasias darah
(sferositosis, defisiensi gukosa-6-fosfat dehidrogenase.
Faktor ibu, seperti diabetes; mencerna obat-obatan (missal, salisilat, sulfonamide oral
pada kehamilan akhir atau nitrofurantoin (Furadantin); inkompatibilitas Rh/ABO; penyakit
infeksi (misal, rubella, sitomegalovirus, sifilis, toksoplamosis).
Faktor penunjang intrapartum, seperti persalinan praterm, kelahiran dengan ekstrasi
vakum, induksi oksitosin, perlambatan pengkleman tali pusat, atau trauma kelahiran.

15
B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin
indirek dalam darah, ikterus pada sclera leher dan badan.
2. Kurang pengetahuan keluarga mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
tindakan berhubungan dengan kurangnya paparan informasi
3. Risiko tinggi cedera terhadap keterlibatan SSP berhubungan dengan
peningkatan bilirubin indirek dalam darah yang bersifat toksik tehhadap otak.
4. Risiko tinggi kekurangan volume cairan akibat efek samping
fototerapi berhubungan dengan pemaparan sinar dengan intensitas tinggi.
5. Risiko terjadi gangguan  suhu tubuh akibat efek samping fototerapi  berhubungan
dengan efek mekanisme regulasi tubuh.
6. Risiko tinggi cedera akibat komplikasi tindakan transfusi tukar berhubungan
dengan prosdur invasif, profil darah abnormal.

16
C. RENCANA KEPERAWATAN

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
1. Gangguan integritas Setelah dilakukan Mandiri
kulit berhubungan tindakan keperawatan a.   Monitor warna dan a.   Warna
dengan peningkatan selama proses keadaan kulit setiap 4-8 kulit  kekuningan
kadar bilirubin indirek keperawatan jam sampai jingga yang
dalam darah, ikterus diharapkan integritas semakin pekat
pada sclera leher dan kulit kembali baik/ b.   Monitor keadaan menandakan
badan. normal dengan bilirubin direk dan konsentrasi bilirubin
kriteria hasil : indirek ( kolaborasi indirek dalam darah
-         Kadar bilirubin dengan dokter dan tinggi.
dalam batas normal analis ) b.   Kadar bilirubin indirek
( 0,2 – 1,0 mg/dl ) merupakan indikator
-         Kulit tidak berwarna c.   Ubah posisi miring atau berat ringan joundice
kuning/ warna kuning tengkurap. Perubahan yang diderita.
mulai berkurang posisi setiap 2 jam c.    Menghindari adanya

-         Tidak timbul lecet berbarengan dengan penekanan pada kulit


perubahan posisi lakukan yang terlalu lama
akibat penekanan
massage dan monitor sehingga mencegah
kulit yang terlalu
keadaan kulit terjadinya dekubitus
lama
d.Jaga kebersihan kulit atau irtasi pada kuit
dan kelembaban bayi.
kulit/ Memandikan dan
pemijatan bayi d.  Kulit yang bersih dan
lembab membantu
memberi rasa nyaman
dan menghindari kulit
bayi meengelupas atau
bersisik.
2 Kurang pengetahuan Setelah diberikan Mandiri
keluarga mengenai asuhan keperawatan a.  Berikan informasi a.    Memperbaiki kesalahan
kondisi, prognosis dan diharapkan tentang konsep, meningkatkan
kebutuhan tindakan pengetahuan keluarga penyebab,penanganan pemahaman, dan
berhubungan dengan bertambah dengan dan implikasi masa menurunkan rasa takut
kurangnya paparan kriteria hasil : datang dari dan perasaan
informasi -         Mengungkapkan hiperbilirubinemia. bersalah. Ikterik
pemahaman tentang Tegaskan atau jelaskan neonates mungkin
penyebab, tindakan, informasi sesuai fisiologis, akibat ASI,
dan kemungkinan kebutuhan. atau patologis dan
hasil protocol perawatan
hiperbilirubinemia tergantung pada
penyebab dan factor
-         Melatih orang tua b.  Tinjau ulang maksud dari pemberat.
bayi memandikan, mengkaji bayi terhadap
merawat tali pusat peningkatan kadar

17
dan pijat bayi . bilirubin ( mis., b.   Memungkinkan
mengobservasi orangtua mengenali
pemucatan kulit di atas tanda-tanda
tonjolan tulang atau peningkatan kadar
perubahan perilaku ) bilirubin dan mencari
khususnya bila bayi evaluasi medis tepat
pulang dini. waktu.
c.  Diskusikan
penatalaksanaan di rumah
dari ikterik fisiologi
ringan atau sedang,
termasuk peningkatan c.    Pemahaman orangtua
pemberian makan, membantu
pemajanan langsung pada mengembangkan kerja
sinar matahari dan sama mereka bila bila
program tindak lanjut tes bayi dipulangkan.
serum. Informasi membantu
d. Berikan informasi orangtua melaksanakan
tentang mempertahankan penatalaksanaan dengan
suplai ASI melalui aman dan dengan tepat
penggunaan pompa serta mengenali
payudara dan tentang pentingnya aspek
kembali menyusui ASI program
bila ikterik memerlukan penatalaksanaan.
pemutusan menyusui. d.   Membantu ibu untuk
e.   Kaji situasi keluarga dan mempertahankan
system pemahaman pentingnya
pendukung.berikan terapi.
orangtua penjelasan Mempertahankan
tertulis yang tepat tentang supaya orangtua tetap
fototerapi di rumah, mendapatkan informasi
daftarkan teknik dan tentang keadaan bayi.
potensial masalah. Meningkatkan
f.   Buat pengaturan yang keputusan berdasarkan
tepat untuk tes tindak informasi.
lanjut dari bilirubin
serum pada fasilitas e.    Fototerapi di rumah
laboratorium. dianjurkan hanya untuk
bayi cukup bulan
setelah 48 jam pertama
g.  Diskusikan kemungkinan kehidupan, dimana
efek-efek jangka panjang kadar bilirubin serum
dari hiperbilirubinemia antara 14 – 18 mg/dl
dan kebutuhan terhadap tanpa peningkatan
pengkajian lanjut dan konsentrasi bilirubin
intervensi dini.  reaksi langsung.
f.    Tindakan dihentikan
bila konsentrasi

18
bilirubin serum turun di
bawah 14 mg/dl, tetapi
kadar serum harus
diperiksa ulang dalam
12-24 jam untuk
mendeteksi
kemungkinan
hiperbilirubinemia
berbalik.
g.   Kerusakan neurologis
dihubungkan dengan
kernikterus meliputi
kematian, palsi serebral,
retardasi mental,
kesulitan sensori,
pelambatan bicara,
koordinasi buruk,
kesulitan pembelajaran,
dan hipoplasiaemail
atau warna gigi hijau
kekuningan
3 Risiko tinggi cedera Setelah diberikan Mandiri
terhadap keterlibatan asuhan keperawatan a.Periksa resus darah a.    Inkompatibilitas ABO
SSP berhubungan diharapkan kadar ABO mempengaruhi
dengan peningkatan bilirubin menurun 20%  dari semua
bilirubin indirek dalam dengan kriteria hasil: kehamilan dan paling
darah yang bersifat -      Kadar bilirubin umum terjadi pada ibu
toksik tehhadap otak. indirek dibawah 12 dengan golongan darah
mg/dl pada bayi O, yang antibodinya
cukup bulan pada usia anti-A dan anti-B
3 hari a.  Tinjau catatan melewati sirkulasi
-      Resolusi ikterik pada intrapartum terhadap janin, menyebabkan
akhir minggu pertama factor resiko yg khusus, aglutinasi dan hemolisis
kehidupan seperti berat badan lahir SDM. Serupa dengan
-      SSP rendah (BBLR) atau itu, bila ibu Rh-positif,
IUGR, prematuritas, antibody ibu melewati
berfungsi  dengan
proses metabolic plasenta dan bergabung
normal
abnormal, cedera pada SDM janin,
vaskuler, sirkulasi menyebabkan hemolisis
abnormal, sepsis, atau lambat atau segera
polisitemia b.   Kondisi klinis tertentu
b.  Perhatikan penggunaan dapat menyebabkan
ekstrator vakum untuk pembalikan barier
kelahiran. Kaji bayi darah-otak,
terhadap adanya memungkinkan ikatan
sefalohematoma dan bilirubin terpisah pada
ekimosis atau petekie tingkat membrane sel
yang berlebihan atau dalam sel itu

19
sendiri, meningkatkan
c.  Tinjau ulang kondisi bayi resiko terhadap
pada kelahiran, keterlibatan SSP
perhatikan kebutuhan
terhadap resusitasi atau c.    Resorpsi darah yang
petunjuk adanya terjebak pada jaringan
ekimosis atau petekie kulit kepala janin dan
yang berlebihan, stress hemolisis yang
dingin, asfiksia, atau berlebihan dapat
asidosis meningkatkan jumlah
d. Pertahankan bayi tetap bilirubin yang
hangat dan kering, pantau dilepaskan dan
kulit dan suhu inti menyebabkan ikterik
dengan sering
d.   Asfiksia dan siadosis
menurunkan afinitas
e.  Mulai memberikan bilirubin terhadap
minum oral awal dengan albumin.
4 sampai 6 jam setelah
kelahiran, khusus bila
bayi diberi ASI. Kaji bayi
terhadap tanda-tanda
hipoglikemia. Dapatkan e.    Stress dingin
kadar Dextrostix, sesuai berpotensi melepaskan
indikasi. asam lemak. Yang
bersaing pada sisi
ikatan pada albumin,
f.   Evaluasi tingkat nutrisi sehingga meningkatkan
ibu dan prenatal; kadar bilirubin yang
perhatikan kemungkinan bersirkulasi dengan
hipoproteinemia bebas (tidak berikatan)
neonates, khususnya padaf.    Keberadaan flora usus
bayi praterm. yang sesuai untuk
pengurangan bilirubin
terhadap urobilinogen;
turunkan sirkulasi
enterohepatik bilirubin
Hipoglikemia
memerlukan
penggunaan simpanan
lemak untuk asam
g.  Perhatikan usia bayi pada lemak pelepas-energi,
awitan ikterik; bedakan yang bersaing dengan
tipe ikterik (mis, bilirubin untuk bagian
fisiologis, akibat ASI, ikatan pada albumin.
atau patologis) g.   Hipopoteinemia pada
bayi baru lahir dapa
mengakibatkan ikterik.

20
Satu gram albumin
membawa 16 mg
bilirubin tidak
terkonjugasi.
h.  Gunakan meter ikterik Kekurangan albumin
transkutaneus. yang cukup
meningkatkan jumlah
i.    Kaji bayi terhadap sirkulasi bilirubin tidak
kemajuan tanda-tanda terikat (indirek), yang
dan perubahan perilaku; dapat melewati barier
tahap I meliputi darah otak.
neurodepresan (mis.,
letargi, hipotonia, atau
penurunan/tidak adanya
reflek). Tahap II meliputi
neurohiperefleksia (mis,.
Kedutan,kacau mental, h.   Ikterik fisiologis
opistotonus, atau biasanya tampak antara
demam). Tahap III hari pertama dan kedua
ditandai dengan tidak dari kehidupan
adanya manifestasi klinis. Ikterik karena ASI
Tahap IV meliputi gejala biasanya tampak antara
sisa seperti palsi serebra hari keempat dan
atau retardasi mental keenam kehidupan,
mempengaruhi hanya
1%-2% bayi menyusui.
Ikterik patologis
tampak dalam 24 jam
pertama kehidupan dan
Kolaborasi lebih mungkin
Pantau pemeriksaan menimbulkan
laboratorium, sesuai perkembangan
indikasi. kernikterus/ensefalopati
a.   Bilirubin direk dan bilirubin.
indirek. i.     Memberikan skrining
noninvasif terhadap
ikterik, menghitung
warna kulit dalam
hubungannya dengan
bilirubin serum total.
j.     Bilirubin tidak
terkonjugasi yang
berlebihan
(dihubungkan dengan
ikterik patologis)
mempunyai afinitas
b.   Tes Coombs darah tali terhadap jaringan
pusat direk/indirek ekxtravaskuler, meliputi

21
ganglia basal jaringan
otak. Perubahan prilaku
berhubungan dengan
kernikterus biasanya
terjadi antara hari ke-3
c.   Kekuatan combinasi dan ke-10 kehidupan
karbondioksida (CO2) dan jarang terjadi
d.  Jumlah retikulosit dan sebelum 36 jam
smear perifer. kehidupan.

e.   Hb/Ht

a.   Bilirubin tampak dalam


2 bentuk: bilirubin
direk; yang di konjugasi
oleh enzim hepar
glukoronil transferase,
dan bilirubin indirek,
yang di konjugasi dan
tampak dalam bentuk
bebas dalam darah atau
terikat pada albumin.
f.    Protein serum total Bayi potensial terhadap
kernikterus diprediksi
paling baik melalui
g.   Hitung kapasitas ikatan peningkatan kadar
plasma bilirubin-albumin bilirubin indirek.
Peningkatan kadar
bilirubin indirek 18-20
mg/dl pada bayi cupup
bulan, atau lebih besar
dari 13-15 mg/dl pada
bayi praterm atau bayi
sakit, adalah bermakna
b.   Hasil positif dari tes
Coombs indirek
menandakan adanya
h.   Hentikan menyusui ASI antibody (Rh-positif

22
selama 24-48 jam, sesuai atau anti-A atau anti-B)
indikasi. Bantu ibu sesuai pada darah ibu dan bayi
kebutuhan dengan baru lahir; hasil positif
pemompaan panyudara tes Coombs indirek
dan memulai lagi menandakan adanya
menyusui sensitisasi (Rh-positif,
Anti-A, atau Anti-B)
SDM pada neonates
i.     Berikan agens indikasi c.   Penurunan konsisten
enzim (fenobarbital, dengan hemolisis
etanol) bila dibutuhkan.
d.  Hemolisis berlebihan
menyebabkan jumlah
retikulosit meningkat.
Smear mengidentifikasi
SDM abnormal atau
imatur

e.   Peningkatan kadar
Hb/Ht ( Hb lebih besar
dari pada 22 g/dl; Ht
lbih besar dari 65%)
menandakan
polisitemia,
kemungkinan
disebabkan oleh
pelambatan
pengkleman tali pusat,
transfusi maternal-ibu
transfuse kembaran-
kembaran, ibu diabetes,
atau stress intrauterus
kronis pada hipoksia,
seperti trlihat pada bayi
BLR atau bayi dengan
penurunan sirkulasi
plasenta. Hemolisis
kelebihan SDM
menyebabkan
peningkatan kadar
bilirubi dengan 1 g Hb
menghasilkan 35 mg
bilirubin. Kadar Hb
rendah (14 mg/dl)
mungkin dihubungkan
dengan hidrops fetalis

23
atau dengan
inkompatibilitas Rh
yang terjadi dalam
uterus serta
menyebabkan
hemolisis, edema, dan
pucat.
f.    Kadar rendah protein
serum (kurang dari 3,0
g/dl) menandakan
penurunan kapasitas
ikatan terhadap
bilirubin.
g.   Membantu dalam
menentukan risiko
kernikterus dalam
kebutuhan tindakan.
Bila nilai bilirubin total
dibagi dengan kadar
protein total serum
kurang dari 3,7 bahaya
kernikterus sangat
rendah.Namun, resiko
cedera tergantung pada
derajat prematuritas,
adanya hipoksia atau
asidosis, dan aturan
obat (mis.Sulfonamide,
kloramfenikol).

h.   Pendapat bervariasi
apakah menghentikan
menyusui ASI perlu
bila terjadi ikterus.
Namun, mencerna
formula meningkatkan
motilitas.
Gastrointestinal dan
ekskresi feses dan
pigmen empedu, dan
kadar bilirubin serum
mulai tun dalam 48 jam
setelah penghentian
menyusui.
i.     Merangsang enzim
hepatic untuk

24
meningkatkan bersihan
bilirubin

4. Risiko tinggi Setelah diberikan Mandiri


kekurangan volume asuhan a.   Pantau masukan dan a.    Peningkatan kehilangan
cairan akibat efek keperawatan  cairan haluan cairan; timbang air melalui feses dan
samping tubuh neonatus berat badan bayi 2 kali evaporasi dapt
fototerapi berhubunga adekuat dengan sehari. menyebabkan dehidrasi.
n dengan pemaparan kriteria hasil: b.   Perhatikan tanda- tanda
sinar dengan intensitas -      Tugor kulit baik dehidrasi(mis: penurunanb.   Bayi dapat tidur lebih
tinggi. -      Membran mukosa haluaran urine, fontanel lama dalam
lembab tertekan, kulit hangat hubungannya dengan
-      Intake dan output atau kering dengan turgor fototerapi,
buruk, dan mata cekung). meningkatkan resiko
cairan seimbang
dehidrasi bila jadwal
-      Nadi, respirasi dalam
c.   Perhatikan warna dan pemberian makan yang
batas normal ( N: frekuensi defekasi dan sering tidak di
120-160 x/menit, RR : urine. pertahankan.)
35 x/menit )
suhu ( 36,5-37,5 C ) c.    Defeksi encer, sering
dan kehijauan serta
urine kehijauan
menandakan
keefektifan fototerapi
dengan pemecahan dan
ekskresi bilirubin.
Feces yang encer
d.  Tingkatkan masukan meningkatkatkan risiko
cairan per oral sedikitnya kekurangan volume
25%. Beri air diantara cairan akibat
menyusui atau memberi pengeluaran cairan
susu botol. berlebih.
e.   Pantau turgor kulit

f.    Berikan cairan per


parenteral sesuai indikasi d.   Meningkatkan input
cairan sebagai
kompensasi
pengeluaran feces yang
encer sehingga
mengurangi risiko bayi
kekurangan cairan.
e.    Turgor kult yang
buruk, tidak elastis
merupakan indikator
adanya kekurangan

25
volume cairan dalam
tubuh bayi.
f.    Mungkin perlu untuk
memperbaiki atau
mencegah dehidrasi
berat.

5. Risiko terjadi Setelah diberikan Mandiri


gangguan suhu tubuh asuhan keperawatan  a.   Pantau kulit neonates dana.    Fluktuasi pada suhu
akibat efek samping diharapkan tidak suhu inti setiap 2 jam tubuh dapat terjadi
fototerapi berhubunga terjadi gangguan suhu atau lebih sering sampai sebagai respon terhadap
n dengan efek tubuh dengan kriteria setabil( mis; suhu aksila). pemajanan sinar, radiasi
mekanisme regulasi hasil : Atur suhu incubator dan konveksi.
tubuh. -      Suhu tubuh dalam dengan tepat b.   Peningkatan suhu tubuh
rentang normal b.    Monitor  nadi, dan dapat terjadi karena
0 0
(36,5 C-37 C ) respirasi dehidrasi akibat
-      Nadi dan respirasi paparan sinar dengan
dalam batas normal intensitas tinggi
( N : 120-160 x/menit, sehingga akan
RR : 35 x/menit ) mempengaruhi nadi dan
-      Membran mukosa c.     Monitor intake dan respirasi, sehingga
output peningkatan nadi dan
lembab
respirasi merupakan
aspek penting yang
harus di waspadai.
d.  Pertahankan suhu tubuh c.    Intake yang cukup dan
36,50C-370C jika demam output yang seimbang
lakukan kompres/ axilia dengan intake cairan
e.   Cek tanda-tanda vital dapat membantu
setiap 2-4 jam sesuai mempertahankan suhu
yang dibutuhkan tubuh dalam batas
normal.
d.   Suhu dalam batas
normal  mencegah
f.    Kolaborasi pemberian terjadinya cold/ heat
antipiretik jika demam. stress

e.    Untuk mengetahui
keadaan umum bayi
sehingga
memungkinkan
pengambilan tindakan
yang cepat ketika
terjadi suatu
keabnormalan dalam
tanda-tanda vital.

f.    Antipiretik cepat

26
membantu menurunkan
demam bayi.

         a.    
6 Risiko tinggi cedera Setelah diberikan Mandiri
akibat komplikasi asuhan keperawatan, a.    Perhatikan kondisi tali a.    Pencucian mungkin
tindakan transfusi diharapkan tidak pusat bayi sebelum perlu untuk melunakkan
tukar berhubungan terjadi komplikasi transfuse bila vena tali pusat dan vena
dengan prosdur dari transfusi tukar umbilical digunakan. Bila umbilicus sebelum
invasif, profil darah dengan kriteria hasil : tali pusat kering, berikan transfuse untuk akses I.
abnormal. -      Menyelesaikan pencucian salin selama V dan memudahkan
transfusi tukar tanpa 30-60 menit sebelum pasase kateter
komplikasi prosedur umbilical.
-      Menunjukkan b.   Pertahankan puasa b.   Menurunkan risiko
penurunan kadar selama 4 jam sebelum kemungkinan
bilirubin serum. prosedur atau aspirat isi regurgitasi dan aspirasi
lambung selama prosedur
c.    Jamin ketersediaan alat
resusitatif.

d.   Pertahankan suhu tubuh c.    Untuk memberikan


sebelum, selama dan dukungan segera bila
setelah prosedur. perlu
Tempatkan bayi di bawahd.   Membantu mencegah
penyebar hangat dengan hipotermia dan
servomekanisme. vasospasme,
Hangatkan darah menurunkan risiko
sebelum penginfusan fibrilasi ventrikel, dan
dengan menempatkan di menurunkan vikositas
dalam incubator, darah
hangatkan baskom berisi
air ataau penghangat
darah.
e.    Pastikan golongan darah
serta faktor Rh bayi dan
ibu. Perhatkan golongan
darah dan factor Rh e.    Transfuse tukar paling
darah untuk ditukar. sering dihubungkan
f.    Jamin kesegaran darah. dengan masalah
Darah yang diberi inkompatibilitas Rh.
heparin lebih disukai.

f.    Darah yang lama lebih


mungkin mengalami
hemolisis, karenanya
g.   Pantau  nadi, warna dan meningkatkan kadar
frekuensi bilirubin. Darah yang
pernapasan/kemudahan diberikan heparin selalu

27
sebelum, selama dan baru, tetapi harus
setelah dibuang bila tidak
transfuse.Lakukan digunakan dalam 24
pengisapan jika jam.
diperlukan. g.   Membuat nilai data
h.   Catat tanda-tanda atau dasar, mengidentifikasi
kejadian selama potensial kondisi tidak
transfuse, pencatatan stabil ( mis; apnea atau
jumlah darah yang disritmia/henti jantung )
diambil dan diinjeksikan. dan mempertahankan
jalan napas.
i.     Pantau tanda-tanda
keseimbangan elektrolit (h.   Membantu mencegah
mis; gugup, aktivitas kesalahan dalam
kejang, dan apnea; penggantian cairan.
hiperefleksia,; Jumlah darah ditukar
bradikardia; atau diare ) kira-kira 170 ml/kg
BB. Volume ganda
tukar transfuse
j.     Kaji bayi terhadap menjamin bahwa antara
perdarahan bedlebihan 75 % dan 90 %
dari lokasi I V setelah sirkulasi SDM
transfuse. digantikan.
i.     Hipokalsemia dan
hiperkalemia dapat
Kolaborasi terjadi selama dan
a.  Pantau pemeriksaan setelah transfuse tukar.
laboratorium sesuai
indikasi :
-      Kadar Hb/Ht sebelum
dan setelah transfuse
j.     Penginfusan darah
yang diberi heparin
mengubah koagulasi
selama 4-6 jam setelah
-      Kadar bilirubin serum transfuse tukar dan
segera setelah prosedur, dapat mengakibatkan
kemudian setiap 4 jam perdarahan.

-      Protein serum total

-       Bila Ht kurang dari 40


-      Kalsium dan kalium
% sebelum transfuse,
serum pertukaran sebagian
SDM kemasan dapat
mendahului pertukaran
penuh. Penurunan kadar

28
setelah transfusi
-      Glukosa menadakan kebutuhan
terhadap transfuse
kedua.
-       Kadar bilirubin dapat
menurun sampai
setengah segera setelah
-      Kadar pH serum prosedur, tetapi dapat
meningkat dengan cepat
setelahnya, memerlukan
pengulangan transfuse.
-       Mengalikan kadar
dengan 3,7 menetukan
derajat peningkatan
bilirubin yang
b.  Berikan albumin sebelum memerlukan transfuse
transfuse bila tukar
diindikasikan -        Darah mengandung
sitrat sebagai anti
koagulan yang
mengikat kalsium,
c.  Berikan obat-obatan sehingga menurunkan
sesuai indikasi : kadar kalsium serum.
-      Kalsium glukonat 5 % Selain itu, bila darah
lebih dari 2 hari,
destruksi SDM
melepaskan kalium,
menciptakan risiko
hiperkalemia dan henti
-      Natrium bikarbonat
jantung.
-      Protamin sulfat -       Kadar glukosa rendah
mungkin dihubungkan
dengan glikolisis
anaerobik kontinu
dalam SDM donor.
Tindakan segera perlu
untuk mencegah efek
buruk/kerusakan SSP.
-       pH serum dari darah
donor secara khas 6,8
atau kurang. Asidosis
dapat tejadi jika darah
segar tidak digunakan
dan hepar bayi tidak
dapat memetabolisme
sitrat yang digunakan
antikoagulan, atau bila
darah donor

29
melanjutkan glikolisis
anaerobik dengan
produksi asam
metabolit.

Meskipun masih
kontroversial,
pemberian albumin
dapat meningkatkan
ketersediaan albumin
untuk berikatan dengan
bilirubin, karenanya
menurunkan kadar
bilirubin serum sikulasi
yang bebas.

-       Dari 2 sampai 4 ml
kalsium glukonat dapat
diberikan setelah setiap
100 ml penginfusan
darah untuk
memperbaiki
hipokalsemia dan
meminimalkan
kemungkinan
iritabilitas jantung.
-       Memperbaiki asidosis
-       Mengimbangi efek-
efek antikoagulan dari
darah yang diberi
heparin.

30
D.    EVALUASI
Dx. 1 Integritas kulit kembali baik / normal,
-      Kadar bilirubin dalam batas normal
-      Kulit tidak berwarna kuning/ warna kuning mulai berkurang
-      Tidak timbul lecet akibat penekanan kulit yang terlalu lama
Dx. 2 Pengetahuan keluarga bertambah,
-      Mengungkapkan pemahaman tentang penyebab, tindakan, dan kemungkinan hasil
hiperbilirubinemia
-      Mendemonstrasikan perawatan bayi yang tepat
Dx. 3 Kadar bilirubin menurun,
-      Kadar bilirubin indirek dibawah 12 mg/dl pada bayi cukup bulan pada usia 3 hari
-      Resolusi ikterik pada akhir minggu pertama kehidupan
-      Bebas dari keterlibatan SSP
Dx. 4 Cairan tubuh neonatus adekuat,
-      Tugor kulit baik
-      Membran mukosa lembab
-      Intake dan output cairan seimbang
-      Nadi, rspirasi dalam batas normal.
Dx. 5 Tidak terjadi gangguan suhu tubuh,
-      Suhu tubuh dalam rentang normal (36,50C-370C )
-      Nadi dan respirasi dalam batas normal ( N : 120-160 x/menit, RR : 35 x/menit )
-      Membran mukosa lembab
Dx. 6 Tidak terjadi komplikasi dari transfusi tukar,
-      Menyelesaikan transfusi tukar tanpa komplikasi
-      Menunjukkan penurunan kadar bilirubin serum.

31

Anda mungkin juga menyukai