Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS NEONATORUM

I. Konsep Dasar Penyakit Sepsis Neonatorum


1.1 Definisi
Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tanda-tanda klinis
dan gejala-gejala infeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik.

Sedangkan sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita


neonatus dengan gejala sistematik dan terdapat bakteri dalam darah.
Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat
sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang
memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam.

Berikut ini adalah beberapa definisi atau pengertian dari sepsis


neonatorum atau sepsis pada neonatus yang perlu diketahui
(Maryunani, 2009), yaitu:
1.1.1 Sepsis neonatorum atau septicemia neonatorum merupakan
keadaan dimana terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di
seluruh tubuh.
1.1.2 Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang
menyebar melalui darah dan jaringan lain.
1.1.3 Sepsis bakterial pada neonatus adalah sindrom klinis dengan
gejala infeksi sistemik dan diikuti dengan bakterimia pada
bulan pertama kehidupan.
1.1.4 Sepsis merupakan suatu proses berkelanjutan mulai dari
infeksi, SIRS (Systeic Inflammatory Respopnse Syndrome),
sepsis, sepsis berat, syok septic, disfungsi multiorgan dan
akhirnya kematian.

1.2 Etiologi
Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti
bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu
disebabkan oleh bakteri seperti Acinetobacter sp, Enterobacter sp,
Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia Coli, Group B
streptococcus, Listeria sp, dan lain-lain. (Maryunani, 2009)
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya sepsis pada neonatus adalah:
1.2.1 Perdarahan
1.2.2 Demam yang terjadi pada ibu
1.2.3 Infeksi pada uterus dan plasenta
1.2.4 Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
1.2.5 Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau
lebih sebelum melahirkan)
1.2.6 Proses kelahiran yang lama dan sulit

1.3 Manifestasi Klinis


Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak
spesifik serta dapat mengenai beberapa sistem organ. Berikut ini
adalah tanda dan gejala yang dapat ditemukan dapa neonatus yang
menderita sepsis.
1.3.1 Gangguan nafas seperti serangan apnea, takipnea dengan
kecepatan pernafasan >60x/menit, cuping hidung, sianosis,
mendengus, tampak merintih, retraksi dada yang dalam:
terjadi karena adanya lesi ataupun inflamasi pada paru-paru
bayi akibat dari aspirasi cairan ketuban ibu. Aspirasi ini
terjadi saat intrapartum dan selain itu dapat menyebabkan
infeksidengan perubahan paru, infiltrasi, dan kerusakan
jaringan bronkopulmonalis. Kerusakan ini sebagian
disebabkan oleh pelepasan granulosit dari protaglandin dan
leukotrien.
1.3.2 Penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun besar menonjol,
keluar nanah dari telinga, ekstensor kaku: terjadi karena
sepsis sudah sampai ke dalam manifestasi umum dari infeksi
sistem saraf pusat. Keadaan akut dan kronis yang
berhubungan dengan organisme tertentu. Apabila bayi sudah
mengalami infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses
otak menyebabkan penurunan kesadaran, hal tersebut juga
menyebabkan ubun-ubun besar menonjol (berisi cairan
infeksi) dan keluarnya nanah dari telinga. Dalam hal
terganggunya sistem saraf pusat ini kemungkinan terjadi
gangguan saraf yang lain seperti ekstensor kaku.
1.3.3 Hipertermia (> 37,7oC) atau hipotermi (<35,5oC) terjadi
karena respon tubuh bayi dalam menanggapi pirogen yang
disekresikan oleh organisme bakteri atau dari ketidakstabilan
sistem saraf simpatik.
1.3.4 Tidak mau menyusu dan tidak dapat minum adalah respon
keadaan psikologis bayi yang tidak menyenangkan terhadap
ketidakstabilan suhu tubuhnya, serta nanah yang keluar dari
telinga
1.3.5 Kemerahan sekitar umbilikus terjadi karena bakteri dapat
bertumbuh tidak terkendali di saluran pencernaan, apalagi
jika penyebab sepsis pada bayi terjadi dimulai dari infeksi
luka umbilikus.

Berdasarkan manifestasi klinis yang telah dijelaskan diatas dapat


disimpulkan bahwa tanda dan gejala pada bayi yang mengalami
sepsis neonatorum saling berhubungan baik dari perjalanan infeksi,
proses metabolik, dan tanda neurologi bahkan psikologinya saling
berhubungan.

1.4 Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi
miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen,
terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang
progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak
kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi
jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan
disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai


neonatus melalui beberapa cara yaitu :
1.4.1 Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal
kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umpilikus
masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin.
Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta,antara lain virus rubella, herpes,
situmegalo, koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri
yang dapat melalui jalur ini, antara lain malaria, sifilis, dan
toksoplasma.
1.4.2 Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat
persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan
serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi
amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui
umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat
terinhalasi oleh bayi dan masuk ke tyraktus digestivus dan
trakus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada
lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diaras infeksi
pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre
lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh
kuman (misalnya herpes genitalis, candida albika, dan
n.gonnorea).
1.4.3 Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang
terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi
nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui
alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang
nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi
lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya
infeksi nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka
umbilikus.

1.5 Pemeriksaan Penunjang


Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari
evaluasi diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda
penyakit saluran pernapasan. Dalam kasus ini, radiografi dada dapat
menunjukkan difusi atau infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi atau
mungkin menunjukkan broncograms udara dibedakan dari yang
terlihat dengan sindrom gangguan pernapasan surfaktan-
kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat diindikasikan dengan
kondisi klinis spesifik, seperti diduga osteomyelitis atau necrotizing
enterocolitis (McMillan, 2006)

Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan


penetapan diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi
dapat digunakan untuk menentukan pilihan antibiotik yang tepat.
Pada hasil pemeriksaan darah tepi, umumnya ditemuksan anemia,
laju endap darah mikro tinggi, dan trombositopenia. Hasil biakan
darah tidak selalu positif walaupun secara klinis sepsis sudah jelas.
Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan
serebrospinal, usapan umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari
konjungtiva, cairan drainase atau hasil isapan isapan lambung. Hasil
biakan darah memberi kepastian adanya sepsis, setelah dua atau
tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman yang sama.
Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi
antibiotika. Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara lain
pemeriksaan C-Reactive protein (CRP) yang merupakan
pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan muncul pada
fase akut bila terdapat kerusakan jaringan.

1.6 Komplikasi
1.6.1 Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan
jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat
dari keadaan septik. Bayi mungkin juga kurang gizi sebagai
akibat dari asupanenergi yang berkurang. Asidosis metabolik
disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan
produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami
hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal
netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan
asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi
terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh
yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir
belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat
sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.
1.6.2 Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada
bayi yang kurang, tidak mau menyusu, dan terjadinya
hipertermia..
1.6.3 Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan
bilirubin yang berlebihan pada jaringan. Bilirubin dibuat
ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua,
ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil
pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang
memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin
terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu
selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi
yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam
darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah
merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan
kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai
hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin
sering terjadi.
1.6.4 Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput
otak) melalui aliran darah.
1.6.5 Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri
gram negatif yang mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri
gram postif yang mengeluarkan mukopoliskarida pada sepsis.
Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah
dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini
akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi
dan emboli pada mikrovaskular.

1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu
tubuh normal, untuk menstabilkan status kardiopulmonary,
untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk mencegah
kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus
septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:
a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature.
Agar bayi tetap normal harus dirawat di lingkungan yang
hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus
mengalami perfusi yang jelek, maka saline normal dengan
10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis yang
sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit
berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose
(10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada
dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau
sampai bayi dapat memiliki feed oral.
c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami
distres pernapasan atau sianosis
d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau
napas tidak memadai
e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk
mencegah gangguan perdarahan
f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat
sakit atau memiliki perut kembung. Menjaga cairan harus
dilakukan dengan infus IV.
g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi
lembut fisik, aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan
konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
1.7.2 Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah
mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki
keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk
kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik
hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan
pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan
dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan
adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin
atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes
resistensi. (Sangayu, 2012)
1.8 Pathway
II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Sepsis Neonatorum
2.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data,
yang perlu dikaji adalah identitas, keluhan utama.

2.1.1 Riwayat Keperawatan


Riwayat penyakit sekarang, riwayat perawatan antenatal,
adanya/tidaknya ketuban pecah dini,partus lama atau sangat
cepat (partus presipitatus). Riwayat persalinan di kamar
bersalin, ruang operasi, atau tempat lain. Ada atau tidaknya
riwayat penyakit menular seksual (sifilis, herpes klamidia,
gonorea, dll). Apakah selama kehamilan dan saat persalinan
pernah menderita penyakit infeksi (mis. Toksoplasmosis,
rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis). Mengkaji
tatus sosial ekonomi keluarga.

2.1.2 Pemeriksaan Fisik


Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi
letargi (khususnya setelah 24 jam petama), tidak mau minum
atau refleks mengisap lemah, regurgitasi, peka rangsang,
pucat, berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan
secara fisiologis, hipertermi/hipotermi, tampak ikterus. Data
lain yang mungkin ditemukan adalah hipertermia, pernapasan
mendengkur, takipnea, atau apnea, kulit lembab dan dingin,
pucat, pengisian kembali kapiler lambat, hipotensi, dehidrasi,
sianosis. Gejala traktus gastrointestinal meliputi muntah,
distensi abdomen atau diare.

2.2 Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


Diagnosa I : Gangguan pertukaran gas
2.2.1 Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi karbon
dioksida di membrane kapiler alveolar
2.2.2 Batasan karakteristik
 Subjektif
Dispnea
Sakit kepala pada saat bangun tidur
Gangguan penglihatan
 Objektif
Gas darah arteri yang tidak normal
pH arteri tidak normal
Ketidaknormalan frekuensi, irama dan kedalaman
pernapasan
Warna kulit tidak normal (missal pucat, kehitaman )
Konfusi
Sianosis ( hanya pada neonates )
Karbon dioksida menurun
Diaforesis
Hiperkapnia
Hiperkarbia
Hipoksia
Hipoksemia
Iritabilitas
Napas cuping hidung
Gelisah
Somnolen
Takikardia

2.2.3 Faktor yang berhubungan


Perubahan membrane kapiler alveolar
Ketidakseimbangan perfusi – ventilasi
Diagnosa II : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan
Tubuh
2.2.4 Definisi
Asupan nutrisi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic
2.2.5 Batasan karakteristik
 Subjektif
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Indigesti
Persepsi
Melaporkan perubahan sensasi rasa
Merasa cepat kenyang setelah mengkonsumsi makanan
 Objektif
Pembuluh kapiler rapuh
Diare atau steatore
Kekurangan makanan ( adanya bukti)
Kehilangan rambut yang berlebihan
Bising usus hiperaktif
Kurang informasi, informasi yang salah
Kurangnya minat terhadap makanan
Salah paham
Membrane mukosa pucat
Tonus otot buruk
Menolak untuk makan
Rongga mulut terbuka
Kelemahan otot yang berfungsi untuk menelan dan
mengunyah

2.2.6 Faktor yang berhubungan


Ketergantungan zat kimia
Penyakit kronis
Kesulitan menelan dan mengunyah
Faktor ekonomi
Intoleransi makanan
Kebutuhan metabolic tinggi
Reflex mengisap pada bayi tidak adekuat
Kurang pengetahuan dasar tentang nutrisi
Akses terhadap makanan terbatas
Hilang nafsu makan
Mual dan muntah
Pengabaian oleh orang tua
Gangguan psikologis

Diagnosa III : Resiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh


2.2.7 Definisi
Berisiko terhadap kegagalan untuk memelihara suhu tubuh
dalam batas normal

2.2.8 Batasan karakteristik


 Objektif
Perubahan laju metabolism
Dehidrasi
Terpajan suhu lingkungan yang dingin, sejuk, hangat
atau panas
Usia yang ekstrem
Berat badan yang ekstrem
Kesakitan atau trauma yang memengaruhi pusat
pengatur suhu
Imaturitas system regulasi suhu bayi
Ketidakmampuan untuk berkeringat
Inaktivitas
Pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan
Berat badan bayi yang rendah (neonates )
Pengobatan yang menyebabkan vasokontriksi atau
vasodilatasi
Sedasi
Aktivitas berlebihan

2.2.9 Faktor yang berhubungan


Hipertermia
Hipotermia
Termoregulasi, ketidakefektifan
2.3 Perencanaan
Diagnosa I : Gangguan Pertukaran Gas Berhubungan Dengan
Ketidakefektifan Ventilasi, Edema Pulmona
Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Rasional
NOC NIC
 Respiratory status: 1. Observasi status 1. Peningkatan frekuensi
gas exchange respirasi pasien napas menunjukkan
 Vital sign status (frekuensi, irama napas) ketidakadekuatan
2. Catat pergerakan dada, fungsi respirasi
Tujuan amati kesimetrisan, 2. Penggunaan otot
 Setelah dilakukan penggunaan otot tambahan
asuhan keperawatan tambahan menunjukkan adanya
selama ....x....jam 3. Monitor suara napas, sesak napas
pasien tidak catat adanya suara 3. Suara napas tambahan
mengalami sesak tambahan menunjukkan adanya
napas, status 4. Anjurkan pasien untuk secret pada saluran
respirasi pasien batuk efektif jika ada pernapasan
normal sekret pada saluran 4. Batuk efektif
Kriteria Hasil: napas membantu

 Menunjukkan 5. Pasang oksigen jika pengeluaran secret

peningkatan diperlukan 5. Meningkatkan kadar

ventilasi dan 6. Kolaborasikan oksigen dalam darah

oksigenasi yang pemberian 6. Bronkodilator

adekuat bronkodilator membantu pelebaran

 Terbebas dari tanda- saluran napa

tanda distress
pernapasan
 Mendemonstrasikan
batuk efektif, suara
napas bersih, tidak
ada sianosis dan
dispneu
 Tanda-tanda vital
pasien dalam
rentang normal
Diagnosa II : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Berhubungan Dengan Peningkatan Metabolisme, Mual, Dan
Muntah
Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional
NOC NIC
 Nutritional Status : 1. Kaji berat badan selama 1. Penurunan berat badan
food and Fluid perawatan indikasi kekurangan
 Intake 2. Observasi intake nutrisi
makanan atau cairan 2. Mengidentifikasi
Tujuan: pasien kekurangan nutrisi
 Setelah dilakukan 3. Observasi adanya mual 3. Gejala yang menyertai
asuhan keperawatan dan muntah akumulasi toksin
selama ....x....jam 4. Berikan informasi endogen yang dapat
kebutuhan nutrisi tentang kebutuhan nutrisi mengubah atau
pasien terpenuhi 5. Berikan makanan sedikit menurunkan pemasukan
tapi sering dan memerlukan
Kriteria Hasil: 6. Tingkatkan kunjungan intervensi
 Adanya peningkatan orang terdekat selama 4. Memberikan pendidikan

berat badan sesuai makan kesehatan terkait

dengan tujuan 7. Lakukan perawatan oral pentingnya nutrisi

 Berat badan ideal pada pasien selama perawatan

sesuai dengan tinggi 5. Porsi lebih kecil dapat

badaN meningkatkan intake

 Mampu makanan

mengidentifikasi 6. Memberikan pengalihan

kebutuhan nutrisi dan meningkatkan aspek

 Tidak ada tanda tanda sosial

malnutrisi 7. Menurunkan
ketidaknyamanan dan
 Tidak terjadi
rasa tidak disukai dalam
penurunan berat
mulut yang dapat
badan yang berar
mempengaruhi masukan
makanan
Diagnosa III : Resiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh Berhubungan Dengan
Prosesmetabolisme Penyakit, Peningkatan Metabolisme Tubu
Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional
NOC NIC
 Termoregulasi 1. Observasi suhu tubuh 1. Suhu di atas normal
 Tujuan: pasien tiap2 jam menunjukkan infeksi
 Setelah dilakukan 2. Monitor tanda-tsnda vital akut
asuhan keperawatan pasien 2. Mengetahui keadaan
selama ....x....jam suhu 3. Tingkatkan intake cairan umum pasien
tubuh pasien dalam dan nutrisi 3. Nutrisi yang adekuat
rentang normal (36- 4. Berikan selimut pada membantu proses
370 C) pasien saat terjadi penyembuhan
 Kriteria Hasil: hipotermi 4. Mengurangi kehilangan

 Suhu kulit normal 5. Berikan kompres hangat panas tubuh yang

 Suhu badan normal pada pasien saat terjadi berlebih

(36-370 C) hipertermia 5. Kompres hangat

 Tanda-tanda vital 6. Kolaborasikan meningkatkan

dalam bats normal pemeberian antipiretik vasodilatasi sehingga


jika perlu panas berlebih pada
 Hidrasi adekuat
tubuh bisa berkurang
6. Menurunkan suhu tubuh
secara cepat ke dalam
batas normal
III. Daftar Pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah .
Jakarta : EGC.

Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA and NIC-NOC. Jakarta: Mediaction
Publishing.

Price & Wilson. 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta : EGC

Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2 Edisi


8. Jakarta : EGC.

Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV,
Jilid I. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Banjarmasin, Desember 2017

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik,

( ) ( )

Anda mungkin juga menyukai