SEPSIS NEONATORUM
1.2 Etiologi
Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti
bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu
disebabkan oleh bakteri seperti Acinetobacter sp, Enterobacter sp,
Pseudomonas sp, serratia sp, Escerichia Coli, Group B
streptococcus, Listeria sp, dan lain-lain. (Maryunani, 2009)
Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya sepsis pada neonatus adalah:
1.2.1 Perdarahan
1.2.2 Demam yang terjadi pada ibu
1.2.3 Infeksi pada uterus dan plasenta
1.2.4 Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
1.2.5 Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau
lebih sebelum melahirkan)
1.2.6 Proses kelahiran yang lama dan sulit
1.4 Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik.
Pelepasan endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi
miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan oksigen,
terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang
progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak
kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi
jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan
disseminated intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.
1.6 Komplikasi
1.6.1 Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan
jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat
dari keadaan septik. Bayi mungkin juga kurang gizi sebagai
akibat dari asupanenergi yang berkurang. Asidosis metabolik
disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan
produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami
hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal
netral, upaya untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan
asidosis metabolik. Jaundice terjadi dalam menanggapi
terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh tubuh
yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir
belum dapat berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat
sepsis yang terjadi dan kerusakan eritrosit yang meningkat.
1.6.2 Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada
bayi yang kurang, tidak mau menyusu, dan terjadinya
hipertermia..
1.6.3 Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan
bilirubin yang berlebihan pada jaringan. Bilirubin dibuat
ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua,
ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil
pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang
memungkinkan darah mengakut oksigen). Hemoglobin
terdapat pada sel darah merah yang dalam waktu tertentu
selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada bayi
yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam
darah di seluruh tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah
merah bukanlah hal yang tidak mungkin, bayi akan
kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai
hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin
sering terjadi.
1.6.4 Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput
otak) melalui aliran darah.
1.6.5 Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri
gram negatif yang mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri
gram postif yang mengeluarkan mukopoliskarida pada sepsis.
Inilah yang akan memicu pelepasan faktor pembekuan darah
dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini
akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi
dan emboli pada mikrovaskular.
1.7 Penatalaksanaan
1.7.1 Perawatan suportif
Perawatan suportif diberikan untuk mempertahankan suhu
tubuh normal, untuk menstabilkan status kardiopulmonary,
untuk memperbaiki hipoglikemia dan untuk mencegah
kecenderungan perdarahan. Perawatan suportif neonatus
septik sakit (Datta, 2007) meliputi sebagai berikut:
a. Menjaga kehangatan untuk memastikan temperature.
Agar bayi tetap normal harus dirawat di lingkungan yang
hangat. Suhu tubuh harus dipantau secara teratur.
b. Cairan intravena harus diperhatikan. Jika neonatus
mengalami perfusi yang jelek, maka saline normal dengan
10 ml / kg selama 5 sampai 10 menit. Dengan dosis yang
sama 1 sampai 2 kali selama 30 sampai 45 menit
berikutnya, jika perfusi terus menjadi buruk. Dextrose
(10%) 2 ml per kg pil besar dapat diresapi untuk
memperbaiki hipoglikemia yang adalah biasanya ada
dalam sepsis neonatal dan dilanjutkan selama 2 hari atau
sampai bayi dapat memiliki feed oral.
c. Terapi oksigen harus disediakan jika neonatus mengalami
distres pernapasan atau sianosis
d. Oksigen mungkin diperlukan jika bayi tersebut apnea atau
napas tidak memadai
e. Vitamin K 1 mg intramuskular harus diberikan untuk
mencegah gangguan perdarahan
f. Makanan secara enteral dihindari jika neonatus sangat
sakit atau memiliki perut kembung. Menjaga cairan harus
dilakukan dengan infus IV.
g. Langkah-langkah pendukung lainnya termasuk stimulasi
lembut fisik, aspirasi nasigastric, pemantauan ketat dan
konstan kondisi bayi dan perawatan ahli
1.7.2 Terapi pengobatan
Prinsip pengobatan pada sepsis neonatorum adalah
mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki
keadaan umum dengan pemberian cairan intravena termasuk
kebutuhan nutrisi dan monitor pemberian antibiotik
hendaknya memenuhi kriteria efektif berdasarkan
pemantauan mikrobiologi, murah dan mudah diperoleh, dan
dapat diberi secara parental. Pilihan obat yang diberikan
adalah ampisilin, gentasimin atau kloramfenikol, eritromisin
atau sefalosporin atau obat lain sesuai hasil tes
resistensi. (Sangayu, 2012)
1.8 Pathway
II. Rencana Asuhan Klien dengan Gangguan Sepsis Neonatorum
2.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data,
yang perlu dikaji adalah identitas, keluhan utama.
tanda distress
pernapasan
Mendemonstrasikan
batuk efektif, suara
napas bersih, tidak
ada sianosis dan
dispneu
Tanda-tanda vital
pasien dalam
rentang normal
Diagnosa II : Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Berhubungan Dengan Peningkatan Metabolisme, Mual, Dan
Muntah
Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional
NOC NIC
Nutritional Status : 1. Kaji berat badan selama 1. Penurunan berat badan
food and Fluid perawatan indikasi kekurangan
Intake 2. Observasi intake nutrisi
makanan atau cairan 2. Mengidentifikasi
Tujuan: pasien kekurangan nutrisi
Setelah dilakukan 3. Observasi adanya mual 3. Gejala yang menyertai
asuhan keperawatan dan muntah akumulasi toksin
selama ....x....jam 4. Berikan informasi endogen yang dapat
kebutuhan nutrisi tentang kebutuhan nutrisi mengubah atau
pasien terpenuhi 5. Berikan makanan sedikit menurunkan pemasukan
tapi sering dan memerlukan
Kriteria Hasil: 6. Tingkatkan kunjungan intervensi
Adanya peningkatan orang terdekat selama 4. Memberikan pendidikan
Mampu makanan
malnutrisi 7. Menurunkan
ketidaknyamanan dan
Tidak terjadi
rasa tidak disukai dalam
penurunan berat
mulut yang dapat
badan yang berar
mempengaruhi masukan
makanan
Diagnosa III : Resiko Ketidakseimbangan Suhu Tubuh Berhubungan Dengan
Prosesmetabolisme Penyakit, Peningkatan Metabolisme Tubu
Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional
NOC NIC
Termoregulasi 1. Observasi suhu tubuh 1. Suhu di atas normal
Tujuan: pasien tiap2 jam menunjukkan infeksi
Setelah dilakukan 2. Monitor tanda-tsnda vital akut
asuhan keperawatan pasien 2. Mengetahui keadaan
selama ....x....jam suhu 3. Tingkatkan intake cairan umum pasien
tubuh pasien dalam dan nutrisi 3. Nutrisi yang adekuat
rentang normal (36- 4. Berikan selimut pada membantu proses
370 C) pasien saat terjadi penyembuhan
Kriteria Hasil: hipotermi 4. Mengurangi kehilangan
Sudoyo, Aru W, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV,
Jilid I. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Banjarmasin, Desember 2017
( ) ( )