Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN POSTNATAL CARE DENGAN POST PARTUM

LETAK SUNGSANG
DI RUANG DAHLIA RSUD dr. SOEBANDI JEMBER
PERIODE 15-27 MARET 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Stase


Keperawatan Maternitas

OLEH:
Kanza Al Qorina Imami
NIM. 2001031042

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

Post partum letak sungsang

A. Definisi

Persalinan adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di

luar rahim bayi baru lahir. Dengan faktor- faktor insensial persalinan, proses

persalinan itu sendiri, kemauan persalinan, adaptasi ibu dan bayi, proses

keperawatan baik pada wanita maupun pada keluarga (Alden, 2004).

Post partum adalah waktu dimana proses penyembuhan dan perubahan,

waktu sesudah melahirkan sampai sebelum hamil, serta penyesuaian terhadap

hadirnya anggota keluarga baru (mitayani, 2009).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berahir

ketika alat–alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa

nifas atau puerpenium dimulai 2 jam setelah melahirkan plasenta sampai

dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. Dalam bahasa latin, waktu mulai

tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerperium yaitu dari kata ‘puer’

yang artinya bayi dan ‘parous’ melahirkan. Jadi puerperium berarti masa

setelah melahirkan bayi. Puerperium adalah masa pulih kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat–alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,

sekitar 50% kematian ibu terjadi dalam 24 jam pertama postpartum sehingga

pertolongan pasca persalinan yang berkualitas harus terselenggara pada masa

itu untuk memenuhi kebutuhan ibu dan bayi (Vivian, 2011).

Jadi, post partum atau masa nifas atau puerperium adalah masa pulih

kembali mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti


sebelum hamil dan dimulai setelah 2 jam melahirkan plasenta dan 6 minggu

setelahnya.

B. Masalah dalam Post Partum

1) Masalah Traktus Urinarius

Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya menderita

keluhan miksi akibat defresi pada refleks aktivitas detrusor yang disebabkan

oleh tekanan dasar vesika urinaria saat persalinan, keluhan ini bertambah berat

oleh karena adanya fase dieresis pasca persalinan, bila perlu retensio urine

dapat diatasi dengan melakukan kateterisasi.

2) Nyeri punggung

Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan dan

menetap setelah persalinan pada anak masa nifas. kejadian ini terjadi pada

25% wanita dalam masa post partum namun keluhan ini dirasakan oleh 50%

dari mereka sejak sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi semakin hebat

bila mereka harus merawat anaknya sendiri (Serri, 2009).

3) Anemia

Resiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami poendarahan yang

banyak,apalagi bila sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan

darah. Di masa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim susah berkontraksi. Ini

karena darah tidak cukup memberikan oksigen kedalam rahim. Ibu yang

mengidap anemia dengan kondisi membahayakan, apalagi mengalami

perdarahan post partum, maka segera haris diberi transfusi darah. Jika

kondisinya tidak berbahaya maka cukup ditolong dengan pemberian obat–

obatan penambah darah yang mengandung zat besi (Serri,2009).


4) Masalah Psikologi: depresi masa nifas

Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat di minggu–

minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormone masih tinggi.

Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas.

Tingkatannya pun bermacam–macam, mulai dari neurologis, atau gelisah saja

yang disertai kelainan tingkah laku. Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu

bisa beradaptasi dengan situaasi yang nyatanya

C. Patofisiologi

Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun

eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaaan sebelum hamil.

Perubahan-perubahan alat genetalia ini dalam keseluruhan disebut “involusi”. Di

samping involusi terjadi perubahan-perubahan penting lain yakni memokonsetrasi

dan timbilnya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh laktogenik hormon dari

kelenjar hipofisis terhadapkelenjar-kelenjar mamae.

Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh

darah yang ada antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan

menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang

terdapat pada serviks ialah segera post partum bentuk serviks ialah segera post

partum bentuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan oleh

korpus uteri terbentul semacam cincin. Perubahan-perubahan yang terdapat pada

endometrium ialah timbulnya trombosis, degerasi dan nekrosis ditempat

implantasi plasenta pada hari pertama endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm

itu mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan desidua dan selaput janin

regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua basalis yang memakai
waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta fasia yang

merenggang sewaktu kehamilan dan setelah janin lahir berangsur-angsur kembali

seperti sedia kala.

Ada beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya plasenta

previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture

uteri, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distorsia serviks, dan

malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan

pembedahan, yaitu Sectio Caesarea.

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan

menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah

intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan

menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien

secara mandiri sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan

perawatan post operasi akan menimbulkan ansietas pada pasien. Selain itu, dalam

proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen

sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan

saraf-saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin

dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses

pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post

operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah resiko

infeksi.
D. Fisiologi Post Partum

1) Perubahan Fisik pada Post Partum

Pada masa nifas dapat dijumpai tiga kejadian penting, yaitu:

involusi uterus, lochea, dan laktasi.

a. Involusi Uterus

Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan

mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat

menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi

plasenta. Otot rahim terdiri dari 3 lapis otot yang membentuk anyaman

sehingga pembuluh darah dapat tertutup sempurna, dengan demikian

terhindari dari perdarahan post partum. Pada involusi uteri, jaringan

ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur

akan mengecil sehingga  pada akhir kala nifas besarnya seperti semula

dengan berat 30 gram. Proses proteolitik adalah pemecahan protein

yang akan dikeluarkan melalui urine. Dengan penimbunan air saat

hamil akan terjadi pengeluaran urine setelah persalinan, sehingga hasil

pemecahan protein dapat dikeluarkan.

PROSES INVOLUSI UTERI

Involusi Tinggi Fundus Berat uterus


1 2 3
Plasenta lahir Sepusat 1000 gram
7 hari (1 Minggu) Pertengahan pusat simfisis 500 gram
14 hari (2 Minggu) Tak teraba 350 gram
42 hari (6 Minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50 gram
56 hari (8 Minggu) Normal 20 gram
(Manuaba, 1999).

b. Lochea
Lochea adalah cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari

tempat implantasi plasenta (Manuaba, 1998).

Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan jumlah dan warna

sebagai berikut:

 Lochea rubra (kruenta): 1 sampai 3 hari, berwarna merah dan

hitam, terdiri dari sel desidua, vernik kaseosa, rambut Lanugo,

sisa mekonium, sisa darah.

 Lochea sanguinolenta: 3 sampai 7 hari, berwarna putih bercampur

darah.

 Lochea serosa: 7 sampai 14 hari, berwarna kekuningan.

 Lochea alba: Setelah hari ke-14, berwarna putih.

 Lochea purulenta: Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah

berbau busuk.

c. Laktasi

Perubahan-perubahan pada kelenjar mamae sudah terjadi sejak

dari kehamilan yaitu proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli

dan jaringan lemak bertambah keluaran cairan susu jolong dari duktus

laktiferus disebut colostrums berwarna kuning putih susu,

hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam dimana vena

berdilatasi sehingga tampak jelas. Setelah persalinan pengaruh sekresi

estrogen dan progesterone hilang, maka timbul pengaruh hormone

laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu.

Pengaruh oksitosin menyebabkan mioefitel kelenjar susu berkontraksi

sehingga air susu keluar. Pada hari pertama sampai hari ketiga setelah
bayi lahir disebut kolostrum warna kekuningan dan agak kental.

Kolostrum kaya akan protein immunoglobulin yang mengandung

antibodi sehingga menambah kekebalan anak terhadap penyakit dan

laktoferin, ASI masa transisi dihasilkan mulai hari keempat sampai

hari kesepuluh, dan ASI matur dihasilkan mulai hari kesepuluh.

2) Perubahan Psikososial pada Post Partum

a) Periode Taking In

Pada masa ini ibu pasif dan tergantung, energi difokuskan pada

perubahan tubuh, ibu sering mengulang kembali pengalaman

persalinan. Nutrisi tambahan mungkin diperlukan karena selera makan

ibu meningkat. Periode ini berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan.

b) Periode Taking Hold

Pada masa ini ibu menaruh perhatiannya pada kemampuannya

untuk menjadi orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan

tanggung jawab terhadap bayinya, ibu berusaha untuk terampil dalam

perawatan bayi baru lahir. Periode ini berlangsung 2-4 hari setelah

melahirkan.

c) Periode Letting Go

Umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah, ibu

menerima tanggung jawab untuk merawat bayi baru  lahir, ibu harus

beradaptasi terhadap otonomi, kemandirian dan interaksi sosial.

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemeriksaan Darah Lengkap


Memberikan informasi tentang jumlah dari sel-sel darah merah

(RBC), sel-sel darah putih (WBC), nilai hematokrit (Ht) dan haemoglobin

(Hb).

2. Pemeriksaan Pap Smear

Mencari kemungkinan kelainan sitologi sel serviks atau sel

endometrium.

3. Pemeriksaan Urine: Urine lengkap (UL)

Pemeriksaan ini mencari kemungkinan terdapatnya bakteri dalam

urine seperti streptokokus.

F. Penatalaksanaan Medis

1. Tes Diagnostik

a. Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)

b. Urinalisis: Kadar Urin

2. Terapi

a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia\

b. Memberikan antibiotik bila ada indikasi

G. Konsep Pengkajian Post Partum

1. Pengkajian

A. Data Umum Klien meliputi: nama klien, usia, agama, status perkawinan,

pekerjaan, pendidikan terakhir, nama suami, umur suami, agama,

pekerjaan suami, pendidikan terakhir suami, dan alamat


B. Anamnesa meliputi: keluhan utama, keluhan saat pengkajian, riwayat

penyakit sekarang, riwayat menstruasi (menarchea, siklus, jumlah,

lamanya, keteraturan, dan apakah mengalami dismenorhea), riwayat

perkawinan, riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu, riwayat

kehamilan sekarang (ANC).

C. Riwayat persalinan sekarang meliputi:

a. Jenis persalinan apakah spontan atau operasi SC

b. Tanggal/jam persalinan

c. Jenis kelamin bayi

d. Jumlah perdarahan

e. Penyulit dalam persalinan baik dari ibu maupun bayi

f. Keadaan air ketuban meliputi warna dan jumlah

D. Riwayat genekologi kesehatan masa lalu apakah ibu pernah mengalami

operasi atau tidak

E. Riwayat KB baik jenis maupun lama penggunaan

F. Riwayat kesehatan keluarga apakah ada penyakit menurun atau menular

dari keluarga

G. Pola aktivitas sehari-hari meliputi Eliminasi, nutrisi, istirahat. Kebersihan

H. Riwayat psikososial

Adaptasi psikologis post partum menurut teori rubin dibagi dalam 3

periode yaitu sebagai berikut:

1. Periode Taking In

 Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan


 Ibu pasif terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perlu menjaga

komunikasi yang baik.

 Ibu menjadi sangat tergantung pada orang lain, mengharapkan

segala sesuatru kebutuhan dapat dipenuhi orang lain.

 Perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan perubahan tubuhnya

 Ibu mungkin akan bercerita tentang pengalamannya ketika

melahirkan secara berulang-ulang

 Diperlukan lingkungan yang kondusif agar ibu dapat tidur dengan

tenang untuk memulihkan keadaan tubuhnya seperti sediakala. 

 Nafsu makan bertambah sehingga dibutuhkan peningkatan nutrisi,

dan kurangnya nafsu makan menandakan ketidaknormalan proses

pemulihan.

2. Periode Taking Hold

 Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan

 Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya

dalam merawat bayi

 Ibu menjadi sangat sensitive, sehingga mudah tersinggung. Oleh

karena itu, ibu membutuhkan sekali dukungan dari orang-orang

terdekat

 Saat ini merupakan saat yang baik bagi ibu untuk menerima

berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya. Dengan

begitu ibu dapat menumbuhkan rasa percaya dirinya

 Pada periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi

tubuhnya, misalkan buang air kecil atau buang air besar, mulai
belajar untuk mengubah posisi seperti duduk atau jalan, serta

belajar tentang perawatan bagi diri dan bayinya

3. Periode Letting Go

 Berlangsung 10 hari setelah melahirkan. 

 Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah

 Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai menyesuaikan

diri dengan ketergantungan bayinya

 Keinginan untuk merawat bayi meningkat

 Ada kalanya ibu mengalami perasaan sedih yang berkaitan dengan

bayinya, keadaan ini disebut baby blues

I. Pemeriksaan Fisik meliputi:

a. Status Obstetri

b. TTV: nadi, suhu, tekanan darah, dan pernapasan

c. Pemeriksaan mata: konjungtiva, sclera pucat atau tidak.

d. Pemeriksaan mulut: mukosa bibir kering atau tidak.

e. Pemeriksaan thorax: retraksi otot dada, bunyi nafas, bunyi jantung.

f. Pemeriksaan abdomen: luka jaritan operasi, keadaan luka, bising usus.

g. Pemeriksaan ekstremitas: pergerakan, edema, sianosis, terpasang infus

IVFD atau tidak, akral dingin.

h. Pemeriksaan genetalia: pengeluaran lochea, kebersihan.

i. Obat-obatan yang dikonsumsi

j. Pemeriksaan penunjang seperti darah lengakap: WBC, HCT, HGB.

2. Diagnosa yang Mungkin Muncul

a. Aktual
 Nyeri akut berhubungan dengan bekas luka post op sc atau robekan

jalan lahir

 Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan sensasi pada

kandung kemih

 Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,

penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik

b. Resiko

 Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh

terhadap bakteri pembedahan

3. Intervensi

a) Nyeri berhubungan dengan bekas luka

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, nyeri

hilang, berkurang.

Kriteria hasil:

 Klien mengungkapkan nyeri berkurang

 Klien tampak tenang

Intervensi Rasional
1. Kaji karakteristik, skala nyeri 1. untuk mengetahui skala nyeri

2. Motivasi untuk mobilisasi dan memberikan tindakan

sesuai indikasi selanjutnya

3. Anjurkan penggunaaan teknik 2. memperlancar pengeluaran

relaksasi. lochea, mempercepat involusi

4. Kolaborasi pemberian dan mengurangi nyeri secara

analgetik bertahap.

3. Untuk mengatur rasa nyeri luka


post op

4. Obat analgetik di berikan untuk

menghilangkan rasa nyer

b) Gangguan eliminasi urine

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam,  ibu

tidak mengalami gangguan eliminasi (BAK)

Kriteria Hasil: ibu dapat berkemih sendiri dalam 6-8 jam post partum tidak

merasa sakit saat BAK, jumlah urine 1,5-2 liter/hari.

Intervensi Rasional
1. Kaji dan catat cairan masuk 1. Mengetahui balance cairan pasien

dan keluar tiap 24 jam sehingga diintervensi dengan

2. Anjurkan berkemih 6-8 jam tepat.

post partum 2. Melatih otot-otot perkemihan.

3. Berikan teknik merangsang 3. Agar kencing yang tidak dapat

berkemih keluar, bisa dikeluarkan sehingga

4. Kolaborasi pemasangan tidak ada retensi.

kateter 4. Mengurangi distensi kandung

kemih.

c) Kurang perawatan diri berhubungan dengan efek-efek anestesi,

penurunan kekuatan dan ketahanan, ketidaknyamana fisik

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam

diharapkan ibu dapat memenuhi ADLnya dengan mandiri.

Kriteria hasil:

 Ibu dapat melakukan perawatan terhadap dirinya


 Kebutuhan ADL terpenuhi

Intervensi Rasional
1. Bimbing dan demonstrasikan 1. Bimbingan dan demonstrasi yang

pada ibu tentang bagaimana cara benar dapat memberi contoh bagi

melakukan perawatan diri ibu untuk dapat melakukannya

2. Beri bantuan sesuai dengan dengan baik bila telah pulang

kebutuhan (misalnya : perawatan dari rumah sakit

mulut, mandi dan vulva hygiene) 2. Bantuan tindakan dapat

3. Jelaskan kepada ibu tentang membantu ibu dalam memenuhi

pentingnya menjaga kondisi perawatan dirinya yang tidak

tubuh dengan mempertahankan mampu dilakukan secara mandiri

nutrisi dan kebersihan ibu 3. Untuk mempercepat proses

penyembuhan dan mencegah

terjadinya komplikasi

d) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh

terhadap bakteri pembedahan

Tujuan: untuk mencegah terjadinya infeksi yang tidak diharapkan dan

dapat berdampak buruk bagi klien.

Kriteria hasil:

 Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi

 Menunjukan perilaku hidup sehat

Intervensi Rasional
1. Bersihkan lingkungan setelah 1. Mencegah terjadi penularan

dipakai pasien lain penyakit dari pasien satu ke

2. Cuci tangan setiap sebelum pasien lainnya


dan sesudah tindakan 2. Dengan cuci tangan dapat

keperawatan memutuskan rantai penularan

3. Menganjurkan ibu menganti penyakit

softek setiap 3-4 jam sekali 3. Menganti softek secara rutin

4. Melakukan rawat luka pada dan sering menjaga daerah

waktunya reproduksi dari kelembaban

5. Ajarkan pasien dan keluarga dimana bakteri dan jamur sering

tanda dan gejala infeksi berkembang biak

4. Rawat luka dapat memp[ercepat

penyembuhan sehingga resiko

infeksi kecil

5. Dengan pasien dan keluarga

mengetahui tanda dan gejala,

A. Definisi letak sungsang

Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang membujur dalam

rahim kepala berada di fundus dan bokong berada di bawah (Reny, 2017). Letak

sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala di

fundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri (Prawirohardjo,

2009).

B. Etiologi

Bobot janin yang relative rendah hal ini menyebabkan janin bergerak

bebas, rahim yang sangat elastis membuat janin berpeluang besar untuk berputar
hingga minggu ke-37 dan seterusnya, hamil kembar, hidroamnion, hidrosefalus,

plasenta previa, panggul sempit.

C. Klasifikasi

Letak bokong murni (frank breech) adalah letak bokong dengan kedua

tunkai terangkat keatas, letak sungsang sempurna (complete breech) adalah letak

bokong dimana kaki ada di samping bokong, letak sungsang tidak sempurna

(incomplete breech) adalah dimana selain bokong bagian yang terendah juga kaki

atau lutut, terdiri dari: kedua kaki: letak kaki sempurna (24%), satu kaki: letak

kaki tidak sempurna, kedua lutut: letak lutut sempurna (1%) satu lutut tidak

sempurna.

1. Persalinan spontan (spontaneous breech) yaitu janin dilahirkan dengan

kekuatan dan tenaga ibu sendiri (cara bracht). Pada persalinan spontan

bracht ada 3 tahapan yaitu tahapan pertama yaitu fase lambat, fase cepat,

dan fase lambat. Berikut ini prosedur melahirkan secara bracht : Ibu dalam

posisi litotomi, sedang penolong berdiri di depan vulva, dilahirkan dengan

kekuatan ibu sendiri. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan

selanjutnya dilakukan seperti pada persalinan spontan pervaginam pada

presentasi belakang kepala


2. Partial Extraction/ Manual Aid Janin dilahirkan sebagian dengan tenaga dan

kekuatan ibu dan sebagian lagi dengan tenaga penolong

a. Mueller

 Badan janin dipegang secara femuro-pelvis dan sambil dilakukan

traksi curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu depan di bawah

simfisis dan lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan di

bawahnya.
 Setelah bahu dan lengan depan lahir, maka badan janin yang masih

dipegang secara femuro-pelvis ditarik ke atas sampai bahu belakang

lahir (Wiknjosastro, 2007)

b. Klasik

 Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada

pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga

perut janin mendekati perut ibu.


 Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong dimasukkan ke dalam

jalan lahir dengan jari telunjuk menelusuri bahu janin sampai pada

fossa cubiti kemudian lengan bawah dilahirkan dengan gerakan

seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin

 Untuk melahirkan lengan depan, pegangan pada pergelangan kaki

janin diganti dengan tangan kanan penolong dan ditarik curam ke

bawah sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Dengan

cara yang sama lengan dapat dilahirkan (Wiknjosastro, 2007).

D. Manifestasi klinis

Pergerakan anak teraba oleh ibu dibagian perut bawah, dibawah pusat dan
ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga. Pada saat dipalpasi

akan teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri, punggung anak

dapat diraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil pada pihak yang

berlawanan. Di atas simfisis, teraba bagian yang kurang bundar dan lunak. Bunyi

jantung terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk mendiagnosa letak sungsang

menurut Maryunani (2013) yaitu: USG (Ultrasonografi) untuk mengetahui

keadaan letak janin.


DAFTAR PUSTAKA

Alden K.R, 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Dialihbahasakan oleh

Maria A. Jakarta: EGC.

Dewi V.N, 2011. Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Herdman, T. Hether. 2012. Dignosa Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014. Jakarta. EGC

Hutahean, Serri. 2009. Asuhan Keperawatan dalam Maternitas dan Ginekologi.

Jakarta. TIM

Mitayani, 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.

Nuraruf, Huda Amin, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan nanda Nic-Noc Eisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta.

MediAction

http://anysimplethings.blogspot.co.id/2015/04/laporan-pendahuluan-post-partum-

a.html diakses pada 05-04-2017

https://gexmirah27.wordpress.com/2013/10/08/laporan-pendahuluan-post-partum/

diakses pada 05-04-2017

https://www.scribd.com/doc/135028734/LAPORAN-PENDAHULUAN-POST-

PARTUM-NORMAL-2-docx diakses pada 05-04-2017

Anda mungkin juga menyukai