Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

A. Definisi

Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik

maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346).

Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,

normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho,

2010: 101)

Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi

cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista

indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampaimenopause,

juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).

Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di

dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk

setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17)

B. Klarifikasi

Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :

1. Tipe Kista Normal

Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling

banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi

bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.

2. Tipe Kista Abnormal


a. Kistadenoma

Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.

Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan

nyeri.

b. Kista coklat (endometrioma)

Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista

coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.

c. Kista dermoid

Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti

kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di

kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak

menimbulkan gejala.

d. Kista endometriosis

Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang

berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan

tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan

nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.

e. Kista hemorhage

Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga

menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.

f. Kista lutein

Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein

yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.


g. Kista polikistik ovarium

Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan

melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan.

Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista polikistik

ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk

mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa

sakit.

C. Etiologi

Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan

(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium

(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi

dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan.

Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang

fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh

penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.

Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna

seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak

terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium,

korpus luteum, sel telur.

D. Manifestasi klinis

Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104),

kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai

periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :


1. Nyeri saat menstruasi.

2. Nyeri di perut bagian bawah.

3. Nyeri saat berhubungan seksual.

4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.

5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.

6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.

E. Pathofisiologi

Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel

yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal

mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak

sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap

hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut

Folikel de Graff. Pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih

dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi

korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan

kista ditengah- tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus

luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila

terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara

gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses

ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak (Nugroho,

2010).
F. Patway

Etiologi:
 Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
 Pertumbuhan folikel tidak seimbang
 Degenerasi ovarium
 Infeksi ovarium

Gangguan Reproduksi

Tanda dan gejala : Diagnosa :


Komplikasi :
 Tanpa gejala  Anamnesa
 Pembenjolan perut
 Nyeri saat menstruasi  Pemeriksaan fisik
 Pola haid berubah
 Nyeri di perut bagian bawah  Pemeriksaan
 Perdarahan
 Nyeri saat berhubungan penunjang
 Torsio (putaran tangkai)
seksual
 Infeksi
 Nyeri saat berkemih atau BAB
 Dinding kista robek
 Siklus menstruasi tidak teratur kista ovarium
 Perubahan keganasan

Kista fusngsional kista non fungsional

konservatif :
 Observasi 1-2 bulan
laparotomi Laparoskopi

Keluhan tetap :
 Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
 Discomfort cystectomy oophorectomy

Perawatan post oprasi : Penyulit post operasi :


 Obat analgetik  Nyeri
 Mobilisasi  Perdarahan
 Personal hygiene
 Infeksi
G. Komplikasi

Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi

pada kista ovarium diantaranya:

1. Akibat pertumbuhan kista ovarium

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan

pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh

besarnya tumor atau posisinya dalam perut..

2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium

` Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu

sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat komplikasi kista ovarium

a. Perdarahan ke dalam kista

Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur

menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya

menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal.

b. Torsio atau putaran tangkai

Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai

dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi

atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini

dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi

biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa


yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi

ini paling sering muncul pada wanita usia reproduksi.

c. Infeksi pada tumor

Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.

d. Robek dinding kista

Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat

trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat

bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara

akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga

peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-

tanda abdomen akut.

e. Perubahan keganasan

Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan

mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan

keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista

ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar

kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah

yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.

H. Pemeriksaan penunjang

Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat

diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang

cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat
membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang

dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012 :1)

1. Laparaskopi

Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor

berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.

2. Ultrasonografi (USG)

Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah tumor

berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau

solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas

dan yang tidak.

3. Foto Rontgen

Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya,

pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.

4. Parasintesis

Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan

bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista

bila dinding kista tertusuk.

I. Penatalaksanaan

1. Observasi

Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)

selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan

sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak

curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105).


2. Terapi bedah atau operasi

Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan

operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut,

tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.

a. ada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,

biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara ini,

alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul 23 dengan

melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan

garis rambut kemaluan.


ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN KISTA OVARIUM

A. PENGKAJIAN

1. Langkah I (pertama) :

Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan

semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan

kondisi klien. Perawat mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila

klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam

30 manajemen kolaborasi perawat akan melakukan konsultasi. Pengkajian

atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang

dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. (Muslihatun, dkk. 2009:

115).

a. Data subyektif

1) Identitas pasien

a) Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak

keliru dengan pasien-pasien lain.

b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa

reproduksi.
c) Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai

gangguan reproduksi.

d) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat

intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikannya.

e) Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan

sehari-hari pasien.

f) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial

ekonominya.

g) Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila

diperlukan.

2) Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang.

Tuliskan sesuai uangkapan.

a) Keluhan Utama

Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk

mengetahui permasalahan utama yang dihadapi ibu mengenai

kesehatan reproduksi.

b) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat kesehatan yang lalu

Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita

yang dapat mempengaruhi dan memperparah penyakit yang

saat ini diderita.


(2) Riwayat kesehatan sekarang

Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya

penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan dengan

gangguan reproduksi terutama kista ovarium.

(3) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya

pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan kesehatan

pasien.

c) Riwayat Perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah

atau tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan.

d) Riwayat menstruasi

Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama

menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah,

disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk

mengetahui ada tidaknya kelainan system reproduksi sehubungan

dengan menstruasi.

e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka bidan

harus menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa apa yang

terjadi pada ibu adalah normal atau patologis.

f) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat ini

digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab atau

berpengaruh pada penyakit yang diderita saat ini.

g) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

(1) Nutrisi

Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan

makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum

minuman beralkohol karena dapat merangsang pertumbuhan

tumor dalam tubuh.

(2) Eliminasi

Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan

buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau

serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.

(3) Hubungan seksul

Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut apakah

menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau sebaliknya.

(4) Istirahat

Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang cukup

atau tidak.

(5) Personal hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan

tubuh terutama pada daerah genetalia.

(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari hari.

Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap

kesehatannya.

b. Data Objektif

Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa

keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-

komponen pengkajian data obyektif ini adalah:

1) Pemeriksaan umum

a) Keadaan umum

Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.

b) Kesadaran

Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.

c) Vital sign

Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi

yang dialaminya, meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu, nadi

serta pernafasan

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.

a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan

rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.

b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau

tidak, pucat atau tidak.


c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik

atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.

d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau

tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.

e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan

sekret atau tidak.

f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah

atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.

g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran

kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.

h) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran

kelenjar limfe atau tidak.

i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak,

ada benjolan atau tidak.

j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan

pembesaran perut.

k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik

atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.

l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik

atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella

positif atau tidak.

m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun

pengeluaran yang tidak normal.


n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau

tidak.

3) Pemeriksaan khusus

a) Inspeksi

Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat

keadaan muka, payudara, abdomen dan genetalia.

b) Palpasi

Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan,

digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen.

4) Pemeriksaan Penunjang

Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan dan

penyakit.

2. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap

diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang

benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Muslihatun, dkk. 2009: 115).

Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan di interpretasikan

menjadi diagnosa keperawatan dan masalah.

a. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan nama ibu,

umur ibu dan keadaan gangguan reproduksi. Data dasar meliputi:

1) Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang keterangan umur serta keluhan yang dialami

ibu.

2) Data Obyektif

Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

b. Masalah

Permasalahan yang muncul berdasarkaan pernyataan pasien Data dasar

meliputi:

1) Data Subyektif

Data yang di dapat dari hasil anamnesa pasien.

2) Data Obyektif

Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.

3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini, perawat mengidentifikasi masalah atau diagnosis

potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan,

dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi klien, bidan diharapkan

dapat bersiap jika diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi.

Langkah ini menentukan cara perawat melakukan asuhan yang aman

(Purwandari, 2008:79).

4. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang

Memerlukan Penanganan Segera

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses

manajemen keperawatann. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan


dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat

dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu

(Muslihatun, dkk. 2009: 117).

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang

memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi

dari seorang dokter. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan

tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter (Muslihatun,

dkk. 2009: 117).

5. Langkah V (kelima): Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen

terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat

dilengkapi(Purwandari, 2008: 81).

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita

tersebut tentang apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan

penyuluhan untuk masalah sosial ekonomi, budaya, atau 40 psikologis.

Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal

yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan harus

disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu perawat dan klien, agar dapat

dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian pelaksanaan


rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas perawat adalah

merumuskan rencana asuhan sesuai hasil pembahasan rencana bersama klien,

kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya

(Purwandari, 2008: 81).

6. Langkah VI (keenam): Melaksanakan perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bisa dilakukan oleh perawat atau sebagian dilakukan oleh

bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika

perawat tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk

mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat

waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien (Muslihatun,

dkk. 2009: 118).

7. Langkah VII (terakhir): Evaluasi

Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang

sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang diidentifikasi

dalam masalah dan diagnosis. Ada kemungkinan rencana tersebut efektif,

sedang sebagian yang lain belum efektif. Mengingat proses manajemen

asuhan ini merupakan suatu kontinum, perlu mengulang kembali dari awal

setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen tidak efektif serta

melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Purwandari, 2008:

82).
Langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian

yang memperjelas proses pemikiran dan mempengaruhi tindakan serta

orientasi proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di

dalam situasi klinis dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan

situasi klinis, tidak mungkin manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja

(Purwandari, 2008: 83).

Data Perkembangan

Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau catatan

manajemen keperawatan dapat deterapkan dengan metode SOAP, yang

merupakan singkatan dari:

1) S (Subjektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama

(pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis.

2) O (Objektif)

Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama

(pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik

pasien, pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan diagnostik lain.

3) A (Assessment)

Merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan)

dari data subjektif dan objektif.

4) P (Planning)
Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan

interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan

tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan

kesejahteraannya.
B. DIAGNOSA

Herdman (2011), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan kista

ovarium adalah :

Pre Operasi

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi

2. Ansietas b.d perubahan status kesehatan

Post Operasi

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan

3. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik


C. INTERVENSI

Pre Operasi

RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan NIC :

cidera biologi keperawatan selama 3x24 jam Pain Management

diharapkan nyeri pasien - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

berkurang termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

NOC : kualitas dan faktor presipitasi

 Pain Level, - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

 Pain control, - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

 Comfort level mengetahui pengalaman nyeri pasien

Kriteria Hasil : - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

- Mampu mengontrol nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

(tahu penyebab nyeri, mampu - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain

menggunakan tehnik tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa

nonfarmakologi untuk lampau

mengurangi nyeri, mencari - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

bantuan) menemukan dukungan

- Melaporkan bahwa nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

berkurang dengan nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan


menggunakan manajemen kebisingan

nyeri - Kurangi faktor presipitasi nyeri

- Mampu mengenali nyeri - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,

(skala, intensitas, frekuensi dan non farmakologi dan inter personal)

tanda nyeri) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

- Menyatakan rasa nyaman intervensi

setelah nyeri berkurang - Ajarkan tentang teknik non farmakologi

- Tanda vital dalam rentang - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

normal - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

- Tingkatkan istirahat

- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan

dan tindakan nyeri tidak berhasil


2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :

diagnosis dan keperawatan selama 3x 24 jam Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)

pembedahan diharapakan cemasi terkontrol - Gunakan pendekatan yang menenangkan

NOC : - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku

 Anxiety control pasien

 Coping - Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan

Kriteria Hasil : selama prosedur

- Klien mampu - Temani pasien untuk memberikan keamanan dan

mengidentifikasi dan mengurangi takut

mengungkapkan gejala - Berikan informasi faktual mengenai diagnosis,

cemas tindakan prognosis


- Mengidentifikasi, - Dorong keluarga untuk menemani anak

mengungkapkan dan - Lakukan back / neck rub

menunjukkan tehnik untuk - Dengarkan dengan penuh perhatian

mengontol cemas - Identifikasi tingkat kecemasan

- Vital sign dalam batas - Bantu pasien mengenal situasi yang

normal menimbulkan kecemasan

- Postur tubuh, ekspresi wajah, - Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,

bahasa tubuh dan tingkat ketakutan, persepsi

aktivitas menunjukkan - Instruksikan pasien menggunakan teknik

berkurangnya kecemasan relaksasi

- Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

Post Operasi
 RENCANA KEPERAWATAN
DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan NIC :

injuri fisik keperawatan selama 3x24 jam Pain Management

diharapkan nyeri pasien - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif

berkurang termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,

NOC : kualitas dan faktor presipitasi

 Pain Level, - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

 Pain control, - Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk

 Comfort level mengetahui pengalaman nyeri pasien

Kriteria Hasil : - Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

- Mampu mengontrol nyeri - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

(tahu penyebab nyeri, mampu - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain

menggunakan tehnik tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa

nonfarmakologi untuk lampau

mengurangi nyeri, mencari - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan

bantuan) menemukan dukungan

- Melaporkan bahwa nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi

berkurang dengan nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan

menggunakan manajemen kebisingan

nyeri - Kurangi faktor presipitasi nyeri


- Mampu mengenali nyeri - Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi,

(skala, intensitas, frekuensi non farmakologi dan inter personal)

dan tanda nyeri) - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan

- Menyatakan rasa nyaman intervensi

setelah nyeri berkurang - Ajarkan tentang teknik non farmakologi

- Tanda vital dalam rentang - Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri

normal - Evaluasi keefektifan kontrol nyeri

- Tingkatkan istirahat

- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan

dan tindakan nyeri tidak berhasil


2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan NIC :

penurunan keperawatan selama 3x 24 jam Infection Control (Kontrol infeksi)

pertahanan primer diharapakan infeksi terkontrol - Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain

NOC : - Pertahankan teknik isolasi

 Immune Status - Batasi pengunjung bila perlu

 Knowledge : Infection - Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci

control tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung

 Risk control meninggalkan pasien

Kriteria Hasil : - Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan

- Klien bebas dari tanda dan - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan

gejala infeksi kperawtan

- Mendeskripsikan proses - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat

penularan penyakit, factor pelindung


yang mempengaruhi - Pertahankan lingkungan aseptik selama

penularan serta pemasangan alat

penatalaksanaannya, - Ganti letak IV perifer dan line central dan

- Menunjukkan kemampuan dressing sesuai dengan petunjuk umum

untuk mencegah timbulnya - Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan

infeksi infeksi kandung kencing

- Jumlah leukosit dalam batas - Tingktkan intake nutrisi

normal - Berikan terapi antibiotik bila perlu

- Menunjukkan perilaku hidup

sehat Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)

- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan

lokal

- Monitor hitung granulosit, WBC

- Monitor kerentanan terhadap infeksi

- Batasi pengunjung

- Saring pengunjung terhadap penyakit menular

- Partahankan teknik aspesis pada pasien yang

beresiko

- Pertahankan teknik isolasi k/p

- Berikan perawatan kuliat pada area epidema

- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap

kemerahan, panas, drainase


- Ispeksi kondisi luka / insisi bedah

- Dorong masukkan nutrisi yang cukup

- Dorong masukan cairan

- Dorong istirahat

- Instruksikan pasien untuk minum antibiotik

sesuai resep

- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala

infeksi

- Ajarkan cara menghindari infeksi

- Laporkan kecurigaan infeksi

- Laporkan kultur positif


3. Hambatan Setelah Dilakukan Tindakan NIC :

mobilisasi fisik Keperawatan selama 3x24 jam Terapi latihan fisik : Mobilitas sendi

berhubungan diharapkan hambatan mobilitas - Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan

dengan kelemahan fisik dapat teratasi. dan lihat respon pasien saat latihan

fisik NOC : Mobilitas - Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain

Kriteria Hasil : tentang teknik ambulasi

1. Klien meningkat dalam - Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi

aktivitas fisik - Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs

2. Mengerti tujuan dari secara mandiri sesuai kemampuan

peningkatan mobilitas - Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan

3. Memverbalisasikan perasaan berikan bantuan jika diperlukan.

dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan

berpindah
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih

bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.

Jakarta: EGC

Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan.

Edisi 2. Jakarta : EGC

Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.

Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II.

Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.

Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Muslihatun, Nur Wafi. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.

Yogyakarta : Nuha Medika

Purwandari Atik. 2008. Konsep Keperawatan. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta :

EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwomo Prawirohardjo


Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker

Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor

Anda mungkin juga menyukai