DISUSUN OLEH :
1811040073
2018/2019
A. Sectio Caesarea
e. Histerektomi Caesarian
8
9
a. Indikasi Ibu
e) Plasenta previa
f) Disproporsi sefalopelfik
b. Indikasi Janin
a) Kelainan letak
b) Gawat janin
c) Propapsus plasenta
b. Indiasi Relatif
2) Presentasi bohong
11
3) Distosia
4) Fetal distress
c. Indikasi Sosial
a. Bagi janin
Resiko Sectio Caesarea bagi janin menurut Dimas (2010) antara lain,
yaitu ;
1) gangguan pernafasan
3) rentan alergi
4) terpengaruh anastesi
b) Infeksi rahim
c) Keloid
f) Perdarahan
b) Pembatasan kehamilan
b) Pengerasan plasenta
14
7. Discharge Planning
8. Komplikasi
3) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban telah pecah terlalu lama.
b. Perdarahan disebabkan karena :
2) Atonia uteri
c. Luka kandung kemih, emboli baru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonealisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang
9. Etiologi
yaitu terdiri dari alat kelamin bagian dalam dan alat kelamin bagian
luar. (Manuaba, 2012).
1) Alat kelamin bagian dalam
b) Rahim (Uterus)
f) Mons Veneris
e) Himen
a) Pengertian Nifas
(4) Servik
(12) Laktasi
d) Perubahan Psikologis
A. DEFINISI
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya selaput ketuban
sebelum terjadinya persalinan. Ketuban pecah dini dapat terjadi pada atau setelah usia
gestasi 37 minggu dan disebut KPD aterm atau premature rupture of membranes
(PROM) dan sebelum usia gestasi 37 minggu atau KPD preterm atau preterm premature
rupture of membranes (PPROM) (Perkumpulan Obsterti dan Ginekologi Indonesia,
2016).
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai kebocoran spontan cairan dari
kantung amnion sebelum adanya tanda-tanda inpartu. Kejadian KPD dapat terjadi
sebelum atau sesudah masa kehamilan 40 minggu. Berdasarkan waktunya, KPD dapat
terjadi pada kehamilan preterm atau kehamilan kurang bulan terjadi sebelum minggu ke-
37 usia kehamilan, sedangkan pada kehamilan aterm atau kehamilan cukup bulan terjadi
setelah minggu ke-37 dari usia kehamilan (NL Rif’ati, 2018).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ketuban pecah dini adalah
pecahnya selaput ketuban sebelum muncul tanda-tanda persalinan. Berdasarkan
waktunya KPD dibagi menjadi preterm atau yang terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu, dan aterm yaitu KPD yang terjadi setelah usia kehamilan 37 minggu.
B. ETIOLOGI
Sebab-sebab terjadinya ketuban pecah dini antara lain :
1. Faktor maternal
a. Infeksi dari rahim, leher rahim, dan vagina seperti chlamydia, gonorrhea
b. Stress maternal
c. Malnutrisi (gizi buruk, kekurangan vitamin C)
d. Merokok
e. Telah menjalani operasi biopsi serviks
f. Memiliki riwayat KPD
g. Belum menikah
h. Status ekonomi rendah
i. Anemia
j. Trauma abdomen
28
k. Mengonsumsi narkoba
l. Genetik
2. Faktor uteroplasental
a. Uterus abnormal (misalnya septum uteri)
b. Plasenta abruption (cacat placenta)
c. Serviks insufisiensi
d. Peregangan uterus (hidramnion, kehamilan kembar)
e. Chorioamnionitis ( infeksi intra ketuban)
f. Infeksi karena transvaginal USG
g. Trombosis dan perdarahan desidua
3. Faktor fetal
a. Kehamilan kembar
C. FAKTOR RESIKO
Menurut Perkumpulan Obsterti dan Ginekologi Indonesia (2016), berbagai faktor resiko
yang berhubungan dengan kejadian KPD, khususnya pada kehamilan preterm antara lain:
1. Pasien dengan ras kulit hitam memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pasien yang memiliki ras kulit putih.
2. Status sosioekonomi rendah
3. Perokok
4. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual
5. Memiliki riwayat persalinan prematur
6. Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya
7. Perdarahan pervaginam atau distensi uterus
8. Prosedur sirklase dan amniosintesis
9. Infeksi atau inflamasi koriodesidua
10. Penurunan jumlah kolagen dari membran amnion
Sedangkan prosedur yang dapat berakibat terjadinya KPD aterm antara lain sirklase
dan amniosentesis. Penurunan jumlah kolagen dari membran amnion juga diduga
merupakan faktor predisposisi KPD aterm.
29
E. PATOFISIOLOGI
Menurut Manuaba (2009) mekanisme terjadinya KPD dimulai dengan terjadi
pembukaan premature serviks, lalu kulit ketuban mengalami devaskularisasi. Setelah
kulit ketuban mengalami devaskularisasi selanjutnya kulit ketuban mengalami nekrosis
sehingga jaringan ikat yang menyangga ketuban makin berkurang. Melemahnya daya
tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi yang mengeluarkan enzim yaitu enzim
proteolotik dan kolagenase yang diikuti oleh ketuban pecah spontan.
KPD biasanya terjadi karena berkurangnya kekuatan membran dan peningkatan
tekanan intra unterine ataupun karena sebab keduanya. Kemungkinan tekanan intauterine
yang kuat adalah penyebab dari KPD dan selaput ketuban yang tidak kuat dikarenakan
kurangnya jaringan ikat dan vaskularisasi akan mudah pecah dengan mengeluarkan air
ketuban. Hubungan serviks inkompeten dengan kejadian KPD adalah bahwa serviks yang
inkompeten adalah leher rahim yang tidak mempunyai kelenturan, sehingga tidak kuat
menahan kehamilan.
Selain infeksi dan tekanan intra uterin yang kuat, hubungan seksual pada
kehamilan tua berpengaruh terhadap terjadinya KPD karena pengaruh prostaglandin yang
terdapat dalam sperma dapat menimbulkan kontraksi, tetapi bisa juga karena faktor
trauma saat hubungan seksual. Pada kehamilan ganda dapat menyebabkan KPD karena
uterus meregang berlebihan yang disebabkan oleh besarnya janin, dua plasenta dan
jumlah air ketuban yang lebih banyak.
30
F. PATHWAY
TERLAMPIR
G. KOMPLIKASI
H. PENATALAKSANAAN
Berikut ini adalah tatalaksana yang dilakukan pada KPD berdasarkan masing-masing
kelompok usia kehamilan:
neonatus. Pada saat ini, penelitian menunjukkan bahwa persalinan lebih baik
dibanding mempertahankan kehamilan.
b. Ketuban Pecah Dini usia kehamilan 34-38 minggu
Pada usia kehamilan lebih dari 34 minggu, mempertahankan kehamilan akan
meningkatkan resiko korioamnionitis dan sepsis (level of evidence Ib). Tidak ada
perbedaan signifikan terhadap kejadian respiratory distress syndrome. Pada saat ini,
penelitian menunjukkan bahwa mempertahankan kehamilan lebih buruk dibanding
melakukan persalinan.
c. KPD memanjang
Antibiotik profilaksis disarankan pada kejadian KPD preterm. Pemberian co-
amoxiclav pada prenatal dapat menyebabkan neonatal necrotizing enterocolitis
sehingga antibiotik ini tidak disarankan. Pemberian eritromisin atau penisilin adalah
pilihan terbaik setiap 4 jam IV (1.2 gram). Pemberian antibiotik dapat
dipertimbangkan digunakan bila KPD memanjang (> 24 jam). Jika pasien sensitif
terhadap penisilin, bisa digunakan klindamisin 600 mg IV setiap 8 jam.
d. Manajemen Aktif
1. Konseling pada pasien dengan usia gestasi 22-25 minggu menggunakan Neonatal
Research Extremely Preterm Birth Outcome Data.
2. Jika dipertimbangkan untuk induksi persalinan sebelum janin viable, tatalaksana
merujuk kepada Intermountain’s Pregnancy Termination Procedure.
3. Medikamentosa yang digunakan magnesium sulfat IV, Betamethasone, dan
antibiotik sepereti ampicilin, erythromycin, amoxilin, cefazolin, cephalexin,
vancomycin, clindamycin (Perkumpulan Obsterti dan Ginekologi Indonesia,
2016).
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Perkumpulan Obsterti dan Ginekologi Indonesia (2016), penilaian awal
dari ibu hamil yang datang dengan keluhan KPD aterm harus meliputi 3 hal, yaitu
konfirmasi diagnosis, konfirmasi usia gestasi dan presentasi janin, dan penilaian
kesejahteraan maternal dan fetal. Tidak semua pemeriksaan penunjang terbukti signifikan
sebagai penanda yang baik dan dapat memperbaiki luaran. Oleh karena itu, akan dibahas
32
mana pemeriksaan yang perlu dilakukan dan mana yang tidak cukup bukti untuk perlu
dilakukan:
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Intervensi :
Kaji apa pasien tahu tentang tanda-tanda dan gejala normal selama
kehamilan
Ajarkan tentang apa yang harus dilakukan jika tanda KPD muncul
kembali
Libatkan keluarga agar memantau kondisi pasien
DAFTAR PUSTAKA
Oxorn, Harry dan William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi
Persalinan.Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica.
Sofian, Amru. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Rasjidi, Imam. 2009. Manual Seksio Sesarea & Laparotomi Kelainan Adneksa. Jakarta :
CV Sagung Seto.
Saifudin, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Etik, Wiji P. (2010). Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. T G1P0A0 Umur 23 Tahun
Hamil 35 Minggu Dengan Ketuban Pecah Dini di BPS Titi S Wonosobo. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Manuaba, I B. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita (ed. 2). Jakarta: EGC
NL, Rif’ati (2018). Hubungan Korioamnionitis dengan Asfiksia Neonatus Pada Kehamilan
dengan Ketuban Pecah Dini. Universitas Diponegoro.
Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. (2016). Pedoman Nasional Pelayanan
Kedokteran Ketuban Pecah Dini. Himpunan Kedokteran Feto Maternal: Jakarta.
Sujiyatini. (2009). Asuhan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Nuha Medika