Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN POST OP
KISTA OVARIUM DI RUANG DAHLIA
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
Periode 15 Februari - 20 Februari 2021

NAMA : Angga Trisna Nugraha S.Kep.


NIM : 2001031039

PROGRAM STUDI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2020/2021
HALAMAN PERSETUJUAN

Asuhan Keperawatan pada klien pada Ny.S dengan post op kista ovarium di Ruang Dahlia RSD dr.
Soebandi Jember, telah dilaksanakan pada tanggal 15 Februari 2021, oleh mahasiswa praktik profesi
ners.
Oleh
Nama : Angga Trisna Nugraha S.Kep
Nim : 2001031039

Jember, 15 Februari 2021

Angga Trisna Nugraha S.Kep.


NIM 2001031039

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

(…………………………………….…….) (…………………………………….…….)

Kepala Ruangan PJMK Departemen

(…………………………………….…….) (…………………………………….…….)
LEMBAR KONSULTASI
NO MATERI YANG DIKONSULATASIKAN DAN NAMA & TANDA
URAIAN PEMBIMBING TANGAN PEMBIMBING
LAPORAN PENDAHULUAN KISTA OVARIUM DI RUANG DAHLIA
RSUD dr. SOEBANDI JEMBER
PERIODE 15 – 20 FEBRUARI 2021

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Stase


Keperawatan Maternitas

OLEH:
Angga Trisna Nugraha S.Kep
NIM. 2001031039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KISTA OVARIUM

A. Definisi
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun besar, kistik
maupun solid, jinak maupun ganas (Wiknjosastro, 2007: 346).
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,
normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium) (Nugroho,
2010: 101)
Kista ovarium (atau kista indung telur) berarti kantung berisi
cairan,normalnya berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium). Kista
indung telur dapat terbentuk kapan saja, pada masa pubertas sampaimenopause,
juga selama masa kehamilan (Bilotta. K, 2012).
Kista indung telur adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di
dalam jaringan ovarium. Kista ini disebut juga kista fungsional karena terbentuk
setelah telur dilepaskan sewaktu ovulasi (Yatim, 2005: 17)
B. Klarifikasi
Menurut Nugroho (2010), klasifikasi kista ovarium adalah :
1. Tipe Kista Normal
Kista fungsional ini merupakan jenis kista ovarium yang paling
banyak ditemukan. Kista ini berasal dari sel telur dan korpus luteum, terjadi
bersamaan dengan siklus menstruasi yang normal.
2. Tipe Kista Abnormal
a. Kistadenoma
Merupakan kista yang berasal dari bagian luar sel indung telur.
Biasanya bersifat jinak, namun dapat membesar dan dapat menimbulkan
nyeri.
b. Kista coklat (endometrioma)
Merupakan endometrium yang tidak pada tempatnya. Disebut kista
coklat karena berisi timbunan darah yang berwarna coklat kehitaman.
c. Kista dermoid
Merupakan kista yang berisi berbagai jenis bagian tubuh seperti
kulit, kuku, rambut, gigi dan lemak. Kista ini dapat ditemukan di
kedua bagian indung telur. Biasanya berukuran kecil dan tidak
menimbulkan gejala.
d. Kista endometriosis
Merupakan kista yang terjadi karena ada bagian endometrium yang
berada di luar rahim. Kista ini berkembang bersamaan dengan
tumbuhnya lapisan endometrium setiap bulan sehingga menimbulkan
nyeri hebat, terutama saat menstruasi dan infertilitas.
e. Kista hemorhage
Merupakan kista fungsional yang disertai perdarahan sehingga
menimbulkan nyeri di salah satu sisi perut bagian bawah.
f. Kista lutein
Merupakan kista yang sering terjadi saat kehamilan. Kista lutein
yang sesungguhnya, umumnya berasal dari korpus luteum haematoma.
g. Kista polikistik ovarium
Merupakan kista yang terjadi karena kista tidak dapat pecah dan
melepaskan sel telur secara kontinyu. Biasanya terjadi setiap bulan.
Ovarium akan membesar karena bertumpuknya kista ini. Kista polikistik
ovarium yang menetap (persisten), operasi harus dilakukan untuk
mengangkat kista tersebut agar tidak menimbulkan gangguan dan rasa
sakit.
C. Etiologi
Menurut Nugroho (2010: 101), kista ovarium disebabkan oleh gangguan
(pembentukan) hormon pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium
(ketidakseimbangan hormon). Kista folikuler dapat timbul akibat hipersekresi
dari FSH dan LH yang gagal mengalami involusi atau mereabsorbsi cairan.
Kista granulosa lutein yang terjadi didalam korpus luteum indung telur yang
fungsional dan dapat membesar bukan karena tumor, disebabkan oleh
penimbunan darah yang berlebihan saat fase pendarahan dari siklus menstruasi.
Kista theka-lutein biasanya bersifay bilateral dan berisi cairan bening, berwarna
seperti jerami. Penyebab lain adalah adanya pertumbuhan sel yang tidak
terkendali di ovarium, misalnya pertumbuah abnormal dari folikel ovarium,
korpus luteum, sel telur.
D. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinis Kista Ovarium Menurut Nugroho (2010: 104),
kebanyakan wanita yang memiliki kista ovarium tidak memiliki gejala sampai
periode tertentu. Namun beberapa orang dapat mengalami gejala ini :
1. Nyeri saat menstruasi.
2. Nyeri di perut bagian bawah.
3. Nyeri saat berhubungan seksual.
4. Nyeri pada punggung terkadang menjalar sampai ke kaki.
5. Terkadang disertai nyeri saat berkemih atau BAB.
6. Siklus menstruasi tidak teratur, bisa juga jumlah darah yang keluar banyak.
E. Pathofisiologi
Fungsi ovarium yang abnormal dapat menyebabkan penimbunan folikel
yang terbentuk secara tidak sempurna didalam ovarium. Folikel tersebut gagal
mengalami pematangan dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak
sempurna didalam ovarium karena itu terbentuk kista di dalam ovarium. Setiap
hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut
Folikel de Graff. Pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih
dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang ruptur akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 – 2 cm dengan
kista ditengah- tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila
terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara
gradual akan mengecil selama kehamilan. Kista ovari yang berasal dari proses
ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak (Nugroho, 2010).
F. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2007: 347-349), komplikasi yang dapat terjadi
pada kista ovarium diantaranya:
1. Akibat pertumbuhan kista ovarium
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan
pembesaran perut. Tekanan terhadap alat-alat disekitarnya disebabkan oleh
besarnya tumor atau posisinya dalam perut..
2. Akibat aktivitas hormonal kista ovarium
` Tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi kista ovarium
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit-sedikit sehingga berangsur-angsur
menyebabkan kista membesar, pembesaran luka dan hanya
menimbulkan gejala-gejala klinik yang minimal.
b. Torsio atau putaran tangkai
Torsio atau putaran tangkai terjadi pada tumor bertangkai
dengan diameter 5 cm atau lebih. Torsi meliputi ovarium, tuba fallopi
atau ligamentum rotundum pada uterus. Jika dipertahankan torsi ini
dapat berkembang menjadi infark, peritonitis dan kematian. Torsi
biasanya unilateral dan dikaitkan dengan kista, karsinoma, TOA, massa
yang tidak melekat atau yang dapat muncul pada ovarium normal. Torsi
ini paling sering muncul pada wanita usia reproduksi.
c. Infeksi pada tumor
Jika terjadi di dekat tumor ada sumber kuman patogen.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat
trauma, seperti jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat
bersetubuh. Jika robekan kista disertai hemoragi yang timbul secara
akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus ke dalam rongga
peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda-
tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan
mikroskopis yang seksama terhadap kemungkinan perubahan
keganasannya. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan. Massa kista
ovarium berkembang setelah masa menopause sehingga besar
kemungkinan untuk berubah menjadi kanker (maligna). Faktor inilah
yang menyebabkan pemeriksaan pelvik menjadi penting.
Patway

Etiologi:
• Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron
• Pertumbuhan folikel tidak seimbang
• Degenerasi ovarium
• Infeksi ovarium

Gangguan Reproduksi

Komplikasi :
• Pembenjolan perut
Tanda dan gejala : Diagnosa : • Pola haid berubah
• Tanpa gejala • Anamnesa • Perdarahan
• Nyeri saat menstruasi • Pemeriksaan fisik • Torsio (putaran tangkai)
• Nyeri di perut bagian bawah • Pemeriksaan • Infeksi
• Nyeri saat berhubungan penunjang
• Dinding kista robek
seksual
• Perubahan keganasan
• Nyeri saat berkemih atau BAB
• Siklus menstruasi tidak teratur kista ovarium

Kista fusngsional kista non fungsional

konservatif :
• Observasi 1-2 bulan
laparotomi Laparoskopi

Keluhan tetap :
• Aktivitas hormon Ovarian Salpingo-
• Discomfort cystectomy oophorectomy

Perawatan post oprasi : Penyulit post operasi :


• Obat analgetik • Nyeri
• Mobilisasi • Perdarahan
• Personal hygiene
• Infeksi
G. Pemeriksaan penunjang
Tidak jarang tentang penegakkan diagnosis tidak dapat
diperolehkepastian sebelum dilakukan operasi, akan tetapi pemeriksaan yang
cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat
membantudalam pembuatan differensial diagnosis. Beberapa cara yang
dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah (Bilotta, 2012 :1)
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuahtumor
berasal dari ovarium atau tidak, serta untuk menentukan sifat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi (USG)
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,apakah tumor
berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,apakah tumor kistik atau
solid, dan dapat pula dibedakan antara cairandalam rongga perut yang bebas
dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks.Selanjutnya,
pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanyagigi dalam tumor.
4. Parasintesis
Pungsi ascites berguna untuk menentukan sebab ascites. Perludiperhatikan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista
bila dinding kista tertusuk.
H. Penatalaksanaan
1. Observasi
Jika kista tidak menimbulkan gejala, maka cukup dimonitor (dipantau)
selama 1 -2 bulan, karena kista fungsional akan menghilang dengan
sendirinya setelah satu atau dua siklus haid. Tindakan ini diambil jika tidak
curiga ganas (kanker) (Nugroho, 2010: 105)

2. Jika kista Anda tidak memerlukan operasi, dokter mungkin akan


menyarankan Anda agar mengambil obat penghilang nyeri untuk
meringankan rasa sakit. Atau, dokter akan meresepkan Anda alat kontrasepsi,
seperti pil, cincin vagina, atau suntikan untuk membantu mencegah ovulasi.
Hal ini dapat menurunkan kemungkinan Anda mengembangkan lebih banyak
kista.
3. Terapi bedah atau operasi
Bila tumor ovarium disertai gejala akut misalnya torsi, maka tindakan
operasi harus dilakukan pada waktu itu juga, bila tidak ada 22 gejala akut,
tindakan operasi harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan seksama.
a. ada pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara ini,
alat laparoskopi dimasukkan ke dalam rongga panggul 23 dengan
melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah dengan
garis rambut kemaluan.
b. Laparoskopi
Prosedur ini merupakan operasi dengan sedikit rasa sakit dan
membutuhkan waktu pemulihan lebih cepat. Operasi ini dilakukan
dengan cara memasukkan laparoskop (mikroskop berbentuk tabung kecil
dengan kamera dan lampu di ujungnya) ke perut Anda melalui lubang
kunci atau sayatan kecil di perut. Kemudian, gas diisikan ke perut Anda
untuk memudahkan dokter melakukan tindakan. Setelah itu, kista
dihilangkan dan sayatan di perut Anda ditutup dengan jahitan yang bisa
larut.
c. Laparostomi
Operasi ini dilakukan jika ukuran kista sudah sangat besar atau ada
kemungkinan kista berkembang menjadi kanker. Laparotomi
dilakukan dengan cara membuat sayatan tunggal di perut Anda,
kemudian dokter mengangkat kista dan menutup kembali sayatan
tersebut dengan jahitan.
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN KISTA OVARIUM

A. PENGKAJIAN
1. Langkah I (pertama) :
Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan
semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Perawat mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila
klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
30 manajemen kolaborasi perawat akan melakukan konsultasi. Pengkajian
atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. (Muslihatun, dkk. 2009:
115).
a. Data subyektif
1) Identitas pasien
a) Nama : Dikaji untuk mengenal atau memanggil agar tidak
keliru dengan pasien-pasien lain.
b) Umur : Untuk mengetahui apakah pasien masih dalam masa
reproduksi.
c) Agama : Untuk mengetahui pandangan agama klien mengenai
gangguan reproduksi.
d) Pendidikan : Dikaji untuk mengetahui sejauh mana tingkat
intelektualnya sehingga bidan dapat memberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
e) Suku/bangsa : Dikaji untuk mengetahui adat istiadat atau kebiasaan
sehari-hari pasien.
f) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya.
g) Alamat : Dikaji untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.

2) Alasan Kunjungan Alasan apa yang mendasari ibu datang.


Tuliskan sesuai uangkapan.
a) Keluhan Utama
Dikaji dengan benar-benar apa yang dirasakan ibu untuk
mengetahui permasalahan utama yang dihadapi ibu mengenai
kesehatan reproduksi.
b) Riwayat Kesehatan
(1) Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui penyakit yang dulu pernah diderita
yang dapat mempengaruhi dan memperparah penyakit yang
saat ini diderita.
(2) Riwayat kesehatan sekarang
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang diderita pada saat ini yang berhubungan dengan
gangguan reproduksi terutama kista ovarium.
(3) Riwayat kesehatan keluarga
Data ini dikaji untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gaangguan kesehatan
pasien.
c) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali menikah, syah
atau tidak, umur berapa menikah dan lama pernikahan.
d) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tentang menarche umur berapa, siklus, lama
menstruasi, banyak menstruasi, sifat dan warna darah,
disminorhoe atau tidak dan flour albus atau tidak. Dikaji untuk
mengetahui ada tidaknya kelainan system reproduksi sehubungan
dengan menstruasi.
e) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Bertujuan untuk mengetahui apabila terdapat penyulit, maka bidan
harus menggali lebih spesifik untuk memastikan bahwa apa yang
terjadi pada ibu adalah normal atau patologis.
f) Riwayat KB
Dikaji untuk mengetahui alat kontrasepsi yang pernah dan saat ini
digunakan ibu yang kemungkinan menjadi penyebab atau
berpengaruh pada penyakit yang diderita saat ini.
g) Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
(1) Nutrisi
Dikaji tentang kebiasaan makan, apakah ibu suka memakan
makanan yang masih mentah dan apakah ibu suka minum
minuman beralkohol karena dapat merangsang pertumbuhan
tumor dalam tubuh.
(2) Eliminasi
Dikaji untuk mengetahui pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan
buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.
(3) Hubungan seksul
Dikaji pengaruh gangguan kesehatan reproduksi tersebut apakah
menimbulkan keluhan pada hubungan seksual atau sebaliknya.
(4) Istirahat
Dikaji untuk mengetahui apakah klien beristirahat yang cukup
atau tidak.
(5) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan
tubuh terutama pada daerah genetalia.
(6) Aktivitas
Dikaji untuk menggambarkan pola aktivitas pasien sehari hari.
Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya.
b. Data Objektif
Seorang perawat harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa
keadaan klien dalam keadaan stabil. Yang termasuk dalam komponen-
komponen pengkajian data obyektif ini adalah:
1) Pemeriksaan umum
a) Keadaan umum
Dikaji untuk menilai keadaan umum pasien baik atau tidak.
b) Kesadaran
Dikaji untuk menilai kesadaran pasien.
c) Vital sign
Dikaji untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya, meliputi : Tekanan darah, temperatur/ suhu, nadi
serta pernafasan
2) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
a) Kepala : Dikaji untuk mengetahui bentuk kepala, keadaan
rambut rontok atau tidak, kebersihan kulit kepala.
b) Muka : Dikaji untuk mengetahui keadaan muka oedem atau
tidak, pucat atau tidak.
c) Mata : Dikaji untuk mengetahui keadaan mata sklera ikterik
atau tidak, konjungtiva anemis atau tidak.
d) Hidung : Dikaji untuk mengetahui keadaan hidung simetris atau
tidak, bersih atau tidak, ada infeksi atau tidak.
e) Telinga : Dikaji untuk mengetahui apakah ada penumpukan
sekret atau tidak.
f) Mulut : Dikaji untuk mengetahui apakah bibir pecah-pecah
atau tidak, stomatitis atau tidak, gigi berlubang atau tidak.
g) Leher : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid, limfe, vena jugularis atau tidak.
h) Ketiak : Dikaji untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar limfe atau tidak.
i) Dada : Dikaji untuk mengetahui apakah simetris atau tidak,
ada benjolan atau tidak.
j) Abdomen : Dikaji untuk mengetahui luka bekas operasi dan
pembesaran perut.
k) Ekstermitas atas : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik
atau tidak, ikterik atau tidak, sianosis atau tidak.
l) Ekstermitas bawah : Dikaji untuk mengetahui keadaan turgor baik
atau tidak, sianosis atau tidak, oedem atau tidak, reflek patella
positif atau tidak.
m) Genitalia : Untuk mengetahui apakah ada kelainan, abses ataupun
pengeluaran yang tidak normal.
n) Anus : Dikaji untuk mengetahui apakah ada hemorrhoid atau
tidak.
3) Pemeriksaan khusus
a) Inspeksi
Inspeksi adalah proses pengamatan dilakukan untuk melihat
keadaan muka, payudara, abdomen dan genetalia.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan indera peraba atau tangan,
digunakan untuk memeriksa payudara dan abdomen.
4) Pemeriksaan Penunjang
Mendukung diagnosa medis, kemungkinan komplikasi, kelainan dan
penyakit.

2. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar


Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap
diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang
benar atas data-data yang telah dikumpulkan (Muslihatun, dkk. 2009: 115).
Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan di interpretasikan
menjadi diagnosa keperawatan dan masalah.
a. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan yang berkaitan dengan nama ibu,
umur ibu dan keadaan gangguan reproduksi. Data dasar meliputi:
1) Data Subyektif
Pernyataan ibu tentang keterangan umur serta keluhan yang dialami
ibu.
2) Data Obyektif
Hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.
b. Masalah
Permasalahan yang muncul berdasarkaan pernyataan pasien Data dasar
meliputi:
1) Data Subyektif
Data yang di dapat dari hasil anamnesa pasien.
2) Data Obyektif
Data yang didapat dari hasil pemeriksaan.
3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini, perawat mengidentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi. Jika memungkinkan,
dilakukan pencegahan. Sambil mengamati kondisi klien, bidan diharapkan
dapat bersiap jika diagnosis atau masalah potensial benar-benar terjadi.
Langkah ini menentukan cara perawat melakukan asuhan yang aman
(Purwandari, 2008:79).
4. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen keperawatann. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan
dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat
dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu
(Muslihatun, dkk. 2009: 117).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi
dari seorang dokter. Situasi lainya bisa saja tidak merupakan kegawatan
tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter (Muslihatun,
dkk. 2009: 117).
5. Langkah V (kelima): Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan
oleh langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen
terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.
Pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat
dilengkapi(Purwandari, 2008: 81).
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang
sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang
berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita
tersebut tentang apa yang akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan
penyuluhan untuk masalah sosial ekonomi, budaya, atau 40 psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal
yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan harus
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu perawat dan klien, agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas perawat adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai hasil pembahasan rencana bersama klien,
kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya
(Purwandari, 2008: 81).
6. Langkah VI (keenam): Melaksanakan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang
telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh perawat atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika
perawat tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien (Muslihatun,
dkk. 2009: 118).
7. Langkah VII (terakhir): Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan bantuan yang diidentifikasi
dalam masalah dan diagnosis. Ada kemungkinan rencana tersebut efektif,
sedang sebagian yang lain belum efektif. Mengingat proses manajemen
asuhan ini merupakan suatu kontinum, perlu mengulang kembali dari awal
setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut (Purwandari, 2008:
82).
Langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian
yang memperjelas proses pemikiran dan mempengaruhi tindakan serta
orientasi proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di
dalam situasi klinis dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan
situasi klinis, tidak mungkin manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja
(Purwandari, 2008: 83).

Data Perkembangan
Menurut Muslihatun, (2009: 123-124) pendokumentasian atau catatan
manajemen keperawatan dapat deterapkan dengan metode SOAP, yang
merupakan singkatan dari:
1) S (Subjektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama
(pengkajian data), terutama data yang diperoleh dari anamnesis.
2) O (Objektif)
Merupakan pendokumentasian manajemen keperawatan langkah pertama
(pengkajian data, terutama data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik
pasien, pemeriksaan laboratorium) pemeriksaan diagnostik lain.
3) A (Assessment)
Merupakaan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan)
dari data subjektif dan objektif.
4) P (Planning)
Berisi tentang rencana asuhan yang disusun berdasarkan hasil analisis dan
interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan
tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan
kesejahteraannya.
B. DIAGNOSA
Herdman (2011), kemungkinan diagnosa yang muncul pada pasien dengan kista
ovarium adalah :
Pre Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Ansietas b.d perubahan status kesehatan
Post Operasi
1. Nyeri akut b.d agen cedera biologi
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan
3. Hambatan mobilisasi fisik b.d kelemahan fisik
C. INTERVENSI
Pre Operasi

RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan NIC :


cidera biologi keperawatan selama 3x24 jam Pain Management
diharapkan nyeri pasien - Lakukan pengkajian nyeri secara
berkurang komprehensif termasuk lokasi,
NOC : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
• Pain Level, faktor presipitasi
• Pain control, - Observasi reaksi nonverbal dari
• Comfort level ketidaknyamanan
Kriteria Hasil : - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
- Mampu mengontrol nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
(tahu penyebab nyeri, mampu - Kaji kultur yang mempengaruhi respon
menggunakan tehnik nyeri
nonfarmakologi untuk - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
mengurangi nyeri, mencari - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
bantuan) lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
berkurang dengan - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
menggunakan manajemen dan menemukan dukungan
nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat
- Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
(skala, intensitas, frekuensi pencahayaan dan kebisingan
dan tanda nyeri) - Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Menyatakan rasa nyaman - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
setelah nyeri berkurang (farmakologi, non farmakologi dan inter
- Tanda vital dalam rentang personal)
normal - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
2. Kecemasan bd Setelah dilakukan asuhan NIC :
diagnosis dan keperawatan selama 3x 24 jam Anxiety Reduction (penurunan kecemasan)
pembedahan diharapakan cemasi terkontrol - Gunakan pendekatan yang menenangkan
NOC : - Nyatakan dengan jelas harapan terhadap
• Anxiety control pelaku pasien
• Coping - Jelaskan semua prosedur dan apa yang
Kriteria Hasil : dirasakan selama prosedur
- Klien mampu - Temani pasien untuk memberikan
mengidentifikasi dan keamanan dan mengurangi takut
mengungkapkan gejala - Berikan informasi faktual mengenai
cemas diagnosis, tindakan prognosis
- Mengidentifikasi, - Dorong keluarga untuk menemani anak
mengungkapkan dan - Lakukan back / neck rub
menunjukkan tehnik untuk - Dengarkan dengan penuh perhatian
mengontol cemas - Identifikasi tingkat kecemasan
- Vital sign dalam batas - Bantu pasien mengenal situasi yang
normal menimbulkan kecemasan
- Postur tubuh, ekspresi - Dorong pasien untuk mengungkapkan
wajah, bahasa tubuh dan perasaan, ketakutan, persepsi
tingkat aktivitas - Instruksikan pasien menggunakan teknik
menunjukkan berkurangnya relaksasi
kecemasan - Barikan obat untuk mengurangi kecemasan

Post Operasi

RENCANA KEPERAWATAN

DIANGOSA
NO TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
KEPERAWATAN

1. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan NIC :


injuri fisik keperawatan selama 3x24 jam Pain Management
diharapkan nyeri pasien - Lakukan pengkajian nyeri secara
berkurang komprehensif termasuk lokasi,
NOC : karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan
• Pain Level, faktor presipitasi
• Pain control, - Observasi reaksi nonverbal dari
• Comfort level ketidaknyamanan
Kriteria Hasil : - Gunakan teknik komunikasi terapeutik
- Mampu mengontrol nyeri untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
(tahu penyebab nyeri, - Kaji kultur yang mempengaruhi respon
mampu menggunakan tehnik nyeri
nonfarmakologi untuk - Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
mengurangi nyeri, mencari - Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan
bantuan) lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri masa lampau
berkurang dengan - Bantu pasien dan keluarga untuk mencari
menggunakan manajemen dan menemukan dukungan
nyeri - Kontrol lingkungan yang dapat
- Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
(skala, intensitas, frekuensi pencahayaan dan kebisingan
dan tanda nyeri) - Kurangi faktor presipitasi nyeri
- Menyatakan rasa nyaman - Pilih dan lakukan penanganan nyeri
setelah nyeri berkurang (farmakologi, non farmakologi dan inter
- Tanda vital dalam rentang personal)
normal - Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi
- Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
2. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan asuhan NIC :
penurunan keperawatan selama 3x 24 jam Infection Control (Kontrol infeksi)
pertahanan primer diharapakan infeksi terkontrol - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
NOC : pasien lain
• Immune Status - Pertahankan teknik isolasi
• Knowledge : Infection - Batasi pengunjung bila perlu
control - Instruksikan pada pengunjung untuk
• Risk control mencuci tangan saat berkunjung dan
Kriteria Hasil : setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Klien bebas dari tanda dan - Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
gejala infeksi tangan
- Mendeskripsikan proses - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
penularan penyakit, factor tindakan kperawtan
yang mempengaruhi - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
penularan serta pelindung
penatalaksanaannya, - Pertahankan lingkungan aseptik selama
- Menunjukkan kemampuan pemasangan alat
untuk mencegah timbulnya - Ganti letak IV perifer dan line central dan
infeksi dressing sesuai dengan petunjuk umum
- Jumlah leukosit dalam batas - Gunakan kateter intermiten untuk
normal menurunkan infeksi kandung kencing
- Menunjukkan perilaku hidup - Tingktkan intake nutrisi
sehat - Berikan terapi antibiotik bila perlu

Infection Protection (proteksi terhadap


infeksi)
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentanan terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung terhadap penyakit
menular
- Partahankan teknik aspesis pada pasien
yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p
- Berikan perawatan kuliat pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum
antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
3. Hambatan Setelah Dilakukan Tindakan NIC :
mobilisasi fisik Keperawatan selama 3x24 jam Terapi latihan fisik : Mobilitas sendi
berhubungan diharapkan hambatan mobilitas - Monitoring vital sign sebelm/sesudah
dengan kelemahan fisik dapat teratasi. latihan dan lihat respon pasien saat
fisik NOC : Mobilitas latihan
Kriteria Hasil : - Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain
1. Klien meningkat dalam tentang teknik ambulasi
aktivitas fisik - Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
2. Mengerti tujuan dari - Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan
peningkatan mobilitas ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
3. Memverbalisasikan perasaan - Ajarkan pasien bagaimana merubah
dalam meningkatkan posisi dan berikan bantuan jika
kekuatan dan kemampuan diperlukan.
berpindah
DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, & Jensen. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas, alih
bahasa Maria A. Wijayarini, Peter I. Anugrah (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Benson Ralp C dan Martin L. Pernoll. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi.

Jakarta: EGC
Bilotta, Kimberli. 2012. Kapita Selekta Penyakit: Dengan Implikasi Keperawatan.
Edisi 2. Jakarta : EGC
Heardman. (2011). Diagnosa Keperawatan. Jakarta. EGC.
Heffner, Linda J. & Danny J.Schust. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi Edisi II.
Jakarta : EMS, Erlangga Medical Series.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Women’s Health Care. Seventh edit.

Muslihatun, Nur Wafi. 2009. Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya

Nugroho, Taufan. 2010. Kesehatan Wanita, Gender dan Permasalahannya.


Yogyakarta : Nuha Medika

Purwandari Atik. 2008. Konsep Keperawatan. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta :


EGC

Winkjosastro, Hanifa. 2007. Ilmu Kandungan Ed.2. Jakarta: Yayasan Bina

Pustaka Sarwomo Prawirohardjo

Yatim, Faisal. 2005. Penyakit Kandungan, Myom, Kista, Indung Telur, Kanker
Rahim/Leher Rahim, serta Gangguan lainnya. Jakarta: Pustaka Populer Obor
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI NERS
Jl. Karimata No. 49 Telp.(0331) 336728 Fax. 337957 Kotak Pos 104 Jember 68121
Website : http://www.unmuhjember.ac.id, E-mail : Kantorpusat@unmuhjember.ac.id

FORMAT PENGKAJIAN
GANGGUAN REPRODUKSI

Rumah Sakit : RSD. dr. Soebandi Jember


Ruangan : Dahlia (Nifas)
Tgl/Jam MRS : 16 Februari 2021/08.00 WIB
Dx. Medis : Post op kista ovari
No. Register : 311893
Yang Merujuk : RS Mitra Medika

Pengkajian oleh : Angga Trisna Nugraha


Tgl/Jam Pengkajian : 17 Februari 2021/13.00 WIB

I. BIODATA

Nama Klien : Ny. S Nama Suami : -


Umur : 61 th Umur :-
Suku / Bangsa : Madua/Indonesia Suku / Bangsa : -
Pendidikan : SD Pendidikan :-
Pekerjaan : IRT Pekerjaan :-
Agama : Islam Agama :-
Penghasilan : - Penghasilan : -
Gol. Darah :O Gol. Darah :-
Alamat : Klabang - BWS Alamat :-

II. RIWAYAT KESEHATAN


1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri di bagian perut bawah kiri
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan bahwa pada tanggal 31 januari 2021 mengeluh nyeri perut
bagian kiri bawah selama 3 hari dan akhirnya pada tanggal 3 februari pasien
dibawa ke rs mitra medika Bondowoso untuk melakuan pemeriksaan, setelah
dilakukan pemeriksaan pasien mengalami penyakit kista ovarium, untuk
sebelumnya pasien sudah mengetahui jika dirinya mempunyai penyakit kista
ovarium akan tetapitidak diperiksakan karena takut akan di operasi. Pasien
sudah tidak tahan lagi untuk menahan nyeri yang dirasakan sehingga dirawat
inap di rs mitra medika dan mendapatkan terapi anti nyeri, dan oleh pihak rs
mitra medika pasien dianjurkan untuk operasi kista ovarium karena sudah
sangat membesar, akan tetapi pasien tidak dapat dioperasi dirs mitra medika
karena keterbatasan alat sehingga pasien dirujuk ke RSD. dr soebandi untuk
dilakukan tindakan operasi. Pada tanggal 8 februari 2021 pasien datang ke
RSD. dr Soebandi untuk melakukan operasikista ovarium dan sebelumnya
pasien harus ke poli kandungan dan ke poli anastesi untuk pemeriksaan ulang
dan untuk menentukan jadwal operasinya dan pada tanggal 16 februari 2021
pasien dirawat di ruang dahlia untuk persiapan operasinya kemudian pada
tanggal 17 februari 2021 jam 07.00 pasien operasi kista ovarium kemudian
operasi selesai pada jam 12.00 setelah itu pasien dirawat diruang dahlia dan
diberikan terapi injeksi oxy, antrain, vuramin dan RL.
Dok Prodi S1 Kep
FIKes UNMUH Jember
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

3. Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan tidak mempunyai penyakit keturunan dan menular seperti Dm,
Tbc, Hipertensi dan penyakit kronis lainya.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga


Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit seperti
pasien dan penyakit kronis lainya

5. Riwayat Psikososial
Pasien mengatakan merasa cemas dan gelisah karena penyakit yang
dideritanya saat ini dan takut akan keadaanya karena baru pertama kali
melakukan operasi.

6. Pola-pola Fungsi Kesehatan


a. Pola persepsi & tata laksana hidup sehat
Pasien mengatakan sangat cemas dengan penyakit yang di deritanya dan
gelisa karena takut berdampak pada sistem reproduksinya.

b. Pola nutrisi & metabolisme


Sebelum sakit nafsu makan pasien sangat baik, saat sakit nafsu makan
pasien sangat menurun karena kondisi yang membuatnya tidak nyaman

c. Pola aktivitas
Pasien mengatakan sebelum sakit aktivitas pasien sangat bagus tidak perlu
bantuan bisa melakukan mandiri , dan saat pasien sakit sangat sulit
melakukan aktivitas karena nyeri saat mobilitas.

d. Pola eliminasi
Sebelum MRS: klien BAB 1 x/hari, konsistensi lunak berbentuk, bau khas
dan warna kuning kecoklatan, BAK 5-6 x/hari, BAK spontan, pancaran
kuat, bau amoniak, warna kuning bening. Pada saat ini klien belum BAB
dan BAK Saat pengkajian

e. Pola persepsi sensoris


Pasien masih tidak dapat berkomunikasi dan merespon dengan baik.

f. Pola konsep diri


• Identitas diri : pasien mampu mengenali dirinya sebagai Ibu rumah
tangga.
• Gambaran diri : pasien merasa jika dirinya sakit dan memerlukan
bantuan
• Ideal diri : pasien ingin cepat sembuh dan pulang dan segera
melakukan aktivitas seperti biasa
• Harga diri : pasien merasa merepotkan keluarga dan membuat
susah dan cemas keluarga.
• Peran diri : pasien mengatakan sebagai seorang ibu

g. Pola hubungan & peran


Keluarga pasien mengatakan pasien mampu berinteraksi dan mengenal
lingkungan dengan baik

h. Pola reproduksi & seksual


Tidak terkaji

i. Pola penanggulangan stres / Koping – Toleransi stres


Pasien mengatakan jika ada masalah selalu membicarakan dengan anaknya
karena sumianya sudah meninggal, pasien tampak cemas dengan
penyakitnya
Dok Prodi S1 Kep
FIKes UNMUH Jember
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

7. Riwayat obstetric
a. Riwayat mentruasi
Menarche : umur 11 tahun
Lamanya : 7 hari
Siklus : tidak teratur
Hari pertama haid terakhir : -
Dismenorhoe :-
Fluor albus :-
Menopause : pada umur 49 th
b. Riwayat perkawinan :
Suami pasien meninggal sejak pasien umur 53 th
c. Riwayat kehamilan dan persalinan :
Pasien mengatakan mempunyai 2 orang anak dengan persalinan normal
d. Riwayat kelainan obstetrik :
Kista ovarium
e. Riwayat penggunaan kontrasepsi :
Pasien mengatakaan tidak pernah memakai alat kontasepsi
8. Riwayat ginekologi
Pasien mengeluh nyeri perut kiri bawah tembus ke pinggang belakang
9. Pemeriksaan fisik ( Inspeksi, Palpasi, Auskultasi, Perkusi )
a. Keadaan Umum
Pasien tampak lemas GCS:454
b. Tanda-tanda vital
Suhu Tubuh : 36,2 C Respirasi : 21x/menit
Denyut Nadi : 89 x/menit :
Tensi / Nadi : 140/100 mmHg
• P: nyeri abdomen
• Q: nyeri seperti di tekan
• R: nyeri di perut bawah
• S:4
• T: nyeri berat saat bergerak
c. Kepala & leher
• Rambut : terlihat kumal dan ada ketombe
• Mata: simetris tidak ada gangguan penglihatan, konjungtiva putih.
• Hidung: tidak ada polip
• Mulut: Bibir kering, tidak ada stomatitis,
• Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
d. Thorax / Dada
Simetris tidak ada retraksi dinding dada, pernapasan teratur, suara nafas vesikuler.

e. Pemeriksaan payudara
Payudara simetris tidak ada benjolan

f. Abdomen
Perut tampak tidak simetris, teraba masa 3 jari di bawah umbilikus, nyeri tekan (+)

g. Genetalia dan anus


Bersih, tidak ada pendarahan

h. Punggung
Skoliosis (-), kifosis (-) , lordosis (-) osteoporosis (-)

Dok Prodi S1 Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

i. Ekstremitas
Terpasang infus disebelah kanan dan kiri, terpasang kateter pasien tremor
j. Integumen
Kulit terlihat keriput dan kering

a. Pemeriksaan laboratorium
Tgl 5-02-2021

Jenis Pemeriksaan Hasil Normal


Hemoglobin 12.6 12.6-16.0
Laju endap darah 37/62 0-25
Leukosit 8.8 4.5-11.0
Hematokroit 37.7 36-46
Trombosit 374 150-450
SGOT 10 10-31
SGPT 12 9-43
Glukosa sewaktu 98 <200

Rabu, 17 Februari 2021


Mahasiswa

(Angga Trisna Nugraha)

Dok Prodi S1 Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS : Agen pencendera Nyeri akut
Pasien mengatakan nyeri di bagian perut fisiologis
bawah kiri pasca post op kista ovarium
- P : Nyeri abdomen
- Q: Nyeri seperti di tekan
- R: Nyeri di perut kiri bawah dan
punggung
- S: 4
- T: Nyeri berat saat bergerak

DO :
a. TTV :
• TD : 140/100
• N: 80 x/m
• RR : 20x/m
• S : 36,6
• Spo2: 98
a. Perut tampak membesar
b. terdapat nyeri tekan di bagian
abdomen
c. pasien tampak meringis
kesakitan
d. Pasien tampak gelisah

2. DS :
Pasien mengatakan khawatir dengan Ancaman terhadap Ansietas
luka pasca post op karena baru pertama konsep diri
kali melakukan operasi dan mengatakan
sangat cemas dengan penyakit yang di
deritanya dan gelisah karena takut
berdampak pada sistem reproduksinya

DO :
a. TTV :
• TD : 140/100
• N: 80 x/m
• RR : 20x/m
• S : 36,6
• Spo2: 98
b. Pasien tampak gelisah
c. Pasien tampak resah
d. Pasien tampak tegang

Dok Prodi S1 Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendera fisiologis ditandai dengan
nyeri di bagian perut kiri bawah pasca post op kista ovarium.
Ansietas berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri ditandai dengan
2.
Pasien khawatir dengan luka pasca post op karena baru pertama kali melakukan
operasi dan gelisah karena takut berdampak pada sistem reproduksinya

Dok Prodi S1 Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


NO. DIAGNOSA TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Nyeri akut Tujuan : 1. Observasi 1. Observasi Angga
Setelah dilakukan tindakan a. Monitor ttv a. TTV dalam nilai normal
keperawatan selama 1x24 b. Identifikasi sekala nyeri b. Mengetahui keadaan nyeri
jam diharapkan tingkat c. Identifikasi faktor yang memperingan c. Mengetahui penyebab nyeri
infeksi klien menurun nyeri dan memperberat nyeri timbul
dengan kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri 2. Edukasi 2. Edukasi
2. Meringis a. Jelaskan penyebab dan pereda nyeri a. Pasien mengerti penyebab nyeri
3. Gelisah b. Jelaskan strategi meredamkan nyeri dan bagaimana mengatasi nyeri
yang terjadi
3. Nursing Treatment b. Pasien mengerti cara untuk
a. Berikan teknik nonfarmokologis untuk meredamkan nyeri.
mengurangi rasa nyeri
b. Kontrol lingkungan yang memperberat 3. Nursing Treatment
rasa nyeri a. Memberikan tehnik relaksasi
sebagai tehnik nonfarmokologis
4. Kolaborasi untuk mengurangi nyeri
a. Kolaborasi pemberian anal gesik b. Memerikan kenyaman lingkungan
terhadap pasien
4. Kolaborasi
Mempercepat penyembuhan
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

2. Ansietas Setelah dilakukan asuhan 1. Observasi 1. Observasi Angga


keperawatan selama 1x 24 a. Identifikasi teknik relaksasi yang a. Memberikan tehnik relaksasi agar
jam diharapkan tingkat pernah efektif digunakan mengurangi ansietas
ansietan menurun dengan b. Monitor respon terhadap terapi b. Mengetahui faktor ansietas
kriteria hasil: relaksasi
1. Perilaku gelisa 2. Nursing Treatment
menurun(5) 2. Nursing Treatment a. Memberikan kenyaman terhadap
2. Perilaku tegang a. Ciptakan lingkungan nyaman dan klien
menurun(5) tanpa gangguan b. Memberikan tehnik relaksasi yang
3. Verbalisasi khawatir b. Gunakan pakaian longgar benar
akibat kondisi yang c. Demonstrasikan latihan nafas dalam
dihadapi (5) 3. Edukasi
3. Edukasi a. Pasien mengerti tindakan yang
a. Jelaskan tujuan,manfaat, batasan dan akan dilakukan
jenis relaksasi b. Memberikan kenyaman terhadap
b. Anjurkan mengambil posisi nyaman posisi yang benar
c. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi c. Mengurangi ketegangan dan
relaksasi gelisah

4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
a. Diskusikan dengan psikologis jika a. Memeprcepat penyembuhan
perlu
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

IMPLEMENTASI
TGL/JAM DX TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
17/02/2021 1 1. Meobservasi tanda tanda vital Angga
• TD : 140/100
• N: 80 x/m
• RR : 20x/m
• S : 36,6
• Spo2: 98
R/ pasien mempersilahkan untuk diperiksakan
2. Memberi pilihan sekala nyeri 1-5
R/ pasien memilih 4
3. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin
R/ pasien lebih nyaman tidur miring ke kiri
4. Mengajari teknik dikstrasi dan relaksasi
R/ pasien mengerti cara melakukan teknik
distraksi dan relaksasi
5. Menjelaskan penyebab nyeri yang timbul
R/ pasien mengerti
6. Mengajari teknik meredakan nyeri
R/ pasien mengerti

2. 1. Meobservasi tanda tanda vital


• TD : 140/100
• N: 80 x/m
• RR : 20x/m
• S : 36,6
• Spo2: 98
R/ pasien mempersilahkan untuk diperiksakan
2.Bertanya ke pasien teknik relaksasi apa yang
sering di gunakan
R/pasien menjawab belum pernah melakukan
teknik relaksasi
3.Mencatat respon pasien terhadap terapi
relaksasi
R/pasien ingin melakukannya
4.Mengedukasi keluarga dan pengunjung untuk
tidak berisik
5.Meganjurkan pasien memakai pakaian longgar
R/ pasien mengikuti saran yang disarankan
6.Mendemontrasikan latihan nafas dalam
R/ pasien bisa melakukanya
7.Memposisikan pasien senyaman mungkin
R/ pasien tampak lebih rileks
8.Menganjurkan pasien untuk tidak terlalu
memikirkannya

Dok Prodi S1 Kep


FIKes UNMUH Jember
FORM PENGK GANGGUAN REPRODUKSI

EVALUASI
TGL/JAM DIAGNOSA CATATAN PERKEMBANGAN PARAF
KEPERAWATAN
17/02/2021 Nyeri akut S: Angga
Pasien mengatakan lebih nyaman
dengan kondisinya
O:
- TD : 140/100
- N: 80 x/m
- RR : 20x/m
- S : 36,6
- Spo2: 98
- Gelisah sedikat berkurang
- Skala nyeri 4
- Pasien tampak meringis
A:
Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P:
Intervensi di lanjutkan dengan
pemberian
- Oxtersi 3x1gram
- Alinamin 3x1 ampul
- Antrain 3x1ampul

17/02/2021 Ansietas S: Angga


pasien mengatakan lebih tenan
dari sebelumnya
O:
- TD : 140/100
- N: 80 x/m
- RR : 20x/m
- S : 36,6
- Spo2: 98
- Gelisah pasien mulai
berkurang
- Ketegangan pasien lebih
berkurang
- Kegelisaan pasien tampak
berkurang
A:
Masalah keperawatan teratasi
sebagian
P:
- Intervensi di lanjutkan

Dok Prodi S1 Kep


FIKes UNMUH Jember

Anda mungkin juga menyukai