KUESIONER MPKP
2. Pengorganisasian
Tabel 1.7 Struktur Organisasi
No Aspek yang Dinilai Score Persentase
1 Terdapat organogram ruangan 1 25%
2 Menggambarkan kedudukan kepala 1 25%
ruangan
3 1 25%
Adanya posisi tim I dan II
4 1 25%
Gambaran jumlah perawat pelaksana
Jumlah 4 100%
3. Pengarahan
Tabel 1.10 Timbang Terima
No Aspek yang Dinilai Score Persentase
1 Karu/Pj shift membuka acara dengan
salam 0 0%
2 Katim/Pj Tim mengoperkan Dx
1 10%
Keperawatan
3 Katim/Pj Tim mengoperkan Tuk yg
1 10%
sudah dicapai
4 Katim/Pj Tim mengoperkan 10%
1
Tindakan yang sudah dilaksanakan
5 Katim/Pj Tim mengoperkan Hasil
1
Asuhan Keperawatan 10%
6 Katim/Pj Tim mengoperkan Tindak
Lanjut 1
10%
7 Pj Tim berikutnya mengklarifikasi 1 10%
8 Karu memimpin ronde 0
9 Karu merangkum informasi operan 0 0%
10 Karu memimpin doa dan menutup 0%
0 0%
acara
Jumlah 6 60%
Jumlah 10 100%
4. Pengendalian
Tabel 1.16 Indikator Mutu
16,67%
Jumlah 6 100%
2. Pengorganisasian
Tabel 1.3 Jadwal Dinas
No Aspek yang Dinilai Score Persentase
1 Menggunakan format yang disediakan 1 20%
2 Tercantum nama-nama perawat per 1
Tim 20%
3 Tergambar adanya penanggung jawab 1
harian 20%
4 Susunan dinas pership, pagi, sore dan 1
malam 20%
5 Jadual dibuat untuk satu bulan 1
20%
Jumlah 5 100%
3. Pengarahan
Tabel 1.5 Pre Conference
No Aspek yang Dinilai Score Persentase
1 Katim/Pj Tim membuka acara 1
2 Katim/Pj Tim menanyakan rencana 1
harian
3 Katim/Pj Tim memberi masukan dan 1
tindak lanjut
4 Katim/Pj Tim memberi reinforcement 1
5 Katim/Pj Tim menutup acara 1
Jumlah 5 100%
TIMBANG TERIMA
(OPERAN PERAWAT)
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH JEMBER
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN Timbang terima sering disebut operan
(over hand ) adalah suatu
cara dalam menyampaikan dan menerima
sesuatu (laporan) yang
berkaitan dengan keadaan klien.
TUJUAN Mengkomunikasikan keadaan pasien dan
menyampaikan beberapa informasi yang
penting.
PERSIAPAN ALAT / BAHAN Persiapan alat
1. Alat tulis
2. Format timbang terima (operan)
3. Rekam medik pasien
Persiapan perawat
1. Kelompok dalam keadaan siap.
2. Kelompok yang akan bertugas
menyiapkan buku catatan.
Persiapan pasien
Pasien dalam kondisi stabil atau butuh
pemantauan.
WAKTU Saat pergantian shift
PETUGAS Karu, Katim, dan PP
PROSEDUR SESI 1 : Di Nurse Station
1. Perawat shift malam menyiapkan status
pasien yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Perawat shift pagi membuka operan jaga
dengan do’a.
3. Perawat shift pagi mempersilahkan
perawat shift malam untuk melaporkan
pasien kepada perawat shift pagi.
“Baik terima kasih untuk kesempatan
yang diberikan. Adapun laporan
perawatan pasien pada shift malam,
dengan jumlah pasien sebanyak …
(sebutkan jumlah pasien)”.
4. Perawat shift malam melaporkan pasien
yang menjadi tanggung jawabnya,
terkait:
a. Identitas pasien dan diagnosa medis
b. Masalah keperawatan yang
kemungkinan masih muncul
c. Tindakan keperawatan yang sudah dan
belum dilaksanakan
d. Rencana umum dan persiapan yang
perlu dilakukan dalam
kegiatan selanjutnya, misalnya
operasi, pemeriksaan
laboratorium/pemeriksaan penunjang
lainnya, persiapan
untuk konsultasi atau prosedur lainnya
yang tidak dilaksanakan secara rutin.
Contoh:
“Laporan perawatan pasien pertama.
Ny. S (51 tahun) dengan Efusi Pleura,
penanggung jawab dr. N : Keadaan
umum baik, kesadaran komposmentis,
TD, N, RR, T (sebutkan hasil
pengukuran). Keluhan yang dirasakan
pasien adalah … (sebutkan keluhan
yang dialami). Rencana yang sudah
dilakukan adalah … (sebutkan
implementasi) sedangkan
rencana yang belum dilakukan adalah
… (sebutkan intervensi).
Terapi yang diinstruksikan adalah …
(sebutkan nama terapi). Persiapan lain
… (sebutkan jenis persiapan).
5. Perawat shift pagi mengklarifikasi apa
yang disampaikan oleh perawat shift
malam.
6. Perawat shift pagi mengajak perawat shift
malam dan perawat shift pagi lainnya
yang bertanggung jawab untuk
mengklarifikasi pasien (menghampiri
pasien dalam visite keperawatan).
PERAWATAN INJEKSI
INTRAKUTAN (IC) Penilaian
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
Ya Tidak
JEMBER
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN Memasukkan obat langsung kedalam lapisan kulit.
TUJUAN
1. Digunakan untuk test tuberkulin atau
tes alergi terhadap obat-obatan
tertentu
2. Pemberian vaksinasi
PERSIAPAN ALAT / 1. Bak injeksi steril
BAHAN
2. Kapas alkohol
3. Spuit injeksi 1 cc
4. Obat dalam sediaan
vial/ampule
5. Tempat sampah
(infeksius, safety box, non infeksius)
6. Larutan klorin 0,5
%
7. Sarung tangan
karet sekali pakai
8. Pulpen/spidol
9. Buku kecil
10. Bengkok.
Penilaian
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN PEMASANGAN INFUS
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
Ya Tidak
JEMBER
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
Pemasangan infus adalah salah satu cara
atau bagian dari pengobatan untuk
memasukkan obat atau vitamin ke dalam
tubuh pasien (Darmawan, 2008).
TUJUAN
Menurut Hidayat (2008), tujuan utama terapi
intravena adalah mempertahankan atau
mengganti cairan tubuh yang mengandung
air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan
kalori yang tidak dapat dipertahankan
melalui oral, mengoreksi dan mencegah
gangguan cairan dan elektrolit, memperbaiki
keseimbangan asam basa, memberikan
tranfusi darah, menyediakan medium untuk
pemberian obat intravena, dan membantu
pemberian nutrisi parenteral.
PERSIAPAN ALAT /
1. Standar infUS
BAHAN
2. Cairan infus sesuai kebutuhan
3. IV Catheter / Wings Needle/ Abocath sesuai
kebutuhan
4. Perlak
5. Tourniquet
6. Plester
7. Guntung
8. Bengkok
9. Sarung tangan bersih
10.Kassa steril
11.Kapal alkohol / Alkohol swab
12.Betadine
WAKTU Sesuai kebutuhan pasien
PETUGAS PP
PROSEDUR 1. Cuci tangan
2. Dekatkan alat
3. Jelaskan kepada klien tentang prosedur dan
sensasi yang akan dirasakan selama pemasangan
infus
4. Atur posisi pasien / berbaring
5. Siapkan cairan dengan menyambung botol cairan
dengan selang infus dan gantungkan pada standar
infus
6. Menentukan area vena yang akan ditusuk
7. Pasang alas
8. Pasang tourniket pembendung ± 15 cm diatas
vena yang akan ditusuk
9. Pakai sarung tangan
10.Desinfeksi area yang akan ditusuk dengan
diameter 5-10 cm
11.Tusukan IV catheter ke vena dengan jarum
menghadap ke jantung
12.Pastikan jarum IV masuk ke vena
13.Sambungkan jarum IV dengan selang infus
14.Lakukan fiksasi ujung jarum IV ditempat insersi
15.Tutup area insersi dengan kasa kering kemudian
plester
16.Atur tetesan infus sesuai program medis
17.Lepas sarung tangan
18.Pasang label pelaksanaan tindakan yang berisi :
nama pelaksana, tanggal dan jam pelaksanaan
19.Bereskan alat
20.Cuci tangan
21.Observasi dan evaluasi respon pasien, catat pada
dokumentasi keperawatan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
ROM AKTIF PASIF
Penilaian
FAKULTAS ILMU ROM AKTIF PASIF
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
JEMBER
STANDAR PROSEDUR Ya Tidak
OPERASIONAL
PENGERTIAN
Latihan gerak aktif-pasif atau range of motion
(ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan ataU memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakkan
persendian secara normal dan lengkap
TUJUAN
1. Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan
kelemahan pada otot yang dapat dilakukan
secara aktif maupun pasif tergantung dengan
keadaan pasien.
2. Meningkatkan atau mempertahankan
fleksibilitas dankekuatan otot
WAKTU Sesuai kebutuhan pasien
PETUGAS PP
PROSEDUR Gerakan rom
1. Leher
Tekuk kepala kebawah dan keatas lalu menoleh
kesamping
kanan dan kiri
2. Lengan/pundak
Angkat tangan keatas lalu kembaliu ke bawah,
setelah itu ke
saming dan ke bawah lagi
3. Siku
Dengan menekuk lengan, gerakan lengan ke atas
dan
kebawah.
4. Pergelangan tangan
Tekuk pergelangan tangan kedalam dan keluar
lalu samping kiri dan kanan
5. Jari Tangan
Tekuk keempat jari tangan ke arah dalam lalu
regangkan kembali.Kepalkan seluruh jari lalu
buka.Tekuk tiap jari satu persatu.
6. Lutut
Angkat kaki keatas lalu lutut ditekuk kemudian
diturunkan lagi.Gerakan kaki ke samping kanan
dan kiri lalu putar kearah dalam dan luar.
7. Pergelangan kaki
Tekuk pergelangan kaki keatas lalu
luruskan.Tekuk jari kaki
ke atas dan kebawah.
8. Jika mampu berdiri lakukan gerakan badan
membungkuk kemudian putar pinggang ke
samping kanan dan kiri.
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
TTV (Tanda-Tanda Vital)
PENILAIAN
TIMBANG
TERIMA
FAKULTAS ILMU (OPERAN
KESEHATAN PERAWAT)
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYA
H JEMBER
STANDAR Ya Tidak
PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN Pemeriksaan tanda vital (Vital
Sign) merupakan suatu cara
untuk mendeteksi adanya
perubahan sitem tubuh. Tanda
vital meliputi suhu tubuh, denyut
nadi, frekuensi pernafasan dan
tekanan darah. Tanda vital
mempunyai nilai sangat penting
pada fungsi tubuh. Adanya
perubahan tanda vital, misalnya
suhu tubuh dapat menunjukkan
keadaan metabolisme dalam
tubuh; Denyut nadi dapat
menunjukkan perubahan pada
sistem kardiovaskuler; Frekuensi
pernafasan dapat menunjukkan
fungsi pernafasan; dan Tekanan
darah dapat menilai kemampuan
sistem kardiovaskuler yang
dapat dikaitkan dengan denyut
nadi.
Persiapan perawat
3. Kelompok dalam keadaan
siap.
4. Kelompok yang akan
bertugas menyiapkan buku
catatan.
Persiapan pasien
Pasien dalam kondisi stabil atau
butuh pemantauan.
WAKTU Saat pergantian shift
PETUGAS Karu, Katim, dan PP
PROSEDUR TaTahap Pra Interaksi
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam
sebagai pendekatan
terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan
prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
3. Memberikan kesempatan
pasien bertanya
4. Menanyakan kesiapan
klien sebelum kegiatan
dilakukan
C. Tahap Kerja
1. Mencuci tangan
2. Menjaga privasi pasien
3. Atur posisi yang
nyaman : duduk atau
berbaring dengan posisi
tangan rileks
4. Memakai sarung tangan
5. Memposisikan perawat
di sisi sebelah kanan
pasien
6. Keringkan ujung
thermometer. Kemudian
turunkan air raksa
sampai skala nol.
Sebelum meletakkan di
aksila,
bersihkan/keringkan
aksila sebelah kiri pasien
terlebih dahulu dengan
menggunakan tissue.
7. Letakkan thermometer
diaksila sebelah kiri.
Selanjutnya sambil
menunggu naiknya air
raksa pada thermometer
lakukan pemeriksaan
nadi, pernafasan dan
tekanan darah dengan
cara:
8. Letakkan ujung tiga jari-
jari tangan kecuali ibu
jari pada arteri/nadi yang
akan diukur, (mulai dari
radiialis, brakhialis,
carotis, dan temporalis)
tekan dengan lembut
9. Hitung frekuensi nadi
mulai hitungan nol (0)
selama 30 detik (kalikan
2x untuk memperoleh
frekuensi dalam satu
menit). Jika ritme nadi
tidak teratur, hitung
selama satu menit.
Lanjutkan perhitungan
pernafasan
10. Lalu sembari memegang
arteri radialis (seolah-
olah masih menghitung
denyut nadi), hitung
jumlah pernafasan klien
selama 1 menit (naik
turunnya dada klien)
11. Selanjutnya siapkan
pasien untuk
pemeriksaan tekanan
darah (persiapan tensi
meter).
12. bebaskan area brakhialis
dengan cara gulung
lengan baju klien.
13. Palpasi arteri brakhialis.
Letakkan manset 2,5 cm
diatas nadi brakhialis
(ruang antekubital).
14. Naikkan tekanan dalam
manset sambil meraba
arteri radialis sampai
denyutnya hilang
kemudian tekanan
dinaikkan lagi kurang
lebih 30 mmhg.
15. Letakkan stetoskop pada
arteri brakhialis pada
fossa cubitti dengan
cermat dan tentukan
tekanan sistolik
16. Mencatat bunyi korotkoff
I dan V atau bunyi detak
pertama (systole) dan
terakhir (diastole) pada
manometer sebagai mana
penurunan tekanan
17. Turunkan tekanan
manset dengan kecepatan
4 mmhg/detik sambil
mendengar hilangnya
pembuluh yang
mengikuti 5 fase
korotkof
18. Ulang pengukuran 1 kali
lagi dengan air raksa
dalam spignomanometer
dikembalikan pada angka
0. Lakukan tindakan
seperti diatas.
19. Kemudian membuka
manset, melepaskan
manset dan merapikan
kembali.
20. Melepaskan thermometer
dari aksila membaca
kenaikan suhu, kemudian
mencuci thermometer ke
dalam air sabun
kemudian air desinfektan
terakhir ke air bersih
21. Keringkan thermometer
dan turunkan kembali air
raksanya
22. Merapikan kembali
pasien dan alat-alat.
23. Melepaskan handscoon
24. Mencuci tangan
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi
tindakan
2. Melakukan kontrak
untuk kegiatan
selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencatat kegiatan dalam
lembar catatan
keperawatan
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PERAWATAN LUKA COMBUSTIO
PERAWATAN LUKA
COMBUSTIO Penilaian
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN Ya Tidak
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
JEMBER
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN
Melakukan tindakan perawatan terhadap
luka bakar
TUJUAN
3. Mencegah infeksi pada luka
PERSIAPAN ALAT /
1. Bak instrument yang berisi:
BAHAN
a. Pinset anatomis 2 buah
c. Gunting debridemand
d. Kassa steril
e. Cucing 2 buah
f. Spuit 5 cc atau 10 cc
g. Sarung tangan
h. Gunting plester
j. Desinfektant
k. NaCl 0,9%
l. Bengkok
B. Tahap orientasi
1. Berikan salam, panggil klien
dengan namanya.
2. Jelaskan tujuan, prosedur dan
lamanya tindakan pada klien dan
keluarga.
C. Tahap kerja
1. Dekatkan alat-alat dengan klien
2. Menjaga privasy pasien.
3. Mengatur posisi pasien sesuai
kebutuhan.
4. Pasang perlak / pengalas di
bawah daerah luka.
5. Membuka peralatan.
6. Memakai sarung tangan.
7. Basahi kasa dengan bethadin
kemudian dengan menggunakan
pinset bersihkan area sekitar
luka bagian luar sampai bersih
dari kotoran. (gunakan teknik
memutar searah jarum jam)
8. Basahi kasa dengan cairan NaCl
0,9% kemudian dengan
menggunakan pinset bersihkan
area luka bagian dalam.
(gunakan teknik usapan dari atas
ke bawah)
9. Keringkan daerah luka dan
Pastikan area daerah luka bersih
dari kotoran.
10. Beri obat luka sesuai kebutuhan
jika perlu.
11. Pasang kasa steril pada area
luka sampai tepi luka.
12. Fiksasi balutan menggunakan
plester atau balautan verband
sesuai kebutuhan.
13. Mengatur posisi pasien seperti
semula.
14. Alat-alat dibereskan.
15. Buka sarung tangan.
D. Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil tindakan.
2. Catat tindakan.Berpamitan.
LEMBAR SUPERVISI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE
INJEKSI INTRAVENA (IV)
Penilaian Tindakan
Injeksi Intravena
FAKULTAS ILMU (IV)
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
JEMBER
STANDAR PROSEDUR Ya Tidak
OPERASIONAL
PENGERTIAN Tata cara memasukkan obat injeksi
ke dalam pembuluh darah pasien
secara tidak langsung dengan
menggunakan spuit yang disesuaikan
dengan usia pasien dan program
terapi.
TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-
langkah memasukkan obat ke dalam
pembuluh darah pasien secara tidak
langsung dengan menggunakan spuit
yang disesuaikan dengan usia pasien
dan program terapi ntuk mencapai
medication safety.
PERSIAPAN 1. Catatan pemberian obat
ALAT/BAHAN 2. Troli yang berisi:
a. Obat dalam vial atau ampul
b. Spuit dan jarum sesuai
kebutuhan
c. Alkohol swab
d. Bak injeksi
e. Kassa untuk membuka ampul,
jika perlu
f. Aqua for injection untuk
pengencer/pelarut
g. Bengkok
WAKTU Sesuai kebutuhan pasien
PETUGAS Perawat pelaksana (PP)
PROSEDUR 1. Cuci tangan 6 langkah 5 moment.
2. Lakukan pengenceran obat sesuai
dengan teknik aseptik.
3. Satu pasien satu spuit, satu jarum
dan satu kali pakai.
4. sediakan obat yang akan di
injeksikan, harus ditempatkan
secara terpisah untuk masing-
masing pasien dan diberi label.
5. Periksa kembali nama obat
sebelum dimasukkan melalui
pembuluh darah pasien.
6. Identifikasi pasien meliputi nama,
tempat tanggal lahir dan nomor
register dan cocokkan dengan
gelang identitas pasien.
7. Informasikan kepada pasien dan
keluarga, nama petugas, nama
obat, dan kegunaannya serta rasa
nyeri saat obat dimasukkan ke
dalam tubuh pasien.
8. Berikan obat sesuai dengan waktu
dan frekuensi pemberian.
9. Atur posisi yang nyaman sesuai
area yang akan di injeksi atau di
tusuk.
10. Usap area yang akan di tusuk
dengan kapas alkohol, bila injeksi
di karet selang infus di desinfeksi
karet dengan di usap dari atas ke
bawah atau melingkar ke luar.
Bila injeksi di tap jarum infus,
injeksi bagian luar tap secara
melingkar menggunakan tangan
yang tidak untuk menginjeksi.
11. Siapkan spuit, matikan tetesan
infus kemudian tusukkan jarum
pada karet jarum infus dengan
sudut 15 derajat sampai 45
derajat. Bila injeksi pada tap
jarum infus, bebaskan jarum
dengan cara memutar kemudian
aplikasikan spuit pada tap
selanjutnya memasukkan obat
secara perlahan. Pastikan tidak
ada udara dalam spuit.
12. Cabut spuit lalu hidupkan lagi
cairan infus dan atur tetesan
infus.
13. Observasi adanya alergi dan efek
samping.
14. Informasikan pada pasien apabila
ada alergi atau efek samping
untuk melaporkan pada petugas .
15. Rapikan pasien dan alat yang
sudah digunakan.
16. Lakukan cuci tangan.
17. Dokumentasikan respon pasien
dan obat yang diberikan, meliputi
nama obat, dosis, rute, tanggal
dan jam pemberian di lembar
catatan terintegrasi.
Total Penilaian
LEMBAR SUPERVISI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE
PEMASANGAN KATETER URINE
Penilaian Tindakan
Pemasangan
FAKULTAS ILMU Kateter (Urine)
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
JEMBER
STANDAR PROSEDUR Ya Tidak
OPERASIONAL
PENGERTIAN Pemasangan kateter atau kateter
urine adalah suatu tindakan
keperawatan memasukan kateter
kedalam kandung kemih melalui
uretra.
TUJUAN Pemasangan kateter urine
mempunyai berbagai tujuan,
diantaranya:
1. Menghilangkan distensi pada
kandung kemih
2. Mengosongkan kandung
kemih secara lengkap
3. Eksplorasi uretra apakah
terdapat seanosis atau lesi
4. Mengetahui residual urine
setelah miksi
5. Memasukan kontras kedalam
buli – buli
6. Mendapatkan specimen urine
steril
7. Therapeutic : memenuhi
kebutuhan eliminasi urine
8. Kateterisasi menetap
( indwelling catherezation )
9. Kateterisasi sementara
( intermitter catherization )
Perawayan Luka
FAKULTAS ILMU Bersih
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
JEMBER
STANDAR PROSEDUR Ya Tidak
OPERASIONAL
PENGERTIAN Suatu penanganan yang terdiri atas
membersihkan dan menutup luka
yang dianggap tidak mengandung
kuman atau belum terkontaminasi.
TUJUAN Penutupan luka untuk melindungi
luka dengan drainase minimal
terhadap kontaminasi
mikroorganisme.
PERSIAPAN 3. Dressing card bersisi
ALAT/BAHAN a. Set balutan steril
1) Sarung tangan steril
2) Pinset anatomi dan
gunting, menyesuaikan
kondisi luka
3) Kasa steril
4) Cucing
b. Sarung tangan bersih
c. Gunting perban
d. Larutan Nacl 0,9%
e. Obat topikal sesuai kondisi
luka
f. Alkohol 70%
g. Bengkok
h. Kom berisi larutan
dekontaminasi klorin 0,5%
i. Pengalas
j. Plester hipoalergenic
k. Lidi kapas
WAKTU Sesuai kebutuhan pasien
PETUGAS Perawat pelaksana (PP)
PROSEDUR 18. Jelaskan prosedur tindakan yang
akan dilakukan pada pasien.
19. Minta tanda tangan persetujuan
pasien pada lembar persetujuan.
20. Siapkan pasien dengan posisi
yang sesuai dengan kebutuhan.
21. Dekatkan peralatan pasien.
22. Letakkan bengkok di dekat
pasien.
23. Tutup ruangan tirai sekitar tempat
tidur pasien.
24. Bantu pasien pada posisi nyaman.
25. Instruksikan pasien untuk tidak
menyentuh area luka atau
peralatan steril.
26. Petugas cuci tangan.
27. Pasang perlak.
28. Gunakan sarung tangan bersih.
29. Lepaskan plester dengan alkohol
70%.
30. Angkat balutan kasa secara hati-
hati, jaga jangan sampai menarik
atau melepas drain.
31. Dengan sarung tangan atau pinset
angkat balutan.
32. Jika balutan lengket pada luka,
lepaskan dengan membersihkan
larutan Nacl 0,9%.
33. Observasi kondisi luka.
34. Lepas sarung tangan.
35. Buka set balutan steril.
36. Jika penutup kassa steril menjadi
basah akibat larutan anti septik,
ulangi persiapan bahan steril.
37. Kenakan sarung tangan steril.
38. Inspeksi luka, kondisinya,
integritas jahitan dan kateter
drainase.
39. Palpasi luka jika perlu (dengan
bagian tangan non dominan yang
tidak akan menyentuh yang steril)
palpasi dengan tepi luka secara
perlahan untuk mendeteksi
adanya drainase lokal, tekan
daerah sepanjang tepi luka
dengan ujung jari secara lembut.
40. Bersihkan dengan larutan Nacl,
pegang kasa yang dibasahi
larutan tersebut dengan pinset,
gubakan satu kassa untuk setiap
kali usapan, bersihkan dari area
kurang kontaminasi ke area
terkontaminasi.
41. Gunakan kassa untuk
mengeringkan luka, usap dengan
cara seperti no 19.
42. Pasang opsite post op pada insisi
luka, jika terpasang drain, ambil
gunting dan potong kassa untuk
menutup sekeliling drain, pasang
kassa lapisan kedua sebagai
absorban, gunakan plester non
alergenik di atas balutan.
43. Lepaskan sarung tangan, rendam
alat dalam larutan klorin 0,5%
selama 10 menit.
44. Buang semua bahan dan bantu
pasien ke posisi nyaman.
45. Lepaskan sarung tangan dan cuci
tangan.
46. Dokumentasi hasil tindakan:
penggantian balutan, respon
pasien, kondisi luka, drainase dan
balutan.
Total Penilaian
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL RISIKO JATUH
RISIKO JATUH
Penilaian
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
Ya Tidak
JEMBER
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN Tindakan yang dilakukan terhadap pasien berisiko
jatuh berdasarkan kategori skor risiko jatuh untuk
dewasa
TUJUAN
Sebagai acuan atau langkah-langkah kegiatan
pengawasan pasien yang mempunyai risiko jatuh atau
cedera selama perawatan di rumah sakit
Penilaian
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN PERAWATAN LUKA
UNIVERSITAS STERIL
MUHAMMADIYAH
Ya Tidak
JEMBER
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN Perawatan Luka adalah suatu teknik aseptik yang
bertujuan membersihkan luka dari debris untuk
mempercepat proses penyembuhan luka.
Penggantian/mengganti balutan untuk membantu
dalam proses penyembuhan luka.
TUJUAN 1. Menghilangkan sekresi yg menumpuk &
jaringan mati pada luka insisi.
2. Mempermudah proses penyembuhan luka.
3. Mengurangi pertumbuhan mikroorganisme
terhadap luka/insisi
PENGAMBILAN SPESIMEN
DARAH VENA (IV) Penilaian
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
Ya Tidak
JEMBER
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
PENGERTIAN Suatu cara yang dilakukan untuk mendapatkan
spesimen darah vena secara benar dan tepat
TUJUAN
5. Untuk pemeriksaan laboratorium klinik
6. Untuk pemeriksaan blood grup
(persiapan transfusi darah)
7. Untuk menegakkan diagnosa
PERSIAPAN ALAT / 11. Spuit ukuran 3 cc,
BAHAN
5 cc, 10 cc (sesuai kebutuhan)
12. Tabung atau wadah
penampung sampel darah sesuai jenis
pemeriksaan yang diperlukan
13. Tourniquet
14. Kapas dan alkohol
swab
15. Bengkok
16. Plester atau hepafic
WAKTU Sesuai dengan kebutuhan pasien
PETUGAS Perawat pelaksana
PROSEDUR 25. Jelaskan pada pasien tujuan tindakan yang akan
dilakukan
26. Atur posisi pasien berbaring
27. Isi data-data pasien pada formulir permintaan
pemeriksaan laboratorium
28. Persiapan alat
29. Petugas cuci tangan, pakai sarung tangan
30. Tentukan lokasi yang akan dilakukan
pengambilan spesimen secara vena
a. Darah tidak boleh diambil pada kulit yang
terinfeksi, dingin atau pucat. Bila kulit dingin
dan pucar harus dipijat dan direndam ke
dalam air hangat atau dengan handuk yang
dibasahi air hangat
b. Lokasinya adalah di pembuluh darah lipat
siku dan di pilih yang paling jelas terlihat dan
paling lebar. Terbaik adalah pada salah satu
cabang yang terbentuk Y, tepat di atas
percabangan (yang dianjurkan vena mediana
cubiti)
31. Lengan pasien diletakkan lurus di atas meja
dengan telapak tangan menghadap ke atas.
32. Lengan diikat cukup erat dengan tourniquet untuk
mencegah mengalirnya darah ke arah bawah, tapi
jangan terlalu kencang karena akan merusak
pembuluh darah.
33. Bila perlu pasien disuruh mengepal dan membuka
tangannya beberapa kali untuk mengisi pembuluh
darah.
34. Ujung telunjuk kiri flebotomis mencari daerah
yang akan di tusuk
35. Bersihkan atau disenfeksi lokasi tusukan dengan
kapas alkohol dan biarkan mengering sendiri
36. Jangan terlalu lama mengikat dengan tourniquet,
kalau dirasa terlalu lama kendorkan sebentar
kemudian dikencangkan lagi
37. Instruksikan pasien untuk mengepalkan jari-jari
tangan
38. Tegangkan kulit pasien dengan jari telunjuk dan
ibu jari kiri di atas pembuluh darah agar
pembuluh darah tidak bergerak, kemudian jarum
ditusukkan dengan sisi jarum menghadap ke atas
dan membentuk sudut 25 derajat
39. Tusukkan jarum sepanjang pembuluh darah lebih
kurang 1-1,5 cm
40. Dengan tangan kanan flebotomis pengisap spuit
ditarik perlahan-lahan sehingga darah masuk ke
dalam spuit
41. Kepalan tangan pasien di buka dan ikatan
tourniquet di regangkan atau di lepas sambil tetap
menghisap darah sampai didapat sejumlah darah
yang dikehendaki
42. Letakkan kapas kering pada lokasi tusukan dan
jarum ditarik
43. Tekan bekas tusukan dengan kapas kering dan
beri plester selama beberapa menit dengan tangan
yang masih dalam keadaan lurus (siku tidak boleh
ditekuk)
44. Lepaskan jarum dari spuit dan alirkan darah
melalui dinding tabung ke dalam wadah atau
tabung yang tersedia
45. Kirim ke laboratorium beserta formulir
permintaan pemeriksaan laboratorium
46. Dokumentasikan hasil tindakan
47. Kesalahan yang mungkin terjadi :
a. Menggunakan spuit dan jarum basah
b. Pembendungan terlalu kencang dan lama
mengakibatkan darah menjadi lebih kental
c. Terjadinya bekuan dalam botol karena darah
tidak tercampur secara baik dengan anti
koagulan
d. Botol tidak bersih dan kering
LEMBAR SUPERVISI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE
PERAWATAN POST OPERATIF
Penilaian Tindakan
Perawatan Post
FAKULTAS ILMU Operatif
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
JEMBER
STANDAR PROSEDUR Ya Tidak
OPERASIONAL
PENGERTIAN Perawatan lanjutan pada pasien post
operasi.
TUJUAN Mengetahui perkembangan kondisi
pasien setelah dilakukan operasi.
PERSIAPAN Lembar pengkajian pasien post
ALAT/BAHAN operatif
WAKTU Sesuai kebutuhan pasien
PETUGAS Perawat pelaksana (PP)
PROSEDUR 1. Beritahu dan jelaskan pada
pasien dan keluarga tentang
tujuan tindakan yang akan
dilakukan dan lihat respon
pasien.
2. Cuci tangan.
3. Lakukan pemeriksaan tensi,
suhu, nadi dan respiratory rate.
4. Lakukan observasi balance
cairan, observasi perdarahan.
5. Berikan terapi sesuai dengan
advis dokter.
6. Lakukan pemeriksaan Hb post
operasi, bila Hb dibawah 8
gr/%, dipertimbangan tranfusi.
7. Mobilisasi:
a. Pasien telah dapat
menggerakkan kaki dan
tangan serta tubuhnya
sedikit.
b. Pasien dapat duduk pada
jam kedelapan sampai
keduabelas.
c. Pasien dapat berjalan bila
mampu pada 24 jam pasca
bedah bahkan mandi sendiri
pada hari kedua.
8. Makan dan minum:
a. Setelah diperiksa peristaltic
pada 6 jam pasca bedah, bila
positif maka dapat diberikan
minum hangat sedikit dan
kemudia lebih banyak.
b. Pasien dapat makan lunak
atau biasa pada hari pertama,
infus dapat dilepas 24 jam
pasca bedah. Bila pasien
flatus, maka ia dapat makan.
9. Perawatan Luka: Sesuai dengan
protap keperawatan luka.
10. Kateter dibuka 12-24 jam pasca
bedah, kecuali bila ada indikasi.
11. Rapikan, petugas cuci tangan.
12. Dokumentasikan hasil tindakan
serta respon pasien terhadap
tindakan.
Total Penilaian
LEMBAR SUPERVISI
STANDAR OPERASIONAL PROSEDURE
ASESMEN NYERI
Penilaian Tindakan
Asesmen Nyeri
FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
JEMBER
STANDAR PROSEDUR Ya Tidak
OPERASIONAL
PENGERTIAN Suatu tindakan melakukan penialain
rasa sakit atau nyeri pada pasien di
rumah sakit.
TUJUAN Pasien nyeri di lakukan pengelolaan
nyeri sesuai panduan manajemen
nyeri.
PERSIAPAN Lembar pengkajian nyeri:
ALAT/BAHAN 1. NIPS (Neonatal Infant Pain
Scale) untuk neonatus
2. FLACC (Face, Leg, Activity,
Cry, Consolability) untuk anak
usia <3 tahun atau anak dengan
gangguan kognitif atau untuk
pasien-pasien anak yang tidak
dapat dinilai dengan skala lain.
3. Wong Baker Faces Pain Scale
untuk pasien dewasa dan anak >3
tahun yang tidak dapat
menggambarkan intensitas
nyerinya dengan angka.
4. VAS (Visuak Analog Scale)
untuk pasien dewasa dan anak >8
tahun dengan skala 0-10 dimana 0
tidak nyeri dan 10 sangan nyeri.
Pasien diminta untuk
mengekspresikan nyerinya.
5. Comfort Scale untuk menilai
derajat sedasi pada anak dan
dewasa dengan terapi sedasi,
yang di rawat di ruang rawat
intensif/kamar operasi/ruang
rawat inap, yang tidak dapat
dinilai menggunakan Visual
Analog Scale atau Wong Baker
Faces Pain Scale.
WAKTU Sesuai kebutuhan pasien
PETUGAS Dokter, Perawat pelaksana (PP)
PROSEDUR 13. Dokter/perawat melakukan
asesmen awal terhadap nyeri
pada pasien.
14. Penilaian rasa sakit/nyeri
dilakukan dengan menggunakan
lembar pengkajian yang sesuai
dengan masing-masing pasien.
15. Dokter/perawat melakukan
tindakan sesuai dengan derajat
nyeri yang diderita pasien.
16. Asesmen ulang nyeri dapat
dilakukan setiap shift, mengikuti
pengukuran tanda vital pasien,
satu jam setelah tata laksana
nyeri atau sesuai jenis dan onset
obat, setelah pasien menjalani
prosedur menyakitkan, sebelum
transfer pasien dan sebelum
pasien pulang dari Rumah Sakit.
17. Untuk pasien yang mengalami
nyeri kardiak (jantung), lakukan
asesmen ulang setiap 5 menit
setelah pemberian nitrat atau
obat-obatan intravena.
18. Pada nyeri akut/kronik, lakukan
asesmen ulang tiap 30 menit
sampai 1 jam setelah pemberian
obat nyeri.
19. Hasil asesmen nyeri di
dokumentasikan dalam rekam
medis pada form acara
terintegrasi, monitoring terpadu
dan indikator mutu klinik.
20. Hasil asesmen nyeri di
informasikan kepada
pasien/keluarga dan
didokumentasikan dalam rekam
medis.
Total Penilaian
RENCANA HARIAN KEPALA RUANGAN