Anda di halaman 1dari 32

BAB IV

LAPORAN KINERJA

4.1 UKM ESSENSIAL

1. UPAYA PROMOSI KESEHATAN


TOTAL TARGET
KEGIATAN TARGET CAPAIAN %
SASARAN SASARAN

Pengkajian PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)

1.Rumah Tangga yang


20% 1037 207,4 112 54%
dikaji
2.Institusi Pendidikan
50% 44 22 24 109,09%
yang dikaji
3. Institusi Kesehatan
70% 13 11 13 100.00%
yang dikaji

.4. Tempat-Tempat
40% 58 69 18 26,08%
Umum (TTU) yang dikaji

5. Tempat Tempat Kerja


50% 7 4 1 25%
yang dikaji
6. Pondok Pesantren
70% 2 1 2 100.00%
yang dikaji

A. Tatanan Sehat

1.Rumah Tangga Sehat


yang memenuhi 10 56% 1645 921 112 12,16%
indikator PHBS
2. Institusi Pendidikan
yang memenuhi 7-8
68% 24 16.32 24 100.00%
indikator PHBS
(klasifikasi IV)

3.Institusi Kesehatan
yang memenuhi 6
100% 13 13 11 84.62%
indikator PHBS
(klasifikasi IV)
4. TTU yang memenuhi 6
indikator PHBS 63% 68 42.84 58 85.29%
(klasifikasi IV)

5.Tempat Kerja yang


memenuhi 8-9/7-8
indikator PHBS Tempat- 48% 7 3.36 1 14.29%
Tempat Kerja (klasifikasi
IV)

6.Pondok Pesantren
yang memenuhi 16-18
indikator PHBS Pondok 28% 2 0.56 0 0.00%
Pesantren (Klasifikasi
IV)

B. Intervensi/ Penyuluhan
1.Kegiatan intervensi
pada Kelompok Rumah 6 6 6 5 83.33%
Tangga
2. Kegiatan intervensi
2 2 2 1 50.00%
pada Institusi Pendidikan
3. Kegiatan intervensi
2 2 4 1 50.00%
pada Institusi Kesehatan
4. Kegiatan intervensi
2 2 2 1 50.00%
pada TTU
5. Kegiatan intervensi
2 2 4 1 50.00%
pada Tempat Kerja
6.Kegiatan intervensi
2 2 4 1 50.00%
pada Pondok Pesantren

C. Pengembangan UKBM
1. Posyandu PURI
( Purnama Mandiri ) 70% 52 36.4 61 117.31%
2.Poskesdes beroperasi
dengan strata Madya, 96% 8 7.68 2 25.00%
Purnama dan Mandiri

D. Penyuluhan NAPZA ( Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif)


1. Penyuluhan Napza 23% 15 4 1 25%

E. Pengembangan Desa Siaga Aktif


1.Desa Siaga Aktif 96% 15 14.4 15 100.00%

2.Desa Siaga Aktif PURI


12% 15 1.8 2 13.33%
( Purnama Mandiri )

3.Pembinaan Desa
12% 15 1.8 0 0.00%
Siaga Aktif

F. Promosi Kesehatan
1.Sekolah Pendidikan
Dasar yang mendapat 100% 44 44 44 100.00%
Promosi kesehatan

2.Promosi kesehatan di
dalam gedung
Puskesmas dan 100% 20 20 20 100.00%
jaringannya (Sasaran
masyarakat )

3..Promosi kesehatan
untuk pemberdayan
masyarakat di bidang
100% 20 20 20 100.00%
kesehatan ( kegiatan di
luar gedung
Puskesmas)

G. Program Pengembangan
1. Pembinaan tingkat
perkembangan 90% 2 2 0 #DIV/0!
Poskestren
2..Poskestren Aktif 28% 2 0.56 0 0.00%
3. Pembinaan tingkat
perkembangan Pos UKK 90% 15 13.5 2 13.33%

4. Pembinaan tingkat
perkembangan Posbindu 90% 15 13.5 5 33.33%
PTM

Tabel 4.1 Capaian Kinerja Program Promkes 2017

Dari tabel capaian Kinerja Promkes 2017 diatas terlihat bahwa masih
banyak kegiatan yang capaiannya belum memnuhi target sasaran. Diantara
seperti terdaftar pada tabel berikut :
TARGET
TOTAL
KEGIATAN TARGET SASARA CAPAIAN %
SASARAN
N
A. Pengkajian PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat)

1.Rumah Tangga yang


20% 1037 207,4 112 54%
dikaji

.4. Tempat-Tempat
40% 58 69 18 26,08%
Umum (TTU) yang dikaji

5. Tempat Tempat Kerja


50% 7 4 1 25%
yang dikaji
B. Tatanan Sehat

1.Rumah Tangga Sehat


yang memenuhi 10 56% 1645 921 112 12,16%
indikator PHBS
3.Institusi Kesehatan
yang memenuhi 6
100% 13 13 11 84.62%
indikator PHBS
(klasifikasi IV)
4. TTU yang memenuhi 6
indikator PHBS 63% 68 42.84 58 85.29%
(klasifikasi IV)

5.Tempat Kerja yang


memenuhi 8-9/7-8
indikator PHBS Tempat- 48% 7 3.36 1 14.29%
Tempat Kerja (klasifikasi
IV)

6.Pondok Pesantren
yang memenuhi 16-18
indikator PHBS Pondok 28% 2 0.56 0 0.00%
Pesantren (Klasifikasi
IV)
C. Intervensi/ Penyuluhan

1.Kegiatan intervensi
pada Kelompok Rumah 6 6 6 5 83.33%
Tangga
2. Kegiatan intervensi
2 2 2 1 50.00%
pada Institusi Pendidikan
3. Kegiatan intervensi
2 2 4 1 50.00%
pada Institusi Kesehatan
4. Kegiatan intervensi
2 2 2 1 50.00%
pada TTU
5. Kegiatan intervensi
2 2 4 1 50.00%
pada Tempat Kerja
6.Kegiatan intervensi
2 2 4 1 50.00%
pada Pondok Pesantren
D. Pengembangan UKBM
1. Posyandu PURI
( Purnama Mandiri ) 70% 52 36.4 61 117.31%
2.Poskesdes beroperasi
dengan strata Madya, 96% 8 7.68 2 25.00%
Purnama dan Mandiri
E. Penyuluhan NAPZA ( Narkotika Psikotropika
dan Zat Adiktif)
1. Penyuluhan Napza 23% 15 4 1 25%
F. Program Pengembangan

1. Pembinaan tingkat
perkembangan 90% 2 0 0 #DIV/0!
Poskestren
2..Poskestren Aktif 28% 2 0.56 0 0.00%
3. Pembinaan tingkat
perkembangan Pos UKK 90% 15 13.5 2 13.33%

4. Pembinaan tingkat
perkembangan Posbindu 90% 15 13.5 5 33.33%
PTM

Tabel 4.2 Kinerja Program Promkes yang belum mencapai target

Ketidak tercapaiannya target dari kegiatan-kegiatan tersebut ini harus dilakukan


upaya yang lebih serius agar segera diketahui akar masalah penyebabnya dan
kemudian dicari jalan penyelesaiannya.

2. PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN


Hubungan antara lingkungan hidup manusia dan terjadinya keadaan
sehat dan sakit telah lama diketahui model epidemologi tradisional penyebab
sakit (agent-host-environtment) dan paradigma medan kekuatan (force field
paradigm-biologi, limgkungan, gaya hidup dan organisasi pelayanan
kesehatan) menunjukkan pengaruh lingkungan pada kesehatan. Dalam model
medan kekuatan, lingkungan adalah satu dari 4 elemen luar yang
mempengaruhi kesehatan dan penyebab penyakit. Dalam hal ini lingkungan
dapat diartikan sebagai semua bahan-bahan yang berhubungan dengan
kesehatan, yang berada di luar tubuh manusia di mana individu sedikit atau
tidak mampu mengembalikan.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam program kesehatan lingkungan di


Puskesmas Sine antara lain :

a. Kegiatan dalam gedung


1. Supervisi keberadaan House keeping Puskesmas Sine
2. Sterilisasi ruangan dengan cara pengendalian vektor penyakit di
lingkungan Puskesmas
3. Pemantauan penyediaan air bersih dilingkungan Puskesmas Sine
4. Pengelolaan sampah baik medis dan non medis
5. Monitoring & Pengawasan Pengelolaan IPAL (Instalasi Pengelolaan Air
Limbah)
6. Konsultasi kesehatan lingkungan di klinik sanitasi dengan tindak lanjut
kunjungan rumah sesuai dengan kesepakatan.
7. Mengupayakan dokumen UKL UPL.
b. Kegiatan luar gedung
1. Pendataan sarana sanitasi dasar Rumah sehat di komunitas masyarakat
mencakup keberadaan SAB, JAGA, Jenis bangunan rumah, Sarana
kesehatan lingkungan.
2. Pembaharuan data dasar sarana TPM, meliputi penjual & penjamah
makanan & minuman, industri makanan rakyat.
3. Pengawasan & pemeriksaan sarana TTU, Institusi, TPM, Industri
makanan rakyat.
c. Melaksanakan Program Nasional STBM (Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat)
1. Menggerakkan Fasilitator, Tokoh masyarakat, Sumber
daya yang ada ditingkat kecamatan guna mendukung program STBM
2. Peningkatan akses sarana jamban keluarga
3. Melaksanakan program Inovatif dengan membentuk Forum
Kecamatan Sehat (Forkes) dengan melaksanakan Tatanan kawasan sehat yang
ada

NO INDIKATOR TARGET % CAPAIAN %

1 Pengawasan Sarana Air Bersih (SAB) 10 18


2 SAB yang memenuhi Syarat kesehatan 83 14.0
3 Rumah tangga yang memiliki akses terhadap SAB 85 79.0
4 Pembinaan tempat pengelolaan makanan (TPM) 50 70.0
5 TPM yang memenuhi syarat kesehatan 35 36
6 Pembinaan sanitasi perumahan 20 3.1
7 Rumah yang memenuhi syarat kesehatan 71.5 2.0
8 Pembinaan sarana TTU 87 78.79
9 TTU yang memenuhi syarat kesehatan 59 52.5
10 Konseling sanitasi 10 1.97
11 Inspeksi sanitasi PBL 20 11.11
12 Intervensi terhadap pasien PBL yang di IS 20 11.11
Rumah tangga memiliki akses terhadap jamban
13 sehat 83 60
14 Desa / kelurahan yang sudah ODF 50 100
15 Jamban sehat 60 60
16 Pelaksanaan kegiatan STBM di puskesmas 68 13.3

Tabel 4.3 Tabel Capaian Kinerja Sesuai Indikator Kesehatan Lingkungan


Dari tabel diatas terlihat bahwa dari 16 indikator hanya 4 indikator yang
capaiannya sesuai target :
1. Pembinaan tempat pengelolaan makanan (TPM)
2. TPM yang memenuhi syarat kesehatan
3. Desa/Kelurahan yang sudah ODF
4. Jamban sehat,

TARGET CAPAIAN
NO INDIKATOR
% %

1 TPM yang memenuhi syarat kesehatan 35 36


2 Desa / kelurahan yang sudah ODF 50 100
3 Jamban sehat 60 60
Tabel 4.4 Tabel capaian Kinerja Kesehatan Lingkungan yang sesuai
Target
dan 12 indikator yang belum sesuai target :

TARGET CAPAIAN
NO INDIKATOR
% %

1 Pengawasan Sarana Air Bersih (SAB) 10 18


2 SAB yang memenuhi Syarat kesehatan 83 14.0
Rumah tangga yang memiliki akses terhadap
3 SAB 85 79.0
4 Pembinaan sanitasi perumahan 20 3.1
5 Rumah yang memenuhi syarat kesehatan 71.5 2.0
6 Pembinaan sarana TTU 87 78.79
7 TTU yang memenuhi syarat kesehatan 59 52.5
8 Konseling sanitasi 10 1.97
9 Inspeksi sanitasi PBL 20 11.11
10 Intervensi terhadap pasien PBL yang di IS 20 11.11
Rumah tangga memiliki akses terhadap jamban
11 sehat 83 60
12 Pelaksanaan kegiatan STBM di puskesmas 68 13.3
13 Pengawasan Sarana Air Bersih (SAB) 10 18
Tabel 4.5 Tabel capaian Kinerja Kesling yang belum sesuai Target
Dari 13 indikator kesling yang capaiannya belum sesuai target tersebut perlu
menjadi agenda perhatian untuk dianalisa lebih lanjut hingga muncul usulan-
usulan kegiatan ditahun 2019.

3. PROGRAM GIZI
Salah satu indikator perkembangan dan kemajuan daerah adalah keadaan
gizi masyarakat. Sebagai daerah yang berkembang, maka Kecamatan Sine harus
mengadakan upaya perbaikan gizi dengan meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam memanfaatkan sumber pangan yang tersedia dan meningkatkan mutu
bahan pangan dalam memenuhi kebutuhan gizi secara aman. Program gizi di
Puskesmas merupakan salah satu program wajib yang bertujuan untuk
menanggulangi terjadinya masalah gizi dan memperbaiki status gizi masyarakat.
Dalam rangka memperbaiki status gizi masyarakat ada beberapa kegiatan yang
wajib dilakukan oleh petugas gizi tingkat Puskesmas yaitu : UPGK (Upaya
Perbaikan Gizi Keluarga) dan Program progaram penuntasan gizi buruk melalui
RESTUIBU. Kegiatan pokok UPGK tersebut ditekankan pada upaya
penanggulangan masalah gizi kurang antara lain :

a) Penanggulangan GAKY
Merupakan kegiatan utuk menurunkan prevalensi GAKY melalui upaya
mencukupi kebutuhan yodium melalui suplementasi kapsul yodium terutama di
daerah rawan GAKY dan kurang mengkonsumsi garam yodium.

Kegiatan yang dilaksanakan adalah :

1. Distribusi kapsul yodium pada bumil, WUS, anak sekolah pada daerah
endimis GAKY disemua wilayah Puskesmas Sine. Pemetaan daerah
endemis dilaksanakan dengan palpasi gondok pada anak sekolah dasar
maksimal sekali / 3 tahun.
2. Mensosialisakan penggunaan garam beryodium dengan cara penyuluhan
GAKY pada masyarakat malalui posyandu, pertemuan warga desa atau
sektor lain serta melaksanakan monitoring garam beryodium sekali /
tahun

b) Penanggulangan AGB (Anemia gizi besi)


Adalah kegiatan menurunkan prevalensi AGB melalui upaya meningkatkan
konsumsi besi melalui suplement tablet zat besi dan konsumsi makanan
sumber zat besi. Kegiatan yang dilaksanakan adalah :

1. Pemberian tablet zat besi pada kelompok sasran terutama bumil


dan wus.
2. Penyuluhan terhadap masyarakat dengan pendekatan pemasaran
sosial untuk mengkonsumsi makanan alami sumber zat besi dan
pemanfaatan pekarangan dengan tanaman sumber zat besi.
3. Sosialisasi tablet tambah darah kepada kelompok sasaran terutama
remaja putri melaui sekolah lanjutan yang dilaksanakan sekali /
tahun.
4. Melaksanakan TTD Mandiri percontohan di sekolah (SMPN 3 Sine)
c) Penangulangan KEP
Adalah kegiatan menurunkan prevalensi KEP melaui upaya meningkatkan status
gizi teritama balita dan bumil. Kegiatan yang dilaksanakan :

1. Pemantauan pertumbuhan balita melalui penimbangan rutin di


posyandu
2. Penyuluhan melaui posyandu terutama tentang makanan yang cukup dan
seimbang untuk balita dan bumil.
3. PMT pemulihan untuk balita KEP dan bumil KEK terutama gakin
4. Rujukan berjenjang dari posyandu, puskesmas dan RSUD.
d) Penangulangan KVA ( Kekurangan Vit A)
Adalah kegiatan menurunkan prevalensi KVA melaui upaya meningkatkan
konsumsi Vit A melaui makanan sumber Vit A dan suplementasi kapsul Vit A
dosis tinggi. Kegiatan yang dilaksanakan :
1. Distribusi kapsul Vit A dosis tinggi pada balita tiap bulan februari dan
agustus sebanyak 1 kapsul serta bufas sebanyak 2 kapsul.
2. Penyuluhan kepada masyarakat tentang KVA dan cara
penanggulangannya.
Selain kegiatan wajib yaitu UPGK, program gizi di Puskesmas Sine juga
melaksankan kegiatan inovatif yaitu Konsultasi gizi dengan sasaran pasien
rujukan dari pelayanan umum dan rawat inap atau Pojok Gizi, selain itu juga
melaksankan UPGI (adalah usaha perbaikan gizi yang menitik beratkan
kegiatannya pembinaan perbaikan gizi bagi kelompok masyarakat yang berada di
institusi). Kegiatan UPGI yang dilaksanakan di Puskesmas Sine adalah
pengelolaan penyelenggaraan makan di Puskesmas rawat inap dan bersalin
(PONED) sebagai upaya menerapkan penyediaan makanan yang berkualitas dan
sesuai dengan pedoman gizi dengan tujuan meningkatkan status gizi pasien
rawat inap melalui penyediaan makanan dan diet yang sesuai dengan syarat gizi.

Kegiatan yang dilaksanakan UPGI antara lain:

1) Merencankan dan menyusun menu untuk pasien sesuai dengan syarat gizi,
diet dan dana.
2) Menyusun kebutuhan bahan makanan untuk pasien
3) Melaksanakan penyelenggaraan makanan biasa dan diit khusus
4) Mengawasi, mementau, dan menilai diit makanan pasien rawat inap dan
PONED
5) Melaksanakan penyuluhan gizi dan dietbagi pasien rawat inap dan rawat
jalan.
6) Melaksanakan pencatatan dan pelaoran kegiatan gizi.
e) PELAKSANAAN PROGRAM GIZI

e.1Penanggulangan KEP
capaian SKDN di wilayah puskesmas Sine adalah sebagai berikut :

NO DESA DATA SKDNT %


S K D N T K/S D/K N/D' D/S N/S

1 NGRENDENG 159 121 107 57 41 75,8 89,1 58,2 67,6 35,6


2 GIRIKERTO 142 125 113 74 27 88,3 90,3 73,2 79,8 52,0
3 HARGOSARI 107 71 58 30 21 66,0 82,0 59,2 54,1 28,0
4 GENDOL 91 61 57 34 18 67,2 92,4 64,9 62,1 36,9
5 SINE 237 216 183 98 66 91,2 84,4 60,0 77,0 41,5
6 KUNIRAN 274 228 199 133 46 83,3 87,3 74,1 72,8 48,5
7 WONOSARI 144 139 122 74 34 96,5 87,8 68,3 84,7 51,4
8 PANDANSARI 124 117 105 69 22 94,0 90,3 75,7 84,9 55,5
9 SUMBEREJO 120 109 92 55 25 90,6 84,4 68,7 76,5 46,0
10 SUMBERSARI 178 129 113 73 26 72,7 87,0 74,0 63,2 40,9
11 TULAKAN 468 363 280 163 74 77,5 77,2 68,7 59,9 34,8
12 KETANGGUNG 251 164 142 78 49 65,2 86,7 61,2 56,5 31,0
13 POCOL 128 117 108 71 30 91,6 92,5 70,4 84,7 55,1
14 JAGIR 428 158 124 73 34 36,9 78,2 68,5 28,9 17,1
15 KAUMAN 210 178 135 70 44 84,5 76,1 61,3 64,3 33,4
PUSKESMAS : 3061 2295 1938 1150 556 75,0 84,4 67,4 63,3 37,6

Tabel 4.6 Capaian SKDN Wilayah Kecamatan Sine

Dari tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa jumlah D/S adalah 63,3%.
Padahal target dari pemerintah adalah 80%. Angka tidak tercapai karena
balita usia 3-5 tahun sebagian besar sudah masuk PAUD, sehingga malas
datang ke posyandu. Penyebab lainnya adalah karena setelah imunisasi,
ibu balita tidak merasa perlu datang ke posyandu, dan faktor lainnya adalah
tempat tinggal orang tua yang berpindah-pindah, sehingga mengurangi
angka kunjungan ke posyandu. Untuk keberhasilan kegiatan penimbangan
di puskesmas yang digunakan adalah nilai D/K sebesar 84,4% karena hasil
S ini adalah angka proyeksi sasaran.
Tabel 4.4 juga menunjukkan bahwa jumlah N/D adalah 64,4%, target
pemerintah adalah 60% balita yang datang dan ditimbang di posyandu
berat badannya naik.

 Status Gizi Balita menurut BB/TB

BB/TB
Umur
Tabel S.Kurus Kurus Normal Gemuk 4.5
Status Gizi
0-23 BLN 0 12 495 42
Balita menurut
BB/TB 24-60 BLN 1 20 648 40

1 32 1143 82 
Status
Gizi Balita menurut TB/U
TB/U
Umur
S.Pendek Pendek Normal Tinggi

0-23 BLN 37 72 423 17

24-60 BLN 53 156 490 10

90 228 913 27
Tabel 4.7 Status Gizi Balita menurut TB/U

 Status Gizi Balita menurut BB/U

BB/U
Umur
S.Kurang Kurang Normal Lebih

0-23 BLN 5 36 492 16

24-60
BLN 13 75 607 14

18 111 1099 30
Tabel 4.7 Status Gizi Balita menurut BB/U

Pada tahun 2017 dilakukan kegiatan Pemantauan Status Gizi (PSG)


pada balita sebanyak 1258 balita. Tabel di atas menunjukkan bahwa masih
ada balita dengan berat badan sangat kurang dan berat badan kurang
masing-masing 18 balita atau 1,43% dan 111 balita atau 8,8% berdasarkan
indeks BB/U. Tahun 2010 pemerintah telah menargetkan untuk prevalensi
gizi kurang sebesar kurang dari 15% dan gizi buruk kurang dari 3,5%
berdasarkan indeks Berat Badan/Umur (BB/U). Indeks BB/U adalah indeks
yang digunakan untuk mengetahui status gizi balita pada saat ini. Indeks
BB/U dipergunakan di Posyandu. Sedangkan gizi buruk berdasarkan indeks
BB/TB selama tahun 2017 ada 1 balita.

e.2 Kegiatan Pos Gizi


Dalam rangka perbaikan dan peningkatan status gizi balita
pemerintah juga memberikan dana untuk kegiatan pos gizi yang
dianggarkan dalam BOK puskesmas. Kegiatan pos gizi adalah kegiatan
pemberian PMT kepada balita yang tidak naik berat badannya selama 2
bulan berturut-turut, gizi kurang dan buruk selama 12 hari berturut-turut.
Adapun PMT berupa menu makanan lengkap. Balita dikatakan naik berat
badannya bila ada kenaikan sebesar 2 ons, selama kurun waktu 12 hari
pemberian PMT tersebut. Tabel 4.8 menunjukkan rekap jumlah balita per
desa yang mengalami kenaikan BB.

HASIL KEGIATAN POS GIZI TAHUN 2017

KENAIKAN BB
NO DESA N % T %

1 NGRENDENG 6 60 4 40
2 SINE 6 60 4 40
3 SUMBEREJO 4 40 6 60
4 KETANGGUNG 5 50 5 50
5 KAUMAN 3 30 7 70
6 KUNIRAN 3 30 7 70
7 HARGOSARI 2 20 8 80
8 TULAKAN 7 70 3 30

36 45% 44 55%

Tabel 4.8 Kenaikan Berat Badan Balita Pos Gizi


Tabel 4.8 menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan program pos gizi adalah
45%. Sejumlah 80 balita yang diikutkan program pos gizi, sebanyak 36
balita berat badannya mengalami kenaikan 2 ons selama 12 hari setelah
diberi PMT berupa makanan lengkap.

3.3 Kegiatan Desa KP-ASI


Pemerintah juga telah memberikan dana melalui BOK untuk
program KP-ASI.
Program KP-ASI adalah Program Kelompok Pendukung ASI yang bertujuan
untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian bayi dan balita. Upaya
pemerintah dalam hal ini adalah pemberian nutrisi pada 1000 HPK
terutama pemberian ASI ekslusive pada bayi usia 0-6 bulan. Pemberian ASI
ekslusive terbukti bisa menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi,
menurunkan angka stunting, prevalensi gizi buruk dan kurang, BBLR, dan
obesitas pada anak. Salah satu upaya pemerintah adalah membentuk
kelompok orang-orang yang menggalakkan penggunaan ASI eklusive.
Semua hal tersebut di atas mempunyai andil yang cukup besar dalam
menciptakan generasi muda yang berkualitas di masa datang. Kegiatan KP
ASI tahun 2017 dilaksanakan di 8 desa di wilayah kerja puskesmas Sine.
Untuk desa yang belum dibentuk KP ASI akan dilaksanakan pada tahun
2018.

e.3 Penanggulangan Kekurangan Vitamin A


Pemerintah telah mencanangkan bulan vitamin A, yaitu Bulan
Februari dan Agustus. Vitamin A biru (100.000 IU) diberikan pada bayi
usia 6-11 bulan, sedangkan vitamin A merah (200.000 IU) diberikan pada
balita usia 12-59 bulan.

N
O NAMA DESA JML. SASARAN CAKUPAN VITAMIN A DALAM TAHUN INI ( L + P )
12-
Bayi 59 Bufas Bayi % A.Blt % 6-59 % Bufas %
(2
x)
1 NGRENDENG 32 127 28 28 88 105 82 133 83 12 43
2 GIRIKERTO 28 114 28 25 89 131 114 156 110 21 75
3 HARGOSARI 20 87 19 12 60 64 73 76 71 12 63
4 GENDOL 18 73 18 9 50 27 36 36 39 12 67
5 SINE 46 191 38 39 85 170 89 209 88 18 47
6 KUNIRAN 52 222 58 56 108 173 78 229 84 27 47
7 WONOSARI 28 116 25 35 125 100 86 135 93 13 52
8 PANDANSARI 24 100 24 22 92 104 104 126 102 15 63
9 SUMBEREJO 24 96 25 20 83 94 98 114 95 15 60
10 SUMBERSARI 36 142 29 42 117 105 74 147 83 14 48
11 TULAKAN 90 378 98 66 73 264 70 330 71 53 54
12 KETANGGUNG 50 201 52 32 64 118 58 150 60 19 37
13 POCOL 24 104 20 18 75 99 95 117 91 6 30
14 JAGIR 84 344 94 31 37 120 35 151 35 37 39
15 KAUMAN 42 168 36 30 71 122 73 152 72 25 69
78 73 74 51
PUSKESMAS 598 2.463 592 465 1.793 2.258 299

Tabel 4.9 Tabel Cakupan Pemberian Vitamin A

Target pemerintah untuk vitamin A biru adalah 80 %. Tabel 4.9


menunjukkan ada beberapa desa yang pencapaian vitamin A Biru belum
tercapai yaitu, desa Hargosari, Gendol, Tulakan, Ketanggung, Pocol,
Jagir, Kauman. Untuk pencapaian Puskesmas baru 78 %. Untuk
pencapaian vitamin A Merah juga masih ada bebrapa desa yang belum
tercapai pencapainnya yaitu Desa Hargosari, Gendol, Kuniran,
Sumbersari Tulakan, Ketanggung, Pocol, Jagir, dan Kauman. Untuk
Pencapaian Vitamin A Merah Puskesmas yaitu 73 %. Hal tersebut
dikarenakan pencatatan dan pelaporan pemberian vitamin A kurang
maksimal. Solusi yang diambil agar capaian vitamin A meningkat supaya
pencatatan dan pelaporan diperbaiki dan ditertibkan .
e.4. Penanggulangan Anemia
Anemia adalah keadaan kurang darah dengan tanda-tanda 5
L(Letih, Lemah, Lesu, Lunglai, Lalai). Gejala-gejala ini banyak dijumpai
pada ibu-ibu hamil, ibu meneteki, pekerja-pekerja, dan pada anak
sekolah. Anemia dapat menyebabkan adanya gejala-gejala kelemahan
badan, menurunnya daya kerja/produktivitas, dan menurunnya
konsentrasi belajar pada siswa. Tahun 2017 program pemberian Tablet
Tambah Darah selain diberikan pada ibu hamil, menyusui, juga pada
remaja putri siswa SLT, sampai dengan SLTA. Grafik 3.5 menunjukkan
Tablet Tambah Darah yang diberikan pada ibu hamil pada trimester
pertama dan ketiga.

NO NAMA DESA JUMLAH FE-1 FE-3


IBU
HAMIL n % n %

1 NGRENDENG 30 19 63,3 12 40,0


2 GIRIKERTO 30 15 50,0 21 70,0
3 HARGOSARI 22 13 59,1 11 50,0
4 GENDOL 20 12 60,0 12 60,0
5 SINE 40 17 42,5 20 50,0
6 KUNIRAN 60 31 51,7 20 33,3
7 WONOSARI 27 15 55,6 10 37,0
8 PANDANSARI 25 18 72,0 12 48,0
9 SUMBEREJO 26 13 50,0 12 46,2
10 SUMBERSARI 31 17 54,8 18 58,1
11 TULAKAN 100 54 54,0 49 49,0
12 KETANGGUNG 54 15 27,8 19 35,2
13 POCOL 22 10 45,5 8 36,4
14 JAGIR 96 43 44,8 45 46,9
15 KAUMAN 38 21 55,3 17 44,7
PUSKESMAS : 621 313 50,4 286 46,1

Tabel 4.10 Distribusi Fe1 Dan Fe3 Ibu Hamil

Target pemerintah untuk pemberian TTD pada ibu hamil trimester pertama
dan ketiga adalah 90 %. Capaian program TTD ibu hamil, baik Fe1 maupun Fe3 kurang
dari target, hal ini disebabkan karena tempat periksa ibu hamil tidak di satu tempat,
ada yang berpindah-pindah, sehingga menyulitkan petugas untuk pencatatan dan
pelaporannya. Adapun untuk Tablet Tambah Darah yang diberikan pada pelajar putri
adalah sebagai berikut ini
DISTRIBUSI TABLET FE PADA REMAJA PUTRI TINGKAT
SLTP/SEDERAJAD

NO SEKOLAH SISWA PUTRI JUML.FE

1 SMPN 1 SINE 317 1585


2 SMPN 2 SINE 160 800
3 SMPN 3 SINE 65 325
4 MTS YASPI SINE 18 90
5 MTS AL IRSYAD 37 185
6 MTSN KETANGGUNG 196 980
SMP MUH
9 45
7 PLOSOREJO
SMP MUH
14 70
8 NGLENCONG
816 4080
JUMLAH

Tabel 4.11 Distribusi tablet FE pada Remaja Putri tingkat SLTP

DISTRIBUSI TABLET FE PADA REMAJA PUTRI TINGKAT


SLTA/SEDERAJAD

SISWA
NO SEKOLAH JUML.FE
PUTRI
1 SMAN 1 SINE 436 2180
2 SMKN 1 SINE 319 1595
3 SMK PGRI 9 NGAWI 36 180
JUMLAH 791 3955

Tabel 4.11 Distribusi tablet FE pada Remaja Putri tingkat SLTA

e.5 Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium (GAKY)


Gangguan akibat kurang yodium adalah serangkaian gejala yang
timbul sebagai akibat dari tubuh yang mengalami kekurangan yodium
secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup panjang
(sekurang-kurangnya 6 bulan secara terus-menerus). Kandungan zat
yodium ada di dalam tanah, air, dan makanan laut. Apabila tanah di
daerah tersebut erosi, tandus, atau berkapur, kemudian airnya hanya
sedikit mengandung yodium, jarang mengkonsumsi ikan laut, memasak
tidak menggunakan garam beryodium, dapat dipastikan orang tersebut
kekurangan yodium. Untuk mengetahui apakah orang di daerah tersebut
kurang yodium atau tidak adalah dengan mengetest garam yang biasa
dipergunakan untuk memasak. Monitoring garam ini dilakukan di
sekolah-sekolah SD di seluruh desa di Kecamatan Sine. Satu SD
mewakili desa tersebut.
Tabel 4.12 menunjukkan hasil monitoring garam yang telah dilakukan selama
tahun 2017. Monitoring garam adalah mengetes garam yang dibawa oleh siswa SD
kelas 4 dan 5 yang diambil acak sebanyak 26 siswa dengan Iodina Test. Bila dari 26
garam tersebut ada lebih dari 2 sampel yang tidak ada kandungan yodiumnya, maka
desa tersebut dikatakan tidak baik, sebaliknya jika hanya ada 2 atau kurang dari 2,
yang tidak ada kandungan yodiumnya, maka dikatakan desa baik.
HASIL UJI
NO DESA
CUKUP KURANG TDK ADA
N % N % N %
1 SINE 23 88,46 1 3,85 2 7,69
2 KUNIRAN 24 92,31 2 7,69 0 0
3 SUMBEREJO 24 92,31 2 7,69 0 0,00
4 GENDOL 26 100,00 0 0,00 0 0
5 SUMBERSARI 19 73,08 7 26,92 0 0,00
6 HARGOSARI 21 80,77 5 19,23 0 0
7 TULAKAN 22 84,62 1 3,85 3 11,54

JUMLAH 159 87,36 18 9,89 5 2,75

Tabel 4.12 Hasil Monitoring Garam Beryodium

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa baru 3 desa dari 7 desa yang


diperiksa di wilayah Kecamatan Sine yang termasuk desa baik. Upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan capaian desa dengan garam
beryodium baik selain melalui penyuluhan juga dengan memberikan
laporan hasil kepada pihak sekolah siswa mana saja yang garamnya
belum memenuhi syarat untuk mengganti dengan garam beryodium
cukup seperti yang digunakan siswa lain yang hasil garamnya sudah
bagus. Memberikan informasi cara penyimpanan garam yang baik.
Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan alat iodina tes sehingga
tidak bisa menyeluruh ke masyarakat dalam melakukan tes garam
beryodium.

e.6 Survey KADARZI


Salah satu sasaran dari strategi Departemen Kesehatan adalah
seluruh Keluarga Sadar Gizi (KADARZI), sebagaimana tertuang dalam
KEMENKES RI No. 564/MENKES/SK/VIII/2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Desa Siaga. KADARZI adalah suatu keluarga yang mampu
mengenal, mencegah, dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya.
Suatu keluarga disebut KADARZI apabila telah berperilaku gizi yang baik
secara terus-menerus. Perilaku sadar gizi yang diharapkan terwujud
minimal adalah :
1. Menimbang berat badan secara teratur.
2. Memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai usia 6 bulan
(Asi Ekslusive).
3. Makan beraneka ragam.
4. Menggunakan garam beryodium.
5. Minum suplemen gizi sesuai anjuran.

HASIL KADARZI

NO NAMA DESA KADARZI TDK KADARZI


N % N %

1 HARGOSARI 16 72,73 6 27,27

2 KUNIRAN 7 31,82 15 68,18

3 SUMBERSARI 13 59,09 9 40,91

4 GENDOL 11 50 11 50

5 JAGIR 10 45,45 12 54,55

6 TULAKAN 14 63,64 8 36,36

7 POCOL 14 63,64 8 36,36

8 GIRIKERTO 18 81,82 4 18,18

9 NGRENDENG 12 54,55 10 45,45

10 PANDANSARI 3 13,64 19 86,36

11 KETANGGUNG 13 59,1 9 40,9

12 WONOSARI 13 59,1 9 40,9

13 KAUMAN 8 36,36 14 63,64

14 SUMBEREJO 12 54,55 10 45,45

15 SINE 5 22,73 17 77,27

TOTAL 169 51,21 161 48,79

Tabel 4.13 berikut menunjukkan jumlah KK yang sudah KADARZI

Dari Tabel 4.13 menunjukkan bahwa capaian KADARZI hanya 51,21%,


padahal target 100%. Terjadi kesenjangan 48,79%. Hal ini terjadi karena
faktor ekonomi, pengetahuan, kesadaran, pendidikan, dan faktor lainnya.
Program gizi harus bekerja sama dengan bamyak lintas sektor agar
capaian KADARZI bisa terwujud.
Selama ini telah dilakukan upaya perbaikan gizi mencakup
promosi gizi seimbang termasuk penyuluhan gizi di Posyandu, fortifikasi
pangan, pemberian makanan tambahan termasuk MP-ASI, pemberian
suplemen gizi (kapsul vitamin A dan tablet Tambah darah/TTD),
pemantauan dan penanggulangan gizi buruk. Kenyataannya masih
banyak keluarga yang belum berperilaku gizi yang baik sehingga
penurunan masalah gizi berjalan lamban.
Masih banyaknya kasus gizi kurang menunjukkan bahwa asuhan
gizi di tingkat keluarga belum memadai. Oleh sebab itu diperlukan upaya
pemberdayaan melalui pendampingan. Pendampingan keluarga KADARZI
adalah proses mendorong, menyemangati, membimbing, dan memberikan
kemudahan oleh kader pendamping kepada keluarga guna mengatasi
masalah gizi yang dialami.

Masalah gizi adalah masalah yang kompleks. Masalah gizi tidak


bisa dilihat secara medis saja, tetapi ditinjau dari berbagai sudut, agar
berbagai pihak menyadari akan peranan dan tanggung jawabnya terhadap
masalah gizi.
Dalam usaha penanggulangan masalah gizi, kegiatan yang
dilakukan menitikberatkan pada usaha pencegahan, walaupun usaha
pemulihan (rehabilitasi) gejala kurang gizi tetap dilakukan. Pada usaha
pencegahan berarti upaya yang harus dilakukan adalah menghilangkan
atau sekurang-kurangnya mengurangi faktor-faktor penyebab yang dapat
menimbulkan adanya masalah gizi.
Berbagai faktor yang dapat berpengaruh terhadap timbulnya
masalah gizi ditanggulangi secara keseluruhan. Atas dasar ini, petugas
kesehatan dan instansi terkait harus berusaha memperbaiki sektor
kesehatan, produksi pangan, ekonomi, sosial budaya, dan juga
pentingnya membentuk “Sadar Gizi” di masyarakat.
Target Total
Target Prosentase
Tahun Sasaran Capaian
sasaran capaian
2017 (P)

A. PENANGGULANGAN
GANGGUAN GIZI

1. Pemberian kapsul vitamin


A dosis tinggi pada bayi 85% 293 249.05 232 79.18%
umur 6-11 bulan

2. Pemberian kapsul vitamin


A dosis tinggi pada balita
85% 2403 2042.55 1629 67.79%
umur 12-59 bulan 2 (dua)
kali setahun

3. Pemberian 90 tablet Besi


90% 648 583.2 575 88.73%
pada ibu hamil
4. Pemberian Tablet Tambah
Darah pada Remaja Putri 20% 1607 321.4 1607 100.00%

B. PEMANTAUAN STATUS
GIZI
1.Pemberian PMT-P pada
85% 19 16.15 19 100.00%
balita kurus

2. Ibu Hamil KEK yang


65% 32 20.8 32 100.00%
mendapat PMT-Pemulihan

3..Cakupan balita gizi buruk


mendapat perawatan sesuai
standar tatalaksana gizi
100% 0 0 0 0
buruk

Tabel 4.14 Tabel Capaian Program Gizi 2017

Dari tabel capaian program gizi diatas dapat diketahui bahwa ada 3
kegiatan yang belum mencapai target yaitu :
1. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi umur 6 – 11 bulan
2. Pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi umur 12 – 59 bulan 2 kali
setahun
3. Pemberian tablet Tambah darah pada remaja putri

PROGRAM PENUNTASAN GIZI BURUK


Dari data program gizi tahun 2017 untuk wilayah kecamatan sine tidak
terdapat bayi dengan status gizi buruk sesuai standar kriteria gizi buruk. Namun
bayi dengan status gizi kurang sangat banyak. Hal tersebut kecamatan sine
belum bisa dikatakan bebas dari maslah gangguan gizi. Mengingat masih
banyaknya kasus gizi kurang di kecamatan sine tersebut, maka sesuai arahan
dari ibu ketua penggerak PKK kabupaten Ngawi mulai diarahkan program
RESTU IBU wilayah Sine pada balita dengan gizi k urang dengan :
1. Pos Pemulihan gizi bagi balita gizi buruk dan kurang.
2. Kegiatan Orang tua asauh bagi balita gizi kurang,
Rencana pelaksananaan adalah dengan merangkul lintas sektor guna
menguatkan program dan pelaksanaan orang tua asuh bagi balita dengan
problem gizi.

4. UPAYA PELAYANAN KESEHATAN IBU, ANAK DAN


KELUARGA BERENCANA

Upaya Pelayanan Kesehatan Ibu , Anak dan Keluarga


Berencana
Kesehatan
Ibu
1.Pelayanan
100.
kesehatan untuk 89% bumil 648 576.72 648
00%
ibu hamil (K1)
2.Pelayanan
88.7
kesehatan untuk 89% bumil 648 576.72 575
3%
ibu hamil (K4)
3.Pelayanan
Persalinan oleh 57.6
96% bulin 950 912 548
tenaga kesehatan 8%
(Pn)
4.Pelayanan
Persalinan oleh
42.3
tenaga kesehatan 96% bufas 950 912 402
2%
di fasilitas
kesehatan
5.Pelayanan Nifas
84.3
oleh tenaga 96% bufas 618 593.28 521
0%
kesehatan (KF)
6.Penanganan
37.2
komplikasi 80% bumil 778 622.4 290
8%
kebidanan (PK)

Kesehatan Bayi
1.Pelayanan
Kesehatan 77.2
98% bayi 88 68
neonatus pertama ( 7%
KN1)
2.Pelayanan
Kesehatan 70.2
96% bayi 598 574.08 420
Neonatus 0 - 28 3%
hari (KN lengkap)
3.Penanganan
73.4
komplikasi 80% bayi 98 78.4 72
7%
neonatus
4.Pelayanan
78.1
kesehatan bayi 29 96% bayi 685 657.6 535
0%
hari - 11 bulan

Kesehatan Anak Balita dan Anak Prasekolah


1. Pelayanan
kesehatan anak anak 1960.5 79.3
84% 2334 1851
balita (12 - 59 balita 6 1%
bulan)
2. Pelayanan 84% balita 685 575.4 582 84.9
kesehatan balita (0 6%
- 59 bulan)
3.Pelayanan
kesehatan Anak pra 86.8
80% apras 671 536.8 583
sekolah (60 - 72 9%
bulan)

Kesehatan Anak Usia Sekolah dan Remaja


1. Sekolah
setingkat
SD/MI/SDLB yang
sekola 100.
melaksanakan 100% 44 44 44
h 00%
pemeriksaan
penjaringan
kesehatan
2. Sekolah
setingkat
SD/MI/SDLB yang
sekola 100.
melaksanakan 90% 8 7.2 8
h 00%
pemeriksaan
penjaringan
kesehatan
3. Sekolah
setingkat
SMA/MA/SMK/SMA
LB yang sekola 100.
90% 3 2.7 3
melaksanakan h 00%
pemeriksaan
penjaringan
kesehatan
4.Murid kelas I
setingkat
SD/MI/SDLB yang 100.
100% anak 641 641 641
diperiksa 00%
penjaringan
kesehatan
5.Murid kelas VII
setingkat
SMP/MTs/SMPLB 100.
90% anak 554 498.6 554
yang diperiksa 00%
penjaringan
kesehatan
6.Murid kelas X
setingkat
SMA/MA/SMK/SMA 100.
90% anak 557 501.3 557
LB yang diperiksa 00%
penjaringan
kesehatan
7. Pelayanan 5083.9 48.6
67% anak 7588 3691
kesehatan remaja 6 4%

2.1.3.5. Pelayanan Keluarga Berencana (KB)


1.KB aktif
(Contraceptive 2650.9 1.82
69% pus 3842 70
Prevalence Rate/ 8 %
CPR)
3.30
2. Peserta KB baru 10% pus 303 30.3 10
%
3. Akseptor KB 25.1
< 10% pus 1000 100 251
Drop Out 0%
4. Peserta KB
3.50 10.0
mengalami < pus 1000 35 100
% 0%
komplikasi
5. Peserta KB
12.50 20.1
mengalami efek < pus 1000 125 201
% 0%
samping
6. PUS dengan 4 T #DI
80% pus 0
ber KB V/0!
7. KB pasca 18.9
60% bufas 423 253.8 80
persalinan 1%
8. Ibu hamil yang #DI
90% bumil 0
diperiksa HIV V/0!
Tabel 4.15 Capaian Kinerja Program KIA/KB 2017

Dri tabel capaian kinerja program KIA, KB diatas bisa diketahui bahwa kegiatan berikut
ini yang belum mencapai target adalah sebagai berikut :

A. PELAYANAN KESEHATAN IBU

1. Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil (K4)


2. Pelayanan Persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn)
3. Pelayanan Persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan
4. Pelayanan Nifas oleh tenaga kesehatan (KF)
5. Penanganan komplikasi kebidanan (PK)

B. PELAYANAN KESEHATAN BAYI

1. Pelayanan Kesehatan neonatus pertama ( KN1)

2. Pelayanan Kesehatan Neonatus 0 - 28 hari (KN lengkap)

3. Penanganan komplikasi neonates

4. Pelayanan kesehatan bayi 29 hari - 11 bulan

C. Kesehatan Anak Balita dan Anak Prasekolah

1. Pelayanan kesehatan anak balita (12 - 59 bulan)


2. Pelayanan kesehatan balita (0 - 59 bulan)
3. Pelayanan kesehatan Anak pra sekolah (60 - 72 bulan)

D. KESEHATAN ANAK USIA SEKOLAH DAN REMAJA

Untuk pelayanan kesehatan anak usia sekolah dan remaja hamper semua indikator
kegiatan layanan.sudahtercapai. Namun hanya ada satu yg belum tercapai yakni

 Pelayanan kesehatan remaja

E. PELAYANAN KELUARGA BERENCANA (KB)

Semua indicator capaian layanan belum tercapai, yakni :

1. KB aktif (Contraceptive Prevalence Rate/ CPR)


2. Peserta KB baru
3. Akseptor KB Drop Out
4. Peserta KB mengalami komplikasi
5. Peserta KB mengalami efek samping
6. PUS dengan 4 T ber KB
7. KB pasca persalinan
8. Ibu hamil yang diperiksa HIV
F. KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA

 Pelaksanaan Kegiatan

NO KEGIATAN BULAN KET

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Pencatatan dan Pelaporan x x x x x x x x x x x x

2. Penyuluhan x x x x x x x x x x x x

3. Screening x x

4. KRR x x

5. Perkonselor Remaja x

6. Pelayanan Kesehatan Anak x x x x x x x x x x x x


Usia Sekolah

7. Konseling Anak Sekolah dan x x x x x x x x x x x x


Remaja

Tabel 4.16 Jadwal Kegiatan Program KRR 2017


 Hasil Pelaksaan Kegiatan
Pelaksanaan kegiatan KRR pada tahun 2017 sudah bisa terlaksana sesuai jadwal
yang ditentukan . Hasil pelaksanaan kegiatan sebagai berikut :

1. Remaja yang mendapatkan KIE


1.1. Siswa SD/ MI yang mendapatkan KIE KRR

- Jumlah SD/MI yang ada : 44 SD/ MI


- Jumlah SD/ MI yang mendapatkan KIE 100%
- Jumlah siswa kelas V , VI yang ada : 1311 siswa
- Jumlah siswa kelas V, VI yang di KIE : 1311 siswa ( 100 % )
1.2. Siswa SMP / MTS yang mendapatkan KIE KRR

- Jumlah SMP/MTS yang ada : 8 SMP/MTS


- Jumlah SMP/MTS yang mendapatkan KIE 100%
- Jumlah siswa kelas I, II, III yang ada : 1739 siswa
- jumlah siswa II yang di KIE : 602 siswa ( 34,6 % )
1.3. Siswa SMA/SMK yang mendapatkan KIE

- Jumlah SMA/SMK yang ada : 3 SMA/SMK


- Jumlah SMU yang mendapatkan KIE 100%
- Jumlah siswa kelas I, II, III yang ada : 1636 siswa
- Jumlah siswa kelas I,II, III yang di KIE : 1165 ( 71,2 % )
2. Remaja yang mendapatkan konseling
Remaja yang mendapatkan konsling sejumlah 298 orang

3. Remaja yang mendapatkan pelayanan medis


Remaja yang mendapatkan pelayanan medis sebanyak 3393 orang dengan
rincian sebagai berikut:

- Merokok : 312
- Gangguan haid : 264
- Sex pranikan : 12
- Kehamilan remaja : 22
- Anemia : 61
- Gangguan gizi : 28
- Gangguan penglihatan : 22
- IMS :-
- HIV/ AIDS :-
- Abortus :-
- KTA :-
- Lain-lain : 2139
4. Remaja yang diskrening
Siswa SMP/ MTS yang diskrening : 554 siswa

Siswa SMU yang diskrening : 577 siswa

 Masalah dan Hambatan


Pada tahun 2017 ini hasil capaian dari KRR 93,4% turun dibandingkan
tahun 2016 yang hanya mencapai 98,7 % semua ini dikarenakan ditahun 2017
yang masuk menjadi sasaran pelayanan kesehatan remaja adalah remaja
hanya yang mendapatkan pelayanan di puskesmas atau imunisasi saja .Pada
progran KRR ini masih banyak sekali ditemukan masalah yang dihadapi, baik
dari pihak sekolah yang masih menganggap bahwa KRR adalah hanya
kebutuhan dan tugas pihak puskesmas. Selain itu juga dari pihak masyarakat
masih menganggap tabu tentang sex education, padahal semakin tahun angka
kehamilan remaja semakin meningkat, serta banyak remaja yang merokok
diusia sekolah.

1. Kepedulian Linsek untuk program KRR masih kurang (Muspika,


Dindik, dan pihak Sekolah)
2. Kegiatan belum bisa terlaksana secara maksimal
3. Pencatatan dan pelaporan belum bisa terlaksana secara maksimal ,
terutama kejadian kasus remaja diluar sekolah.

 Pemecahan Masalah
1. Meningkatkan kepedulian dan kerjasama antar Linsek dengan cara
pendekatan proaktif dari Nakes
2. Pelaksanaan kegiatan lebih maksimal terutama kewilayah diluar
sekolah
3. Meningkatkan koordinasi/kerjasama lintas program dan lintas sektor
agar semua kasus-kasus remaja yang terjadi diluar sekolah dapat
terdeteksi, tercatat dan tertangani oleh semua pihak

G. KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN LANSIA

 Kegiatan pelayanan kesehatan didalam gedung


Kegiatan pelayanan kesehatan bagi lansia didalam gedung meliputi :
pendaftaran, pelayanan gawat darurat, pelayanan/pemeriksaan kesehatan,
pelayanan/pemeriksaan penunjang (pelayanan laboratorium, pelayanan
gizi,dll), pelayanan farmasi, KIE promosi kesehatan, pencatatan dan pelaporan.

 Kegiatan pelayanan diluar gedung


Pelayanan kesehatan diluar gedung terutama ditekankan pada upaya
pemberdayaan masyarakat karena permasalahannya sangat kompleks dan
saling berkaitan. Permasalahan padalansia pada umumnya seperti penurunan
kualitas hidup, kebugaran fisik dan mental, dimana kondisi ini dipengaruhi oleh
stigma negatif tentang lansia oleh sebagian besar masyarakat, oleh karena itu
perlu adanya suatu gerakan pemberdayaan masyarakat khususnya lansia,
keluarga dan masyarakat pada umumnya.

Jenis pelayanan kesehatan diluar gedung yang diberikan pada lansia antara lain:

1. Posyandu lansia
Pelayanan kesehatan diposyandu lansia meliputi pemeriksaan fisik dan mental
emosional. KMS (kartu Menuju Sehat) lansia sebagai pencatat dan pemantau
untuk mengetahui lebih awal tentang penyakit yang dideritan(deteksi dini) atau
ancaman masalah kesehatan yang dihadapidan mencatat perkembangannya.
Posyandu lansia dilakukan dalam 5 tahapan yaitu:

a) Pendaftaran
b) pencatatan kegiatan sehari-hari, penimbangan BB &pengukuran TB
c) pengukuran tekanan darah,pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan status
mental
d) laboratorium (pemeriksaan HB, pemeriksaan urine)
e) penyuluhan/konseling
f) Aktifitas fisik bagi lansia
Beberapa contoh aktifitas fisik (olah raga) yang dapat dilakukan oleh lansia
dalam memelihara kebugaran serta kesegaran fisik antara lain:

a) Pekerjaan rumah dan berkebun merupakan salah satu sarana untuk


mengembangkan hobi. Hal tersebut bisa memberikan suatu latihan yang
dibutuhkan untuk menjaga kesegaran jasmani, tetapi harus dikerjakan
secara cepat, agar nafas sedikit lebih cepat, denyut jantung lebih cepat dan
otot menjadi lelah.
b) Senam lansia dan jalan sehat
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan sehingga
tidak memberatkan para bapak dan ibu lansia. Aktifitas olah raga ini akan
membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang
tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal dan
membantumenghilangkan radikal bebas yang berkeliaran didalam tubuh.
Jenis-jenis senam lansia yang biasa diterapkan, meliputi senam kebugaran
lansia, senam otak, senam osteoporosis, senam hipertensi, senam
diabetes melitus, olahraga rekreatif/jalan santai, senam jantung, senam
asma,dll.

Semua senam dan aktifitas olahraga ringan tersebut sangat bermanfaat


untuk menghambat proses degeneratif/penuaan. Senam ini sangat
dianjurkan untuk mereka yang memasuki usia pralansia (45th) dan usia
lansia (65thn keatas).

Demikian juga dengan jalansehat adalah jenis suatu aktifitas olahraga


yang dianjurkan bagi lansia. jalan sehat baik untuk meregangkan otot-otot
kaki dan bila jalannya makin lama makin cepatakan bermanfaat untuk
meningkatkan dayatahan tubuh.

Dengan mengikuti senam lansia dan jalan sehat efek minimalnya adalah
lansia merasa berbahagia, senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak
dan fikiran tetap segar.

c) Home Care Lansia


Home care lansia adalah suatu bentuk pelayanan komprehensif yang
bertujuan memandirikan lansia dan keluarganya yang diberikan dirumah
lansia, dengan melibatkan lansia dan keluarganya sebagai subjek untuk
berpartisipasi merencanakan kegiatan perawatan dan dilakukan dalam
bentuk tim.

Perawatan kesehatan lansia dirumah adlah sebagai salah satu kegiatan


yang bernuansa pemberdayaan keluarga akan berjalan dengan baik dan
optimal bilaman ditunjang oleh lansia, pengasuh, pengelola perawatan
kesehatan lansia dirumah dan petuga kesehatan.

Perawatan lansia dirumah merupakan cara yang terbaik karena:

 Mempererat hubungan kekeluargaan


 Hubungan dengan anak dan cucu tetap terjagasehingga kebutuhan
psikologilansia lebih terpenuhi dirumah dibandingkan diinstitusi (panti).
Lansia yang dirawat dirumah akan lebih baiksecara psikologi maupun financial, dan
untuk memudahkan keluarga merawat lansia dibutuhkan pelatihan dan
pelayanan konseling.

 Rencana Pelaksanaan Kegiatan program Lansia 2017


Targe Bulan
NO Variabel Kegiatan Ket
t 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Progtam Inovatif

1. Santun lansia

Penyuluhan 4 1 1 1 1
Hipertensi

Penyuluhan DM 4 1 1 1 1

Penyuluhan Mata 4 1 1 1 1

PenyuluhanGizi 4 1 1 1 1

Penyuluhan 4 1 1 1 1
gangguan Reproduksi

Tabel 4.17 Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Lansia 2017


 Hasil Kegiatan
 Hingga akhir 2017 terdapat 15 posyandu Lansia di wilayah kecamatan
Sine, sebagai berikut :

No Posyandu Lansia Desa Pembina Desa

1 Wonosari Wonosari Emi diana r

2 Pandansari Pandansari Fitri pitasari

3 Pocol Pocol Ovi mardiyantini

4 Gendol Gendol Niken panca widayati

5 Hargosari Hargosari Sayuk ananingsih

6 Ngrendeng Ngrendeng Ririn krisdiana

7 Girikerto Girikerto Sri arinah

8 Sumberrejo Sumberjo Rini wahyuningsih

9 Sumbersari Sumbersari Tutik hariyanti

10 Kuniran Kuniran Wiwin fajar suryani

11 Tulakan Tulakan Retno w/ Prihanita loli

12 Ketanggung Ketanggung Dwi suryani/Devi endah

13 Jagir Jagir Dewi fajar/ Ismiyanti

14 Kauman Kauman Arifatul Hidayah

15 Sine Sine Suharyani


Tabel 4.18 Daftar Nama Posyandu Lansia Kecamatan Sine
 Pelaksanaan Kegiatan Lansia Tahun 2017

Bulan
n Variabel Targe
jml
o kegiatan t
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Pelayana
n
1 Kegiatan 1028 25
569 426 217 158 110 132 138 235 144 264 140 2883
. Pra 4 0
Lansia
-Baru

Pra
30
Lansia - 666 355 257 148 182 241 255 223 250 201 3082
4
Lama

Lansia
15
7049 754 670 215 164 160 108 300 250 119 152 82 3126
2
- Baru

37
-Lama 811 466 455 342 356 514 270 351 377 401 4604
7

Tabel 4.19 Hasil Capaian kegiatan Lansia 2017

No Variable Jumlah Target Pencapaian Kesenjangan


lansia Nom % Nom % Nom %

pra 0
lansia

1. SPM lansia 7049 7049 70 7018 99% 31


dan

pra lansia 10283


2. 10283 70 5620 54% 4663 16 %

Tabel 4.20 Hasil Capaian kegiatan Lansia 2017

 Permasalahan dan rencana pemecahan masalah


Dari tabel capaian kegiatan lansia secara keseluruhan diketahui bahwa
kegiatan program lansia (khususnya yang Pra lansia) belum mencapai target.
Hal tersebut dimungkinkan oleh karena :
1. Kurang aktifnya Pra Lansia berkunjung ke posyandu dikarenakan tidak ada
yang mengantar
2. Kurangnya kegiatan lain di posyandu lansia
3. Pelatihan / penbinaan kader lansia secara khusus belum ada
4. Kurangnya pengertian masyarakat tentang posyandu lansia dan
manfaatnya
5. Kurangnya Tanggapan lintas sektor tentang posyandu lansia
6. Masih rendahnya kesadaran lansia untuk ikut senam lansia
Sebagai upaya untuk mengatasi kendala dan hambatan tercapainya
target program lansia tersebut, direncanakan :
1. Desiminasi dan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya kesehatan lansia
2. Menambah kegiatan di posyandu lansia:
Arisan
Senam lansia
Penyuluhan
Laboratorium sederhana
Pengobatan dasar di posyandu lansia
3. Mengadakan Pembinaan kader lansia di puskesmas
4. Meningkatkan kerja sama lintas sektor dan lintas program
5. Meningkatkan rutinitas kegiatan senam lansia yang berfariasi
6. Penambahan jumlah/pengetahuan etos kerja kader
7. Optimalisasi program PHN

H. PELAYANAN KESEHATAN ANAK

5. P2P (KUSTA, HIV/AIDS, TB, IMUNISASI, DIARE, PHN, JIWA,


PTM, INDERA, KECACINGAN, HEPATITIS, KESORGA, KES. HAJI,
ISPA / Pneumonia

1. PROGRAM KUSTA
Kegiatan yang dilakukan oleh P2 Kusta antara lain :
- Penemuan penderita baru
- Pemeriksaan keluarga yang sudah RFT
- Pemeriksaan keluarga yang sudah RFC
- Pemeriksaan kontak penderita
- Pemeriksaan kontak Anak Sekolah (yang dekat penderita)
- Pelacakan Kasus mangkir

HASIL KEGIATAN PROGRAM KUSTA

KENDALA DAN HAMBATAN

USULAN
2. PROGRAM HIV/AIDS
Kegiatan tahun 2017 :
a. Penyuluhan dan Promosi tentang HIV/AIDS 100%
b. Pelacakan Kasus baru
c. Pemantauan kepatuhan minum obat ARV
d. Penemuan dan tatalkasana kasus mangkir
e. Pelatihan pemulasaraan jenazah HIV/AIDS
f. Pemeriksaan Rapid tes HIV pada ibu Hamil

PEMERIKSAAN RAPID TEST HIV

Target pemeriksaan rapid test HIV pada ibu hamil pada tahun
2017 adalah 648, sedangkan capaian adalah sebagai berikut :
Data capaian rapid tes HIV sesuai data KIA :

NO BULAN CAPAIAN

1 Januari 31

2 Februari 50

3 Maret 41

4 April 32

5 Mei 39

6 Juni 19

7 Juli 43

8 Agustus 39

9 September 30

10 Oktober 46

11 November 82

12 Desember 57

total 509

Ada 2 yang di ulang dalam interval window period sehingga total


511. Sedangkan data capaian rapid test HIV sesuai data unit Laborat
adalah sejumlah 603. Terlihat ada ketidak sesuaian antara data KIA dan
Laborat sehingga kedepannya perlu lebih jeli dan telti dalam pencatatan
serta koordinasi lintar program harus lebih ditingkatkan lagi.
Dari target 100 % pemeriksaan rapid test pada bumil sejumlah
648 orang baru tercapai 78,86 % (dari data KIA atau 93,06 % (menurut
data Unit Laboratorium).
Sampai tahun 2017 tercatat 32 orang penderita HIV/AIDS dengan
rincian :
- 10 ODHA yang masih hidup
- 22 ODHA yang sudah meninggal
- Ada 2 orang penderita baru.

KEGIATAN INTEGRASI TB-HIV


Adalah kegiatan pemeriksaan rapid test HIV pada penderita TBC.
Tahun 2017 tidak ada pasien yang masuk program TB HIV

KENDALA DAN HAMBATAN :


1. Kurangnya koordiinasi lintas program dan lintas sektor
2. Sosial ekonomi ODHA yang kurang yg berpengaruh pada
kelangsungan pengobatan ARV (biaya transport)
3. Beban tugas yang rangkap pada programer
4. Kurang koordinasi dg linsek (praktek swasta)
5. Peran linsek yang masih minim ( dukungan dana, promotif,
preventif, dukungan langsung untuk penderita, pengadaan perangkat
pemnadian jenazah)
6. Masih adanya sikap diskriminasi pada ODHA

USULAN :
1. Penambahan fasilitas pengambilan obat ARV yang lebih dekat
2. Fasilitas sepeda motor bagi programer HIV/AIDS
3. Pengadaan sarana penyuluhan HIV/AIDS
4. Peningkatan koordinasi lintas program dan lintas sektor

3. PROGRAM DIARE
Kegiatan yang dilakukan oleh P2 Diare antara lain :
- Penemuan penderita baru
- Kompilasi data lewat simpus
- Kompilasi data yankes Swasta
- Surveylen jika ada KLB
- Penyuluhan Penyakit diare
- Perawatan kasus diare di Ruang Rawat Inap
CAPAIAN PROGRAM ISPA
KENDALA DAN HAMBATAN
USULAN

4. PROGRAM PMS :
Kegiatan yang dilakukan oleh P2 PMS antara lain :
- Penemuan penderita baru
- Pemeriksaa Penderita dan keluarga
- Kopilasi data di Simpus
- Penyuluhan PMS
- Pemeriksaan Kasus PM

5. PROGRAM ISPA
Kegiatan yang dilakukan oleh P2 ISPA/Pneumonia antara lain :
- Pemenuan penderita baru
- Pemeriksaan dan pengobatan penderita
- Kompilasi data simpus
- Penyuluhan ISPA Pneumonia
CAPAIAN PROGRAM ISPA
KENDALA DAN HAMBATAN
USULAN

6. PROGRAM DHF
Kegiatan yang dilakukan berupa Kunjungan rumah (PE) bagi
masyarakat yang terdiagnosa DHF dibuktikan dengan KDRS dari sarana
tempat pelayanan kesehatan. Apabila dari analisa didapat ada tingkat
penyebaran atau penularan maka diusulkan untuk fogging. Selain itu
kegiatan lain berupa Pemantauan jentik berkala yang melibatkan
masyarakat, kader dan SBH, juga melalui PEJAS ( pemantau jentik anak
sekolah).

7. PROGRAM HEPATITIS
Kegiatan yang dilakukan programmer Hepatitis adalah :
 Penyuluhan HIV pada masyarakat
 Pelacakan kasus hepatitis
 Pencatatan kasus hepatitis (bumil)

CAKUPAN PROGRAM HEPATITIS


Jumlah kasus hepatitis pada bumil tahun 2017 adalah sebagai berikut :

KENDALA DAN HAMBATAN :


Pelaporan penemuan kasus baru pada bumil dari unit pelayanan
sering tertunda sehingga berpengaruh pada pemesanan vaksin

USULAN :
1. Pengadaan lap top bagi petugas
2. Peningkatan koordinasi lintas program

8. Program TB
Pelaksanaan program TB meliputi penemuan penderita, pengobatan
penderita Tb dilaksanakan setiap hari rabu sekaligus dilakukan pembinaan
kepada pasien dan keluarga sebagai pengawas minum obat. Apabila
penderita mangkir dilakukan pelacakan ke rumah penderita disertai
dengan pemeriksaan kontak untuk menemukan kasus baru.

1. Program Imunisasi

Pelaksanan imunisasi rutin dilaksanakan oleh bidan desa di polindes dan


di posyandu serta di puskesmas induk. Pelayanan imunisasi di
Puskesmas Setiap hari Kamis. Selain kegiatan rutin juga dilaksanakan
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dan Pekan Imunisasi Nasional
(PIN), program nasional Imunisasi MR.

2. Program UKGS
UKGS bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang optimal,
Bekerja sama dengan UKS untuk memeriksa secara dini gigi anak
sekolah.

Anda mungkin juga menyukai