Anda di halaman 1dari 16

DISKUSI REFLEKSI KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN OKSIGENASI PADA Nn. R DI


WILAYAH KEDUNGSARI KOTA MAGELANG

DISUSUN OLEH :

Trisky Danes Fara P1337420727022


Alivia Rustiani P1337420717012
Meliana Rosanty P1337420717031
Santika Dwi S P1337420717024
Ayu Diah Prastiwi P1337420717007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi masih menduduki peringkat tertinggi sebagai penyebab utama naiknya angka
morbiditas dan mortalitas. Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan dasar fisiologis
manusia.
Oksigen sangat dibutuhkan oleh tubuh dan harus selalu dipenuhi dengan segera.
Tanpa adanya oksigen yang cukup, sel dalam tubuh akan mengalami kerusakan bahkan
kematian. Sebagai contoh organ otak. Otak adalah suatu organ yang sensitive akan
kurangnya oksigen. Otak mampu menoleransi kurangnya oksigen dalam jangka waktu
tiga sampai lima menit. Apabila lebih dari itu, sel otak akan mengalami kerusakan secara
permanen (Haswita & Sulistyowati, 2017). Kurangnya oksigen dalam tubuh juga dapat
menyebabkan penurunan berat badan. Tubuh akan sulit berkonsentrasi karena proses
metabolism terganggu akibat kurangnya suplai oksigen dalam darah yang akan
mengedarkan makanan ke seluruh tubuh, akibatnya nafsu makan berkurang dan berat
badan mengalami penurunan. Hal ini membuktikan bahwa oksigen berperan penting
dalam proses metabolism dan kelangsungan hidup manusia (Iqbal, 2008).
Ada beberapa proses fisiologis yang mempengaruhi oksigenasi, salah satunya
adalah ileus paralitik dengan post operasi laparatomi yang membutuhkan bedrest dalam
jangka waktu minimal 6 jam, ditambah dengan nyeri post operasi dengan skala 3 yang
semakin membatasi geraknya. Imobilisasi yang cukup lama inilah yang merupakan
faktor pencetus menumpuknya sekret di jalan nafas pasien(Potter & Perry, 2010).
Masalah keperawatan yang sering muncul dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi yaitu gangguan pertukaran gas, ketidakefektifan pola nafas, dan
ketidakefektifan bersihan jalan nafas (Nanda, 2015). Dari beberapa masalah keperawatan
tersebut, ketidakefektifan bersihan jalan nafas merupakan masalah paling urgent yang
harus segera mendapatkan penanganan karena bisa mengancam nyawa (Mancini & Gale,
2011).
Sumbatan pada jalan nafas merupakan salah satu gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen asi yang menduduki peringkat pertama pemicu kematian terbesar
yang masih dapat diatasi dengan berbagai cara. Penolong harus bisa menganalisis gejala
dan tanda adanya sumbatan jalan nafas dan mampu memberikan pertolongan segera
dengan atau tanpa alat bantuan (Mancini & Gale, 2011). Tindakan-tindakan yang dapat
dilakukan untuk mengatasi ketidak efektifan bersihan jalan nafas antara lain adalah
dengan melakukan suction, mengajarkan batuk efektif, melakukan fisioterapi dada, dan
lain sebagainya (Bulechek, Butcher, Dochterman, & Wagner, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis ingin melakukan diskusi refleksi
kasus mengenai asuhan keperawatan yang berfokus pada masalah gangguan oksigenasi
yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif.
B. Way Of Caution (WOC)
(Terlampir)
BAB II
LAPORAN KASUS
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

Hari : Rabu
Tanggal Pengkajian : 23 September 2021
Jam : 18.00 WIB
PENGKAJIAN
A. BIODATA
1. Biodata Klien
a. Nama : Nn. R
b. Umur : 21 Th
c. Pendidikan : Perguruan Tinggi
d. Pekerjaan :-
e. Diagnosa Medis : Cough
f. Nomor Register :-
g. Jenis Kelamin : Perempuan

B. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan batuk sejak 4 hari yang lalu dan sesak napas.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan sering terpapar asap rokok dan debu dikarenakan lokasi kamar yang
dekat dengan renovasi rumah sehingga sudah sekitar 5 hari yang lalu tenggorokan
mulai terasa gatal, muncul batuk yang disertai 3 hari yang lalu. Ketika bernapas
klien merasa sedikit sesak, dahak susah dikeluarkan sehingga sulit untuk menelan
ludah. Kondisi menjadi lebih parah ketika bangun tidur. Badan terasa lemas.
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit asma maupun yang
lainnya dan belum pernah dirawat di rumah sakit. Terakhir mengalami batuk sudah
kurang lebih 4 bulan yang lalu.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami sakit seperti ini. Tidak ada anggota keluarga
yang mengalami penyakit kronis seperti : ISPA, TBC, DM, dan penyakit jantung,
namun bapak klien mengalami hipertensi. Tidak ada anggota keluarga yang
merokok.
D. PENGKAJIAN POLA FUNGSIONAL
1. Pola manajemen dan persepsi kesehatan
Klien mengatakan jika ada keluarga yang sakit maka dibawa ke fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Sebelum sakit : klien mengatakan makan 3x sehari, porsi setiap makan 1 piring, jenis
makanan yang dikonsumsi nasi, lauk, sayuran.
Sesudah sakit : frekuensi makan 3x sehari, porsi makan hanya menghabiskan ¼ porsi, diet
makanan dari rumah sakit.
3. Pola eliminasi
Eliminasi BAB
Sebelum sakit : frekuensi 1x/hari, waktu BAB pada saat pagi hari, warna kuning,
konsistensi lembek. Tidak ada keluhan
Sesudah sakit : belum BAB hari ini.
Eliminasi BAK
Sebelum sakit : frekuensi 3x/hari, warna jernih. Tidak ada keluhan
Sesudah sakit : belum BAK.
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit : klien tidur dalam waktu 8 jam dan tidak ada kesulitan dalam tidur.
Setelah sakit : klien mengatakan susah tidur, sering terbangun karena batuk.
5. Pola aktifitas dan latihan
Saat ini klien tidak mampu melakukan kegiatan yang biasa ia kerjakan atau
aktivitas sehari hari klien terganggu.
Tingkat Aktivitas / 0 1 2 3 4
Mobilitas
1 Makan / minum 

2 Berpindah 

3 Toileting 

4 Mandi 

5 Berjalan 

Keterangan :
0 : Mampu merawat diri secara penuh
1 : Memerlukan penggunaan alat
2 : Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain
3 : Memerlukan bantuan dan pengawasan orang lain dan peralatan
4 : Sangat tegantung dan tidak dapat melakukan berpartisipasi dalam
perawatan.
6. Pola peran dan hubungan
Keluarga klien sangat memperdulikan keadaan yang sedang dihadapi oleh
klien. Orang terdekat klien adalah keluarganya. Keluarganya sangat mendukung
penuh akan kesembuhan dari penyakit yang sedang klien.
7. Pola persepsi diri/konsep diri
Pada status kesadaran klien yaitu sadar, bicara tidak lancar sedikit pelo,
penglihatan normal, tidak terdapat gangguan pada pendengaran, pasien tidak
menggunakan kaca mata atau lensa kotak.
8. Pola seksual dan reproduksi
Klien adalah seorang wanita. Haid menstruasi setiap bulan nya teratur dan tidak
mengalami gangguan.
9. Pola mekanisme koping
Klien mempunyai koping yang cukup efektif, dalam menghadapi sakitnya klien
tegar dan ronkhikuti anjuran dokter maupun perawat. Klien juga mematuhi program
pengobatan penyakitnya. Keluarga sering memberikan support, motivasi, dan selalu
menyemangati kliennya agar klien tidak terlalu stress dan tidak terlalu membebani
hidupnya.
10. Pola nilai dan kepercayaan
Klien beragama islam. Sebelum sakit klien menjalankan ibadah dengan
tertib. Selama sakit, klien mengalami hambatan dalam menjalankan ibadah.
E. PEMERIKSAAAN FISIK
Keadaan Umum : lemah
Kesadaran : composmentis
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Suhu : 36o C
Nadi : 100 x/menit
RR : 26 x/menit
Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala : simetris, warna rambut beruban dan pendek, tidak ada ketombe, tidak
ada benjolan pada kepala.
2. Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikteris, pupil isokor.
3. Hidung : simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak terpasang O2.
4. Mulut : membran mukosa kering, gigi kotor, napas bau.
5. Telinga : simetris, pendengaran normal, tidak mengeluarkan cairan dan tidak
terdapat lesi.
6. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
7. Dada :
Paru-paru : I : perkembangan paru kanan dan kiri simetris, tidak ada luka.
P : vokal fremitus kanan kiri sama.
P : sonor.
A : terdengar suara ronkhi.
Jantung : I : tampak ictus cordis pada intercosta V, simetris.
P : ictus cordis teraba.
P : pekak.
A : tidak ada suara jantung tambahan, lup dup normal.
8. Abdomen : I : datar, warna kulit pucat, tidak terdapat lesi
A : bising usus 21 x/menit
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites
P : timpani
9. Integumen : turgor kulit baik, turgor kembali kurang dari 1 detik. Warna kulit
sawo matang, kulit kering.
10. Genetalia : tidak ada keluhan
11. Ekstremitas
Ekstermitas atas : keadaan normal, tidak ada pembengkakan, lesi pada kedua tangan.
Eksttremitas bawah: Tidak ada bengkak di kaki
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Hasil Swab antigen (-)
H. PROGRAM TERAPI
Tidak ada.

ANALISA DATA
No Tanggal/ja Data fokus Etiologi Masalah
m keperawata
n
1. 23 DS : Klien mengatakan Hipersekresi jalan Bersihan jalan nafas
Sept tenggorokan terasa gatal, nafas tidak efektif

emb batuk sejak 3 hari yang (D.0001)

er lalu, dahak sulit


dikeluarkan, sulit
2021
menelan ludah dan
Pukul 18.45
merasa sedikit sesak
WIB
DO : Klien tampak
lemas, batuk tidak
efektif, terdengar suara
ronkhi, frekuensi napas
berubah.
TD : 100/60 mmHg
Suhu : 36o C
Nadi : 100 x/menit
: 26 x/menit

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan nafas ditandai
dengan batuk tidak efektif, terdengar suara ronkhi, frekuensi napas berubah.
RENCANA KEPERAWATAN
TTD
P
Diagnosa
er
Tanggal/jam Kepera Tujuan Intervensi Rasional
a
watan
w
at
23 September Bersihan jalan Setelah dilakukan Pemantauan respirasi (I.01014) 1. Mengetahui
2021 nafas tindakan keperawatan 1. Monitor TTV perkembangan status Alivia
Pukul 18.55 tidak 3 X 8 jam diharapkan 2. Monitor frekuensi, pernapasan klien
efektif dapat mempertahankan irama dan kedalaman napas
WIB 2. Pernafasan bising seperti
berhubu jalan napas tetap paten 3. Monitor pola napas
ronki dan mengi
ngan dengan kriteria hasil : 4. Monitor kemampuan
menggambarkan
dengan Bersihan Jalan Napas batuk efektif
tertahannya sekret
hipersek (L.01001) 5. Monitor adanya
1.Batuk menjadi efektif sumbatan jalan napas
dan/atau obstruksi jalan
resi
2. Produksi sputum menurun 6. Auskultasi jalan napas nafas
jalan
3.Suara ronkhi menurun Latihan batuk efektif (I.01006) 3. Posisi duduk
nafas
4.Frekuensi napas membaik 1. Identifikasi memungkinkan ekspansi
5.Pola napas membaik kemampuan batuk paru maksimal dan
Pertukara gas (L.01003) 2. Monitor tanda dan penekanan menguatkan
1. Tingkat kesadaran baik gejala infeksi saluran napas batuk untuk mobilisasi
2. Dyspnea menurun 3. Atur posisi klien
dan membuang sekret.
3. Bunyi napas tambahan fowler atau semi-fowler 4. Klien mampu melakukan
menurun 4. Pasang perlak dan batuk efektif sehingga
4. RR dalam batas normal bengkok di pangkuan pasien penumpukan sekret dan
5. Buang sekret pada
sputum menurun
tempat sputum
5. Peningkatan jumlah
6. Jelaskan tujuan dan
sekret tak berwarna (atau
prosedur batuk efektif
bercak darah) berair
7. Anjurkan tarik napas
dalam melalui hidung selama
awalnya normal dan

4 detik, ditahan selama 2 detik, harus menurun sesuai


kemudian keluarkan dari kemajuan penyembuhan.
mulut dengan bibir mencucu 6. Adanya sputum yang
(dibulatkan) selama 8 detik tebal/kental, berdarah
8. Anjurkan mengulangi atau purulen diduga
napas dalam hingga 3x sebagai masalah
9. Anjurkan batuk
sekunder yang
dengan kuat langsung setelah
memerlukan
tarik napas dalam yang ke-3
perbaikan/pengobatan.
10. Kolaborasi pemberian
mukolitik, jika perlu

TINDAKAN KEPERAWATAN
Tanggal/jam Diagnosa Keperawatan Implementasi Respon TTD Perawat
23 September Bersihan jalan nafas tidak 1. Monitor TTV - Klien bersedia Alivia
2021 efektif 2. Monitor frekuensi, dilakukan cek tanda –
Pukul 19.00 WIB berhubungan irama dan kedalaman napas tanda vital
dengan 3. Monitor pola napas - Klien mengatakan
hipersekresi 4. Monitor kemampuan
masih terasa sesak
jalan nafas batuk efektif
- Klien bersedia untuk
5. Monitor adanya
melakukan batuk efektif
sumbatan jalan napas
- Klien mengatakan
6. Auskultasi jalan napas
7. Berikan latihan batuk
setelah dilakukan batuk

efektif efektif dahak sudah


mampu keluar
- Klien mengatakan
setelah dilakukan batuk
efektif bernafas sudah
lebih lega
24 September Bersihan jalan nafas tidak 1. Monitor TTV - Klien bersedia Alivia
2021 efektif 2. Monitor frekuensi, dilakukan cek tanda –
Pukul 15.00 WIB berhubungan irama dan kedalaman napas tanda vital
dengan 3. Monitor pola napas
- Klien mengatakan
hipersekresi 4. Monitor kemampuan
masih sedikit sesak
jalan nafas batuk efektif
- Klien bersedia untuk
5. Monitor adanya
diberikan pendidikan
sumbatan jalan napas
6. Auskultasi jalan napas
kesehatan mengenai
7. Edukasi mengenai cara melakukan batuk
latihan batuk efektif efektif
- Klien merespon baik
tindakan keperawatan
- Klien memahami cara
melakukan batuk efektif
secara mandiri
- Klien mengatakan
setelah dilakukan batuk
efektif bernafas sudah
lebih lega
25 September Bersihan jalan nafas tidak 1. Monitor TTV - Klien bersedia Alivia
2021 efektif 2. Monitor frekuensi, dilakukan cek tanda –
Pukul 14.00 WIB berhubungan irama dan kedalaman napas tanda vital
dengan 3. Monitor pola napas
- Klien mengatakan
hipersekresi 4. Monitor kemampuan
napas sudah teratur dan
jalan nafas batuk efektif
pengeluaran sputum
5. Monitor adanya
sedikit
sumbatan jalan napas
6. Auskultasi jalan napas
- Klien bersedia untuk

7. Lakukan latihan batuk melakukan batuk efektif


efektif secara mandiri dan
didampingi oleh
perawat
- Klien mengatakan
setelah dilakukan batuk
efektif dahak sudah
mampu keluar
- Klien mengatakan
setelah dilakukan batuk
efektif bernafas sudah
lebih lega

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/jam Subjektif, Obyektif, Assasment, Planning TTD Perawat
SOAP
23 S : klien mengatakan masih terasa sesak Alivia
Sept O : terdapat suara ronchi, pola napas tidak teratur, klien tampak sedikit sesak,
emb pengeluaran sputum berwarna putih kekuningan, jumlah kurang lebih 15
er ml, bentuknya kental. TD = 100/80 mmHg, nadi = 84 x/menit, RR = 26
2021 x/menit, suhu = 36,3oC
Pukul 19.30 A : masalah keperawatan pola napas tidak efektif belum teratasi
WIB P : lanjutkan intervensi
- Monitor bunyi napas tambahan
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor adanya sumbatan jalan napas
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Edukasi mengenai cara melakukan batuk efektif
- Kolaborasi mengenai program terapi pemberian oksigen, jika
diperlukan
24 S : klien mengatakan sesak berkurang daripada kemarin.
Sept O : suara ronchi menurun, pola napas teratur, pengeluaran sputum berwarna putih,
emb jumlah sedikit kurang lebih 10 ml, bentuknya berbusa .
er TD = 120/90 mmHg, nadi = 89 x/menit, RR = 23 x/menit, suhu = 36,6oC
2021 A : masalah keperawatan belum teratasi Alivia
Pukul 15.30 P : lanjutkan intervensi
WIB - Monitor tanda-tanda vital
- Posisikan semi-fowler atau fowler
- Latih klien untuk melakukan batuk efektif secara mandiri
25 S : klien mengatakan sesak berkurang daripada kemarin.
Sept O : suara ronchi (-), pola napas sudah teratur, klien nampak tenang.
emb TD = 110/80 mmHg, nadi = 89 x/menit, RR = 20 x/menit, suhu = 36,2oc
er A : masalah keperawatan teratasi
Alivia
2021 P : lanjutkan intervensi
Pukul 14.30 - Monitor tanda-tanda vital
WIB - Posisikan semi-fowler atau fowler
WOC Oksigenasi adalah proses penambahan
DEFINISI oksigen kedalam system. Respirasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN berperan dalam mempertahankan
kelangsungan metabolisme sel
sehingga diperlukan fungsi respirasi
yang adekuat.

Gangguan Pertukaran Gas Pola Napas Tidak Efektif


Bersihan Jalan Napas Tidak
SLKI : SLKI : Faktor fisiologi seperti menurunnya kapasitas
Efektif
- tingkat kesadaran Status pernapasan peringatan O2 seperti pada
SLKI :
meningkat - Dyspnea menurun anemia,menurunnya konsentrasio2.
- batuk efektif meningkat
- frekuensi napas membaik
ETIOLOGI
- produksi sputum menurun - dyspneu menurun Faktor perkembangan seperti bayi prematur
- takikardia menurun - irama napas membaik yang disebabkan kurangnya
SIKI :
- pH arteri membaik SIKI : pembentukan surfaktan
- Latihan batuk efektif
SIKI : - pemantauan respirasi Faktor perilaku
- Penghisapan jalan napas
- Pemantauan respirasi - manajemen jalan napas Faktor lingkungan
- Pengaturan Posisi
- manajemen jalan napas - posisikan pasien
- terapi oksigen

PENATALAKSANAAN GANGGUAN OKSIGENASI PENGKAJIAN


Fisioterapi dada N
Pemberian medikasi oleh dokter

Riwayat keperawatan
Pengkajian fisik
Oksimetri, CT scan, Pemeriksaan fungsi paru, PEMERIKSAAN 3. Pemeriksaan diagnostik
pemeriksaan gas darah DIAGNOSTIK

SUMBER 1. 1. TTV normal


Obstruksi dipneu yang disebabkan olehberbagaifaktor EVALUASI 2. 2. peningkatan dan oksigenasi yangkuat
etiologi – fungsi pernafasan terganggu-ventilasi 3. 3. suara napas bersih
pernafasan-
hipoventilasi/hiperventilasitakipnea/bradipnea- pola
nafas tidak efektif
PATOFISIOLOGI
Obstruksi dispneu –fungsi pernafsan terganggu-obstruksi
jalan nafas- bersihan jalan nafas tidak efektif Aziz, 2017, Nursing Intervenstions Classification (NIC), Solo: Mosby An Affiliate Of Elsefer
Obstruksi dispnea- fungsi pernafsan terganggu- perub. Tamsuri, 2017, Nursing Outcome Classification (NOC), Jakarta : Mosby Elsevier, Academic press
Nanda International, 2018, Nursing Diagnosis :Definition & calssification 2018-2020, Jakarta : Buku
volume sekuncup, preload dan afterload serta
Kedokteran, EGC
kontraktilitas-terganggunya difusi pertukaran O2 dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia.. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Co2 - Gangguan pertukarangas indikator diagnostik. Jakarta :DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan kriteria
hasil perawatan . Jakarta :DPP PPNI
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan tindakan
keperawtan indonesia . Jakarta :DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai