SKRIPSI
FLORENTINA INOQ
NPM. 2212129
SKRIPSI
FLORENTINA INOQ
NPM. 2212129
i
HALAMAN PENGESAHAN
Dtajukan Oleh:
FLORENTINA INOO
NPM. 2212129
Telah Dipertaharikan di Depan Dewan Penguji dan Diterima Sebagai Salah Satu
Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatari di Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achinad Yani Yogyakarta
Peoibi ibing I,
Mengo nbkan,
a.n Ketua Stiles Jeaderel Acboisd Yini Yogyakar la
Ketua -.Studi I â Aeperawetan (SI}
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah mahasiswa Stikes Jenderal
Achmad Yani Yogyakarta,
J Nama : Florentine Inoq
NPM 2212129
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul Skripsi/KTI : HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG
RESTRAIN DENGAN TINDAKAN PEMASANGAN
RESTRAIN PADA PASIEN DENGAN PERILAKU
KEKERASAN DI UNIT PERAWATAN INTENSIF (UPI)
RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
Menyatakan bahwa hasil penelitian dengan judul tersebut di atas 8dalah hasil
karya sendiri dan bukan hasil plagiarime. Dengan ini saya menyatakan untuk
menyerahkan hak cipta pene1ilian kepada Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta guna kepentingan ilmiah.
Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebesar-benarnya tnnpa ada paksaan
dari pihak manapun
ñlorctitinu Inoq
KATA PENGANTAR
iv
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan dapat
bermanfaat bagi pembaca dan diharapkan penelitian ini dapat digunakan
sebagai perkembangan pada keperawatan jiwa.
Penulis
v
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA ......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... x
INTISARI......................................................................................................... xi
ABSTRACT....................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah. ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian.. ............................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
E. Keaslian Penelitian............................................................................... 8
vi
C. Analisis Univariat.....................................................................................46
D. Pembahasan...............................................................................................47
E. Keterbatasan Penelitian.............................................................................55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR
Hal
viii
DAFTAR
Hal
Gambar 2.1. Rentang Respon Marah.....................................................................16
Gambar 2.2. Rentang Intervensi.............................................................................19
Gambar 2.3. Kerangka Teori..................................................................................26
Gambar 2.4. Kerangka Konsep..............................................................................27
ix
DAFTAR
x
HUBUNGAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG
DENGAN TINDAKAN PEMASANGAN RESTRAIN PADA PASIEN
DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI UNIT PERAWATAN
INTENSIF (UPI) RUMAH SAKIT JIWA GRHASIA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
INTISARI
Latar Belakang : Salah satu strategi pengekangan atau manajemen krisis dalam
penanganan pasien perilaku kekerasan yang sering digunakan di rumah sakit jiwa
adalah restrain. Restrain merupakan tindakan langsung menggunakan kekuatan
fisik pada individu yang bertujuan untuk membatasi kebebasan dalam bergerak.
Tindakan restrain harus dilakukan perawat sesuai prosedur yang tepat agar tidak
menimbulkan efek yang dapat merugikan pasien.
Tujuan : Mengetahui hubungan pengetahuan perawat tentang restrain dengan
tindakan pemasangan restrain pada pasien perilaku kekerasan di Unit Perawatan
Intensif (UPI) Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.
Metode : Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Sampel diambil dengan teknik total sampling yaitu 27 perawat di
UPI wanita dan IGD. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan lembar
observasi. Analisa data menggunakan uji Fisher’s Exact.
Hasil : Mayoritas tingkat pengetahuan perawat dalam kategori baik sebanyak 24
perawat (88,9%). Sebagian besar perawat melakukan tindakan pemasangan
restrain sesuai SOP sebanyak 19 perawat (70,4%). Hasil uji Fisher’s Exact
menunjukkan hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan
tindakan pemasangan restrain pada pasien perilaku kekerasan dengan nilai p =
0,019 dan contigency coefficient C = 0,478.
Kesimpulan : Ada hubungan signifikan antara pengetahuan perawat tentang
restrain dengan tindakan pemasangan restrain pada pasien perilaku kekerasan.
Kata kunci : Pengetahuan Perawat, Restrain, Perilaku Kekerasan
1
Mahasiswa PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
2
Dosen PSIK Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta
3
Perawat Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta
xi
ABSTRAC
1
Student of Nursing Science Study Program of Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
2
Lecturer of Nursing Science Study Program of Stikes Jenderal Achmad Yani
Yogyakarta
3
Nurse in Psychiatric Hospital Grhasia Special Region of Yogyakarta
xii
BAB
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah
kesehatan utama, baik di negara maju maupun negara berkembang.
Gangguan jiwa tidak hanya dianggap sebagai gangguan menyebabkan
kematian secara langsung, namun juga menimbulkan ketidakmampuan
individu untuk berperilaku tidak produktif (Hawari, 2009). Gangguan jiwa
adalah kondisi terganggunya fungsi mental, emosional, pikiran, kemauan,
psikomotori dan verbal, adanya gejala klinis, yang disertai oleh
penderitaaan dan mengakibatkan terganggunya fungsi humanistik individu
(Suliswati, 2005).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2012) jumlah penderita
gangguan jiwa di dunia adalah 450 juta jiwa. Satu dari empat keluarga
sedikitnya mempunyai seorang dari anggota keluarga yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(2010), menyatakan jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia
mencapai 2,5 juta jiwa yang terdiri dari pasien dengan risiko perilaku
kekerasan (Wirnata, 2012). Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang.
Menurut data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI dan RISKESDAS (2013), prevalensi gangguan
jiwa berat paling banyak berada di provinsi DKI Jakarta dengan persentase
1,1%. Sedangkan Yogyakarta menduduki posisi ke 4 dengan persentase
2,2%. Banyaknya gangguan jiwa yang ditangani di Kabupaten Sleman
pada tahun 2012 sebanyak 1,8% (Dinkes Sleman, 2013).
Salah satu diagnosa gangguan jiwa yaitu perilaku kekerasan.
Perilaku kekerasan atau agresif merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Muhith, 2015). Perilaku kekerasan ditandai dengan tangan mengepal,
1
2
mata melotot, pandangan tajam, bicara keras dan kasar yang dapat
mengakibatkan tindakan membahayakan baik diri sendiri, orang lain,
maupun lingkungan. Menurut Marni, (2015) kekerasan (violence)
merupakan suatu bentuk perilaku agresif (aggressive behavior) yang
menyakiti dan menyebabkan penderitaan orang lain, hewan atau benda di
sekitarnya.
Selain membahayakan diri sendiri, perilaku kekerasan juga
berimbas pada perawat sebagai petugas kesehatan. Penelitian Ellita, dkk
(2011), menunjukkan kekerasan fisik yang dilakukan pasien pada diri
sendiri (84%) merupakan bentuk perilaku kekerasan yang paling sering
terjadi di ruang rawat inap jiwa. Kemudian diikuti dengan kekerasan
berupa ancaman fisik kepada perawat (77%) dan kekerasan verbal (70%).
Selanjutnya, penelitian menurut Witodjo dan Widodo (2008) di Rumah
Sakit Jiwa Surakarta angka kejadian perilaku kekerasan di Ruang Kresna
tahun 2004 sebesar 15% atau 43 klien.
Menurut Stuart dan Laraia (2005), prinsip-prinsip menangani
perilaku kekerasan terdiri dari tiga strategi yaitu preventif, antisipasi, dan
pengekangan atau manajemen krisis. Strategi preventif meliputi self
awareness perawat, edukasi, manajemen marah, terapi kognitif, dan terapi
kognitif perilaku. Strategi antisipasi meliputi teknik komunikasi,
perubahan lingkungan, psikoedukasi keluarga, dan pemberian obat
antipsikotik. Strategi yang ketiga yaitu pengekangan atau restrain yang
meliputi tindakan manajemen krisis, pengikatan, dan pembatasan gerak.
Salah satu strategi yang sering digunakan di rumah sakit adalah
restrain. Restrain adalah tindakan langsung dengan menggunakan
kekuatan fisik pada individu yang bertujuan untuk membatasi kebebasan
dalam bergerak. Kekuatan fisik ini dapat menggunakan tenaga manusia,
alat mekanis atau kombinasi keduanya. Restrain dengan tenaga manusia
terjadi ketika perawat secara fisik mengendalikan klien. Kemudian,
restrain dengan alat mekanis menggunakan peralatan yang biasanya
3
dipasang pada pergelangan tangan dan kaki untuk mengurangi agresif fisik
klien, seperti memukul dan menendang (Videbeck & Sheila, 2008).
Indikasi restrain meliputi perilaku amuk yang membahayakan diri
sendiri maupun orang lain, perilaku agitasi yang tidak dapat dikendalikan
dengan pengobatan, ancaman terhadap integritas fisik yang berhubungan
dengan penolakan pasien untuk istirahat, makan, dan minum, dan
permintaan pasien untuk pengendalian perilaku eksternal (Videbeck &
Sheila, 2008). Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1627/MENKES/SK/XI2010 Tentang Pedoman Pelayanan
Kegawatdaruratan Psikiatri pengekangan atau restrain adalah pembatasan
tingkah laku pasien dilakukan bila pasien tidak dapat dikendalikan; pasien
yang berada di bawah pengaruh obat atau alkohol, yang merusak diri
sendiri, atau yang ambivalen terhadap bantuan psikiatrik, kurang diberi
perhatian akan bereaksi dengan berjalan kian kemari tanpa tujuan, bahkan
meninggalkan ruangan kegawatdaruratan psikiatrik selama pemeriksaan.
Selanjutnya, pembatasan gerak fisik dapat dihentikan, dicegah, apabila
evaluasi yang memadai telah dibuat dan situasi telah dikuasai.
Penggunaan restrain tidak lepas dari efek yang dapat ditimbulkan.
Menurut penelitian Kandar dan Pambudi (2013), 36,7% atau sebanyak 11
kali tindakan restrain yang dilakukan memberikan efek samping kepada
pasien. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 11 kali prosedur
restrain, sebesar 68,7% pasien mengalami cedera secara fisik dan 31,5%
pasien mengalami cedera secara psikologis. Sebanyak 63,3% atau
sebanyak 19 kali tindakan restrain yang dilakukan tidak menimbulkan efek
samping. Hal ini menunjukkan tindakan restrain yang dilakukan pada
pasien dengan gangguan jiwa akan memberikan efek samping berupa efek
secara fisik dan efek secara psikologis. Cedera fisik yang berupa
ketidaknyamanan fisik, lecet pada area pemasangan restrain, peningkatan
inkontinensia, ketidakefektivan sirkulasi, peningkatan risiko kontraktur,
dan terjadinya iritasi kulit bahkan dapat menyebabkan meninggal dunia
(Lihat tabel 1.1) Sedangkan dampak restrain pada perawat adalah dapat
4
Tabel 1.1 Bobot kejadian dari restrain (Kandar dan Pambudi, 2013)
Persentase
No. Jenis Trauma (%)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan
masalah penelitian sebagai berikut “Apakah Ada Hubungan Antara
Pengetahuan Perawat tentang Restrain dengan Tindakan Pemasangan
Restrain pada Pasien dengan Perilaku Kekerasan di Unit Perawatan
Intensif (UPI) Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta?”
C. Tujuan
Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya Hubungan Pengetahuan Perawat tentang Restrain dengan
Tindakan Pemasangan Restrain pada Pasien Perilaku Kekerasan di
Unit Perawatan Intensif (UPI) Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah
Istimewa Yogyakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan perawat tentang restrain di UPI
Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta.
7
D. Manfaat
Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang
keperawatan jiwa, yaitu sebagai bahan literatur dalam proses belajar
mengajar mengenai tindakan pemasangan restrain pada pasien perilaku
kekerasan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan mutu pelayanan
khususnya kesesuaian dalam tindakan pemasangan restrain pasien
perilaku kekerasan sesuai SOP.
b. Bagi Perawat
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
tambahan bagi perawat sehingga terhindar dari efek yang tidak
diinginkan atau menyakiti bagi pasien dalam melakukan restrain
dan mencegah perawat dari kekerasan fisik yang dilakukan pasien
perilaku kekerasan di UPI Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah
Istimewa Yogyakarta.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dan
informasi tambahan bagi penelitian berikutnya terkait hubungan
pengetahuan perawat tentang restrain dengan tindakan pemasangan
8
E. Keaslian Penelitian
1. Susilowati, Sedyowinarso, dan Purwanta (2009) meneliti tentang
Persepsi Keluarga Tentang Tindakan Pengikatan Pada Klien dengan
Perilaku Kekerasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya
hubungan persepsi keluarga tentang tindakan pengikatan pada klien
dengan perilaku kekerasan. Penelitian ini menggunakan deskriptif
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Strategi penentuan sampel
dilakukan dengan cara purposive sampling dengan jenis critical case.
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mendapat
pelayanan di UPTD RS Husada Mahakam Samarinda. Hasil tentang
persepsi keluarga tentang tindakan pengikatan merupakan tindakan
yang tepat untuk mengontrol perilaku serta untuk keamanan bagi klien
perilaku kekerasan. Sedangkan untuk pengetahuan keluarga tentang
tindakan pengikatan yang dilakukan petugas terhadap klien dengan
perilaku kekerasan adalah sebagian besar kurang mengerti definisi
pengikatan. Persamaan dari penelitian ini adalah pada variabel terikat
yaitu tindakan pengikatan atau restrain, teknik pengambilan sampel
dengan total sampling, dan tujuan penelitian sama-sama mencari
hubungan. Perbedaan dari penelitian ini adalah, pada metode penelitian
yaitu penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, sedangkan
peneliti menggunakan kuantitatif.
2. Kandar dan Pambudi (2013) meneliti tentang Efektivitas Tindakan
Restrain pada Pasien Perilaku Kekerasan yang Menjalani Perawatan di
Unit Pelayanan Intensif Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Semarang Tahun 2013. Penelitian ini bertujuan
menganalisis pelaksanaan prosedur tindakan restrain pada pasien
perilaku kekerasan yang menjalani Perawatan di Unit Perawatan
Intensif Psikiatrik (UPIP) RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang.
9
43
4
primer dua orang, dan kepala ruang berjumlah satu orang. Jumlah
tempat tidur di IGD sebanyak empat.
B. Analisis Univariat
a. Karakteristik Respoden
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan
pengetahuan perawat tentang restrain dengan tindakan pemasangan
restrain pada pasien perilaku kekerasan. Penelitian ini dilaksanakan
di Unit Perawatan Intensif (UPI) wanita dan IGD Rumah Sakit
Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta dengan sampel
sebanyak 27 perawat dengan karakteristik meliputi jenis kelamin,
usia, pendidikan, lama bekerja di RS, dan lama bekerja di ruang
UPI disajikan pada tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik Responden di Unit Perawatan Intensif
(UPI) dan IGD Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah
Istimewa
Yogyakarta (n=27)
Karakteristik Jumlah (n) Persentase (%)
Jenis kelamin Laki-laki 11 40,7
Perempuan 16 59,3
Total 27 100,0
Usia 20-30 tahun 3 11,1
31-40 tahun 17 63,0
41-50 tahun 7 25,9
Total 27 100,0
Pendidikan D3 keperawatan 14 51,9
S1 3 11,1
D4 keperawatan 9 33,3
S2 1 3,7
Total 27 100,0
Lama kerja di RS 10-15 tahun 23 85,2
16-20 tahun 2 7,4
>20 tahun 2 7,4
Total 27 100,0
Lama kerja di ruang UPI < 10 tahun 26 96,3
10-15 tahun 1 3,7
Total 27 100,0
4
C. Analisis Bivariat
Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemasangan
Restrain pada pasien perilaku kekerasan di analisis menggunakan uji
Fisher’s Exact yang disajikan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan
Pemasangan Restrain di Unit Perawatan Intensif (UPI)
Rumah
Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta
Tindakan Pemasangan Restrain
p value C
Pengetahuan Sesuai Tidak Sesuai Total
N % N % N %
Baik 19 70,4 5 18,5 24 88,9 0,019 0,478
Cukup 0 0,0 3 11,1 3 11,1
Total 19 65,2 8 34,8 27 100,0
D. Pembahasan
1. Pengetahuan Tentang Perawat
No Frekuensi Persentase
Aspek yang dinilai
Benar Benar
1. Restrain merupakan terapi menggunakan alat mekanik atau
manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. 27 100%
2. Tindakan langsung dengan menggunakan kekuatan fisik pada
individu, untuk membatasi kebebasan geraknya yaitu restrain. 22 81,5%
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada BAB IV maka dapat diambil kesimpulan:
1. Sebagian besar perawat di UPI Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa
Yogyakarta memiliki pengetahuan yang baik tentang restrain yaitu
(88,9%).
2. Sebagian besar perawat sesuai dalam tindakan pemasangan restrain pada
pasien dengan perilaku kekerasan di UPI Rumah sakit Jiwa Grhasia Daerah
Istimewa Yogyakarta yaitu (70,4%).
3. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat tentang
restrain dengan tindakan pemasangan restrain pada pasien perilaku
kekerasan p=0,019.
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta
Bagi pihak manajemen Rumah Sakit Jiwa Grhasia disarankan memberikan
pelatihan aplikasi dalam SOP, mengadakan seminar serta mengevaluasi
tindakan pemasangan restrain.
2. Bagi Perawat
Berdasarkan hasil penelitian ini, perawat disarankan mempertahankan dan
memperbarui pengetahuan tentang tindakan pemasangan restrain melalui
kegiatan seminar, pelatihan, sosialisasi internal Rumah Sakit, dan
membaca literatur. Perawat dapat mengaplikasikan serta menjalankan
dalam praktik keperawatan mengenai kepatuhan menjalankan Standar
Operasional Prosedur (SPO).
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Disarankan dapat melanjutkan dan menyempurnakan hasil penelitian ini,
yaitu dengan melakukan observasi untuk pengumpulan data tidak hanya
sekali saja, minimal tiga kali observasi agar hasil penelitian
56
57
Elita, dkk (2011). Persepsi Perawat tentang Perilaku Kekerasan yang Dilakukan
Pasien di Ruang Rawat Inap Jiwa. Jurnal Ners Indonesia, Vol.1, No. 2,
Maret 2011: Riau.
Fitria Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta:
Salemba Medika.
Hawari, D. (2009). Pendekatan Holistik pada gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
FKUI.
Hodge A.N dan Marshall A.P. (2007). Violence and aggression in the emergency
department: A critical care perspective. Australia: College of Critical Care
Nurses.
Kusumawati, F., dan Hartono, Y. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:
EGC.
Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. (2006). Proses
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Kandar dan Pembudi P.S (2013). Efektivitas Tindakan Restrain pada Pasien
Perilaku Kekerasan yang Menjalani Perawatan di Unit Pelayanan Intensif
Psikiatri (UPIP) RSJ Daerah Dr. Amino Gondohutomo: Semarang
Maria, U dan Sarzuli T. (2016). Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap
Kepatuhan Perawat Dalam Melaksanakan Standar Prosedur Operasional
Pemasangan Kateter di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Unit II: Yogyakarta
Mubarok dan Wahit Iqbal. (2007). Promosi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Moradimajd, P., Noghabi, A.A., Zolfaghari, M., dan Mehran, A. (2015). Physical
Restraint Patient Safety Intensive Care Units. International Journal of
Nursing Studies, 2008:1-8.
Perry dan Potter. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses
dan Praktek. Edisi ke 4. Jakarta: EGC.
Polit, D.F dan Beck, C.T. (2008). Nursing Research: Generating and Assessing
Evidence for Nursing Practice. Philadelphia: Lippincott company.
Robbins, S.P dan Judge. (2008). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat
Sofiana, N.A dan Purbadi, D. (2006). Analisis Faktor Lingkungan dan Individu
yang Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kinerja Perawat (Studi Kasus
Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Annisa Cikarang, (Tesis) Institusi
Teknologi Bandung.
Stuart, G.W dan Laraia, M.T. (2005). Principles and Practice of psychiatric
nursing. (7th edition). St Louis: Mosby.
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Edisi I. Jakarta: EGC
Videbeck dan Sheila L (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Winkler D., Naderi-Heiden A., Strnad A., Pjrek E., Scharfetter J., Kasper S., Frey
R. (2011). Intensive care in psychiatry.European Psychiatry26 : 260–264
elsiviere doi:10.1016/j.eurpsy.2010.10.008.
5. Tujuan restrain yaitu hanya digunakan untuk perawat saja sehingga perawat
terlindungi dari perilaku kekerasan pasien.
7. Indikasi pengikatan tidak berisiko mencederai diri sendiri dan orang lain.
9. Indikasi restrain yaitu klien yang membutuhkan bantuan untuk mendapatkan rasa
aman dan pengendalian dirinya.
10. Meretensi gerakan pasien dengan melibatkan tubuh/fisik pasien dengan cara
dipegang atau diikat merupakan restrain fisik
12. Menggunkan rompi “posey” yang diikatkan kebelakang tubuh pasien pada
bagian lengan rompi merupakan restrain mekanik
13. Menggunakan alarm pada tempat tidur/pintu kamar pasien atau penggunaan
kamera pengintai merupakan restrain jenis teknologi
15. Aspirasi dan kesulitan bernapas, luka tekan dan kontraktur, bahaya suffucosi
merupakan akibat dari restrain
16. Perubahan integeritas kulit, inkontensia, dan massa tulang serta otot berkurang
merupakan efek samping dari restrain
Kunci Jawaban Kuesioner Pengetahuan Perawat Tentang
Restrain
Soal Jawaban
1 Benar
2 Benar
3 Benar
4 Benar
5 Salah
6 Benar
7 Salah
8 Salah
9 Benar
10 Benar
11 Benar
12 Benar
13 Benar
14 Benar
15 Benar
16 Benar
LEMBAR OBSERVASI TINDAKAN PEMASANGAN
PEMASANGAN
RESTRAIN
No. Daftar Pernyataan
YA TIDAK
Preinteraksi
1. Mengkaji kondisi fisik, perilaku dan status mental
2. Menyiapkan tempat dan peralatan restrain
3. Melakukan identifikasi pasien meliputi: nama,
tanggal lahir, dan alamat
4. Memilih alat restrain sesuai dengan ukuran (yang
sering dipakai di UPI RSJ Grhasia yaitu kain
pengikat)
5. Mencuci tangan
Orientasi
6. Menjelaskan alasan dan tujuan dilakukan restrain
kepada pasien dengan menggunakan teknik
komunikasi terapeutik
Tahap Kerja
7. Mengatur posisi pasien di atas tempat tidur atau
disesuaikan dengan jenis restrain dengan posisi
satu tangan di atas, satu tangan di bawah dan
kedua kaki direnggangkan (jika posisi fiksasi di
tempat tidur)
8. Melakukan restrain pada pasien minimal 4
(empat) titik yaitu pada kedua pergelangan tangan
dan kedua kaki
Terminasi
12. Mengevaluasi perilaku pasien dan kebutuhan
restrain pasien. Gunakan kembali restrain jika
pasien masih agresif
NPM 2212129