Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SELF


EFFICACY PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN
TRIAGE DI IGD RSUD PROF. DR. MA
HANAFIAH SM BATUSANGKAR

Oleh

YENITA GUSTI
2202243139

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PERINTIS
INDONESIA
2023
Halaman Persetujuan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SELF EFFICACY


PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN TRIAGE DI IGD RSUD
PROF.DR.M.ALI HANAFIAH SM BATUSANGKAR

Oleh

YENITA GUSTI
2202243139

Proposal Penelitian ini telah disetujui untuk diseminarkan


Bukittinggi, Desember 2023

Dosen Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep Ns. Aldo Yuliano, MM

Diketahui,
Ketua Program Studi

Ns. Ida Suryati, M.Kep


NIK. 10103575026

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

proposal ini dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Perawat dalam Melaksanakan Triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah

SM Batusangkar”.

Dalam penulisan proposal ini peneliti banyak mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak, untuk itu peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M.Biomed selaku Rektor Universitas Perintis

Indonesia

2. Bapak Dr. rer. nat Ikhwan Resmala Sudji. SSi. M.Si selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Universitas Perintis Indonesia

3. Ibu NS. Ida Suryati, M.Kep selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ners

Universitas Perintis Indonesia

4. Ibu Ns. Lisa Mustika Sari, M.Kep selaku pembimbing I yang telah banyak

meluangkan waktu serta pemikiran dalam memberikan petunjuk, pengarahan

maupun saran dan dorongan sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal

5. Bapak Ns. Aldo Yuliano, MM selaku pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu serta pemikiran dalam memberikan petunjuk, pengarahan

maupun saran dan dorongan sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal.

i
6. Pimpinan RSUD Prof. Dr. MA Hanafiah Batusangkar beserta staf yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan pengambilan data awal.

7. Bapak dan Ibu dosen Prodi Pendidikan Ners Universitas Perintis Indonesia

yang telah memberikan bekal ilmu kepada peneliti.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Pendidikan Ners Fakultas Kesehatan

Universitas Perintis Indonesia yang telah banyak memberikan masukan dan

semangat yang sangat berguna dalam menyelesaikan penulisan proposal ini.

Sekalipun peneliti telah mencurahkan segenap pemikiran, tenaga dan

waktu agar tulisan ini menjadi lebih baik, peneliti menyadari bahwa penulisan

proposal ini masih belum sempurna, oleh sebab itu peneliti dengan senang hati

menerima saran dan kritikan yang bersifat membangun demi kesempurnaan

penulisan dimasa yang akan datang.

Akhirnya, pada-Nya jualah kita berserah diri semoga proposal ini dapat

bermanfaat bagi kita semua, khususnya profesi keperawatan. Amin.

Bukittinggi, Desember 2023

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
KATA PENGANTAR ........................................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Pendahuluan................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian......................................................................... 6
E. Ruang Lingkup.............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Gaya Kepemimpinan..................................................................... 8
B. Pemberdayaan Psikologis.............................................................. 19
C. Kerangka Teori.............................................................................. 27

BAB III KERANGKA KONSEP


A. Kerangka Konsep ........................................................................ 24
B. Defenisi Operasional ................................................................... 25
C. Hipotesis ........................................................................................ 26

BAB IV METODE PENELITIAN


A. Desain Penelitian........................................................................... 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................ 27
C. Populasi dan Sampel...................................................................... 27
D. Teknik Pengumpulan Data............................................................. 29
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data........................................... 29
F. Etika Penelitian.............................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Inform Consent

Lampiran 3 Kuesioner

Lampiran 4 Lembar Konsultasi

iv
BAB I

PENDALUHUAN

A. Latar Belakang

Instalasi Gawat Darurat adalah salah satu unit pelayanan di rumah sakit

yang menyediakan penanganan awal bagi yang menderita penyakit atau

mengancam kelangsungan hidup, menstabilkan dan mengelola pasien yang

membutuhkan tindakan segera (Marbun, Ariyanti, & Dea, 2022). Prinsip

pelayanan di IGD adalah cepat dan tepat dengan pelayanan khusus yang

melakukan perawatan segera tanpa janji sebelumnya, namun peningkatan jumlah

pasien di IGD berdampak pada ketersediaan sumber daya tidak memadai dan

waktu tunggu pasien. Semakin banyak pasien yang datang maka semakin lama

penanganannya sehingga menurunkan kualitas hasil penanganan dan kepuasan

pasien (Anang, 2017).

Pelayanan pasien gawat darurat merupakan pelayanan yang memerlukan

pertolongan segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan

kecacatan, atau pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan yang sangat

penting (Time saving is life saving) bahwa waktu adalah nyawa (Sihotang, 2012).

Pasien yang berkunjung ke fasilitas pelayanan gawat darurat datang dengan

tingkat kegawat daruratan yang berbeda-beda. Prioritas 1 untuk yang benar-benar

gawat darurat atau true emergency, prioritas 2 untuk yang gawat tapi tidak darurat

atau urgen, prioritas 3 yang tidak gawat maupun darurat atau false emergency.

Semua pasien prioritas 1 tidak bisa menunggu dan butuh penanganan

langsung(zero minute respon) (Menkes RI, 2018).

`
Data kunjungan pasien ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) di seluruh

Indonesia mencapai 11.719.015 (13,1%) dari total seluruh kunjungan di

RSU) dengan jumlah kunjungan 12% dari kunjungan IGD berasal dari rujukan

dengan jumlah 1.033 rumah sakit umum dari 1.319 Rumah Sakit yang ada.

Jumlah yang signifikan ini kemudian memerlukan perhatian yang cukup

besar dengan pelayanan pasien gawat darurat. Kunjungan ke IGD RSUD Prof.

DR. M.A Hanafiah SM Batusangkar, mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Pada tahun 2021 terdapat 17.956 kunjungan, tahun 2022 sebanyak 18.731 dan

tahun 2023 sebanyak 21.488 kunjungan (Rekam medik RSUD Prof. DR. M.A

Hanafiah SM Batusangkar, 2023).

Pelayanan IGD mengacu pada konsep triage dimana pasien akan dilayani

berdasarkan tingkat kegawat daruratannya. Secepat apapun pasien datang ke IGD,

namun masih ada kondisi pasien lain yang lebih gawat, maka IGD akan

memprioritaskan pasien yang kondisinya lebih gawat daripada pasien yang datang

dahulu tersebut. Hal ini terkadang akan membuat pasien lain merasa adanya

ketidak adilan pada pelayanan IGD tersebut (Kurniasari, 2016). Sesuai dengan

penelitian Gustia (2018), bahwa hanya 82,4 % responden yang berhasil dalam

pelaksanaan triage. Hal ini tentunya dapat berdampak pada penanganan pasien

yang dalam keadaan gawat darurat.

Menurut penelitian Khairina (2018), faktor tingkat pengetahuan

merupakan faktor dominan yang berhubungan dengan pengambilan keputusan

perawat terhadap ketepatan pengisian skala triage dengan p value 0,012 dan nilai

odd ratio 17,856. Banyaknya pasien yang datang di IGD membuat perawat harus

memilih pasien dengan cepat dan tepat sesuai prioritas bukan berdasarkan nomor

`
antrian. Tindakan perawat dalam melakukuan perawatan pasien harus bertindak

cepat dan memilah pasien dengan kebutuhan perawatan yang kurang mendesak

(Igede, 2012).

Triage adalah proses yang cepat dalam mengkategorikan pasien pada saat

kedatangan untuk menentukan prioritas guna untuk evaluasi dan pengobatan lebih

lanjut (mri, Manjas, & Hardisman, 2019). Triage adalah proses memprioritaskan

perawatan pasien berdasarkan tingkat keparahan kondisinya (Gustia & Manurung,

2018). Menurut Permenkes No. 4 tahun 2018 pasal 7 (3) tentang Kewajiban

Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien triage merupakan pemeriksaan awal secara

cepat terhadap semua pasien yang datang ke IGD untuk mengindentifikasi

kegawatdaruratan dan prioritas pertolongan pertama yang harus ditindaklanjuti

sesuai dengan kebutuhan medisnya.

Efikasi diri merupakan penilaian atau persepsi subjektif individu terhadap

kemampuan dirinya untuk mengorganisir dan memutuskan tindakan yang

dibutuhkan untuk mencapai tipe performansi yang diinginkan (Ferdianto, 2014).

Tingkatan self-efficacy dapat menentukan seberapa besar kepercayaan perawat

terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga keyakinan ini yang akan

menentukan kualitas kinerja. Perawat yang memiliki tingkat self-efficacy tinggi

akan mempengaruhi perawat dalam meningkatkan sikap peduli dan perhatian saat

memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sehingga tingkat kepuasan pasien

akan meningkat (Putri, 2021).

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi self efficacy, yaitu

budaya, jenis kelamin, sifat dari tugas yang dihadapi, insentif eksternal, status atau

peran individu dalam lingkungan dan informasi tentang kemampuan diri. Dilihat

`
dari tugas yang dihadapi, maka semakin kompleks derajat kesulitan tugas yang

dihadapi individu maka akan semakin rendah orang tersebut menilai kemampuan

dirinya sendiri (Fitriyah, dkk, 2019).

Disamping faktor-faktor tersebut, pendidikan dan juga masa kerja juga

merupakan faktor yang dapat mempengaruhi effikasi diri perawat. Bandura

berteori bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan

mendapatkan lebih banyak kesempatan untuk belajar mengatasi masalah.

Managemen diri difokuskan pada keterlibatan semua sumber data yang ada

disekitar pasien sehingga akan lebih percaya diri dan meningkatkan perilaku

(Nugroho et al., 2020).

Robbins dan Judge (2013), menegaskan bahwa semakin lama seseorang

bekerja, maka keterampilan dan pengalamannya juga akan semakin meningkat.

Perawat yang mempunyai pengalaman kerja lebih lama dalam pemberian

pelayanan keperawatan lebih maksimal karena perawat dengan pengalaman kerja

yang lebih lama akan semakin baik kualitas/kinerjanya dalam asuhan keperawatan

(Drama, 2019). Hal ini didukung oleh penelitian Nugroho (2021), bahwa terdapat

hubungan lama kerja dengan self efikasi perawat.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amri (2019), pelaksanaan

triage di IGD RSUD Prof. DR. M.A Hanafiah SM Batusangkar tidak tepat

hasilnya adalah sebesar 6,7%. Fenomena yang peneliti temukan di IGD RSUD

Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM Batusangkar, didapatkan bahwa sering terjadi

penumpukan pasien triage, yang mana perawat triage harus segera memilah

pasien yang harus segera dilakukan tindakan (pasien dengan label merah), pasien

dengan kasus gawat tidak darurat pelayanan dan masih bisa ditunda (label kuning)

`
dan pasien dengan kasus tidak gawat dan darurat (label hijau). Sementara pasien

pingin dilayani cepat tanpa melihat status kegawatan daruratannya dan

kebanyakan pasien yang datang tidak sesuai dengan alur nya.

Hal ini terkadang menyebabkan perawat merasa stres dan merasa tidak

yakin dengan kemampuannya untuk memberikan pelayanan secara maksimal.

Sebagian perawat juga merasa tidak mampu memberikan pelayanan optimal setiap

menghadapi pasien yang tidak berdaya, koma dan kondisi terminal, serta merasa

tidak merasa yakin untuk menghadapi pasien dengan kondisi tersebut, terutama

perawat yang memiliki pendidikan rendah dibanding perawat lain, dan memiliki

masa kerja baru di ruang IGD.

Hasil wawancara terhadap 10 orang perawat di IGD, diperoleh informasi

bahwa masih terdapat 4 orang perawat menyatakan kondisi kerja yang ada sering

membuat mereka tidak yakin untuk menyelesaikannya, 3 orang perawat baru

pindah ke ruang IGD dan 3 orang berpendidikan diploma . Oleh sebab itu, peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi self

efficacy perawat dalam melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali

Hanafiah SM Batusangkar.

B. Rumusan masalah

Self-efficacy dapat menentukan seberapa besar kepercayaan perawat

terhadap kemampuan yang dimiliki sehingga keyakinan ini yang akan

menentukan kualitas kinerja. Fenomena yang peneliti temukan di IGD RSUD

Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM Batusangkar, bahwa perawat sering merasa stres dan

merasa tidak yakin dengan kemampuannya untuk memberikan pelayanan secara

maksimal. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dirumuskan masalah penelitian

`
yaitu faktor-faktor apakah yang mempengaruhi self efficacy perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM Batusangkar.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi self efficacy perawat dalam melaksanakan triage di IGD

RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM Batusangkar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kemampuan perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM

Batusangkar

b. Diketahui distribusi frekuensi pendidikan perawat di IGD RSUD

Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM Batusangkar

c. Diketahui distribusi frekuensi masa kerja perawat di IGD RSUD

Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM Batusangkar

d. Diketahui distribusi frekuensi self efficacy perawat dalam melaksanakan

triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM Batusangkar

e. Diketahui hubungan pendidikan dengan self efficacy perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM

Batusangkar

f. Diketahui hubungan masa kerja dengan self efficacy perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM

Batusangkar

`
g. Diketahui hubungan kemampuan dengan self efficacy perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM

Batusangkar

D. Manfaat

1. Bagi Pelayanan Kesehatan

Penelitian ini dapat sebagai masukan bagi petugas kesehatan dalam

memberikan pelayanan keperawatan bagi pasien di IGD, dan dapat

dijadikan acuan dalam pembuatan program pelatihan dan pengembangan

diri yang dirancang khusus untuk meningkatkan efikasi diri perawat, serta

upaya menciptakan lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan

profesional dan perkembangan pribadi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian dapat menambah wawasan dan sebagai bahan

ilmu pengetahuan di bidang pendidikan keperawatan, khususnya

pelaksanaan triage pada pasien di IGD.

3. Bagi Peneliti

Sebagai sarana dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang

metode penelitian dan menambah wawasan tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi self efficacy perawat dalam melaksanakan triage di IGD

RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM Batusangkar.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini tentang faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy

perawat dalam melaksanakan triage, terdiri dari variabel independen (pendidikan,

masa kerja dan kemampuan) serta variable dependen (self efficacy perawat dalam

`
pelaksanaan triage). Penelitian ini dilakukan karena banyaknya perawat yang

kurang yakin dengan kemampuan dirinya dalam pelaksanaan triage. Penelitian

direncanakan di IGD RSUD Prof. dr. M. Ali Hanafiah SM Batusangkar, pada

bulan Januari 2023. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang

terdapat di IGD RSUD Prof. dr. M. Ali Hanafiah SM Batusangkar, dengan

pengambilan sampel secara total sampling berjumlah 33 orang. Desain penelitian

deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Data di kumpulkan dengan

menggunakan kuesioner self efficacy dan diolah serta dianalisa menggunakan uji

chi-square.

`
BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Instalasi Gawat Darurat (IGD)

1. Pengertian

Gawat darurat adalah keadaan klinis yang membutuhkan tindakan

medis segera untuk penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan.

Pelayanan Kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh

pasien gawat darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa

dan pencegahan kecacatan. Pelayanan Kegawatdaruratan meliputi

penanganan kegawatdaruratan prafasilitas pelayanan kesehatan,

intrafasilitas pelayanan kesehatan, dan antarfasilitas pelayanan kesehatan

(Menkes RI, 2018).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah lini utama sebagai jalan

masuknya pasien ke rumah sakit dan juga layanan yang memberikan

pertolongan utama kepada pasien dengan kondisi gawat darurat. Kondisi

gawat darurat memerlukan tindakan medis secara cepat dan langsung

untuk menyelamatkan nyawa pasien dan mencegah terjadinya kecacatan.

Pasien yang berada di IGD akan ditangani sesuai dengan keadaan pasien

(Tampubolon & Sudharmono, 2020)

2. Fungsi IGD

`
IGD berfungsi untuk menerima, menstabilkan dan mengatur pasien

yang membutuhkan penanganan kegawatdaruratan segera, baik dalam

kondisi sehari-hari,maupun bencana, kegiatan pelayanan. Selain itu IGD

juga melakukan beberapa hal contoh nya sebagai tenaga pendidik dan

pelatihan gawat darurat, mengelola penegendalian mutu pelayanan gawat

darurat, dan melaukan koordinasi dengan rumah sakit lain.(PERMENKES

RI, 2018).

Menurut Hartati & Halimuddin (2017), indikator keberhasilan

dalam penanganan medik pasien gawat darurat adalah kecepatan dalam

memberikan pertolongan kepada pasien gawat darurat. Keberhasilan waktu

tanggap atau yang biasa di sebut dengan response time sangat bergantung

pada kecepatan pemberian pertolongan serta kualitas yang di berikan

untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah cacat sejak kejadian di

tempat, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit..

3. Sistem Pelayanan Gawat Darurat

Pelayanan Kesehatan di Indonesia dalam memberikan pelayanan

masih bersifat tradisional, yaitu hanya berfungsi sebagai kamar terima.

Pasien yang datang akan diterima oleh dokter atau perawat. Setelah

dilakukan anamnesa serta pemeriksaan fisik, Pasien akan dikonsulkan ke

bagian definitif. Selanjutnya penatalaksanaan Pasien dilakukan setelah

dokter definitive datang atau melalu instruksi tanpa melihat langsung

keadaan pasiennya (Menkes RI, 2018).

Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memiliki Pelayanan

Kegawatdaruratan yang minimal mempunyai kemampuan:

`
a. Pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu untuk

puskesmas.

b. Memberikan pelayanan Kegawatdaruratan sesuai jam operasional

untuk Puskesmas, Klinik, dan tempat praktik mandiri Dokter, Dokter

Gigi, dan tenaga kesehatan.

c. Menangani Pasien segera mungkin setelah sampai di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan.

d. Memberikan Pelayanan Kegawatdaruratan berdasarkan kemampuan

pelayanan, sumber daya manusia, sarana, prasarana, obat dan bahan

medis habis pakai, dan alat kesehatan.

e. Proses triage untuk dipilah berdasarkan tingkat kegawatdaruratannya,

sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesi kedokteran

dan/atau pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan

f. Membuat alur masuk Pasien dengan penyakit infeksius khusus atau

yang terkontaminasi bahan berbahaya sebaiknya berbeda dengan alur

masuk Pasien lain. Jika fasilitas ruang isolasi khusus dan

dekontaminasi tidak tersedia, Pasien harus segera dirujuk ke Fasilitas

Pelayanan Kesehatan lain yang memiliki fasilitas ruang isolasi khusus

(Menkes RI, 2018).

4. Peran dan Fungsi Perawat Gawat Darurat

Peran dan fungsi perawat gawat darurat adalah :

a. Melakukan triage, mengkaji dan menetapkan prioritas dalam spectrum

yang lebih luas terhadap kondisi klinis pada berbagai keadaan yang

bersifat mendadak mulai dari ancaman nyawa sampai kondisi kronis

`
b. Mengkaji dan memberikan asuhan keperawatan terhadap individu-

individu dari semua umur dan berbagai kondisi

c. Mengatur waktu efisien walaupun informasi terbatas

d. Memberikan dukungan psikologis terhadap pasien dan keluarganya

e. Memfasilitasi dukungan spiritual

f. Mengkoordinasikan berbagai pemeriksaan diagnostic dan memberikan

pelayanan secara multi disiplin

g. Menginformasikan tentang pelayanan yang telah dan akan diberikan

serta untuk kebutuhan tindak lanjut

h. Mendokumentasikan pelayanan yang telah diberikan

i. Memfasilitasi rujukan dalam rangka menyelesaikan masalah kegawat

daruratan

j. Membantu individu beradaptasi terhadap kondisi kesehatannya yang

mengalami perubahan secara mendadak

k. Memfasilitasi tindakh lanjut perawatan dengan memanfaatkan

sumber-sumber yang ada di masyarakat

l. Menyiapkan persiapan pemulangan pasien secara aman melalui

pendidikan kesehatan dan perencanaan pemulangan pasien

m. Mengkoordinasikan dan melaporkan kepada institusi terkait terhadap

kejadian-kejadian yang dianggap perlu

n. Merespon secara cepat dan memfasilitasi terhadap kejadian bencana

yang terdapat di komunitas dan institusi (Efriani, dkk, 2013).

5. Hak Pasien

`
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang

berlaku di Puskesmas

b. Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur

c. Memperoleh pelayanan medis yang bermutu sesuai dengan standar

profesi kedokteran

d. Memperoleh asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesi

keperawatan

e. Dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat klinis

dan pendapat etisnya tanpa campur tangan dari pihak luar

f. Privacy dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data

medisnya

g. Mendapatkan informasi yang meliputi penyakit yang diderita,

tindakan medik yang hendak dilakukan, kemungkinan penyulit akibat

tindakan tersebut dan tindakan untuk mengatasinya, alternatif terapi

lain, prognosanya, perkiraan biaya pengobatan.

h. Menyetujui/memberikan izin atas tindakan yang akan dilakukan oleh

dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya

i. Menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya dan

mengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggung jawab sendiri

sesudah memperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya

j. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis

k. Menjalankan ibadah sesuai dengan agama yang dianutnya selama hal

itu tidak menganggu pasien lainnya

`
l. Hak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan

di puskesmas

m. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan puskesmas terhadap

dirinya

n. Menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual (PKGDI,

2012).

B. Triage

1. Pengertian

Triage adalah proses khusus memilah pasien berdasar beratnya

cedera atau penyakit untuk menentukan prioritas perawatan gawat darurat

medik. Artinya memilih berdasar prioritas atau penyebab ancaman hidup.

Tindakan ini berdasarkan prioritas ABCDE (Gustia, 2018). Triage adalah

suatu proses penggolongan pasien berdasarkan tipe dan tingkat kegawatan

kondisinya (Zimmermann dan Herr, 2016). Triage juga diartikan sebagai

suatu tindakan pengelompokan penderita berdasarkan pada beratnya

cedera yang di prioritaskan ada tidaknya gangguan pada airway (A),

breathing (B), dan circulation (C) Dengan mempertimbangkan sarana,

sumber daya manusia, dan probabilitas hidup penderita (Kartikawati,

2014).

Menurut Wijaya (2020), triage adalah usaha pemilihan korban

sebelum ditangani. Pemilihan tersebut dilandaskan pada proses khusus

pasien berdasarkan berat tidaknya penyakit pasien. Ziammermann dan

Herr (2016) mendefinisikan bahwa triage digolongkan berdasarkan tipe

dan tingkat kegawatan, khususnya tingkat kegawatdaruratan cedera pasien.

`
Triage adalah proses memilih pasien yang datang ke Instalasi Gawat

Darurat (IGD) dengan cepat untuk menentukan pasien yang perlu diobati

segera dan pasien yang dapat menunggu. Proses ini membutuhkan

keterampilan seorang perawat gawat darurat berpengalaman (Kurniati,

Trisyani, & Theresia, 2018)

2. Tujuan Triage

Menurut (Kartikawati, 2014) tujuan triage adalah:

a. Mengidentifikasi kondisi yang mengancam nyawa.

b. Memprioritaskan pasien menurut kondisi keakutannya.

c. Menempatkan pasien sesuai dengan keakutannya berdasarkan pada

pengkajian yang tepat dan akurat.

d. Menggali data yang lengkap tentang keadaan pasien

3. Prinsip Triage

Ada beberapa prinsip triage yang harus diperhatikan. Berikut ini adalah

prinsip – prinsip triage menurut (Kartika, 2014) :

a. Triage harus dilakukan dengan segera dan singkat

b. Kemampuan untuk menilai dan merespons dengan cepat kemungkinan

yang dapat menyelamatkan pasien dari kondisi sakit atau cedera yang

mengancam nyawa dalam departemen gawat darurat.

c. Pengkajian harus dilakukan secara adekuat dan akurat

d. Keakuratan dan ketepatan data merupakan kunci dalam proses

pengkajian

e. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian

`
f. Keselamatan dan keefektifan perawatan pasien dapat direncanakan

jika terdapat data dan informasi yang akurat dan adekuat

g. Intervensi yang dilakukan berdasarkan kondisi keakutan pasien.

h. Tanggung jawab yang paling utama dari proses triage yang dilakukan

perawat adalah keakuratan dalam mengkaji pasien dan memberikan

perawatan sesuai dengan prioritas pasien. Hal ini termasuk intervensi

terapeutik dan prosedur diagnostik.

i. Tercapainya kepuasan pasien.

1) Perawat triage harus menjalankan triage secara simultan, cepat dan

langsung sesuai keluhan pasien.

2) Menghindari keterlambatan dalam perawatan pada kondisi yang

kritis

3) Memberikan dukungan emosional pada pasien dan keluarga.

4) Penempatan pasien yang benar pada tempat yang benar saat waktu

yang benar dengan penyedia pelayanan yang benar

4. Pelaksanaan Triage

Prinsip Triage adalah pemberlakuan sistem prioritas dengan

penentuan/penyeleksian Pasien yang harus didahulukan untuk

mendapatkan penanganan, yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang

timbul berdasarkan:

a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit

b. Dapat mati dalam hitungan jam

c. Trauma ringan

d. Sudah meninggal (Menkes RI, 2018)

`
Klasifikasi triage dari tingkat keutamaan atau prioritas, dibagi

menjadi 4 kategori warna, yang digunakan untuk menentukan

pengambilan keputusan dan tindakan. Prioritas pemberian warna juga

dilakukan untuk memberikan penilaian dan intervensi penyelamatan

nyawa. Intervensi biasa digunakan untuk mengidentifikasi injury.

Mengetahui tindakan yang dilakukan dengan cepat dan tetap memberikan

dampak signifikan keselamatan pasien. Hal ini disebut dengan intervensi

live saving, Intervensi live saving biasanya dilakukan sebelum menetapkan

kategori triage. Intervensi live saving umunya digunakan dalam praktik

lingkup responden dan harus disertai persiapan alat-alat yang dibutuhkan.

Sebelum ke tahap intervensi, berikut ada beberapa warna yang sering

digunakan untuk triage.

a. Merah

Warna merah digunakan untuk menendai pasien yang harus segera

ditangani atau tingkat prioritas pertama. Warna merah menandakan

bahwa pasien dalam keadaan mengancam jiwa yang menyerang

bagian vital. Pasien dengan triage merah memerlukan tindakan bedah

dan resusitasi sebagai langkah awal sebelum dilakukan tindakan

lanjut, seperti operasi atau pembedahan.

b. Kuning

Pasien yang diberi tanda kuning juga berbahaya dan harus segera

ditangani. Hanya saja tanda kuning menjadi tingkat prioritas kedua

setelah tanda merah. Dampak jika tidak segera ditangani akan

mengancam fungsi vital organ tubuh bahkan mengancam nyawa.

`
Misalnya, pasien yang mengalami luka bakar tingkat 11 dan 111

kurang dari 25% mengalami trauma thorak, trauma bola mata, dan

laserasi luas.

c. Hijau

Warna hijau merupakan tingkat prioritas ketiga. Warna hijau

mengisyaratkan bahwa pasien hanya perlu penanganan dan pelayanan

biasa. Dalam artian, pasien tidak dalam kondisi gawat darurat dan

tidak dalam kondisi terancam nyawanya. Pasien yang diberi prioritas

warna hijau menandakan bahwa pasien hanya mengalami luka ringan

atau sakit ringan, misalnya luka superfisial. Penyakit atau luka yang

masuk ke prioritas hijau adalah fraktur ringan disertai perdarahan.

d. Hitam

Warna hitam digunakan untuk pasien yang memiliki kemungkinan

hidup sangat kecil. Biasanya, pasien yang mengalami luka atau

penyakit parah akan diberikan tanda hitam. Tanda hitam juga

digunakan untuk pasien yang belum ditemukan cara

menyembuhkannya. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk

memperpanjang nyawa pasien adalah dengan terapi suportif. Warna

hitam juga diberikan kepada pasien yang tidak bernapas setelah

dilakukan intervensi live saving.

5. Prosedur Triage

Menurut peraturan Menkes RI No. 47 tahun 2018 tentang

pelayanan kegawat daruratan, prosedur triage terdiri dari :

`
a. Pasien datang diterima tenaga kesehatan di ruang gawat darurat atau

ruang tindakan. Bila jumlah pasien lebih dari kapasitas ruangan, maka

triage dapat dilakukan diluar ruang gawat darurat atau ruang tindakan.

b. Penilaian dilakukan secara singkat dan cepat (selintas) untuk

menentukan kategori kegawatdaruratan pasien, dengan cara:

1) Menilai tanda vital dan kondisi umum pasien

2) Menilai kebutuhan medis

3) Menilai kemungkinan bertahan hidup

4) Meminta bantuan yang memungkinkan

5) Memprioritaskan penanganan definitif

c. Mengkategorikan status pasien menurut kegawat daruratannya

berdasarkan prioritas ABCD (Airway, Breathing, Circulation,

Disability, Environment).

d. Bagi Puskesmas yang melayani pasien saat bencana alam yang

menyebabkan jumlah pasien banyak, penggunaan tag triage

(pemberian label pada pasien perlu dilakukan)

6. Proses Triage

Proses triage mengikuti langkah-langkah proses keperawatan yaitu:

a. Pengkajian, ketika komunikasi dilakukan perawat melihat keadaan

pasien secara umum. Perawat mendengarkan apa yang dikatakan

pasien, dan mewaspadai isyarat oral. Riwayat penyakit yang diberikan

oleh pasien sebagai informasi subjektif. Tujuan informasi dapat

dikumpulkan dengan mendengarkan nafas pasien, kejelasan berbicara,

dan kesesuaian wacana. Informasi tambahan lain dapat diperoleh

`
dengan pengamatan langsung oleh pasien. Lakukan pengukuran

objektif seperti suhu, tekanan darah, berat badan, gula darah, dan

sirkulasi darah.

b. Diagnosa, dinyatakan apakah masalah termasuk ke dalam kondisi

Emergency (mengancam kehidupan, anggota badan, atau kecacatan).

Urgen (mengancam kehidupan, anggota badan, atau kecacatan) atau

nonurgen. Diagnosa juga meliputi penentuan kebutuhan pasien untuk

perawatan seperti dukungan, bimbingan, jaminan, pendidikan,

pelatihan, dan perawatan lainnya yang memfasilitasi kemampuan

pasien untuk mencari perawatan.

c. Perencanaan, rencana harus bersifat kolaboratif. Perawat harus

dengan seksama menyelidiki keadaan yang berlaku dengan pasien,

mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang penting, dan

mengembangkan rencana perawatan yang diterima pasien. Hal ini

sering membutuhkan proses negosiasi, didukung dengan pendidikan

pasien.

d. Intervensi, dalam analisis akhir bisa memungkinkan bahwa perawat

tidak dapat melakukan apa-apa untuk pasien. Oleh karena itu harus

ada pendukung lain yang tersedia, misalnya dokter untuk menentukan

tindakan yang diinginkan.

e. Evaluasi, dalam konteks organisasi keperawatan, evaluasi adalah

ukuran dari apakah tindakan yang diambil tersebut efektif atau tidak.

Jika pasien tidak membaik, perawat memiliki tanggung jawab untuk

menilai kembali pasien, mengkonfirmasikan diagnosa urgen, merevisi

`
rencana perawatan jika diperlukan, merencanakan, dan kemudian

mengevaluasi kembali

C. Self Efficacy

1. Pengertian

Efikasi diri (self-efficacy) didefinisikan sebagai keyakinan

seseorang tentang kemampuan dirinya untuk dapat menyelesaikan tugas

tertentu. Efikasi diri juga artikan sebagai kemampuan seseorang

melakukan penilaian diri sendiri terhadap kompetensi yang dimilikinya

untuk berhasil dalam menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Bandura lebih

lanjut menjelaskan bahwa efikasi diri merupakan generative capability

dimana semua potensi kognitif, sosial, emosional, dan perilaku harus

dikelola untuk mencapai tujuan tertentu. Efikasi diri secara konsep banyak

diaplikasikan dalam mencapai tujuan dari tindakan tertentu yang bersifat

spesifik (Erlina, 2020).

Efikasi diri menurut Bandura (1997) adalah keyakinan diri individu

dalam memperhitungkan kemampuan dirinya dalam melakukan sesuatu

untuk mencapai hasil pada situasi dan kondisi tertentu. Keyakinan diri ini

terdiri dari kepercayaan diri, kemampuan adaptasi diri, kualitas dan

kuantitas kognitif serta bertindak pada kondisi yang memiliki tekanan.

Keyakinan diri individu dalam kemampuan melaksanakan suatu tugas

tergantung pada tingkat kesukaran tugas dan kecakapan individu dalam

menghadapi tugas tersebut (Fitriyah, 2019).

`
. Efikasi diri dapat dikaitkan dengan keyakinan dan kepercayaan

diri seorang individu yang mampu untuk mengontrol keadaan sulit dan

percaya akan kemampuan untuk mengatasi keadaaan yang merugikan.

Efikasi diri memiliki hubungan dengan keyakinan seseorang yaitu mampu

atau tidak mampunya melakukan seseuatu dan tidak didasari oleh apa yang

dilakukan. Efikasi diri yang tinggi akan mampu menuntun seseorang untuk

mengatasi masalah dan hambatan dalam mencapai suatu tujuan (Baack &

Alfred, 2013)

2. Dimensi Self Efficacy

Pengkajian efikasi diri terdiri dari tiga dimensi yaitu: Tingkat

(level) yaitu efikasi diri seseorang dalam melakukan tindakan pada tingkat

kesulitan berbeda; Keluasan (generality) yaitu berkaitan dengan

penguasaan individu terhadap bidang atau tugas pekerjaan. Semakin tinggi

efikasi diri seseorang maka semakin tinggi kemampuan seseorang

menyelesaikan tugas pada beberapa bidang sekaligus; Kekuatan (strength)

yaitu menekankan pada keyakinan seseorang pada kemampuannya untuk

berusaha keras bertahan dari segala kesulitan dan hambatan (Erlina, 2020).

a. Dimensi Level (Tingkat)

Dimensi ini mengarah pada rentang keyakinan seseorang terhadap

kemampuannya menyelesaikan tugas dengan tingkat kesulitan yang

berbeda. Fokus dimensi ini bukan pada apakah individu dapat

mengerjakan tugas tertentu tetapi berfokus pada apakah individu

memiliki efikasi diri untuk membuat dirinya melakukan tugas tertentu

dengan menghadapi berbagai hambatan/tantangan.

`
b. Dimensi Generality (Keluasan)

Dimensi generality menilai rentang keyakinan individu terhadap

kemampuannya melakukan aktifitas secara luas atau hanya terbatas

pada domain tertentu. Individu dengan efikasi diri yang tinggi akan

mampu menguasai beberapa bidang sekaligus untuk menyelesaikan

suatu tugas. Pengukuran dimensi generality meliputi derajat kesamaan

aktifitas yang menggambarkan kemampuan individu melakukan

aktifitas yang sama dengan yang ditugaskan, modalitas ekspresi (yang

ditampilkan dalam perilaku, kognitif, dan efektif), gambaran kualitatif

suatu situasi, dan karak teristik individu.

c. Dimensi Strength (Kekuatan)

Dimensi strength menekankan pada keyakinan terhadap kekuatan dan

kegigihan seseorang dalam menyelesaikan suatu tugas. Semakin kuat

efikasi diri seseorang maka semakin besar keyakinannya untuk

bertahan melakukan usaha yang keras meskipun menghadapi berbagai

hambatan dan rintangan untuk mencapai tujuan. Dimensi ini

memberikan gambaran terhadap keyakinan seseorang bahwa dirinya

tidah mudah menyerah menghadapi setiap kesulitan dalam

menyelesaikan tugas tertentu.

3. Komponen Efikasi Diri

Efikasi diri yang dimiliki setiap manusia berbeda-beda; terletak

pada tiga komponen yaitu magnitude, strength, dan generality.

a. Magnitude.

`
Komponen ini berkaitan dengan kesulitan tugas. Apabila tugas-tugas

yang dibebankan dan dihadapkan pada individu menurut tingkat

kesulitannya maka Individu tersebut akan lebih memilih tugas-tugas

yang mudah/sederhana, sedang, dan tinggi/sulit sesuai dengan batas

kemampuan yang dirasakan untuk dilaksanakannya serta mampu

menyelesaikan tugas-tugas tersebut dengan baik.

b. Generality.

Komponen ini berkaitan dengan luas bidang tugas dengan keyakinan

individu atas kemampuannya untuk menyelesaikan tugas tersebut.

Beberapa individu akan merasa mampu melakukan tugas dalam bidang

luas, sementara individu yang lain mungkin hanya bisa pada bidang

tertentu dalam menangani/ melakukan/ menyelesaikan tugas-tugas

tersebut.

c. Strength.

Komponen ini berkaitan dengan kemantapan dan kekuatan seseorang

terhadap keyakinannya untuk bisa menyelesaikan tugas dengan baik

dan sempurna. Individu dengan efikasi diri yang lemah lebih mudah

menyerah pada ketidakberhasilan, sementara individu dengan efikasi

diri yang kuat akan tetap berupaya meskipun dijumpai pengalaman

yang menghambatnya (Fitriyah, 2019).

4. Fungsi Efikasi Diri

Fungsi efikasi diri diuraikan sebagai berikut:

a. Pemilihan aktifitas

`
Dalam kehidupan sehari-hari individu dituntut untuk membuat

keputusan mengenai aktifitas/tindakan yang akan dijalani. Seseorang

akan cenderung memilih aktifitas dimana mereka merasa kompeten dan

percaya diri mampu melakukannya dan cenderung menghindari

aktifitas yang dinilai melebihi kemampuannya.

b. Daya tahan menghadapi rintangan

Efikasi diri mempengaruhi seseorang untuk menentukan seberapa besar

usahanya, berapa lama akan bertahan ketikamenghadapi hambatan, dan

seberapa kuat menghadapi kesulitan. Semakin tinggi efikasi diri

seseorang maka semakin besar usaha, ketekunan, dan kekuatan

usahanya. Seseorang dengan efikasi diri yang tinggi akan memandang

kesulitan sebagai tantangan yang harus dihadapi daripada sebagai

ancaman yang harus dihindari.

c. Pola fikir dan reaksi emosional

Efikasi diri yang tinggi membantu menciptakan perasaan tenang dalam

melakukan tugas dan aktivitas yang sulit. Sebaliknya, orang dengan

tingkat efikasi diri rendah meyakini segala sesuatu lebih sulit daripada

yang sebenarnya. Keyakinan tersebut mendorong seseorang menjadi

gelisah, stres, dan depresi dalam memecahkan masalah. Sehingga

efikasi diri sangat kuat mempengaruhi tingkat pencapaian tujuan

(Erlina, 2020).

5. Sumber-sumber Efikasi Diri

Efikasi diri dapat terbentuk pada diri manusia dengan mempelajari

dan mengembangkan empat sumber informasi, yaitu:

`
a. Mastery Experience (Pengalaman Keberhasilan). Keberhasilan yang

diperoleh seseorang akan meningkatkan efikasi diri individu

sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi dirinya. Pengalaman

tersebut mampu meningkatkan kegigihan dalam berupaya mengatasi

kesulitan tugas dan mengurangi kegagalan.

b. Social Modeling (Permodelan Sosial). Efikasi diri seseorang akan

meningkat ketika ia melihat pengalaman keberhasilan orang lain yang

memiliki kemiripan dengan individu tersebut dalam mengerjakan

suatu tugas dan setara kompetensinya. Efikasi diri seseorang akan

menurun ketika melihat kegagalan orang lain.

c. Social Percuasion (Persuasi Sosial). Persuasi sosial berhubungan

dengan kemampuan verbal dalam meyakinkan seseorang bahwa ia

mampu melakukan suatu tugas. Individu yangdiyakinkan secara

verbal cenderung akan berupaya lebih kerasuntuk mencapai

keberhasilan. Individu yang memperolehpersuasi sosial akan memiliki

derajat efikasi diri lebih tinggdibandingkan dengan individu yang

tidak mendapatkanpersuasi sosial.

d. Physiological and Emotional States (Kondisi Fisik dan Emosi).

Situasi yang menekan kondisi fisik dan emosi dapat mempengaruhi

efikasi diri. Emosi yang bergejolak, gelisah, cemas, takut, stres yang

mendalam dan keadaan fisiologis yang lemah akan dirasakan

seseorang jika yang telah terjadi tidak sesuai dengan yang diinginkan.

Jika suasana hatinya membaik maka akan meningkatkan efikasi diri

`
dan sebaliknya jika suasana hatinya memburuk maka akan

melemahkan efikasi diri (Fitriyah, 2019).

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi Self Efficacy

Tinggi rendahnya efikasi diri seseorang dalam melaksanakan tugas sangat

bervariasi. Hal ini disebabkan oleh faktor yang berpengaruh dalam

mempersepsikan kemampuan dirinya. Menurut Fitriyah (2019), ada beberapa

faktor yang mempengaruhi efikasi diri yaitu:

1. Budaya

Budaya dapat mempengaruhi efikasi diri melalui nilai dan kepercayaan

yang mempunyai fungsi sebagai sumber penilaian efikasi diri dan

konsekuensi dari keyakinan diri.

2. Jenis kelamin

Perbedaan jenis kelamin juga dapat mempengaruhu efikasi diri. Bandura

menyatakan bahwa wanita mempunyai efikasi diri yang lebih tinggi dalam

mengelola sesuatu dibandingkan lakilaki. Wanita bisa berprofesi sebagai

ibu rumah tangga dan juga sebagai wanita karir itu akan memiliki efikasi

diri yang tinggi dibanding laki-laki yang pekerja.

3. Sifat dari tugas yang dihadapi

Semakin kompleks derajat kesulitan tugas yang dihadapi individu maka

akan semakin rendah orang tersebut menilai kemampuan dirinya sendiri.

Seseorang yang dihadapi tugas yang mudah dan sederhana maka akan

semakin tinggi orang tersebut menilai kemampuan yang dimilikinya.

4. Insentif Eksternal

`
Insentif berupa reward yang diberikan oleh seseorang dalam

melaksanakan tugas dengan baik dan berhasil. Reward bisa berupa pujian,

materi,

5. Status atau peran individu dalam lingkungan

Status sosial bisa mempengaruhi efikasi diri seseorang. Efikasi diri

seseorang tinggi jika ia memiliki status sosial yang tinggi. Sebaliknya

efikasi diri seseorang rendah jika memiliki status sosial yang kecil di

lingkungannya.

6. Informasi tentang kemampuan diri

Kemampuan adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk

melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Kemampuan identik dengan

kemampuan kerja yang terbentuk dari pengetahuan dan keterampilan yang

sangat baik, dimana perawat memiliki kemampuan dalam melaksanakan

tugasnya. Kemampuan terdiri atas 3, yaitu:

a. Kemampuan teknis, meliputi kemampuan untuk menggunakan

pengetahuan, metode dan teknis yang diperlukan untuk menyelesaikan

pekerjaan, diperoleh dari pengalaman, pendidikan atau pelatihan

b. Kemampuan sosial, meliputi kemampuan dalam bekerja dengan melalui

motivasi orang lain yang mencakup pemahaman tentang motivasi dan

kepemimpinan yang efektif

c. Kemampuan konseptual, meliputi kemampuan untuk memahami

kompleksitas organisasi secara menyeluruh (Syarief, 2022).

Menurut Soelaiman (2007), kemampuan adalah sifat yang dibawa

lahir atau dipelajari yang memungkinkan seseorang yang dapat

`
menyelesaikan pekerjaannya, baik secara mental atau pun fisik. Karyawan

dalam suatu organisasi, meskipun dimotivasi dengan baik, tetapi tidak

semua memiliki kemampuan untuk bekerja dengan baik. Kemampuan

dengan keterampilan memainkan peranan utama dalam perilaku dan

kinerja individu. Menurut Fitriyah (2019), efikasi diri seseorang tinggi

atau rendah jika individu tersebut memperoleh informasi yang positif dan

negatif tentang dirinya.

7. Pendidikan

Bakri (2017) menyatakan manusia adalah kunci utama dalam

meningkatkan mutu layanan rumah sakit yang harus memenuhi kualifikasi

tertentu. Kualifikasi itu antara lain jumlah manusia yang cukup,

pengalaman kerja dibidangnya dan pendidikan yang dimiliki. Karena

semakin tinggi tingkat pendidikan sesorang akan semakin mudah untuk

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya.

Bandura berteori bahwa individu dengan tingkat pendidikan yang

lebih tinggi (dalam hal ini kursus pasca-registrasi) akan belajar lebih

banyak melalui pendidikan formal sehingga mereka mendapatkan lebih

banyak kesempatan untuk belajar mengatasi masalah. Managemen diri

difokuskan pada keterlibatan semua sumber data yang ada disekitar pasien

sehingga akan lebih percaya diri dan meningkatkan perilaku.(Nugroho et

al., 2020

8. Masa kerja

Robbins dan Judge (2013), yang menegaskan bahwa semakin lama

seseorang bekerja, maka keterampilan dan pengalamannya juga akan

`
semakin meningkat. Menurut penelitian Nugroho (2021), terdapat

hubungan lama kerja dengan self efikasi perawat. Pengalaman kerja

(layanan yang lebih lama) juga terkait dengan efikasi diri yang lebih baik,

sebagaimana didukung oleh bukti (Gloudemans, Schalk and Reynaert,

2013).

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep atau

variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui penelitian yang dimaksud

(Notoatmodjo, 2018). Variabel independen pada penelitian ini adalah

kemampuan, pendidikan dan masa kerja, sedangkan variable dependen self

efficacy perawat dalam pelaksanaan triage. Adapun kerangka konsep dapat

penulis gambarkan adalah sebagai berikut :

Variabel Independent Variabel Dependent

Budaya

Jenis kelamin

Sifat tugas yang


dihadapi

Insentif eksternal Self efficacy


perawat
Peran individu

Informasi 1. Usia
kemampuan diri 2. Pelatihan
Pendidikan

`
Masa kerja
Skema 3.1
Kerangka Konsep
Keterangan :

Diteliti

Tidak diteliti

Ada hubungan

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Defenisi Operasional

Variabel Definisi Alat Cara Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur
Variabel
Independen
Pendidikan Pendidikan terakhir Kuesioner Angket Nominal Diploma :
yang ditamatkan jika tamat D I
responden, dan D III
dibuktikan dengan
adanya ijazah Sarjana : jika
tamat S 1 dan
profesi Ners
(Ferianto,
2016).

Masa kerja Lamanya masa Kuesioner Angket Ordinal Baru : jika <
kerja responden 5 tahun
sejak pertama kali
menjadi perawat Lama : jika >
5 tahun
(Setiarini,
2018)
Kemampuan Kemampuan Kuesioner Angket Ordinal Kurang
perawat dalam mampu : <
melakukan triage mean
pada pasien IGD
Mampu : >
mean
Variabel
Dependen
Self efficacy Suatu keyakinan Kuesioner angket Ordinal Rendah:
yang terdapat < Mean

`
dalam diri
responden dalam Tinggi :
melakukan > mean
tindakan triage (Duggleby,
untuk dapat et.al, 2016)
mencapai hasil
yang diinginkan

C. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan sementara yang perlu diuji kebenarannya atau

asumsi sementara tentang karakteristik populasi yang akan dibuktikan

kebenaranya melalui pengumpulan data (Rachmat, 2013). Hipotesis pada

penelitian ini adalah :

Ha :

1. Ada hubungan pendidikan dengan self efficacy perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM

Batusangkar

2. Ada hubungan masa kerja dengan self efficacy perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM

Batusangkar

3. Ada hubungan kemampuan dengan self efficacy perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM

Batusangkar

Ho :

`
1. Tidak ada hubungan pendidikan dengan self efficacy perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM

Batusangkar

2. Tidak ada hubungan masa kerja dengan self efficacy perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM

Batusangkar

3. Tidak ada hubungan kemampuan dengan self efficacy perawat dalam

melaksanakan triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM

Batusangkar

`
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik, yaitu penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana dan mengapa suatu fenomena terjadi

melelui sebuah analisis statistik seperti korelasi antara sebab dan akibat, serta

kemudian dapat dilanjutkan untuk mengetahui seberapa besar kontibusi dari sebab

atau faktor risiko tersebut terhadap akibat atau efek. Pendekatan yang dipakai

adalah cross sectional yaitu pengumpulan data dilakukan bersamaan secara

serentak dalam satu waktu antara faktor resiko dengan efeknya ( point time

approach), semua variabel baik variabel independen maupun variabel dependen

diobservasi pada waktu yang sama (Masturoh & Agitta T, 2018). Penelitian ini

bertujuan melihat hubungan pendidikan, masa kerja dan kemampuan dengan self

efficacy perawat dalam pelaksanaan triage.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian direncanakan di IGD RSUD Prof. dr. M. Ali Hanafiah SM

Batusangkar, pada bulan Januari 2023. Penelitian dilakukan di IGD ini karena

`
sering bertumpuknya pasien yang membuat perawat merasa stres dan tidak yakin

dengan kemampuannya untuk memberikan pelayanan secara maksimal.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah sekelompok individu atau obyek yang memiliki

karakteristik sama (Chandra, 2014). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh perawat yang terdapat di IGD RSUD Prof. dr. M. Ali Hanafiah SM

Batusangkar, berjumlah 33 orang.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian kecil dari populasi atau obyek yang

memiliki karakteristik sama. Pengambilan sampel dilakukan secara total

sampling, yaitu seluruh anggota populasi dijadikan sebagai sampel, yang

berjumlah 33 orang. Adapun kriteria sampel adalah :

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik yang harus dipenuhi oleh subjek

penelitian sehingga layak dimasukkan dalam penelitian. Kriteria

inklusi pada penelitian ini adalah :

1) Bersedia menjadi responden dengan menanda tangani inform

consent

2) Perawat pelaksana dan Katim yang terdaftar sebagai perawat

pelaksana dan Katim di IGD RSUD Prof. dr. M. Ali Hanafiah SM

Batusangkar

b. Kriteria eksklusi

`
Kriteria eksklusi adalah karakteristik yang akan menyingkirkan

kelayakan subjek sebagai sampel penelitian, terdiri dari :

1) Perawat yang sedang cuti/tidak masuk kerja salam 3 hari berturut-

turut

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner yang

diisi langsung oleh responden. Kuesioner merupakan lembaran berisi pertanyaan-

pertanyaan yang diberikan kepada responden terpilih dengan harapan akan

dikembalikan (Chandra, 2014). Kuesioner berisikan tentang variabel penelitian

yaitu pendidikan, masa kerja, kemampuan perawat dan self efficacy perawat

dalam pelaksanaan triage yang dibuat sesuai dengan tujuan penelitian.

Kuesioner tentang kemampuan perawat dalam pelaksanaan triase,

menggunakan kuesioern Australasian Triage Scale (ATS). Kuesioner ini telah

dilakukan uji validitas dengan nilai corrected item- total correlation (>0,433) dan

nilai reliabilitas Cronbach’s Alpha 0,948 (>0,433) (Suparjo, 2021). Pada

pernyataan responden diberikan skor sebagai berikut: selalu = 4, sering = 3, jarang

= 2 dan tidak pernah = 1.

Kuesioner self efficacy responden menggunakan kuesioner General Self

Efficacy (GSE) yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kuesioner

terdiri dari 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban menggunakan 4 poin skala

Likert dengan rentang nilai 1-4. Pada pernyataan responden diberikan skor

sebagai berikut: Sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), setuju (3), sangat setuju

(4). Interpretasi ditentukan dengan nilai rata-rata yaitu bila skor lebih rendah dari

rata-rata maka dinyatakan efikasi diri rendah, sedangkan bila skor lebih tinggi

`
atau sama dengan rata-rata dinyatakan efikasi diri tinggi (Duggleby, et.al, 2016).

Kuesioner GSE telah ditemukan reliabel dengan Cronbach alpha 0,843 pada

populasi Indonesia (Widowati & Raushanfikri, 2020).

F. Prosedur Pengumpulan Data

1. Teknik Administrasi

Pengumpulan data diawali dengan mengupayakan Surat Izin

Penelitian dimulai dari Program Studi Sarjana Keperawatan Universitas

Perintis Indonesia, selanjutnya peneliti mengajukan surat izin penelitian ke

pada bagian Litbang RSUD Prof. dr. M. Ali Hanafiah SM Batusangkar

dan dilanjutkan ke kepala ruangan IGD RSUD Prof. dr. M. Ali Hanafiah

SM Batusangkar. Setelah mendapatkan izin penelitian, selanjutnya peneliti

menemui perawat yang bertugas untuk melakukan pengumpulan data.

2. Teknik Pelaksanaan

Setelah menemukan calon responden, selanjutnya peneliti

mengajukan surat permohonan menjadi responden. Jika responden

menyetujui, responden diminta untuk menandatangani inform consent

(pernyataan persetujuan menjadi responden). Selanjutnya peneliti

memberikan kuesioner kepada responden dan mempersilahkan mereka

untuk mengisi kuesioner tersebut. Peneliti meninggalkan kuesioner pada

responden untuk diambil keesokan harinya, agar responden memiliki

waktu yang luang dan lapang untuk mengisi kuesioner tersebut.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Tehnik Pengolahan

`
a. Mengedit (Editing)

Setelah kuesioner selesai diisi, maka setiap kuesioner diperiksa

apakah diisi dengan benar dan lengkap.

b. Mengkode data (coding)

Memberikan kode tertentu pada setiap data yang dikumpulkan.

Variabel pendidikan, jika tamat diploma diberi kode 0 dan sarjana

diberi kode 1. Variabel pengalaman, jawaban kurang dari 5 tahun

diberi kode 0 dan sama atau lebih dari 5 tahun diberi kode 1. Variabel

kemampuan, menggunakan skala likert dengan pengkodean yaitu

selalu = 4, sering = 3, jarang = 2 dan tidak pernah = 1. Pengkodean

untuk kuesioner self efficacy jika Sangat tidak setuju (1), tidak setuju

(2), setuju (3), sangat setuju (4).

c. Memasukkan data (entry)

Data, yakni jawaban dari masing-masing responden yang dalam

bentuk kode dimasukkan kedalam program komputer.

d. Pembersihan data (cleaning)


Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan ke komputer untuk

melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan, ketidak

lengkapan data dsb (Notoatmodjo, 2018).

2. Teknik Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan setiap variabel penelitian (pendidikan, masa kerja,

pengetahuan, dan self efficacy perawat dalam pelaksanaan triage),

yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase

`
yang menunjukkan frekuensi setiap ukuran (kategori) variabel

penelitian (Heavy, 2014).

b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan. Analisis hasil uji statistic dengan menggunakan Chi-

Square test, untuk menyimpulkan adanya hubungan 2 variabel yang

bersifat katagorik. Analisis data menggunakan derajat kemaknaan

signifikan 0,05. Hasil analisis chi-square dibandingkan dengan nilai p,

jika pvalue < 0,05 artinya terdapat hubungan yang bermakna, sebaliknya

jika pvalue > 0,05 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna

(Rachmat, 2013).

G. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada responden untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah

mendapatkan persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan

menegakkan masalah etika. Menurut (Hidayat 2013), masalah etika dalam

penelitian ini meliputi:

1. Informed Concent (Lembar Persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan. Jika responden menolak maka

peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Merupakan masalah etika dalam penelitian dengan cara tidak memberikan

nama responden pada lembar pengumpulan data. Lembar tersebut hanya

`
diberi inisial tertentu.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan dari hasil

penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua

informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti.

Peneliti memberikan penjelasan kepada responden bahwa peneliti

menjamin kerahasiaan data yang dikumpulkan dan meyakinkan responden

bahwa kuesioner yang sudah diisi akan menjadi dokumentasi pribadi.

Lampiran 1
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Yenita Gusti
BP : 2202243139
Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Perintis
Indonesia
Sedang melakukan penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Self Efficacy Perawat dalam Melaksanakan Triage di IGD
RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah SM Batusangkar”.

Untuk keperluan tersebut saya membutuhkan beberapa data yang diharapkan


dapat didapatkan melalui pengisian kuesioner. Penelitian ini tidak akan merugikan
Saudara/i sebagai responden. Kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan
dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Oleh sebab itu, saya
harap Saudara/i dapat bersedia untuk mengisi kuesioner yang telah disediakan
sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

Demikian saya sampaikan, atas kesediaan Saudara/i menjadi responden dalam


penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

`
Hormat Saya,

Yenita Gusti

Lampiran 2

PERNYATAAN PERSETUJUAN
(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Alamat :

Dengan ini menyatakan bersedia menjadi responden dalam penelitian saudara

Yenita Gusti, yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy

Perawat dalam Melaksanakan Triage di IGD RSUD Prof.dr.M.Ali Hanafiah

SM Batusangkar”. Saya akan berusaha menjawab pertanyaan yang saudara

berikan dan memberikan informasi yang sebenarnya.

Responden,

`
(....................)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SELF EFFICACY


PERAWAT DALAM MELAKSANAKAN TRIAGE DI IGD RSUD
PROF.DR.M.ALI HANAFIAH SM BATUSANGKAR

Petunjuk Pengisian :

1. Berilah tanda centang ( √ ) pada jawaban yang tersedia sesuai jawaban


yang saudara pilih.
2. Tulislah jawaban secara singkat dan jelas pada tempat yang telah tersedia
3. Dimohonkan untuk TIDAK mengosongkan jawaban pada setiap
pertanyaan.

KODE

A. Karakteristik Responden

NO PERNYATAAN JAWABAN

1. Usia ………………Tahun

2. Jenis Kelamin Laki-laki

Wanita

`
3. Pelatihan yang pernah diikuti ...................................
3. Pendidikan ...................................
4. Masa kerja ...................................

B. Kemampuan

Serin Tidak
No Pernyataan Selalu Jarang
g Pernah

Melakukan pemilahan/seleksi
1
berdasarkan kegawatdaruratan

Bila pasien >20 orang maka


2 Triase dilakukan dihalaman
samping IGD

Lakukan tindakan sesuai


prosedur Pemilahan ATS
P1 Merah
3
(Kategori ATS 1 & ATS 2)
* Mengalamai gagal jantung paru
diarahkan ke ruang resusitasi

P2 Kuning
4 (Kategori ATS 3 & ATS 4)
* Kasus bedah ke ruang tindakan

* Bukan kasus bedah ke ruang


Observasi

5 P3 Hijau
(Kategori ATS 5)
* Pada jam kerja diarahkan ke
Poliklinik

* Diluar jam kerja dilayani


diruang non emergensi setelah
kasus emergensi tertangani

C. Self Efficacy

No Pernyataan Sangat Setuju Tidak Sangat


Setuju Setuju Tidak

`
Setuju

1. Saya dapat menyelesaikan masalah


yang sulit jika saya berusaha keras

2. Jika seseorang tidak sependapat


dengan saya, saya dapat memahami
hal tersebut dan menemukan cara
untuk mengatasinya

3 Saya mudah mempertahankan dan


meraih tujuan saya
4 Saya yakin bahwa saya bisa
mengatasi yang tidak diharapkan
secara tepat
5 Beruntungnya saya dengan
keingintahuan saya, saya bisa
mengatasi situasi yang belum
terjadi
6 Saya bisa mengatasi sebagian besar
masalah, jika saya bisa bisa
melakukan usaha yang maksimal
7 Tetap bisa tetap tenang ketika
menghadapi kesulitan karena saya
yakin dengan kemampuan saya
8 Ketika saya dihadapkan dengan
beberapa masalah, saya bisa
menemukan beberapa solusinya
9 Jika saya dalam masalah, saya
biasanya dapat memikirkan
solusinya
10 Saya biasanya bisa mengatasi
apapun yang terjadi
Sumber : Widowati & Raushanfikri, 2020

Anda mungkin juga menyukai