Anda di halaman 1dari 68

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH INTENSITAS PENGGUNAAN GEDGET


TERHADAP KUALITAS TIDUR ANAK REMAJA

DI SMPN 2 BATIPUH TAHUN 2023

Penelitian Keperawatan Anak

Oleh:
HARLES TRIO SAPUTRA
1914201282

FAKULTAS ILMU KESEHATN


PRODI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA
T.A 2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWr. Wb

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberi rahmat, hidayah dan
petunjuk-Nya yang berlimpah sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “ Pengaruh Intensitas Penggunaan Gedget terhadap Kualitas Tidur
Anak Remaja di SMPN 2 Batipuh Tahun 2023”

Proposal penelitian ini di ajukan sebagai salah satu persyaratan dalam

menyelesaikan pendidikan sarjana keperawatan di Universitas Perintis Indonesia.

Selama penyusunan proposal ini, peneliti banyak mendapat bimbingan, arahan

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed, Selaku Rektor Universitas

Perintis Padang.

2. Bapak Dr. rer. nat. Ikhwan Resmala Sudji, S.Si, M.Si Selaku Dekan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Perintis Indonesia

3. Ibu Ns. Ida Suryati , M.Kep, selaku Ketua Program Studi Sarjana Ilmu

Keperawatan Universitas Perintis Padang.

4. Bapak Yendrizal Jafri, S.Kp, M. Biomed, selaku Pembimbing I.

5. Bapak Andrye Fernandes, M.Kep Sp Kep. A selaku Pembimbing II.

i
6. Dosen dan staff pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas

Perintis Indonesia yang telah memberikan bimbingan dan bekal ilmu

serta dukungan dan motivasi selama masa pendidikan.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua dan keluarga tercinta yang selalu

memberikan dukungan baik secara moril maupun secara materil serta

do’a dan kasih sayang yang tak terhingga sehingga peneliti lebih

bersemangat dalam menyelesaikan studi sarjana dan pembuatan skripsi

ini.

8. Teman-teman seperjuangan Program Studi Ilmu Keperawatan angkatan

2019 Universitas Perintis Indonesia serta semua pihak yang telah

membantu dalam penyelesian proposal ini.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan dan

peneliti mengharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan proposal ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpakan rahmat dan karunia-Nya kepada

semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga proposal ini bermanfaat

dalam memberikan informasi dibidang kesehatan terutama dibidang ilmu

keperawatan baik bagi penulis maupun pembaca.

Bukittinggi, Mei 2023

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN.....................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................iv

DAFTAR TABEL...........................................................................................vii

DAFTAR SKEMA..........................................................................................viii

DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah ..................................................................1

1.2. Rumusan Masalah............................................................................6

1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................7

1.4. Manfaat Penelitian............................................................................7

1.5. Ruang Lingkup Penelitian................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja

1 Defenisi Remaja............................................................................10

2 Batasan Usia Remaja ....................................................................11

3 Ciri – ciri Masa Remaja................................................................12

4 Tugas Perkembangan....................................................................14

iii
B. Konsep Gadget

1 Definisi Gadget.............................................................................16

2 Indikator Intensitas Penggunaan Gadget.......................................17

3 Dampak Intensitas Penggunaan Gadget........................................19

4 Alat Ukur Penggunaan Gadget......................................................20

C. Konsep Tidur

1 Definisi Tidur................................................................................21

2.Fisiologi Tidur...............................................................................22

3.Tahap-tahap Tidur.........................................................................23

4.Fungsi Tidur..................................................................................27

5.Faktor-faktor yang mempengaruhi Tidur......................................30

6.GangguanTidur.............................................................................32

7.Kualitas Tidur................................................................................36

8.Alat Ukur Kualitas Tidur..............................................................39

D. Kerangka Teori

Bab III Kerangka Konsep Dan Hipotesis

3.1. Kerangka Konsep ............................................................................40

3.2. Defenisi Operasional .......................................................................41

3.3. Hipotesa............................................................................................41

Bab IV Metode Penelitian

4.1. Desain Penelitian..............................................................................42

4.2. Tempat dan Waktu Penelitian .........................................................43

iv
4.3. Populasi dan Sampel........................................................................43

4.4. Instrumen Penelitian ........................................................................44

4.5. Prosedur Pengumpulan Data ...........................................................46

4.6. Pengolahan Dan Analisa Data .........................................................47

4.7. Etika Penelitian ...............................................................................49

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................52

LAMPIRAN

v
DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Halaman

Tabel 2 Definisi Operasional………………………………45

vi
DAFTAR SKEMA

Nomor Skema Halaman

Skema 2.1 Kearangka Teori…………………………………….43

Skema 3.1 Kerangka Konsep……………………………………44

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 2 Format Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Data demografi

Lampiran 4 Kuesioner Gadget

Lampiran 5 Kuesioner Kualitas Tidur

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada era modern saat ini perkembangan teknologi semakin

meningkat, hal ini ditunjukkan dengan munculnya produk-produk

baru yang bertujuan untuk mempermudah kegiatan sehari-hari. Salah

satu produk yang menarik masyarakat mulai dari anak-anak sampai

orang tua adalah gadget. Gadget adalah sebuah istilah dalam

bahasa inggris yang mengartikan sebuah alat dengan berbagai

macam kegunaan maupun fungsi. Trend gadget terus berkembang di

Indonesia. Kencanggihan teknologi gadget semakin berkembang

seiring meningkatnya kebutuhan manusia akan media yang

moderen dan praktis. Produsen gadget semakin berlomba-lomba

dalam menawarkan kemudahan dan kecepatan bagi para penguna

media. Trend gadget yang mudah dijumpai di kalangan

masyarakat adalah telepon gengam (handpone) dan ponsel cerdas

(smartpone) (Ariani, 2012).

APJII (Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia)

menemukan bahwa jumlah penggunaan internet di Indonesia


1
berjumlah 143,26 juta orang atau sekitar 54,68% dari total

penduduk Indonesia sebesar 256,2 juta. Pengguna internet

terbanyak di pulau Jawa dengan total pengguna 86.34 juta orang

atau sekitar 65% pengguna internet, sedangkan di Sumatera total

pengguna internet 20.75 juta orang atau sekitar 15,7% (APJII, 2017).

Selanjutnya, hasil survei APJI pada 2018 pengguna internet bertambah

27,91 juta (10,12%) menjadi 171,17 juta jiwa. Peningkatan angka

tersebut menunjukkan penetrasi pengguna internet di tanah air

meningkat menjadi 64,8% dari total penduduk yang mencapai

264,16 juta jiwa. Sementara berdasarkan spasial, Jawa masih menjadi

wilayah pengguna internet terbesar di Indonesia, yakni mencapai

55%. Adapun pengguna internet terbesar berikutnya adalah

Sumatera (21%), Kalimantan (9%). Kemudian Sulawesi, Maluku

dan Papua (10%) serta Bali dan Nusa Tenggara (5%) (APJII, 2018).

Sebanyak 93,9% masyarakat mengakses internet menggunakan

gadget setiap harinya. Delapan puluh persen mayoritas pengguna

internet di Indonesia berusia 18-25 tahun (APJII, 2017).

Sedangkan pada tahun 2018 pengguna internet terbanyak diduduki

oleh masyarakat dengan rentang usia 15-19 tahun sebanyak 91% dan

88,5% pengguna berusia 20-24 tahun. Jika dilihat berdasarkan

tingkat pendidikan pengguna terbanyak adalah masyarakat yang

pernah kuliah (APJII, 2018). Sebagian dari pengguna

berstatus sebagai remaja, banyak remaja menghabiskan waktunya untuk

2
membuka sosial media, game online dan chat dengan teman sebaya

yang sering kali menganggu aktifitas tidurnya. Intensitas pengunaa

gadget pada remaja normalnya 257 menit atau sekitar 4 jam 17 menit

dalam sehari. Remaja penguna gadget membutuhkan waktu lebih lama

60 menit untuk tidur dari pada waktu biasanya (Sulistyaningtyas , 2012;

Mawijere, 2017, Andrew, 2018).

Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan oleh semua

orang. Setiap orang memerlukan kebutuhan tidur agar tubuh dapat

berfungsi secara normal. Pada kondisi tidur, tubuh melakukan

proses pemulihan untuk mengembalikan stamina tubuh hinga

berada dalam kondisi yang optimal, memperbaiki sel-sel yang

rusak, menyimpan tenaga, memperbaiki imunitas. Kualitas tidur

adalah kepuasan sesorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut

tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah tersinggung, gelisah,

lesu dan apatis. Adapun berbagai dampak yang dapat ditimbulkan

oleh akibat kurangnya tidur pada remaja yaitu aspek memori dan

konsentrasi. Kondisi ini banyak dijumpai pada anak sekolahan,

mahasiswa, dan pekerja yang mempunyai jam terbang yang tinggi.

Waktu tidur yang ideal bagi remaja yaitu 8-10 jam per hari, bila

jumlah waktu yang dibutuhkan untuk tidur tidak tercukupi, maka

dapat terjadi gangguan tidur.

Dampak dari kekurangan tidur dan kualitas tidur pada remaja

adalah peningkatan tekanan darah, menurunnya konsentrasi belajar,

3
menurunnya prestasi belajar, menurunkan daya tahan tubuh, produksi

menurun, serta emosi tidak stabil. Kualitas tidur seseorang

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain penyakit fisik, obat-

obatan, gaya hidup, serta emosional, lingkungan, aktifitas fisik, umur,

alkohol dan nutrisi (Novia, 2014; Binti, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chandra Inka et al.,(2022)

dengan judul Pengaruh Durasi Bermain Gadget Terhadap Kualitas

Tidur Pada Anak Usia Sekolah Kelas V Dan Vi(Sekolah Dasar Kristen

Citra Bangsa) Tahun 2022. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara durasi bermain gadget terhadap

kualitas tidur pada anak usia sekolah kelas V dan VI Sekolah Dasar

Kristen Citra Bangsa Kupang. Semakin tinggi durasi bermain gadget

(frekuensi dan intensitas) maka semakin buruk kualitas tidur siswa.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marled Wawo., (2021) dengan

judul Intensitas Menggunakan Gadget Mempengaruhi Kualitias Tidur

Anak Sekolah. Pada penelitian ini menyebutkan bahwa ada pengaruh

yang signifikan antara intensitas bermain gadget dengan kualitas tidur

anak.

Kualitas tidur yang buruk dapat menurunkan tingkat konsentrasi

sehingga menyebabkan konsentrasi buruk. Hal ini selaras dengan hasil

penelitian terhadap mahasiswa di Palembang yaitu sebanyak 171

orang (53,4%) dari 320 responden memiliki kualitas tidur dan

konsentrasi yang buruk (Rahmadi, 2017). Dampak fisiologis yang

4
muncul akibat buruknya kualitas tidur meliputi penurunan

aktivitas sehari-hari, rasa lelah, kondisi neuromuskular yang

buruk, proses penyembuhan menjadi lambat, daya tahan tubuh

menurun, dan ketidakstabilan tanda vital. Selain itu, dampak

psikologis dari gangguan tidur meliputi stress, depresi, cemas,

tidak konsentrasi, dan koping tidak efektif (Bukit, 2005).

Gangguan-gangguan yang dialami karena kualitas tidur yang buruk

ini dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (Indrawati, 2012).

Peran perawat dalam menyikapi penggunaan gadget terhadap

kualitas tidur remaja adalah perawat bisa melakukan program promosi

ke sekolah tentang pengunaan gadget dan dampak dari penggunaan

gadget, edukasi tentang pentingnya jadwal pengunaan gadget dan

istirahat tidur, juga perlu diedukasi remaja agar mengerti dan

memahami pentingnya kualitas tidur, dengan cara mengurangi waktu

penggunaan gadget yang tidak terlalu penting dan kegiatan-kegiatan

yang tidak menguntungkan.

Berdasarkan hasil wawancara, april 2023 di SMPN 2 Batipuh, salah

satu guru mengatakan siswa dan siswa dalam belajar sering tidak focus,

sering menguap di dalam jam pelajaran, banyak yang mengantuk

dikelas. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan beberapa

siswa, dapatkan bahwa beberapa siswa siswi menggunakan gadget di malam

hari untuk mencari tugas dan membuka sosial media, beberapa siswa siswi

mengatakan bahwa mereka menggunakan gadget hingga jam 12 malam

dan membuat mereka sulit untuk bangun dan mengantuk di pagi hari.

5
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti yaitu beberapa siswa dan siswi

tidak focus dalam belajar Sebagian dari siswa nampak mengantuk dan

menguap.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh intensitas pengunaan gadget terhadap

kualitas anak remaja di SMPN 2 Batipuh Tahun 2023, maka Oleh

karena itu maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian ini dan

mengetahui bagaimana hubungan intensitas pengunaan gadget

dengan kualitas tidur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang di atas memberikan

landasan bagi peneliti untuk merumuskan masalah yaitu adakah pengaruh

intensitas pengunaan gadget terhadap kualitas anak remaja di SMPN 2

Batipuh Tahun 2023 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

intensitas pengunaan gadget terhadap kualitas tidur anak sekolah di

SMPN 2 Batipuh Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi intensitas penggunaan gadget oleh anak sekolah

di SMPN 2 Batipuh

6
b. Mengidentifikasi kualitas tidur anak sekolah di SMPN 2 Batipuh

c. Menganalisis pengaruh penggunaan gadget terhadap kualitas tidur

anak sekolah di SMPN 2 Batipuh

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan peneliti tentang pengaruh penggunaan gadget terhadap

kualitas tidur anak

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

perkembangan ilmu keperawatan dan meningkatkan informasi

kompetensi dalam asuhan keperawatan anak tentang pengaruh

penggunaan gadget terhadap kualitas tidur anak.

3. Bagi Responden

Bagi responden disarankan agar responden lebih memperhatikan

waktu untuk penggunaan gadget dan meningkatkan waktu istirahat

khususnya dimalam hari agar mendapatkan kualitas tidur yang baik.

E. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas tentang pengaruh intensitas pengunaan gadget

terhadap kualitas anak sekolah di SMPN 2 Batipuh Tahun 2023. Metode

penelitian dalam penelitian ini adalah metode deskriptif korelasi dengan

pendekatan cross sectional. Dimana variabel independent yaitu intensitas

penggunaan gadget, sedangkan variabel dependen yaitu kualitas tidur. Alat

7
ukur penelitian dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini

sebanyak 80 orang, dengan sampel 80 orang, dalam penelitian ini adalah anak

kelas di SMPN 2 Batipuh dengan teknik pengambilan sampel yaitu total

sampling dengan syarat sampel memenuhi kriteria inklusi.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut World Health Organization (WHO) (2014)

remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti

tumbuh kearah kematangan. Remaja adalah seseorang yang

memiliki rentang usia 10- 19 tahun. Remaja adalah masa

dimana tanda-tanda seksual sekunder seseorang sudah

berkembang dan mencapai kematangan seksual. Remaja juga

mengalami kematangan secara fisik, psikologis, maupun sosial.

Remaja merupakan proses seseorang mengalami

perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa. Peralihan masa kanak-kanak menjadi dewasa sering

disebut dengan masa pubertas. Masa pubertas merupakan masa

dimana remaja mengalami kematangan seksual dan organ

reproduksi yang sudah mulai berfungsi. Masa pematangan fisik

pada remaja wanita ditandai dengan mulainya haid, sedangkan

pada remaja laki- laki ditandai dengan mengalami mimpi basah

(Sarwono, 2011).

Remaja memiliki artian yang sangat luas dari segi fisik,

psikologi, dan sosial. Secara psikologis remaja adalah usia

9
seseorang yang memasuki proses menuju usia dewasa. Masa

remaja merupakan masa 10 dimana remaja tidak merasa bahwa

dirinya tidak seperti anak-anak lagi dan merasa bahwa dirinya

sudah sejajar dengan orang lain di sekitarnya walaupun orang

tersebut lebih tua (Hurlock, 2011).

Remaja adalah periode perkembangan selama di mana

individu mengalami perubahan dari masa kanak-kanak menuju

masa dewasa, biasanya antara usia 13-20 tahun. Istilah adolesens

biasanya menunjukkan titik di mana reproduksi mungkin dapat

terjadi. Perubahan hormonal pubertas mengakibatkan perubahan

penampilan pada orang muda, dan perkembanga mental

mengakibatkan kemampuan untuk menghipnotis dan

berhadapan dengan abstraksi (Potter, 2010).

2. Batasan Usia Remaja

Menurut Sarwono (2011) ada tiga tahap perkembangan remaja,

yaitu :

a) Remaja awal

Remaja awal sering dikenal dalam istilah asing yaitu early

adolescence memiliki rentang usia antara 11-13 tahun. Pada

tahap ini mereka masih heran dan belum mengerti akan

perubahanperubahan yang terjadi pada tubuhnhya dan

dorongan-dorongan yang menyertai perubahan tersebut.

Mereka juga mengembangkan pikiran-pikiran baru, mudah

10
tertarik pada lawan jenis, dan juga mudah terangsang secara

erotis.

b) Remaja madya

Remaja yang dikenal dalam istilah asing yaitu middle

adolescence memiliki rentang usia antara 14-16 tahun. Tahap

remaja madya atau pertengahan sangat mebutuhkan

temannya. Masa ini remaja lebih cenderung memiliki sifat

yang mencintai dirinya sendiri (narcistic). Remaja pada tahap

ini juga masih bingung dalam mengambil keputusan

atau masih labil dalam berperilaku.

c) Remaja akhir Remaja akhir atau istilah asing yaitu late

adolescence merupakan remaja yang berusia antara 17-

20 tahun. Masa ini merupakan masa menuju dewasa dengan

sifat egois yaitu mementingkan diri sendiri dan mencari

pengalaman baru. Remaja akhir juga sudah terbentuk identitas

seksualnya. Mereka biasanya 12 sudah berpikir secara matang

dan intelek dalam mengambil keputusan.

3. Ciri-ciri masa remaja

Ciri-ciri masa remaja menurut ahli psikologi remaja

Hurlock (2010). Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang

membedakan dengan periode sebelumnya, ciri-ciri remaja antara

lain :

11
a) Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-

perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan

dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan

mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

b) Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti

perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat

dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas,

keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya

hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan

sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

c) Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan

pada emosi perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi

dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang

dianut, serta keinginan akan kebebasan.

d) Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari

remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya

dan apa peranannya dalam masyarakat.

e) Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan.

Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku

yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua

menjadi takut.

f) Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja

cenderung memandang kehidupan dari kacamata berwarna

12
merah jambu, melihat dirinya sendiri dan orang lain

sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya

terlebih dalam cita-cita.

g) Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami

kebingungan atau kesulitan didalam usaha meninggalkan

kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan

kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan

merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan

dan terlibat dalam perilaku seks.

4. Tugas Perkembangan

Menurut Hurlock (1991) dalam Asrori (2011) tugas-tugas

perkembangan masa remaja adalah berusaha:

a) Mampu menerima keadaan fisiknya.

b) Mampu mampu membina hubungan baik dengan anggota

kelompok yang berlainan jenis.

c) Mencapai kemandirian emosional.

d) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang

sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat.

e) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa

dan orang tua.

f) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang

diperlukan untuk memasuki dunia dewasa.

13
g) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung

jawab kehidupan keluarga.

Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada adolesens. Maturasi

seksual terjadi seiring perkembangan karakteristik seksual primer

dan sekunder. Karakteristik primer berupa perubahan fisik dan

hormonal yang penting untuk reproduksi dan karakteristik

sekunder secara eksternal berbeda pada laki-laki dan perempuan.

Empat fokus utama perubahan fisik menurut Potter (2010) adalah:

a) Peningkatan kecepatan pertumbuhan skelet, otot, dan visera.

b) Perubahan spesifik seks, seperti perubahan bahu dan lebar

pinggul.

c) Perubahan distribusi otot dan lemak.

d) Perkembangan sistem reproduksi dan karakteristik seks

sekunder.

e) Menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

B. Konsep Gadget

1. Defenisi Gadget

Gadget adalah sebuah istilah dalam Bahasa inggris yang dapat

diartikan sebagai sebuah lat elektronik kecil dengan berbagai macam

fungsi khusus. Gadget (Bahasa Indonesia : acang) adalah suatu istilah

yang berasal dari bahasa inggris untuk merujuk suatu peranti atau

instrument yang memiliki tujuan dan fungsi praktis spesifik yang

berguna pada umumnya diberikan terhadap sesuatu hal baru. Gadget

14
dalam pengertian umum dianggap sebagai suatu perangkat elektronik

yang memilikfungsi khusus pada setiap perangkatnya. Contohnya:

computer, handphone, game dan lainnya (Husna, 2017).

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata intensitas

berasal dari Bahasa inggris, yaitu intense yang diartikan sebagai hebat,

kuat, semangat dalam Echols & Shadily (1996 dalam Supandi, 2020).

Intensitas adalah kemampuan atau kekuatan, gigih tidaknya, kehebatan.

Dalam kasus psychology adalah kuatnya tingkah laku atau pengalaman,

atau sikap yang dipertahankan secara intens menurut Hafi (1996 dalam

Supandi, 2020). Intens disini merupakan sesuatu yang hebat atau sangat

tinggi, bergelora atau penuh semangat. Kemudian dalam kamus praktis

Bahasa Indonesia, intensitas adalah keadaan atau tingkatan menurut

Hehani & Farlin (2002 dalam Supandi, 2020).

Maka menurut peneliti intensitas penggunaan gadget secara

sederhana berdasarkan pengertian diatas merupakan suatu kualitas dari

tingkatan atau ukuran meliputi kemampuan, daya konsentrasi terhadap

gadget yang didasarkan rasa senang dan semangat terhadap kegiatan

tersebut untuk mencapai suatu tujuan.

2. Indikator Intensitas Penggunaan Gadget

Menurut Horrigan dalam (Noormiyanto, 2018) mengungkapkan

intensitas terdiri dari dua aspek, yaitu :

1) Aspek frekuensi

15
Merujuk pada tingkatan atau seberapa sering subyek menggunakan

gadget. Intensitas menggunakan gadget dengan frekuensi tinggi

lebih dari 10 kali setiap harinya, intensitas frekuensi penggunaan

gadget dengan intensitas sedang 3-10 kali dalam seharinya, dan

intensitas menggunakan gadget dengan frekuensi rendah adalah

kurang dari 3 kali setiap harinya.

2) Durasi mengakses

Aspek ini mempunyai arti penting karena berapa lama durasi yang

diguinakan untuk menggunakan gadget. Durasi tinggi dalam

menggunakan gadget jika dalam sehari lebih dari 3 jam, durasi

sedang jika dalam sehari menggunakan gadget sekitar 3 jam, durasi

rendah jika dalam menggunakan gadget kurang dari 3 jam.

Penggunaan gadget yang terlalu lama dapat berdampak bagi

Kesehatan remaja, selain radiasinya yang berbahaya, penggunaan

gadget yang terlalu lama dapat mempengaruhi tingkat agresif pada

remaja. Remaja akan cendrung malas bergerak dan lebih memilih

duduk atau berbaring sambal menikmati cemilan yang nantinya

dapat menyebabkan remaja kegemukan atau berat badan bertambah

secara berlebihan. Selain itu, remaja menjadi tidak peka terhadap

lingkungan di sekelilingnya. Remaja yang terlalu asik dengan

gadgetnya berakibat lupa untuk berinteraksi ataupun berkomunikasi

dengan orang sekitar maupun keluarga dan itu akan berdampak

sangat buruk apabila dibiarkan secara terus menerus (Rowan, 2013).

16
Melengkapi pernyataan yang dikemukan Horrigan, (Aizen, 2005)

mengemukakan bahwa selain kedua factor tersebut ada dua factor

lainnya yang dapat mempengaruhi intensitas penggunaan gadget.

Factor lain tersebut antara lain yaitu :

a. Perhatian (attention) merupakan rasa ketertarikan individu

terhadap suatu objek tertentu yang menjadikannya target

perilaku.

b. Penghayatan (comprehention) adalah pemahaman dan

penyerapan informasi sebagai pengetahaun baru bagi

seseorang yang bersangkutan.

Menurut (Oktario, 2017), intensitas penggunaan gadget pada anak

usia remaja dikelompokkan sebagai berikut :

a. Pagi sebelum sekolah, Ketika remaja bangun dari tidurnya lebih

dahulu mencari gadgetnya, serta meluangkan waktu nya untuk

menggunakan gadget sebelum berangkat sekolah.

b. Setelah sekolah, Ketika waktu disekolah remaja akan

memikirkan tentang gadget yang telah ia mainkan, sehingga

Ketika dia pulang dari sekolah remaja akan langsung mencari

gadgetnya.

c. Sore hari, dimana waktu sore hari untuk istirahat, dan kumpul

Bersama teman-teman, namun remaja memilih memainkan

gadget.

17
3. Dampak Intensitas Penggunaan Gadget

Penggunaan gadget sama halnya dengan penggunaan alat eletronik

lainnya, dimana dari penggunaan nya memiliki dampak positif maupun

negative sebagai berikut :

1) Dampak positif

Menurut (Sari & Mitsalia, 2016) dampak positif penggunaan

gadget yaitu sebagai berikut :

a. Mempermudah komunikasi

b. Menamabah pengetahuan

c. Menambah teman

d. Muculnya berbagai metode pembelajaran yang baru

2) Dampak negative

Menurut Hastuti (2012) dalam Chusna, 2017) mengemukakan

beberapa dampak negative yang diperoleh dari pengguaan gadget

antara lain :

a. Sulit berkonsentrasi pada dunia nyata, menyebabkan

mudah bosan, gelisah, dan marah Ketika remaja

dipisahkan dengan gadget.

b. Terganggunya fungsi Pre-Frontal Cortex (PFC), bagian

dalam otak yang mengontrol emosi, control diri, tanggung

jawab, pengambilan kepiytusan, dan nilai moral liannya.

Serta dapat mempengaruhi perkembangan otak dan akan

18
memproduksi hormone dopamine secara berlebihan yang

mengakibatkan fungsi PFC terganggu.

c. Introvert, apabila menganggap gadget adalah seagalanya

maka akan merasa tetus gelisah sehingga Sebagian besar

waktunya digunakan untuk bermain gadget, akibat

renggangnya kedekatan remaja dengan orang tua juga

cenderung menjadi introvert.

d. Menganggu saat istirahat, karena hormone melatonin yang

membuat tidur jadi terganggu. Sebuah riset Mayo Clinic

Arizona menganjurkan agar setiap orang menurunkan

kontras gadget lebih rendah sehingga tidak begitu

menganggu pada malam hari. Dan sebaiknya saat

beristrihat tidur dijauhkan dari tempat tidur (Sari &

Mitsalia, 2016).

e. Mengakibatkan kecanduan dan disebut dengan Screen

Dependency Disorder (SSD), yang dapat menyebabkan

kerusakan otak, dimana dapat menyusutnya jaringan lobus

frontal serta striatum yang mempunyai fungsi sebagai

pengatur perencanaan dan pengorganisasian (Sari &

Mitsalia, 2016).

19
4. Alat Ukur Penggunaan Gadget (smarthphone addiction)

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur penggunaan

gadget menggunakan alat ukur yang sudah dilakukan modifikasi dan

try out oleh penelitian Nurdiani (2015) dari peneliti Zahrani

(2014) berdasarkan aspek addiction dari Griffiths (Terry, Szabo

and Griffiths, 2004). Alat ukur dari peneliti Zahrani (2014) terdiri 30

item Favorable, yang kemudian dilakukan modifikasi dan try out

oleh penelitian Nurdiani (2015) menjadi 21 soal, terdiri dari 14

item favorable dan 7 item unfavorable dengan hasil uji reliabilitas

nilai alpha cronbach sebesa 0,88. Menggunakan Skala Likert

Pertanyaan positif (Favorable) yaitu, Sangat Setuju = 4, Setuju = 3,

Tidak setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1 dan Pertanyaan negative

(Unfavorable) yaitu, Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Tidak setuju = 3,

Sangat Tidak Setuju = 4. Interpretasi hasil yang diperoleh adalah

<42: Rendah, 42-63: Sedang, >63: Tinggi. Semakin tinggi skor

yang diperoleh dari skala smartphone addiction maka semakin

tinggi tingkat smartphone addiction subjek dan semakin rendah skor

yang diperoleh dari skala smartphone addiction ini maka semakin

rendah tingkat smartphone addiction subjek.

20
C. Konsep Tidur

1. Definisi Tidur

Tidur merupakan kondisi tidak sadar yakni individu dapat

dibangunkan oleh stimulus atau sensoris yang sesuai, atau juga

dapat dikatakan sebagai keadaan tidak sadarkan diri yang relatif,

bukan hanya keadaan penuh ketegangan tanpa kegiatan, tetapi lebih

merupakan suatu urutan siklus yang berulang, dengan ciri adanya

aktivitas yang minim, memiliki kesadaran yang bervariasi, terdapat

perubahan fisiologis dan terjadi penurunan respon terhadap

rangsangan dari luar (Hidayat A, 2014).

Tidur adalah keadaan terjadinya perubahan kesadaran atau

ketidak sadaran parsial individu yang dapat dibangunkan. Tidur

dapat diartikan sebagai periode istirahat untuk tubuh dan pikiran,

yang selama masa ini, kemauan dan kesadaran ditangguhkan

sebagian atau seluruhnya dimana fungsi-fungsi tubuh Sebagian

dihentikan. Tidur telah dideskripsikan sebagai status tingkah laku

yang ditandai dengan posisi tak bergerak yang khas dan sensitivitas

reversibel yang menurun, tapi siaga terhadap rangsangan dari luar

(Munardi, 2010). Tidur telah dianggap sebagai perubahan status

kesadaran yang di dalamnya persepsi dan reaksi individu

terhadap lingkungannya mengalami penurunan (Kozier, 2011).

21
2. Fisiologi Tidur

Pusat pengaturan aktivitas kewaspadaan dan tidur

terletak dalam mensefalon dan pada bagian pons. Selain itu,

reticular activating system (RAS) dapat memberikan rangsangan

visual, pendengaran nyeri dan perabaan juga dapat menerima

stimulasi dari konrteks serebri termasuk rangsangan emosi dan

pola pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS akan

melepaskan katekolamin seperti norepinepfrin. Pada saat tidur,

kemungkinan disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel

kusus yang berada dipons dan batang otak tengah, yaitu bulbar

synchronizing regional (BSR), sedangkan bangun bergantung

pada keseimbangan implus yang diterima dipusat otak dan sistem

limbik (Hidayat A,2015).

Siklus alami tidur dikendalikan oleh pusat yang terletak di

bagian bawah otak. Pusat ini sacara aktif menghambat keadaan

terjaga sehingga menyebabkan tidur (Kozier, 2010). Sistem yang

mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular

activating system (RAS) dan bulbar synchronizing regional

(BSR) yang terletak pada batang otak (Agustin, 2012). RAS

merupakan system yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan

susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini

terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS

dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan

22
perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk

rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar,

neuron dalam RAS akan melepaskan katekolamin seperti

norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya

pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada dipons dan

batang otak tengah, yaitu BSR (Agustin, 2012).

Saat aktif, RAS akan membantu meneruskan impuls saraf ke

sebagian besar wilayah korteks serebral, sehingga korteks serebral

menjadi aktif. Kondisi ini disebut juga sebagai keadaan terjaga

atau sadar. Penurunan aktivitas RASmenyebabkan tidur karena

tidak ada impuls yang diteruskan ke korteks serebral. RAS

menerima impuls dari retina, auditori, nociceptor, proprioceptor

dan vestibular, namun tidak menerima impuls dari olfaktori (Tortora

& Derrickson,2017).

3. Tahap-tahap Tidur

Pola tidur yang normal yaitu dimulai dengan presleep yaitu

perubahan dari keadaan sadar sampai menjadi mengantuk. Lamanya

presleep yaitu 10-30 menit. Kemudian memasuki tidur dan

menyelesaikan 4-6 siklus tidur (Potter & Perry,2011). Aktifitas-

aktifitas otak dapat direkam dengan alat EEG

(Elektroencephalograph). alat ini juga dapat memperlihatkan

fluktuasi energi (gelombang otak) pada kertas grafik. Berdasarkan

penelitian yang dilakukan engan bantuan alat Elektroensefalogram

23
(EEG), Elektro-okulogram (EOG), dan elektromiogram (EMG)

diketahui ada dua tahapan tidur yaitu gerak mata tidak cepat (non-

rapid eye moment-NREM) dan gerak mata cepat (rapid eye

moment-REM) (Kozier, 2011).

a) Non Rapid Eye Movement (NREM)

Tidur NREM terbagi menjadi empat tahapan, yang mana

tandai terjadi perubahan aktivitas gelombang otak diantaranya

adalah:

1) Tahap I

Seorang yang baru tertidur memasuki stadium 1 yang

ditandai oleh aktivitas elektroensefalogram (EEG)

frekuensi tinggi amplitude rendah dengan keadaan

seseorang baru saja terlena. Seluruh otot menjadi

lemas, kelopak mata menutupi mata, dan kedua bola

mata bergerak bolak-balik ke kedua sisi. EEG tahap

tidur pertama ini, memperlihatkan penurunan voltase

dengan gelombang-gelombang alfa yang makin menurun

frekuensinya.

2) Tahap II

Stadium dua ditandai oleh munculnya kumparan tidur

(slees pindel). Terjadi letupan- letupan gelombang mirip

alfa (10-14 Hz, 50 μV) yang berfrekuensi 14-18 siklus

per detik. Dalam tahap kedua ini kedua bola mata berhenti

24
bergerak, tetapi tonus otot masih terpelihara.

3) Tahap III

Stadium 3 ditandai dengan pola yang timbul berupa

gelombang dengan frekuensi yang lebih rendah

dibandingkan pada stadium dua dan amplitudo meningkat.

EEG memperlihatkan gelombang dasar yang lambat (1-

2 siklus per detik) dengan sekali-kali timbulnya

sleep spindles. Keadaan fisik pada tahap ketiga ini

adalah lemah lunglai, karena tonus otot sangat rendah.

4) Tahap IV

Stadium empat ditandai dengan perlambatan maksimum

dengan gelombang-gelombang besar. Pada tahap

tidur keempat hanya gelombang lambat saja tanpa sleep

spindles. Keadaan fisik pada tahap keempat ini adalah

lemah lunglai, karena tonus otot sangat rendah.

b) Rapid Eye Movement (REM)

Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktif

atau tidur paradoksial. Hal tersebut dapat disimpulkan

bahwa seseorang bisa tidur dengan nyenyak sekali, namun

gerakan kedua bola matanya bersifat sangat aktif. Tidur

REM biasanya ditandai dengan beberapa hal diantaranya

adanya mimpi, tekanan darah meningkat, otot-otot kendor,

sekresi lambung meningkat, serta suhu tubuh dan

25
metabolisme meningkat. Tanda-tanda orang yang

mengalami kehilangan tidur REM yaitu, cenderung

hiperaktif, emosi sulit terkendali, nafsu makan

bertambah, bingung dan curiga (Asmadi. 2008, dalam

Anisa 2018).

4. Fungsi Tidur

Berikut ini adalah beberapa fungsi dari tidur:

a) Memelihara fungsi jantung

Tidur dipercaya mengkontribusi pemulihan fisilogis dan

psikologis (Putra, 2011). Menurut teori, tidur adalah waktu

perbaikan dan persiapan untuk periode terjaga berikutnya.

Selama tidur NREM, fungsi biologis menurun. Laju

denyut jantung normal pada orang dewasa sehat sepanjang

hari rata-rata 70 hingga 80 denyut permenit atau lebih

rendah jika individu berada pada denyut jantung kondisi fisik

yang sempurna. Namun selama tidur laju denyut jantung

turun sampai 60 denyut permenit atau lebih rendah. Hal ini

berarti bahwa denyut jantung 10 hingga 20 kali lebih sedikit

dalam setiap menit selama tidur atau 60 hingga 120 kali lebih

sedikit dalam setiap jam. Oleh karena itu tidur yang

nyenyak bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung

(Potter & Perry, 2010).

b). Pembaharuan sel

26
Tidur diperlukan untuk memperbaiki proses biologis secara

rutin. Selama tidur gelombang rendah dalam NREM

tahap 4, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia

untuk memperbaiki dan memperbarui sel epitel dan khusus

seperti otak (Putra, 2011). Peran hormon pertumbuhan

yang umum sebagai suatu promotor sintesis protein

adalah terbatas dikarenakan pelepasannya tidak

berhubungan dengan kadar glukosa darah dan asam

amino. Penelitian lain menunjukkan bahwa sistensis

protein dan pembagian sel untuk pembaharuan jaringan

seperti pada kulit, sumsung tulang, mukosa lambung, atau

otak terjadi selama istirahat dan tidur. Tidur NREM

menjadi sangat penting khususnya pada anak-anak yang

mengalami lebih banyak tidur tahap 4 (Potter & Perry, 2010).

c). Penyimpanan energi

Teori lain tentang kegunaan tidur adalah tubuh menyimpan

energi selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif

dan tidak adanya kontraksi otot menyimpan energi kimia

untuk proses seluler. Penurunan laju metabolik basal lebih

jauh menyimpan persediaan energi tubuh (Potter & Perry,

2010). Tidur REM penting untuk pemulihan kognitif. Tidur

REM dihubungkan dengan perubahan dalam aliran

darah serebral, peningkatan aktivitas kortisol, peningkatan

27
konsumsi oksigen dan pelepasan epineprin. Hubungan ini

dapat membantu penyimpanan memori dan pembelajaran.

Selama tidur, otak menyaring informasi yang disimpan

tentang aktivitas hari tersebut (Potter & Perry, 2010).

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tidur

Gangguan tidur dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

sebagai berikut:

a. Cahaya

Keadaan mengantuk dan tidur berhubungan dengan

irama sirkadian dalam pengaturan siang dan malam.

Keadaan terbangun berkaitan dengan cahaya matahari atau

kondisi yang terang (Indarwati,2012). Cahaya yang

mempengaruhi tidur dan aktivitas otak selama terbangun,

sedangkan, irama sirkadian, dan homeostasis mempengaruhi

regulasi tidur manusia (Indarwati, 2012). Cahaya

mempengaruhi produksi melatonin. Melatonin adalah hormon

dalam setiap organisme dengan tingkat berbeda tergantung

siklus hidup dan paparan cahaya. Melatonin dihasilkan oleh

kelenjar pineal di otak manusia. Melatonin berperan besar

dalam membantu kualitas tidur. Mengatasi penyimpangan-

penyimpangan, depresi dan system kekebalan yang rendah.

Peneletian menunjukkan bahwa hormon ini membantu

seseorang untuk tidur lebih nyenyak, mengurangi jumlah

28
bangun mendadak di malam hari serta meningkatkan kualitas

tidur (Indarwati, 2012).

b. Aktivitas Fisik

Aktivitas dan latihan fisik dapat meningkatkan kelelahan

dan kebutuhan untuk tidur. Latihan fisik yang melelahkan

sebelum tidur membuat tubuh mendingin dan meningkatkan

relaksasi. Individu yang mengalami kelelahan menengah

biasanya memperoleh tidur yang tenang terutama setelah

bekerja atau melakukan aktivitas yang menyenangkan

(Potter & Perry, 2010).

c. Lingkungan

Lingkungan tempat seseorang tidur berpengaruh

terhadap kemampuan seseorang untuk tidur dan tetap tidur.

Lingkungan yang tidak mendukung seperti terpapar banyak

suara menyebabkan seseorang kesulitan untuk memulai tidur.

Lingkungan yang tidak nyaman seperti lembab juga dapat

mempengaruhi tidur (Kozier, 2010).

d. Umur

Umur menjadi salah satu faktor mempengaruhi tidur

dan kebutuhan tidur seseorang. Kebutuhan tidur

berkurang dengan pertambahan usia. Kebutuhan tidur anak-

anak berbeda dengan kebutuhan tidur dewasa. Kebutuhan

tidur dewasa juga akan berbeda dengan kebutuhan lansia

29
(Warahmatillah, 2012):

1. Bayi baru lahir usia 0 – 3 bulan, durasi tidurnya 14- 17 jam

2. Masa bayi usia 4 – 12 bulan, durasi tidurnya 12-15 jam

3. Batita usia 1 – 2 tahun, durasi tidurnya 11 -14 jam

4. Balita usia 3 – 5 tahun, durasi tidurnya 10 – 13 jam

5. Anak – anak usia 6 – 13 tahun, durasi tidurnya 9 – 11 jam

6. Remaja usia 14 – 17 tahun, durasi tidurnya 8 – 10 jam

7. Dewasa muda usia 18 – 25 tahun, durasi tidurnya 7 – 8 jam

8. Dewasa tua usia 26 – 64 tahun, durasi tidurnya 6 – 7 jam

9. Lansia > 65 tahun, durasi tidurnya 6 jam

6. Gangguan Tidur

Menuru Lebond, 2017 gangguan tidur merupakan suatu

keadaan dimana seseorang yang mengalami kualitas tidur yang

kurang yang disebabkan oleh beberapa faktor:

a) Insomnia

Insomnia mencakup banyak hal, insomnia dapat berupa

kesulitan untuk tidur atau kesulitan untuk tetap tidur, tetapi

merasa belum cukup tidur. Insomnia merupakan ketidak

mampuan seseorang untuk memperoleh kualitas tidur

dan kuantitas tidur yang cukup. Insomnia disebabkan oleh

beberapa faktor diantaranya ketidak mampuan fisik,

kecemasan dan kebiasaan minum alkohol dalam jumlah

banyak. Ada tiga jenis insomnia yaitu insomnia inisial,

30
intermitten dan insomnia terminal. Gejala fisik yang

muncul diantaranya: muka pucat, mata sembab, badan lemas

dan daya tahan menurun sehingga menjadi mudah

terserang penyakit, dan gejala psikisnya: lesu,

lambat menghadapi rangsangan dan sulit berkonsentrasi.

b) Somnabulisme

Somnabulisme merupakan gangguan tingkah laku yang

sangat kompleks seperti membuka pintu, menutup pintu,

duduk ditempat tidur, menabrak kursi, berjalan kaki,

berbicara, berjalan diwaktu tidur beberapa menit dan

kembali tidur lagi seperti semula. Kasus

somnabulisme lebih banyak terjadi pada anak-anak dan

somnabulisme ini sangat beresiko menyebabkan terjadinya

cedera.

c) Enuresis

Enuresis adalah kencing yang tidak sengaja

(mengompol). Terjadi pada anak-anak dan remaja.

Enuresis bisa disebabkan oleh gangguan pada bladder,

stress dan toilet training yang kurang baik.

d) Narkolepsi

Narkolepsi adalah suatu kondisi yang ditandai dengan

keinginan yang tak terkendali untuk tidur. Dapat dikatakan

pula bahwa narkolepsi adalah serangan mengantuk yang

31
mendadak, sehingga dapat tertidur pada setiap saat

dimana serangan kantuk tersebut datang. Serangan

narkolepsi ini dapat menimbulkan bahaya apabila terjadi

pada saat mengendarai kendaraan, berada diketinggian

atau tempat yang membahayakan.

e) Night Terrors

Night terrors adalah mimpi buruk. Umumnya terjadi pada

anak usia 6 tahun atau lebih. Asmadi, (2008)

mengatakan bahwa pada kejadian night terrors, setelah

tidur beberapa jam, anak tersebut langsung terbangun,

berteriak secara spontan, pucat dan ketakutan.

f) Hipersomnia

Hipersomnia adalah tidur yang berlebihan terutama pada

siang hari. Gangguan ini dapat menyebabkan kondisi medis

tertentu, seperti kerusakan saraf, gangguan hati atau

ginjal atau karena gangguan metabolisme misalnya

hipertiroidisme (Asmadi, 2008).

g) Parasomnia

Parasomnia adalah gangguan tidur yang tidak umum dan

tidak diinginkan, yang muncul secara tiba-tiba selama tidur

atau terjadi pada diantara tidur dan terjaga. Sering muncul

dalam bentuk mimpi buruk yang ditandai mimpi lama

dan menakutkan. Gejala fisik: berbicara waktu tidur,

32
berjalan waktu tidur, mendadak duduk ditempat tidur dan

matanya tampak membelalak liar. Gejala psikis:

penderita jarang mengingat kejadian yang telah terjadi.

h) Apnea Saat Tidur

Kondisi terhentinya nafas secara periodik saat tidur.

Menurut Asmadi (2008), apnea saat tidur ini bisa terjadi

pada orang mengorok dengan keras, sering terbangun

pada malam hari, orang yang mengantuk berlebihan

di siang hari, orang yang mengalami perubahan

psikologis, orang yang mengalami insomnia, serta orang

dengan hipertensi dan aritmia jantung.

i) Mendengkur

Mendengkur apabila disertai apnea maka bisa menjadi

masalah. Mendengkur disebabkan oleh adanya rintangan

pengaliran udara di hidung dan mulut, misalnya amandel,

adenoid, otot-otot belakang mulut mengendor atau bergetar.

j) Mengigau

Hampir semua orang pernah mengigau, hal tersebut

terjadi sebelum tidur REM. Mengigau dapat dikategorikan

dalam gangguan tidur bila terlalu sering dan di luar

kebiasaan. Hampir semua orang pernah mengigau.

7. Kualitas Tidur

Kualitas tidur merupakan fenomena yang sangat

33
kompleks yang melibatkan berbagai domain, antara lain,

penilaian terhadap lama waktu tidur, gangguan tidur, masa

laten tidur, disfungsi tidur pada siang hari, efisiensi tidur,

kualitas tidur, penggunaan obat tidur. Jadi apabila salah satu dari

ketujuh domain tersebut terganggu maka akan

mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur (Indarwati,

2012). Pada penilaian terhadap lama waktu tidur yang dinilai

adalah waktu dari tidur yang sebenarnya yang dialami

seseorang pada malam hari. Penilaian ini dibedakan dengan

waktu yang dihabiskan di ranjang. Pada penilaian terhadap

gangguan tidur dinilai apakah seseorang terbangun tidur pada

tengah malam atau bangun pagi terlalu cepat, bangun untuk

pergi ke kamar mandi, sulit bernafas secara nyaman, batuk atau

mendengkur keras, merasa kedinginan, merasa kepanasan,

mengalami mimpi buruk, merasa sakit, dan alasan lain yang

menganggu tidur (Indarwati, 2012).

Kualitas tidur adalah kemampuan setiap orang untuk

mempertahankan Keadaan tidur dan untuk mendapatkan tahap

tidur REM dan NREM yang sesuai (Khasanah, 2012).

Menurut Asmadi (2008) kualitas tidur dapat dilihat melalui

tujuh komponen, yaitu:

a) Kualitas tidur subjektif: yaitu penilaian subjektif diri

sendiri terhadap kualitas tidur yang dimiliki, adanya

34
perasaan terganggu dan tidak nyaman pada diri sendiri

berperan terhadap penilaian kualitas tidur.

b) Latensi tidur yaitu berapa waktu yang dibutuhkan sehingga

seseorang bisa tertidur, ini berhubungan dengan gelombang

tidur sesorang.

c) Efisiensi tidur yaitu didapatkan melalui presentase

kebutuhan tidur manusia, dengan menilai jam tidur

seseorang dan durasi tidur seseorang dan durasi tidur

sehingga dapat disimpulkan apakah sudah tercukupi atau

tidak.

d) Penggunaan obat tidur dapat menandakan seberapa

berat gangguan tidur yang dialami, karena penggunaan

obat tidur diindikasikan apabila orang tersebut sudah

sangat terganggu pola tidurnya dan obat tidur dianggap

perlu untuk membantu tidur.

e) Gangguan tidur yaitu seperti adanya mengorok, gangguan

pergerakan sering terbangun dan mimpi buruk dapat

mempengaruhi proses tidur seseorang.

f) Durasi tidur yaitu dinilai dari waktu mulai tidur

sampai waktu terbangun, waktu tidur yang tidak terpenuhi

akanmenyebabkan kualitas tidur yang buruk.

g) Daytime disfunction atau adanya gangguan pada kegiatan

sehari-hari diakibatkan oleh perasaan mengantuk.

35
Kualitas tidur berbeda dengan kuantitas tidur. Kuantitas

tidur adalah lama waktu tidur berdasarkan jumlah jam tidur

sedangkan kualitas tidur mencerminkan keadaan tidur yang

restoratif dan dapat menyegarkan tubuh keesokan harinya

(Asmadi, 2008). Kualitas tidur yang buruk berbeda dengan

kuantitas tidur yang buruk. Kuantitas tidur yang buruk mencakup

durasi tidur pendek sedangkan kualitas tidur yang buruk

mencakup kesulitan untuk tidur dan seringkali terbangunpada

malam hari (Putra, 2011). Tidur dikatakan berkualitas baik apabila

siklus NREM dan REM terjadi berselang-seling empat sampai

enam kali (Potter & Perry, 2010).

8. Alat Ukur Kualitas Tidur

Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan kuesioner

Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Smith menambahkan

bahwa Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan suatu

instrumen yang efektif digunakan dalam mengukur kualitas

tidur. Kualitas tidur dapat diukur menggunakan 7 komponen,

yaitu kualitas tidur subyektif, latensi tidur, lama tidur, efisiensi

kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan

disfungsi pada siang hari dalam sebulan (Smyth, 2012).

Kuesioner Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang

terdiri dari 7 komponen skor tersebut kemudian ditambahkan

untuk menghasilkan satu global skor dengan kisaran 0-21 poin,

36
skor 0-7 menunjukkan kualitas tidur baik dan skor 8-21

menunjukkan kualitas tidur kurang. Kuesioner PSQI telah

dilakukan uji reliabilitas oleh University of Pittsburgh pada

tahun 1988 dengan nilai Alpha Cronbach 0,83.

Penilaian pada kualitas tidur dapat diuraikan sebagai berikut

a) Kualitas Tidur

Pada pertanyaan no. 9, jika sangat baik diberikan skor 0,

baik diberikan skor 1, kurang baik diberikan skor 2 dan

sangat kurang diberikan skor 3.

b) Latensi Tidur

Pertanyaan 2, jika ≤ 15 menit diberikan skor 0, 16-

30 menit diberikan skor 1, 31-60 menit diberikan skor 2

dan >60 menit diberikan skor 3. Pertanyaan 5a, tidak

pernah diberi skor 0, sekali seminggu diberi skor 1, 2

kali seminggu diberi skor 2, >3 kali seminggu diberi

skor 3. Dijumlahkan dengan pertanyaan 5a (P2+5a),

apabila nilai hasil dari penjumlahan 0 diberikan skor

0, 1-2 diberikan skor 1, 3-4 diberikan skor 2 dan

5-6 diberikan skor 3.

c) Lamanya Tidur

Pertanyaan 4, jika >7 jam diberikan skor 0, 6-7

jam diberikan skor 1, 5-6 jam diberikan skor 2 dan

37
<5 jam diberikan skor 3.

d) Efisiensi Tidur

Jumlah Jam Tidur X 100% Jumlah waktu yang

dihabiskan ditempat tidur. Lihat pertanyaan no. 4

untuk mengetahui jumlah jam tidur. Untuk

mengetahui jumlah waktu yang dihabiskan ditempat

tidur lihat pertanyaan no. 1 dan 3, kemudian hitung

berapa jumlah jam yang dihabiskan di tempat tidur,

kemudian dilakukan perhitungan dengan cara dibagi

dengan pertanyaan 4 dan dikali 100, apabila hasilnya

>85 % diberikan skor 0,75-84% diberikan skor 1,

65-74 % diberikan skor 2 dan < 65 % diberikan skor 3.

e) Gangguan Tidur

Jumlah nilai 5b-5j, tidak pernah skor 0, sekali seminggu

skor 1, 2 kali seminggu skor 2, >3 kali seminggu skor

3. Jika total 0 diberikan skor 0, 1-9 diberikan skor 1,

10-18 diberikan skor 2 dan 19-27 diberikan skor 3.

f) Penggunaan Obat Tidur

Tidak pernah diberikan skor 0, kurang dari sekali

seminggu diberikan skor 1, 1 atau 2 kali seminggu

diberikan skor 2 dan 3 kali atau lebih dalam seminggu

diberikan skor 3.

g) Disfungsi Pada Siang Hari

38
Pertanyaan nomer 7: tidak pernah diberi skor 0, sekali

seminggu skor 1, 2 kali seminggu skor 2, >3 kali

seminggu diberi skor 3. Pertanyaan nomer 8: tidak

antusias diberi skor 0, kecil skor 1, sedang skor 2,

besar diberi skor 3. Pertanyaan 7 dijumlahkan

dengan pertanyaan 8 (P7+P8), apabila nilai hasil dari

penjumlahan 0 diberikan skor 0, 1-2 diberikan skor 1, 3-

4 diberikan skor 2 dan 5-6 diberikan skor 3.

Nilai Akhir :

Skor akhir : jumlahkan semua skor mulai dari kelompok

1 sampai 7, Nilai:

0-7 = Baik

8-21= Kurang

Skema 2.1 Kerangka Teori


Pemicu atau penyebab

Intensitas penggunaan gadget :


1. Frekuensi
Remaja
2. Durasi
3. Perhatian
4. Penghayatan

Dampak

Kualitas tidur

39
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan suatu uraian dan visualisasi hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian

yang akan dilakukan (Notoatmodjo,2012). Kerangka konsep dibuat

berdasarkan literatur dan teori yang sudah ada. Tujuan dari kerangka

konsep adalah untuk mensintesa dan membimbing atau mengarahkan

penelitian, serta panduan untuk analisis dan intervensi. Fungsi kritis

dari kerangka konsep adalah menggambarkan hubungan-hubungan

antara variable-variabel dan konsep-konsep yang diteliti.

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya, maka dapat digambarkan kerangka konsep tentang

pengaruh intensitas penggunaan gadget terhadap kualitas tidur remaja

di SMPN 2 Batipuh. Variabel independent pada penelitian ini adalah

penggunaan gadget sebagai variabel bebas atau variabel efek

(penyebab) sedangkan variabel dependent (variabel bebas) sebagai

akibat dari intervensi yang diberikan yaitu kualitas tidur.

Variabel Independen Variabel Dependen

Kualitas Tidur
Penggunaan Gadget Remaja
(Normal) (Nomal) waktu tidur
penggunaan gadget 3 40 7-10 jam
Skema 3.1: Kerangka Konsep

B. Definis Operasional

Definisi operasional adalah petunjuk tentang bagaimana suatu

variabel diukur. Dengan membaca difinisi operasional dalam suatu

penelitian, seorang peneliti akan mengetahui pengukuran suatu variabel,

sehingga penelitian dapaat mengetahui baik buruknya pengukuran

tersebut (Siyoto & Sodik, 2015).

Berikut gambaran kerangka operasional penelitian.

Tabel 2. Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Hasil Ukur

Independen Penggunaan gadget Kuisioner Angket Ordinal 1. rendah (< 42 )


Penggunaan (smartphone) yaitu (smarthphone 2. sedang (42-63)
gadget pengunaannya tetap addiction) 3. tinggi (≥ 63)
terhubung dengan (Nurdiani,
pengguna lain tanpa 2015)
batas ruang dan waktu
melalui fasilitas-
fasilitas yang dimiliki,
seperti SMS, telepon
dan fasilitas internet
lainnya.

Dependen Kualitas tidur Kuisioner Angket Ordinal


Kualitas merupakan perasaan (PSQI) 1. Baik (0-7)
tidur segar Kembali dan siap (Smyth, 2012) 2. Kurang (8-21)
menghadapi kehidupan
lain setelah bangun
tidur

C. Hipotesa

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih

bersifat penduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya (Gay &

41
Diehl, 1992 dalam Siyoto & Sodik 2015). Berdasarkan kerangka

pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

adalah:

Ha : ada pengaruh intensitas penggunaan gadget terhadap kualitas tidur

remaja di SMPN 2 Batipuh

Ho :tidak ada pengaruh intensitas penggunaan gadget terhadap kualitas

remaja di SMPN 2 Batipuh

42
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti

yang menentukan arah berlangsungnya proses penelitian secara benar

dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Siyoto & Sodik

2015). Desain penelitian menggunakan metode pendekatan cross

sectional yang artinya dimana data yang menyangkut variabel

independen dan dependen pengumpulan data sekaligus dalam waktu

bersamaan (Siyoto & Sodik 2015).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh Penggunaan

Intensitas Gadget Terhadap Kualitas Tidur Anak Remaja di SMPN 2

Batipuh Tahun 2023.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Rencana penelitian ini akan dilakukan di bulan Mei 2023 di SMPN

Batipuh.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah anak

remaja di SMPN 2 Batipuh sebanyak 80 orang.

43
2. Sampel

Sampel adalah Sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tesebut ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang

diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili

populasinya (Siyoto & Sodik 2015). Teknik pengambilan sampel

yaitu menggunakan teknik total Sampling, yaitu teknik pengambilan

sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi. Sampel dalam

penelitian ini sebanyak 80 orang.

Kriteria sampel yang digunakan

a. Kriteria inklusi, adalah kriteria yang harus dipenuhi oleh setiap

anggota yang di ambil sebagai sampel.

1. Siswa/siswi yang ada di sekolah SMPN 02 Batipuah pada saat

penelitian

2. Siswa yang bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi, adalah anggota populasi yang tidak bisa dijadikan

untuk sampel.

1. Siswa/siswi yang tidak sekolah

2. Siswa yang tidak bersedia menjadi responden

D. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat bantu dalam pengumpulan data yang

diperlukan (Siyoto & Sodik, 2015). Instrument penelitian ini dapat

berupa kuesioner. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah

44
lembaran kuesioner, kuisioner dalam penelitian ini terbagi 3 bagian

diantaranya:

1. Data demografi

Data demografi adalah informasi tentang sekelompok orang menurut

atribut tertentu, Data demografi dalam penelitian ini mencakup 3

item yaitu nama, umur, jenis kelamin. Kuesioner ini berguna untuk

melihat ditribusi demografi responden.

2. Penggunaan gadget

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur penggunaan

gadget menggunakan alat ukur yang sudah dilakukan modifikasi dan

try out oleh penelitian Nurdiani (2015) dari peneliti Zahrani (2014)

berdasarkan aspek addiction dari Griffiths (Terry, Szabo and

Griffiths, 2004). Alat ukur dari peneliti Zahrani (2014) terdiri 30

item Favorable, yang kemudian dilakukan modifikasi dan try out

oleh penelitian Nurdiani (2015) menjadi 21 soal, terdiri dari 14

item favorable dan 7 item unfavorable dengan hasil uji reliabilitas

nilai alpha cronbach sebesar 0,88. Menggunakan Skala Likert,

Pada pertanyaan negative sangat setuju (1), setuju (2), tidak setuju

(3), sangat tidak setuju (4). Pertanyaan positif sangat setuju (4), setuju

(3), tidak setuju (2), sangat tidak setuju (1). Interpretasi hasil yang

diperoleh adalah

1 Rendah (<42)

2 Sedang (42-63)

45
3 Tinggi (>63)

Hasil ukur dalam kuesioner penggunaan gadget yaitu :

4 Kualitas tidur

Kualitas tidur dapat diukur dengan menggunakan kuesioner

Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Smith menambahkan

bahwa Pitsburgh Sleep Quality Index (PSQI) merupakan suatu

instrumen yang efektif digunakan dalam mengukur kualitas tidur.

Kualitas tidur dapat diukur menggunakan 7 komponen, yaitu

kualitas tidur subyektif, latensi tidur, lama tidur, efisiensi

kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur dan

disfungsi pada siang hari dalam sebulan (Smyth, 2012). Kuesioner

PSQI telah dilakukan uji reliabilitas oleh University of

Pittsburgh pada tahun 1988 dengan nilai Alpha Cronbach 0,83.

Penilaian pada kualitas tidur dapat diuraikan sebagai berikut :

a. pertanyaan no. 1 dan 3, kemudian hitung berapa jumlah

jam yang dihabiskan di tempat tidur, kemudian dilakukan

perhitungan dengan cara dibagi dengan pertanyaan 4 dan

dikali 100, apabila hasilnya >85 % diberikan skor 0,75-84%

diberikan skor ( 1), 65-74 % diberikan skor (2) dan < 65 %

diberikan skor ( 3).

b. Pertanyaan 2, jika ≤ 15 menit diberikan skor ( 0), 16-30

menit diberikan skor (1), 31-60 menit diberikan skor (2) dan

>60 menit diberikan skor ( 3).

46
c. Pertanyaan 4, jika >7 jam diberikan skor (0), 6-7 jam

diberikan skor ( 1), 5-6 jam diberikan skor ( 2) dan <5

jam diberikan skor (3)

d. Pertanyaan 5a, tidak pernah diberi skor ( 0), sekali

seminggu diberi skor ( 1), 2 kali seminggu diberi skor ( 2), >3

kali seminggu diberi skor (3). Dijumlahkan dengan pertanyaan

5a (P2+5a), apabila nilai hasil dari penjumlahan 0 diberikan

skor ( 0), 1-2 diberikan skor ( 1), 3-4 diberikan skor ( 2)

dan 5-6 diberikan skor (3).

e. Pertanyaan 5b-5j, tidak pernah skor (0), sekali seminggu skor 1,

2 kali seminggu skor ( 2), >3 kali seminggu skor 3. Jika total

0 diberikan skor ( 0), 1-9 diberikan skor ( 1), 10-18

diberikan skor ( 2) dan 19-27 diberikan skor (3).

f. Pertanyaan no 6 Tidak pernah diberikan skor ( 0), kurang

dari sekali seminggu diberikan skor ( 1), 1 atau 2 kali

seminggu diberikan skor ( 2) dan 3 kali atau lebih dalam

seminggu diberikan skor (3).

g. Pertanyaan nomer 7: tidak pernah diberi skor (0), sekali

seminggu skor ( 1), 2 kali seminggu skor ( 2), >3 kali

seminggu diberi skor (3).

h. Pertanyaan nomer 8: tidak antusias diberi skor (0), kecil skor

(1), sedang skor ( 2), besar diberi skor ( 3). Pertanyaan

7 dijumlahkan dengan pertanyaan 8 (P7+P8), apabila nilai

47
hasil dari penjumlahan 0 diberikan skor (0), 1-2 diberikan skor

(1), 3-4 diberikan skor (2) dan 5-6 diberikan skor (3).

i. Pada pertanyaan no. 9, jika sangat baik diberikan skor (0), baik

diberikan skor (1), kurang baik diberikan skor (2) dan sangat

kurang diberikan skor (3).

Hasil ukur dalam kuesiner kualitas tidur yaitu :

1. Baik (0-7)

2. Kurang (8-21).

E. Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu prosedur yang sistematik

dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan, yang mana peneliti

harus turun langsung ke lapangan mengumpulkan data tersebut melalui

media pengamatan (Mamik, 2015). Pengumpulan data penelitian secara

observasi yaitu pengumpulan data yang dilakukan secara langsung oleh

objek yang akan diteliti yang diperoleh dalam bentuk lembar ceklist,

buku catatan, foto dan sejenisnya tidak hanya dalam bentuk angket atau

kusioner (Riyanto dan Hatmawan, 2020).

1. Persiapan Penelitian

a. Diawali dengan peneliti meminta surat pengambilan data ke kampus

Universitas Perintis Indonesia

b. Kegiatan studi pendahuluan peneliti SMPN 2 Batipuh dilakukan oleh

peneliti dengan wawancara ke beberapa guru dan siswa.

48
c. Memasukkan data yang didapat dari studi pendahuluan SMPN 2

Batipuh

d. mempresentasikan proposal penelitian dan melakukan perbaikan

proposal sesuai saran.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Peneliti mengurus surat pengantar dari program studi pendidikan

profesi nersm program sarjana untuk ijin penelitian

b. Setelah itu, peneliti mengantarkan surat izin penelitian ke bagian

arsip atau TU di SMPN 2 Batipuh. Peneliti melapor ke bagian tata

usaha SMPN 2 Batipuh.

c. Setelah surat diproses peneliti di izinkan untuk melakukan

penelitian.

d. Setelah itu peneliti menetapkan 80 calon responden dengan teknik

pengambilan sampel dengan teknik Total Sampling. Dimana

sesuai kriteria yang telah ditetapkan.

e. Peneliti mengidentifikasi responden memenuhi kriteria inklusi yaitu

Siswa/siswi yang ada di sekolah SMPN 02 Batipuah pada saat

penelitian dan siswa yang bersedia menjadi responden.

f. Selanjutnya peneliti menjelaskan mengenai tujuan, manfaat dan

prosedur penelitian yang akan dilakukankepada responden.

g. Setelah memberikan penjelasan responden diminta untuk mengisi

persetujuam yang dinuktikan dengan menandatangani lembar inform

consent.

49
h. Peneliti memberikan lembar kuesioner kepada responden dan

menjelaskan tata cara pengisian lembar kuesioner.

i. Pada hari pertama peneliti akan merencanakan pengisian kuesioner

dikelas I sebanyak orang, hari ketdua dikelas II sebanyak dan hari

ketiga dikelas 3 sebanyak orang.

3. Tahap Evaluasi

a. Peneliti mencek lembar kusioner yang sudah di isi responden.

b. Memeriksa kembali jika dalam pengisian ada yang salah atau kurang

lengkap

c. Setelah selesai peneliti mengucapkan terima kasih dan pamit kepada

responden.

F. Pengolahan dan Analisa Data

1. Cara Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo, (2012) Lembaran kuesioner yang sudah

dikumpulkan peneliti, akan di dianalisa kemudian diolah dengan

system komputerisasi dengan tahapan sebagai berikut:

a. Editing (Pengecekan)

Editing adalah kegiatan pengecekan data setiap lembar kuesioner

diperiksa apakah sudah lengkap, dengan artian langkah-langkah

sudah diisi (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini

diharapkan pada saat peneliti melakukan penelitian sebanyak 80

responden mengisi dengan lengkap lembar kuesioner.

50
b. Coding (Memasukkan Kode)

Pengkodean yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf

menjadi data angka atau bilangan. Coding atau pemberian kode

ini sangat berguna dalam memasukkan data (data entry).

(Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian ini peneliti memberikan

tanda, simbol dan kode pada tiap-tiap data dan pertanyaan yang

telah dipilih untuk mempermudah pengolahan data. Untuk

penggunaan gadget memiliki kode yaitu rendah (1), sedang (2),

tinggi (3). Dan kualitas tidur memiliki kode yaitu berat (1),

kurang (2).

c. Data entry (Memasukan Data)

Data entry yaitu memasukkan jawaban dari masing-masing

responden dalam bentuk kode seperti (angka atau huruf)

dimasukkan kedalam program kemudia dilakukan pembentulan

atau korelasi. dimasukkan ke dalam sebuah program “software”

komputer. Program yang sering digunakan dalam melakukan

pengentrian data dalam suatu penelitian adalah program

Computerisasi. Ketelitian juga di tuntut dari seorang peneliti

untuk “entry data”. jika ketelitian tidak dilakukan maka akan

kejadian biasa, meskipun memasukkan data saja. (Notoatmodjo,

2012). Dalam penelitian ini peneliti akan memasukkan data yang

diperoleh kedalam komputer menggunakan aplikasi software

penghitungan SPSS.

51
d. Prosesing

Prosesing adalah pengolahan data yang dilakukan secara

komputerisasi, dalam proses ini dituntut ketelitian peneliti

melakukan data entry. (Notoatmodjo, 2012). Dalam penelitian

ini peneliti akan melakukan prosesing data yang diperoleh dan

melakukan analisa data menggunakan SPSS.

2. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian, yang

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase

(Notoadmodjo, 2012).

No Variabel Data
1. Penggunaan Gadget Frekuensi dan presentase
2. Kualitas Tidur Frekuensi dan presentase

b. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat digunakan untuk menganalisis dua variabel

yang diduga berpengaruh atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini analisa ini dilakukan untuk mengetahui

pengaruh antara variabel independent (Penggunaan Intensitas

Gadget) dengan variabel dependent (Kualitas Tidur)

menggunakan uji chi square. Uji chi square digunakan untuk

menguji hipotesis bila didalam populasi tersebut terdapat dua

52
atau lebih kelas dimana datanya berbentuk kategorik atau

ordinal.

No Variabel Independent Variabel Dependen

1. Penggunaan Gadget Kualitas Tidur

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan intensitas gadget

terhadap kualitas tidur yaitu:

Nilai (p value) ≤ 0,05 maka Ho ditolak, yang berarti ada

pengaruh yang bermakna antara variabel bebas dengan

variabel terikat.

Nilai (p value) ≥ 0,05 maka Ho diterima, berarti tidak ada

pengaruh yang bermakna antara variabel bebas dengan

variabel terikat.

1. Apabila p value ≤ 0,05: berarti ada pengaruh penggunaan

gadget dengan kualitas tidur pada remaja.

2. Apabila p value ≥ 0,05: berarti tidak ada pengaruh

penggunaan gadget dengan kualitas tidur pada remaja.

3. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti mengajukan permohonan izin

kepada responden untuk mendapatkan persetujuan penelitian. Setelah

mendapat persetujuan barulah peneliti melakukan penelitian dengan

menegakkan masalah etika. Penelitian ini akan dilakukan uji layak

etik sebelum dilakukan perlakuan kepada responden melalui KEPK

53
Uversitas Perintis Indonesia sampai diterbitkan surat layak etik

(ethical approval).

a. Informed Concent

Informed consent adalah informasi yang harus diberikan pada

subjek/respon penelitian mengenai penelitian yang akan dilakukan.

Tujuan Informed consent adalah agar subyek penelitian

memahami dan mengetahui maksud dan tujuan penelitian,

mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

(Notoatmodjo, 2013). Dalam penelitian ini peneliti meminta

persetujuan terlebih dahulu kepada responden, apakah responden

bersedia atau tidak, apabila responden bersedia maka peneliti

meminta responden untuk mengisi dan menandatangani lembar

persetujuan. Pada penelitian ini menggunakan informed consent

yang berisi nama, umur dan alamat responden dan pernyataan

untuk menjadi responden.

b. Anonymity

Anonymity adalah masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencamtumkan nama responden pada lembaran alat ukur dan

hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang akan disajikan (Notoatmodjo, 2013). Dalam

54
penelitian, peneliti tidak mencamtumkan nama responden pada

lembar pengumpulan data, peneliti hanya membuat inisial saja.

c. Confidentiality

Kerahasiaan (Confidentiality) merupakan masalah etika dengan

memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Notoatmodjo, 2013). Dalam penelitian ini, data yang terkumpul

dijamin kerahasiaanya oleh peneliti. Peneliti tidak menceritakan

data yang diperoleh dari responden ke orang lain. Data yang

diperoleh hanya digunakan untuk proses analisis dan penyusunan

laporan akhir.

d. Justice (Keadilan)

Peneliti tidak boleh membeda-bedakan dalam proses memilih

responden pada penelitian ini. Semua responden yang telah

diberikan informasi dan tindakan yang sama terkait dengan tujuan,

manfaat, hak responden sebelum bersedia untuk menjadi

responden penelitian ini. Seluruh responden harus dihargai dan

dihormati, serta informasi yang didapatkan dari seluruh responden

harus tetap diberikan intervensi (Notoatmodjo, 2013). Dalam

penelitian ini peneliti berlaku adil pada semua responden tanpa

memandang suku, ras, agama ataupun status sosialnya seluruh

55
sampel mendapatkan perlakuan yang sama selama pengamnilan

data.

e. Autonomy (Menghargai harkat dan martabat manusia)

Responden diberikan kebebasan membuat keputusan sendiri untuk

ikut berpartisipasi ataupun tidak dalam penelitian ini, tanpa

paksaan dan sewaktu-waktu responden boleh mengakhiri

keterlibatanya dalam proses penelitian ini tanpa sanksi apapun

(Notoatmodjo, 2013). Dalam penelitian ini peneliti memberi

kebebasan kepada calon responden untuk ikut berpartisipasi atau

tidak dalam penelitian.

56
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, P. & Blackwood, A. ( 2004). Mobile and PDA technologies and their

future use in education. Bristol: JISC Technology and Standards Watch.

APJII. (2017). Infografis Penetrasi dan Perilaku Pengguna Internet Indonesia:

Survey 2017. Jakarta: APJII.

APJII. (2018). Buletin APJII: Potret Zaman Now Pengguna dan Perilaku Internet

Indonesia. Jakarta: APJII.

Arora T. et, al. ( 2014). Associations between specific technologies and adolescent

sleep quantity, sleep quality, and parasomnias. Journal of Sleep Medicine. vol. 15,

no. 2, pp. 240-247.

Binti, L. (2012). Kematangan Emosi, Konsep Diri dan Kenakalan Remaja. Jurnal

Psikologi Volume 7, NO. 1, APRIL 2012:490–500 490.

https://media.neliti.com/media/publications/127014-ID-kematangan-emosi-

konsep-diri-dan-kenakal.pdf. Diakses Tanggal 23 April 2023. Universitas 17

Agustus 1945, Fakultas Psikologi.

Diarti, Emi. Et, al. ( 2017). Hubungan Antara Penggunaan Internet Dengan Gangguan

Pola Tidur Pada Mahasiswa PSIK UNITRI Malang. Nursing News, vol. 2, no. 3,

pp. 321-331.

Nilifda Hanafi. Et, al. (2015) Hubungan Kualitas Tidur Dengan Prestasi

Akademik Program Studi Pendidikan Dokter Angkatan 2010 FK Universitas

Andalas. 2015 http://jurnal.fk.unand.ac.id.

57
Hidayat. ( 2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Notoatmodjo. (2010). Metedelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo. (2012). Metedelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam. (2015). Metode Penelitian Statistik Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba

Medika

Nursalam. (2017). Metedelogi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis ( P.P.

Lestari, Ed.) (4 th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Priyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif. Sidoarjo: Zifatama Publishing.

Putra (2011). Tips Sehat dengan Pola Tidur Tepat dan Cerdas. Yogyakarta : Penerbit

Buku Biru.

Rahmandani, F & Tinus, A. (2018). Analisa Dampak Pengunaan Gadget

(Smartphone) Terhadap Kepribadian Dan Karakter (KEKAR) Peserta Didik di

SMA Negeri 9 Malang. Jurnal Civic Hukum Volume 3, Nomor 1, Mei 2018

P-ISSN 2623-0216 E-ISSN 26230224.

http://ejournal.umm.ac.id/index.php/jurnalcivichukum/article/view/7726. Diakses

Tanggal 09 Mei 2023. Universitas Muhammadiyah Malang, FKIP.

Soetjiningsih. (2010). Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: CV

Sagung Seto.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :

58
Penerbit Alfabeta.

Sugiyono. ( 2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. ( 2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung

Afabeta.

World Health Organization ( 2014). Electromagnetic fields and public

health:Mobile phones.[online] https://www.who.int/news-room/fact-

59

Anda mungkin juga menyukai