Anda di halaman 1dari 52

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP

KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

SANTA THERESIA JAMBI

DISUSUN OLEH

SAGITA FRANSISKA NIM: 202143027

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2022

i
PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP

KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

SANTA THERESIA JAMBI

Disusun Oleh:

Sagita Fransiska

NIM: 202143027

Proposal Penelitian ini Telah Memenuhi Persyaratan Untuk Diujikan

Disetujui Pada Tanggal 10 April 2022

Pembimbing I,

Sr. Therese Maura Hardjanti, CB.,MSN.

NIK 201550002

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga dapat menyusun dan menyelesaikan proposal
penelitian ini dengan judul “Hubungan Perilaku Caring Perawat terhadap
Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Santa Theresia Jambi”
dengan tepat waktu.
Proses penyusunan proposal ini dapat berjalan dengan lancar karena adanya
dorongan, motivasi dan bimbingan dari dosen dan juga orang-orang terdekat,
sehingga penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga kepada:
1. Ketua Stikes Panti Rapih Yogyakarta yang telah memberikan izin,
memberikan segala bentuk dorongan, semangat dan fasilitas pada penulis
sehingga penulis mampu menyelesaikan dalam waktu yang tepat.
2. Sr. Therese Maura Hardjanti,CB.,MSN sebagai pembimbing 1 yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis untuk dapat menyelesaikan
proposal ini dengan benar-benar memahami secara detail semua Langkah-
langkahnya.
3. Seluruh Bapak dan ibu dosen Stikes Panti Rapih Yogyakarta yang telah
memberikan banyak bekal kepada penulis dalam berbagai bentuk keilmuwan.
4. Keluarga terdekat dan semua pihak yang telah membantu terlaksananya
penyusunan proposal ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala petunjuk, kritik dan
saran yang membangun dari pembaca, agar dapat menunjang pengembangan dan
perbaikan penulisan selanjutnya.
Demikian proposal penelitian ini disusun, penulis berharap semoga hasil
penelitian ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan bermanfaat bagi
pembaca serta mohon kritik dan saran yang membangun bagi penulis yang dapat
menambah kesempurnaan isi dari proposal penelitian ini.

Penulis

iii
DAFAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 6
1.5 Ruang Lingkup............................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 8
2.1 Tinjauan Teori ............................................................................. 8
2.2 Teori Caring Jean Watson .......................................................... 10
2.3 Teori Caring Leinenger ............................................................... 13
2.4 Teori Caring Kristen M.Swanson ............................................... 14
2.5 Caring Dalam Keperawatan ........................................................ 18
2.6 Konsep Kepuasan Pasien ........................................................... 19
2.7 Kerangka Teori ........................................................................... 22
2.8 Kerangka Konsep ........................................................................ 23
2.9 Hipotesa ...................................................................................... 23
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 24
3.1 Desain Penelitian ........................................................................ 24
3.2 Definisi Opersional ..................................................................... 24
3.3 Populasi dan sampel .................................................................... 25
3.4 Tempat dan waktu Penelitian ...................................................... 26
3.5 Tekhnik dan instrumen pengumpulan data ................................. 26
3.6 Validitas dan Reabilitas .............................................................. 29
3.7 Etika Penelitian ........................................................................... 30
3.8 Pengolahan Data ......................................................................... 31

iv
3.9 Analisis Data ............................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 34


LAMPIRAN .................................................................................................... 37

v
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu ciri masyarakat global adalah mudah dan cepatnya proses penyebaran
informasi. Dalam masyarakat global, semua orang dari berbagai latar belakang
dapat mengakses informasi yang mereka inginkan kapan saja dan di mana saja
(Mulachela, 2021) melintasi batas-batas dan sekat-sekat geografis, demografis,
dan kultural. Terbukanya akses-akses informasi tersebut membuat masyarakat
dengan mudah mengetahui standar-standar layanan publik yang menjadi haknya.
Sesuai dengan informasi yang diperolehnya, masyarakat dapat menentukan
pilihan atas fasilitas layanan publik yang ingin digunakannya sesuai gambaran
ideal yang didapatkannya.

Salah satu layanan publik yang selalu diakses dan menjadi kebutuhan primer
masyarakat adalah layanan kesehatan di fasilitas-fasilitas kesehatan yang
merupakan salah satu fasilitas penting dalam kehidupan masyarakat. Rumah
sakit sebagai salah satu tempat layanan kesehatan publik, berkembang menjadi
tempat dengan kompleksitas layanan yang tinggi, dengan ratusan macam obat,
ratusan test dan prosedur, terdapat alat dan teknologi, bermacam profesi dan non
profesi yang memberikan pelayanan ke pasien selama 24 jam secara terus-
menerus.

Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak disajikan dengan


baik dapat menyebabkan kejadian yang tidak diharapkan dan juga dapat
merugikan pasien dan bahkan mengancam keselamatan pasien. Pelayanan yang
baik dan memuaskan akan memberikan imbas positif bagi pertumbuhan layanan
rumah sakit, sekaligus memberikan dampak puas bagi masyarakat pengguna
layanan. Selanjutnya, kepuasan pasien akan memberi efek promotif dan komersial
bagi pasien lainnya yang sangat penting dalam membangun jenama suatu rumah
sakit di tengah masyarakat. Jenama tersebut menjadi sangat penting dalam sudut
pandang persaingan eksistensi rumah sakit di masyarakat global.

1
Maka, selain didorong oleh motif untuk memberikan layanan yang humanis,
rumah sakit selalu berusaha untuk mendapatkan tempat di hati masyarakat demi
motif pertumbuhan finansialnya dari pemasukan biaya pasien yang dirawat atau
mendapat pelayanan kesehatan. Rumah sakit akan terus berusaha mengelola
seluruh sumber daya rumah sakit untuk menempatkan pasien sebagai pusat
layanannya.

Salah satu sumber daya manusia terpenting di rumah sakit adalah perawat, yang
selain karena jumlahnya yang dominan tetapi juga merupakan profesi yang
memberikan pelayanan yang konstan dan terus menerus selama 24 jam kepada
pasien. Kehadirannya dibutuhkan tidak hanya sebagai sosok yang memfasilitasi
pengobatan semata, namun terlebih sebagai pendamping yang merawat pasien
selama proses penyembuhan berlangsung.

Keberadaan seorang perawat yang dominan dan sentral dalam suatu layanan
kesehatan dibandingkan dengan sumber daya manusia lain di suatu rumah sakit
atau pusat layanan kesehatan dipaparkan oleh Doheny (dalam Wirentanus, 2019)
untuk menjalankan sejumlah peran layanan kesehatan. Perawat dengan sendirinya
juga menempati posisi yang penting dari suatu sistem layanan kesehatan karena
para perawat memberikan layanan kepada individu, keluarga dan komunitas.

Menurut Nsiah, Siakwa, and Ninnoni yang disitasi oleh Alsufyani, A. M.,
Aldawsari, A. A., Aljuaid, S. M., Almalki, K. E., & Alsufyani, Y. M. (2020)
memberikan penegasan bahwa perawat dapat berperan untuk menguatkan para
pasien, mengurangi tindakan medis yang tidak perlu, meredakan
ketidaknyamanan pasien, dan bahkan bertindak sebagai pelindung terhadap
layanan kesehatan yang tidak memadahi. Sejumlah bukti yang berhubungan
dengan optimalisasi perilaku caring seorang perawat mengindikasikan kompenen-
komponen esensial dalam praktik keperawatan. Penelitian oleh Hannan, dkk
(2019) menunjukkan bahwa praktik patient-centered care oleh tenaga kesehatan
terhadap pasien menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap kepatuhan pasien

2
untuk mengikuti proses pengobatan, meningkatnya kepuasan dan hasil
pengobatan yang memuaskan.

Untuk mencapai layanan praktik keperawatan yang esensial tersebut, perawat


dituntut untuk bekerja secara profesional dan terstandar dengan menempatkan
pasien dengan pusat perhatian dan layanan dengan tetap mengedepankan sikap
humanis, yaitu: memperlakukan pasien sebagai manusia yang harus diperhatikan,
dijaga dan dilayani setulus hati. Perilaku humanis ini dapat dicapai dengan
perilaku caring keperawatan yang menjadi tolok ukur kepedulian dan empati
terhadap pasien.

Jean Watson, seorang professor keperawatan yang terkemuka yang melahirkan


Theory of Human Caring dalam bukunya, Nursing: The Philosophy and Science
of Caring (1979) yang sampai saat ini telah diintegrasikan dalam dunia
pendidikan keperawatan dan perawatan kesehatan di seluruh dunia,
mendefinisikan tindakan caring adalah pusat dari praktik keperawatan. Model
keperawatan yang dibangun dalam teori ini menyatakan bahwa: ‘nursing is
concerned with promoting health, preventing illness, caring for the sick and
restoring health’ yang dialihbahasakan sebagai ‘tindakan keperawatan berkaitan
erat dengan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, perhatian bagi yang sakit
dan tindakan restorasi kesehatan’ (Watson dalam Gonzalo, 2021).

Gustiwiyana (2020) mengemukakan 7 (tujuh) aktualisasi perilaku caring yang


dapat diaplikasikan oleh seorang perawat dalam memberikan layanan kesehatan
yaitu: 1) sikap peduli, 2) bertanggung jawab, 3) ramah, 4) sabar dan tenang, 5)
selalu siap sedia, 6) memberikan motivasi, dan 7) bersikap empati. Dengan
mengaplikasikan perilaku tersebut, perilaku caring seorang perawat
bertransformasi menjadi suatu bentuk dukungan emosional dalam memberikan
asuhan keperawatan kepada klien dan keluarga sebagai bentuk komitmen moral
untuk melindungi, memotivasi daya sembuh, meningkatkan martabat
kemanusiaan. Hal inilah yang menjadikan perilaku caring sebagai perilaku
esensial dari keperawatan yang membedakan profesi perawat dengan profesi lain.

3
Dalam kondisi normal dan bukan karena pandemi atau suatu kasus khusus
lainnya, perilaku caring diaktualisasikan dalam bentuk kedekatan emosional dan
aktual untuk rasa saling percaya antara perawat dan pasien. Hal ini dapat dibangun
dengan komunikasi dan interaksi tanpa sekat-sekat antara pasien dan perawat
yang melibatkan: kontak fisik, mendengarkan dan memahami perawat baik secara
verbal maupun nonverbal, merawat dan mengobati, serta melayani kebutuhan
perawatan dan penyembuhan pasien secara langsung.

Aktualisasi perilaku caring seorang perawat dalam suatu masa atau kasus tertentu
yang menuntut tindakan emergensi yang berbeda dengan protokol khusus,
tentunya harus ditampilkan secara berbeda pula sesuai protokol yang membatasi
interaksi dan hubungannya dengan pasien yang dilayaninya. Bahkan dalam saat
kegentingan yang akut karena sakitnya, seorang perawat tidak bisa hadir secara
langsung di dekat pasien, termasuk mengambil sikap untuk berjarak demi
mencegah penularan infeksi, keselamatan pasien dan keselamatan tenaga
kesehatan. Padahal sebagai tenaga kesehatan terdekat bagi pasien, perawat akan
lebih dahulu mengetahui keadaan apa yang dirasakan pasien. Berbagai keluhan
fisik dan psikologis seperti kecemasan akan sakit yang dirasakan, mudah
tersinggung dan marah, dan kurang konsentrasi sangat membutuhkan perhatian,
kepekaan, dan sikap peduli dari perawat untuk menanggapi keluhannya.

Kekhususan protokol dan kasus emergensi khusus dengan tentunya membuat


pasien umum di ruang-ruang perawatan menimbulkan rasa tidak nyaman karena
sikap dan perilaku berjarak dan tidak dekat dengan para perawat yang merawat
dan melayani penyembuhan para pasien. Dalam asumsi ini, perilaku caring
perawat terhadap pasien dan keluarga pasien mengalami adaptasi yang cukup
signifikan.

Sementara berdasarkan data yang dirilis oleh www. statista.com. Dengan berbasis
data dari temuan survey oleh IPSOS 2019, tingkat kepuasan pasien sangatlah
bervariasi antar sejumlah negara. Responden dari Saudia Arabia dan Singapore
merupakan yang paling puas dengan layanan kesehatan di negaranya, sedangkan

4
Chile dan Colombia menjadi negara dengan layanan paling tidak memuaskan.
Secara keseluruhan, dari survey di 32 negara di dunia, tingkat kepuasan pasien
mencapai angka 34% saja, dengan 39% menyatakan tidak puas dan sisanya 26%
menyatakan netral.

Tingkat kepuasan pasien di Indonesia secara khusus diatur dengan Peraturan


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Minimal untuk kepuasan pasien yaitu diatas 95% (Kemenkes, 2016).
Bila ditemukan pelayanan kesehatan dengan tingkat kepuasan pasien berada
dibawah 95%, maka dianggap pelayanan kesehatan yang diberikan tidak
memenuhi standar minimal atau tidak berkualitas.

Sebuah penelitian oleh Minar (2016) mengungkapkan bahwa sebagian besar


rumah sakit di Indonesia belum memenuhi tingkat layanan yang memuaskan
sesuai harapan pasien. Dengan menggunakan hasil Citizen Report Card (CRC)
yang diselenggarakan oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) dengan sampel
738 pasein di 23 rumah sakit pemerintah dan swasta di sejumlah provinsi di
Indonesia ditemukan bahwa 65.4% pasien mengeluhkan perilaku perawat yang
kurang ramah, kurang bersikap simpatik dan jarang tersenyum.

Penelitian dan data yang ditampilkan tersebut menunjukkan bahwa angka


kepuasaan pasien masih tergolong rendah, sehingga kepuasan pasien menjadi
permasalahan rumah sakit baik di Indonesia maupun di luar negeri, karena
sebagian besar keputusan pasien untuk menggunakan layanan kesehatan
dipengaruhi oleh kualitas layanan rumah sakit. Dengan demikian kurangnya
kepuasan pasien dapat menimbulkan hilangnya kepercayaan pasien terhadap
rumah sakit tersebut.

Secara khusus, pada Rumah Sakit Santa Theresia Jambi yang selama ini belum
pernah dilakukan penelitian tentang perilaku caring perawat dan tingkat kepuasan
pasien hanya dilakukan sebatas survei saja tanpa pernah dilakukan penelitian lebih
lanjut. Sehingga, digerakkan oleh data-data tersebut penulis tertarik untuk

5
mengetahui secara khusus hubungan antara perilaku caring perawat terhadap
tingkat kepuasan pasien yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Santa Theresia
Jambi, sebagai salah satu rumah sakit terkemuka di Kota Jambi.

1.2 Rumusan Masalah


Adakah hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien
yang menjalani perawatan di Rumah Sakit Santa Theresia Jambi?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat terhadap kepuasan
pasien yang menjalani perawatan di ruang rawat inap di Rumah Sakit Santa
Theresia Jambi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan perawat dalam melakukan
caring keperawatan di ruang perawatan Rumah Sakit Santa Theresia Jambi.
1.3.2.2 Mengetahui gambaran perilaku caring perawat di ruang rawat inap
Rumah Sakit Santa Theresia Jambi.
1.3.2.3 Mengetahui tingkat kepuasan pasien yang sedang menjalani perawatan di
ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Teresia Jambi.
1.3.2.4 Mengetahui hubungan antara perilaku caring perawat dengan tingkat
kepuasan pasien yang sedang menjalani perawatan di ruang rawat inap Rumah
Sakit Santa Theresia Jambi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Akademis
1.4.1.1 Manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai referensi bagi perawat yang
tengah menjalani masa pendidikan lanjutan atau mahasiswa keperawatan atau
kesehatan lainnya atas perilaku caring perawat dalam hubungannya dengan
tingkat kepuasan pasien yang sedang dirawatnya.

6
1.4.1.2 Sebagai referensi akademis dalam meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan caring perawat dalam melayani pasien yang sedang menjalani
perawatan di Rumah Sakit Santa Teresia Jambi
1.4.2 Manfaat Bagi Praktisi
Bagi praktisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai:
1.4.2.1 Rujukan pengambilan keputusan di tingkat pengambil kebijakan di
rumah sakit, yaitu: direksi dan pimpinan rumah sakit dalam meningkatkan
perilaku caring, khususnya di Rumah Sakit Santa Theresia Jambi.
1.4.2.2 Rujukan perilaku dan sikap caring bagi perawat dan tenaga kesehatan
lainnya di rumah sakit, khususnya di Rumah Sakit Santa Teresia Jambi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


1.5.1 Unsur Keilmuan
Unsur keilmuan yang dibahas dalam penelitian ini termasuk dalam lingkup
keperawatan yaitu dalam praktik keperawatan profesional khususnya dalam etika
keperawatan.
1.5.2 Masalah Penelitian
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah perilaku caring perawat yang
belum terungkap di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Theresia Jambi
1.5.3 Sasaran
Sasaran penelitian adalah pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Theresia
Jambi
1.5.4 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Theresia
Jambi.
1.5.5 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan dalam jangka waktu mulai tanggal 1 Mei sampai
dengan 30 Juni 2022.

7
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori


Caring adalah perilaku khas perawat kesehatan yang menjadi ciri yang
membedakan bentuk pelayanan kesehatan lain. Secara etimologis, kata caring
berasal dari verba dasar Bahasa Inggris: ‘care’ yang didefiniskan oleh Oxford
Advanced Learner’s Dictionary (2005) sebagai: 1) to feel something is important
and worth worrying about, 2) to like or to love somebody and worry about what
happen to them, 3) to make the effort to do something. Secara literal, caring dapat
diartikan sebagai tindakan bahwa sesuatu atau seseorang itu penting dan layak
diperhatikan, perhatian dengan hal-hal yang terjadi pada sesuatu atau seseorang
serta tindakan usaha untuk melakukan sesuatu.

Secara khusus dalam dunia perawat kesehatan, caring mendapat pengertian


sebagai tindakan kepedulian seorang perawat kepada pasien. Linberg (1990,
dalam Nursalam, 2004) memberi definisi caring sebagai: tindakan pemberian
perhatian atau penghargaan terhadap manusia, yang tidak mampu memenuhi
kebutuhannya. Dengan demikian, perilaku caring merupakan intisari dari
keperawatan serta menjadi karakteristik yang dominan yang tidak dapat
dipisahkan dalam keperawatan.

Florence Nightingale dalam Adams (2016), menggariskan bahwa caring


merupakan tindakan yang menunjukan pemanfaatan lingkungan pasien dalam
membantu penyembuhan, memberikan lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan
tenang kepada pasien. Meskipun dengan konsep ini caring tidak mempunyai
pengertian yang tegas, akan tetapi mengandung tiga makna yang tidak dapat
dipisahkan, yaitu: 1) perhatian, 2) tanggung jawab, dan 3) ketegasan. Sehingga,
caring dengan sendirinya akan mempengaruhi bagaimana seseorang berpikir,
merasakan, dan berperilaku dalam hubungannya dengan orang lain.

8
Watson (1985) menyebutkan bahwa praktik caring merupakan pusat keperawatan
dengan 2 (dua) alasan pokok. Pertama: caring sebagai dasar dalam kesatuan nilai
kemanusiaan yang universal antara lain kebaikan, kepedulian, dan cinta terhadap
diri sendiri dan orang lain. Dengan demikian praktik dan perilaku caring menjadi
moralitas ideal keperawatan, yaitu keinginan untuk memberikan perawatan yang
tulus, kesungguhan untuk merawat, dan tindakan merawat (caring). Kedua: caring
merupakan suatu cara pendekatan yang dinamis, yang mendorong seorang
perawat professional untuk bekerja dengan lebih perhatian dan penuh tanggung
jawab kepada kliennya. Dengan alasan ini, praktik dan perilaku caring menjadi
penting terutama dalam praktik keperawatan karena seorang klien yang sedang
dirawat di rumah sakit sangat mengharapkan perhatian dan bantuan dari perawat
yang untuk memberikan pelayanan yang cepat dan tepat.

Sementara itu, Swanson (1991) mendefinisikan perilaku caring sebagai ‘a


nurturing way of relating to valued other toward whom one feels a personal sense
of commitment and responsibility’ - bagaimana seorang perawat dapat merawat
seseorang atau klien dengan tetap menghargai martabat orang tersebut dengan
komitmen dan tanggung jawab. Dengan definisi tersebut, dapat diartikan bahwa
perilaku caring adalah sebuah cara untuk menciptakan dan atau memelihara
kesehatan yang dapat dilakukan dengan menjalin hubungan yang bernilai dengan
orang lain, sehingga mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan komitmen
dan tanggungjawab.

Beberapa pengertian tentang caring di atas, dapat disimpulkan bahwa caring


adalah sikap kepedulian perawat terhadap klien dalam pemberian asuhan
keperawatan dengan cara merawat klien dengan kesungguhan hati, keikhlasan,
penuh kasih sayang, baik melalui komunikasi, pemberian dukungan, maupun
tindakan secara langsung. Sebagai gagasan moralitas ideal keperawatan,
diperlukan pengembangan pengetahuan, keterampilan, keahlian, empati,
komunikasi, kompetensi klinik, keahlian teknik dan keterampilan interpersonal,
serta rasa tanggung jawab perawat yang menjadi dasar aktualisasi praktik

9
keperawatan profesional untuk meningkatkan mutu pelayanan yang dapat
memberikan kepuasan pada pasien dan keluarga.

2.2 Teori Caring menurut Jean Watson


Dasar Teori Watson (Kusnanto, 2019) adalah nilai dan penghormatannya yang
sangat mendalam terhadap keajaiban dan misteri kehidupan. Watson mengakui
adanya dimensi spiritual kehidupan dan keyakinan terhadap kekuatan internal
proses perawatan dan penyembuhan. Sistem ini dipadukan dengan sepuluh Faktor
Karatif yang mencakup altruisme manusia, kepekaan terhadap diri dan orang lain,
mencintai serta percaya akan hidup dan kekuatan bathin orang lain dan diri kita
sendiri.

Watson mengidentifikasi asumsi dan prinsip holografis keperawatan


transpersonal. Watson meyakini bahwa jiwa seseorang berada dalam tubuh yang
tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan demikian, menurut Watson,
keperawatan adalah ilmu tentang manusia, tentang pengalaman sehat sakit serta
penyembuhan yang diperantarai oleh transaksi perawatan manusia yang
profesional, personal, ilmiah, estetik dan etik. Sehingga tujuan dari proses
keperawatan adalah meningkatkan pertumbuhan dan spiritual bagi diri sendiri dan
orang lain, untuk menemukan kekuatan bathin dan pengendalian diri seseorang.

2.2.1 Faktor-faktor Karatif Keperawatan


Karatif berasal dari istilah ‘carative’ yang digunakan oleh Watson sebagai istilah
khusus yang membedakan praktik dan perilaku caring dengan praktik dan
perilaku ‘curative’ (able to cure disease/mampu menyembuhkan sakit). Dengan
istilah tersebut, akan terlihat perbedaan antara ‘nursing’ (perawatan) dengan
‘medicine’ (pengobatan): “Whereas curative factors aim at curing the patient of
disease, carative factors aim at the caring process that helps the person attain (or
maintain) health or die a peaceful death” (Jika faktor kuratif bertujuan untuk
menyembuhkan pasien dari penyakit, maka faktor karatif bertujuan pada proses
perawatan yang membantu orang tersebut mencapai (atau mempertahankan)
kesehatan adat meninggal dengan tenang”.

10
Menurut Watson dalam Kusmiran (2015), faktor-faktor karatif meliputi:
2.2.1.1. Pembentukan Sistim Nilai Humanistik dan Alturistik, yaitu
menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien.
Perawat juga harus memperlihatkan kemampuan diri dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada klien.
2.2.1.2 Memberikan Kepercayaan-Harapan, yaitu memfasilitasi dan
meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik, membantu perilaku klien dalam
mencari pertolongan kesehatan.
2.2.1.3 Menumbuhkan kesensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar
menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat lebih
sensitif, murni dan bersikap wajar pada orang lain.
2.2.1.4. Mengembangkan hubungan saling percaya, yaitu memberikan informasi
dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yakni turut merasakan apa yang
dialami klien. Karakter yang diperlukan dalam faktor ini adalah: kongruen,
empati, dan kehangatan serta meneingkatkan kemampuan untuk menerima
ekspresi perasaan positif dan negatif dari klien.
2.2.1.5 Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan
dan perasaan klien.
2.2.1.6 Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan
keputusan. Perawat menggunakan metode proses keperawatan sebagai pola pikir
dan pendekatan asuhan kepada klien.
2.2.1.7 Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, dan
memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
2.2.1.8 Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang
mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh lingkungan internal dan eksternal
klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien.
2.2.1.9 Dukungan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Perawat perlu
mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan yang
paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ketingkat selanjutnya.
2.2.1.10 Pengembangan faktor eksternal bersifat fenomenologis agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.

11
2.2.2 Asumsi Dasar Teori Caring Watson terletak pada 7 asumsi dasar yang
menjadi kerangka kerja dalam pengembangan teori yaitu:
2.2.2.1 Caring dapat dilakukan dan dipraktikkan secara interpersonal.
2.2.2.2 Caring meliputi faktor-faktor karatif yang dihasilkan dari kepuasan
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
2.2.2.3 Caring yang efektif akan meningkatkan status kesehatan dan
perkembangan individu dan keluarga.
2.2.2.4 Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai seseorang
berdasarkan kondisi saat ini tetapi seperti apa dia mungkin akan menjadi di masa
depannya.
2.2.2.5 Caring environment, menyediakan perkembangan potensi dan
memberikan keluasan memilih kegiatan yang terbaik bagi diri seseorang dalam
waktu yang telah ditentukan.
2.2.2.6 Caring bersifat health-hogenic daripada sekedar curing. Praktek caring
mengintegrasikan pengetahuan biopisikal dan perilaku manusia untuk
meningkatkan kesehatan dan untuk membantu pasien yang sakit, dimana caring
melengkapi curing.
2.2.2.7 Caring merupakan inti dari keperawatan.

2.2.3 Nilai-nilai yang mendasari konsep caring menurut Watson meliputi:


2.2.3.1 Konsep Manusia sebagai suatu fungsi yang utuh dari diri yang
terintegrasi (ingin dirawat, dihormati, mendapatkan asuhan, dipahami dan
dibantu). Manusia pada dasarnya mempunyai rasa ingin dimiliki oleh lingkungan
sekitar dan menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat, dan rasa dicintai dan
rasa mencintai.
2.2.3.2 Konsep Kesehatan yang merupakan keutuhan dan keharmonisan pikiran
fungsi fisik dan sosial. Menekankan fungsi pemeliharaan serta adaptasi untuk
meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kesehatan
merupakan suatu keadaan terbebas dari keadaan penyakit, dan Jean Watson
menekankan pada usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut
2.2.3.3 Konsep tentang lingkungan

12
Berdasarkan Teori Watson, caring dan nursing merupakan konstanta dalam
setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring diwariskan berdasarkan pengaruh
budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme copying terhadap
lingkungan tertentu bukan karena diwariskan oleh generasi sebelumnya.
2.2.3.4 Konsep tentang Keperawatan
Keperawatan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit dan caring
ditujukan untuk klien baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

2.3. Teori Caring menurut Leininger


Dalam pelayanan keperawatan caring merupakan komponen umum, sebagai
seorang perawat professional penting memahami budaya klien. Caring bersifat
sangat personal, sehingga pengungkapan caring pada tiap klien berbeda sehingga
seorang perawat perlu mempelajari kultur klien dan ungkapan caring, dalam
memenuhi kebutuhan klien dalam memperoleh kesembuhan. Dengan demikian,
caring dapat membantu perawat dalam mengenal klien secara holistik, memahami
masalah yang dihadapi dan dapat mencari solusi serta memberikan asuhan yang
tepat.

Leininger (dalam Kusnanto, 2019) menggambarkan caring sebagai kegiatan


perawat professional dan membantu klien berkaitan dengan nilai dan tujuan yang
ingin dicapai individu maupun kelompok yang diwujudkan menjadi 3 (tiga)
karakteristik, yaitu:
2.3.1 Professional caring, yaitu sebagai wujud dari kemampuan secara
kognitif. Sebagai perawat professional dalam melakukan tindakan harus
berdasarkan ilmu, sikap dan keterampilan professional agar dapat memberikan
bantuan sesuai kebutuhan klien, dapat menyelesaikan masalah dan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama antara perawat dan klien.
2.3.2. Scientific caring, yaitu segala keputusan dan Tindakan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki perawat

13
2.3.3. Humanistic caring, yaitu proses pemberian bantuan pada klien bersifat
kreatif, intuitif atau kognitif dan didasarkan pada filosofi, fenomenologi, perasaan
objektif maupun subyektif.

2.4. Teori Caring menurut Kristen M. Swanson


Teori caring Swanson (Kusnanto, 2019) memformulasikan bahwa seorang
perawat yang dapat merawat klien dengan tetap menghargai martabat klien
tersebut dengan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi. Fokus teori caring
Swanson adalah dalam tergambar dalam The Caring Model yang mengembangkan
5 (lima) proses dasar, yaitu knowing, being with, doing for, enabling dan
maintening belief. Penjabarannya akan menjadi strategi untuk penerapan asuhan
keperawatan yang dimulai dengan pengkajian sampai dengan evaluasi
keperawatan. Dengan demikian, caring menurut Swanson mempunyai peran
besar dalam pelaksanaan proses keperawatan.

Teori Caring Swanson menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari proses
perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara
emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan
terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam
menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam
menjalani hidupnya.

2.4.1 Dimensi-dimensi yang mendasari konsep caring menurut Swanson,


yaitu:
2.4.1.1 Maintaining Belief, yaitu menumbuhkan keyakinan seseorang dalam
melalui setiap peristiwa hidup dan masa-masa transisi dalam hidupnya serta
menghadapi masa depan dengan penuh keyakinan, mempercayai kemampuan
orang lain, menimbulkan sikap optimis, membantu menemukan arti atau
mengambil hikmah dari setiap peristiwa, dan selalu ada untuk orang lain dalam
situasi apapun. Tujuannya adalah untuk membantu orang lain supaya bisa
menemukan arti dan mempertahankan sikap yang penuh harap. Memelihara dan

14
mempertahankan keyakinan nilai hidup seseorang adalah dasar dari caring dalam
praktik keperawatan. Indikatornya adalah:
(1) Selalu punya rasa percaya diri yang tinggi;
(2) Mempertahankan perilaku yang siap memberikan harapan orang lain;
(3) Selalu berfikir realistis
(4) Selalu berada di sisi klien dan siap memberikan bantuan;

Subdimensi dari maintaining belief antara lain:


(1) Believing in: perawat merespon apa yang dialami klien dan mempercayai
bahwa hal itu wajar dan dapat terjadi pada siapa saja yang sedang mengalami
masa transisi.
(2) Offering a hope – filled attitude: memperlihatkan perilaku yang peduli pada
masalah yang terjadi pada klien dengan sikap tubuh, kontak mata dan intonasi
bicara perawat.
(3) Maintaining realistic optimism: menjaga dan memperlihatkan sikap
optimisme perawat dan harapan terhadap apa yang dialami klien secara realistis
dan berusaha mempengaruhi klien untuk punya sikap yang optimisme dan
harapan yang sama.
(4) Helping to find meaning: membantu klien menemukan arti dari masalah
yang dialami sehingga klien bisa secara perlahan menerima bahwa siapa pun bisa
mengalami hal yang sama dengan klien.
(5) Going the distance (menjaga jarak): semakin jauh menjalin/menyelami
hubungan dengan tetap menjaga hubungan sebagai perawat-klien agar klien bisa
percaya sepenuhnya pada perawat dan responsibility serta caring secara total oleh
perawat kepada klien.

2.4.1.2 Knowing, yaitu usaha untuk mengetahui dan memahami terhadap


peristiwa yang mempunyai arti dalam kehidupan klien. Maintaining belief
merupakan dasar dari caring keperawatan, sementara knowing adalah memahami
pengalaman hidup klien dengan mengesampingkan asumsi perawat mengetahui
kebutuhan klien, menggali/menyelami informasi klien secara detail, sensitive
terhadap petunjuk verbal dan non verbal, fokus pada satu tujuan keperawatan,

15
serta mengikutsertakan orang yang memberi asuhan dan orang yang diberi asuhan
dan menyamakan persepsi antara perawat dan klien. Dengan demikian, knowing
adalah penghubung dari keyakinan keperawatan terhadap realita kehidupan.

Indikatornya adalah:
(1) Mengetahui kebutuhan dan harapan pasien;
(2) Manfaat perawatan dan kejelasan rencana perawatan;
(3) Hindari persyaratan untuk bertindak, karena perawat peduli pasien;
(4) Tidak hanya mengerti kebutuhan dan harapan tetapi fokus pada merawat
yang benar atau efisien dan berhasil guna atau efektif.

Subdimensi dari knowing antara lain :


(1) Avoiding assumptions, menghindari asumsi-asumsi
(2) Assessing thoroughly, melakukan pengkajian menyeluruh meliputi bio,
psiko, sosial, spitual dan kultural
(3) Seeking clues, perawat menggali informasi secara mendalam
(4) Centering on the one cared for, perawat fokus pada klien dalam
memberikan asuhan keperawatan
(5) Engaging the self of both, melibatkan diri sebagai perawat secara utuh dan
bekerja sama dengan klien dalam melakukan asuhan keperawatan yang efektif.

2.4.1.3 Being with (Kehadiran), yaitu kehadiran diri perawat untuk pasien.
Perawat tidak hanya hadir secara fisik saja, tetapi juga melakukan komunikasi
membicarakan kesiapan/ kesediaan untuk bisa membantu serta berbagi perasaan
dengan tidak membebani pasien. Perawat juga hadir dengan berbagi perasaan
tanpa beban dan secara emosional bersama klien dengan maksud memberikan
dukungan kepada klien, memberikan kenyamanan, pemantauan dan mengurangi
intensitas perasaan yang tidak diinginkan. Being with perawat bisa diperlihatkan
dengan cara kontak mata, bahasa tubuh, nada suara, mendengarkan serta
mempunyai sikap positif dan semangat yang dilakukan perawat, bisa membuat
suasana terbuka dan saling mengerti. Indikator saat merawat pasien adalah:
(1) Kehadiran kontak dengan pasien

16
(2) Menyampaikan kemampuan merawat
(3) Berbagi perasaan
(4) Tidak membebani pasien

Subdimensi dari being with, antara lain:


(1) Non-burdening: Perawat melakukan kerja sama kepada klien dengan tidak
memaksakan kehendak kepada klien melaksanakan tindakan keperawatan
(2) Convering availability: Memperlihatkan sikap perawat mau membantu klien
dan memfasilitasi klien dalam mencapai tahap kesejahteraan /well being.
(3) Enduring with: Perawat dan klien berkomitmen untukmeningkatkan
kesehatan klien.
(4) Sharing feelings: Berbagi pengalaman bersama klien yang berhubungan
dengan usaha dalam meningkatkan kesehatan klien.

2.4.1.4 Doing for (Melakukan), artinya bekerja sama melakukan sesuatu


tindakan yang bisa dilakukan, mengantisipasi kebutuhan yang diperlukan,
kenyamanan, menjaga privasi dan martabat klien. Dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan, perawat bisa memberikan konstribusi dalam pemulihan kesehatan
(atau sampai meninggal dengan damai).
Subdimensi dari doing for antara lain:
(1) Comforting, intervensi keperawatan perawat harus bisa memberi
kenyamanan dan menjaga privasi klien.
(2) Performing competently, perawat dituntut tidak hanya bisa berkomunikasi
tapi juga harus bisa memperlihatkan kompetensi maupun skill yang dimiliki
seorang perawat yang professional.
3) Preserving dignity, menjaga martabat klien sebagai individu atau
memanusiakan manusia.
4) Anticipating, selalu meminta izin ataupun persetujuan dari klien ataupun
keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan.
5) Protecting, menjaga hak-hak klien dalam memberikan asuhan keperawatan
dan tindakan medis.

17
2.4.1.5 Enabling (Memampukan) yaitu memampukan atau memberdayakan
klien, perawat memberikan informasi, menjelaskan memberi dukungan dengan
fokus masalah yang relevan, berfikir melalui masalah dan menghasilkan alternatif
pemecahan masalah agar klien mampu melewati masa transisi dalam hidup yang
belum pernah dialaminya sehingga bisa mempercepat penyembuhan klien ataupun
supaya klien mampu melakukan tindakan yang tidak biasa dilakukannya.
Subdimensi dari enabling antara lain:
(1) Validating, memvalidasi semua tindakan yang telah dilakukan
(2) Informing, menyampaikan informasi yang berhubungan dengan peningkatan
kesehatan klien dalam rangka memberdayakan klien dan keluarga klien.
(3) Supporting, memberi dukungan kepada klien untuk mencapai
kesejahteraan/well being sesuai kapasitas sebagai perawat.
(4) Feedback, memberikan umpan balik kepada klien atas usahanya mencapai
kesembuhan/well being.
(5) Helping patients to focus generate alternatives, membantu klien agar selalu
fokus dan ikut dalam program peningkatan kesehatannya baik tindakan
keperawatan maupun tindakan medis.

2.5. Perilaku Caring dalam Keperawatan


Skinner dalam Notoatmodjo (2012) merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dalam
hubungan relasi antar manusia, perilaku dapat diartikan sebagai suatu tindakan
atau reaksi yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Terminologi ‘perilaku
perawat’ dapat pula dimaksudkan sebagai tindakan seorang perawat dengan
pasien atau klien dalam suatu tindakan layanan kesehatan. Dengan demikian,
pelayanan keperawatan dengan sendirinya menjadi suatu perilaku yang berupa
tanggapan dan tindakan terhadap kebutuhan dan keinginan dari para pasien
(Anjaryani, 2009).

Perilaku caring keperawatan merupakan sikap peduli dari seorang atau suatu tim
perawat yang memudahkan pasien untuk mencapai peningkatan kesehatan dan
pemulihan. Perilaku tersebut merupakan bentuk kepedulian, permberian perhatian

18
yang khusus kepada orang lain, pengirmatan atas harga diri dan kemanusiaan,
serta komitmen untuk mencegah terjadinya status kesehatan yang memburuk,
memberi perhatian dan menghormati orang lain (Nursalam, 2014 dalam Kusmiran
2015).

Jean Watson secara khusus menyebutkan bahwa perilaku caring adalah esensi
dari keperawatan yang membedakan perawat dengan profesi lain yang
mendominasi serta mempersatukan tindakan-tindakan keperawatan (Kusmiran,
2015). Sedemikian esensialnya sehingga perilaku caring seorang perawat
menjadi kunci sukses bagi perawat dalam menjalankan profesinya untuk
mensintesa semua kejadian yang berhubungan dengan klien, mampu menganalisa,
mengintepretasikan, mempunyai kata hati, dan mengerti apa yang terjadi terhadap
masalah yang dihadapi klien (Rinawati, 2012).

2.6. Konsep Kepuasan Pasien


Memahami kebutuhan dan keinginan pasien adalah hal penting yang
mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat
berharga karena apabila pasien merasa puas mereka akan terus melakukan
pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak puas mereka
akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang pengalaman
buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien, rumah sakit harus menciptakan
dan mengelola suatu sistem untuk memperoleh pasien yang lebih banyak dan
kemampuan untuk mempertahankan pasiennya.

Arde Jr. (2017) yang mengajukan The Consonance Theory of Patient Satisfaction
membatasi konsep kepuasan pasien pada sejumlah konsep utama sebagai berikut:
Pertama, Ekspektasi Layanan Kesehatan adalah standar pribadi yang ditetap oleh
pasien terkait layanan keperawatan berdasarkan kebutuhan layanan kesehatan
yang dibutuhkan oleh pasien, persepsi pasien layanan kesehatan yang ideal dan
pengalaman perawatan kesehatan yang dialami sebelumnya oleh pasien. Kedua,
Perawatan Kesehatan Individual adalah tindakan perawatan yang diberikan oleh
perawat berdasarkan asesmen yang dibuatnya terhadap kebutuhan dan pilihan

19
pasien. Tindakan tersebut terikat pada: 1) situasi klinis, yaitu reaksi pasien secara
pribadi terhadap aspek-aspek klinis dari perawatan mereka, 2) situasi kehidupan
personal, yaitu latar belakang dan isu-isu personal yang mungkin dimiliki oleh
pasien, 3) tingkat kontrol keputusan atas perawatan yang mampu dan ingin
dicapai oleh pasien.

Karena aspek-aspek perawatan individual itu sangat beragam di antara pasien,


maka informasi-informasi tentang kepuasan harus dikumpukan dan digunakan
sehingga para pasien merasakan bahwa individualitasnya dikenali dengan utuh
dan dianggap sebagai suatu pertimbangan. Dengan demikian, kepuasan pasien
adalah hasil dari persesuaian antara ekspektasi pasien atas perhatian dan
perawatan aktual yang diterima dari perawat dan juga sebagai gambaran awal dari
Health-related Outcomes (hasil layanan terkait kesehatan) dan Quality of Care
(kualitas layanan) institusi.

Health-related Outcomes mengacu pada perilaku positif dan negative yang


didapatkan oleh pasien dari interaksi antara perawat dengan pasien yang
dipengaruhi dengan kepuasan mereka dari pengalaman aktual atas perawatan
kesehatan individual. Institutional Quality of Care merujuk pada efisiensi layanan
dan system perawatan institusioal yang terdiri atas berbagai layanan seperti:
layanan keperawatan, layanan medis,dll.

Sementara Pascoe dalam Krowinsky dan Steiber (2017) mendefinisikan kepuasan


pasien dari dua sisi yang berbeda (contrast model). Pasien memasuki rumah sakit
dengan serangkaian harapan dan keinginan. Bila kenyataan pengalaman selama
mendapatkan pelayanan di rumah sakit lebih baik daripada yang diharapkannya
maka mereka akan puas, sebaliknya bila pengalaman selama mendapatkan
pelayanan di rumah sakit lebih rendah (lebih buruk) daripada yang mereka
harapkan maka mereka akan merasa tidak puas. Pendapat lain dari Endang (dalam
Mamik; 2010) bahwa kepuasan pasien merupakan evaluasi atau penilaian setelah
memakai suatu pelayanan, bahwa pelayanan yang dipilh setidak-tidaknya
memenuhi atau melebihi harapan.

20
Berdasarkan uraian dari beberapa ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan pasien adalah hasil penilaian dalam bentuk respon emosional (perasaan
senang dan puas) pada pasien karena terpenuhinya harapan atau keinginan dalam
menggunakan dan menerima pelayanan perawat.

2.6.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien


Pelayanan yang baik merupakan elemen utama di rumah sakit dan unit kesehatan.
Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memenuhi
standar pelayanan yang optimal. Tuntutan tersebut merupakan bentuk
akuntabilitas rumah sakit sebagai bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang
bersifat komprehensif, mencakup aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif, serta sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat, supaya mampu
bersaing dengan rumah sakit lainnya.

Keberhasilan rumah sakit tidak hanya terletak pada kelengkapan fasilitas yang
diunggulkan, melainkan juga sikap dan layanan sumber daya manusia merupakan
elemen yang berpengaruh signifikan terhadap pelayanan yang dihasilkan dan
dipersepsikan pasien. Bila elemen tersebut diabaikan maka dalam waktu yang
tidak lama, rumah sakit akan kehilangan banyak pasien dan dijauhi oleh calon
pasien. Pasien akan beralih ke rumah sakit lainnya yang memenuhi harapan
pasien, karena pasien adalah pusat layanan dan asset asset yang sangat berharga
dalam mengembangkan industri rumah sakit.

Penelitian Ling Liu dan Jinming Fang (2019) merumuskan bahwa ada 3 (tiga)
faktor potensial yang mewakili alasan-alasan esensial dari kepuasan pasien.
Pertama: Faktor Kualitas Layanan Medis, termasuk di dalamnya kualitas
teknologi medis dan kemampuan layanan tenaga medis. Kedua: Faktor Biaya
Layanan Medis yang mewakili akses ekonomi pasien yang merupakan faktor
krusial yang mempengaruhi pilihan layanan medis oleh pasien. Ketiga: Faktor
Kenyamanan Layanan Medis yang meliputi aksibilitas layanan dan aksesibilitas
jarak. Hal ini menggambarkan bahwa kemampuan kualitas teknologi dan layanan
tenaga medis menjadi yang utama bagi pasien untuk merasakan kepuasan atas

21
layanan pemulihan dan penyembuhan yang didapatkannya di suatu fasilitas
layanan kesehatan.

Terkait layanan medis, penelitian oleh Gurusinga (2020) membuktikan adanya


hubungan yang signifikan perilaku caring perawat dengan nilai kepuasan pasien.
Penelitian tersebut menghasilkan gambaran perilaku caring tenaga perawat dan
kepuasan pasien yang dikategorikan menjadi empat yaitu: baik sejumlah 54,4%,
cukup 34,5%, kurang 10,3%, dan buruk 0,7% untuk perilaku caring perawat.
Sedangkan gambaran kepuasan pasien yaitu kategori sangat puas sejumlah 13,2%,
puas 65,5%, tidak puas 20,6% dan sangat tidak puas 0,7 %. Berdasarkan hasil
penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa perilaku caring tenaga
perawat berbanding lurus dengan rasa kepuasan pasien. Artinya, semakin tinggi
perilaku

2.7 Kerangka Teori

22
2.8 Kerangka Konsep Penelitian

Perilaku Caring
Aktualisasi perilaku caring kepada
pasien dalam bentuk layanan kuratif
dan karatif

Perawat Kesehatan sebagai Faktor


Dominan dalam Layanan Kesehatan di
Rumah Sakit

Kepuasan pasien diukur oleh perilaku


caring perawat

Variabel Independent: Perilaku Caring Variabel Dependen:


Perawat sesuai Dimensi Caring menurut Kepuasan pasien
Swanson yaitu: 1) Maintaining Belief, 2) terhadap perawatan
Knowing, 3) Being with, 4) Doing for, 5) oleh perawat.
Enabling Dengan kriteria:
Puas
Cukup Puas
Tidak Puas

Variabel Cofounding:
Umur, Pengalaman,
Pendidikan, Pekerjaan, Jenis
Kelamin,hari rawat

2.9 Hipotesa

Hipotesa dari penelitian ini adalah :


2.9.1 Ha : Ada hubungan antara pengetahuan tentang Caring Perawat dengan
kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Theresia Jambi.
2.9.2 Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan tentang Caring Perawat
dengan kepuasan pasien di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Theresia
Jambi.

23
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara perilaku
caring perawat terhadap kepuasan pasien dalam pelayanan rawat inap di Rumah
Sakit Santa Theresia Jambi. Desain analitik observasional dengan pendekatan
cros-sectional karena bertujuan untuk melakukan pengamatan terhadap adanya
hubungan antara variabel independen yaitu perilaku caring perawat dan dependen
yaitu kepuasan pasien dalam pelayanan diruang rawat inap di Rumah Sakit Santa
Theresia Jambi. karena pengumpulan data kedua variabel dilakukan sekaligus
pada suatu saat (point time approach) (Notoatmodjo, 2018). Dalam penelitian ini
peneliti ingin mengetahui hubungan perilaku caring perawat terhadap kepuasan
pasien di ruang rawat inap di Rumah Sakit Santa Theresia Jambi.

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional adalah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa
yang harus diamati dan mengukur suatu variabel atau konsep untuk menguji
kesempurnaan. Definisi operasional variabel ditemukan item-item yang
dituangkan dalam instrumen penelitian menurut Sugiyono dalam Sugiarto,
2016:

Tabel 1. Defenisi Operasional


Hasil
Variable Definisi Operasional Alat Ukur Skala data
ukur
Independen: Perilaku yang ditunjukkan Kuisioner Ordinal Menggunakan skala
Perilaku oleh perawat saat caring likert dimana terdapat
Caring memberikan asuhan behavior 20 pertanyaan positif
Perawat keperawatan berdasarkan inventory dan negative dengan
teori Swanson seperti : yang diisi skor alternatif
(1) Maintening Belief oleh jawaban
(menumbuhkan responden a. 5: Selalu
keyakinan pasien) b. 4: Sering
(2) Knowing ( mengetahui c. 3: kadang-kadang
dan memahami) d. 2: jarang
(3) Being with (Kehadiran) e. 1:tidak pernah

24
(4) Doing for (Melakukan)
(5) Enabling Kriteria
(Memampukan dan Baik: >75%
memberdayakan klien) Cukup: 56-75%
Kurang: 0 - 55
(Ardyatama, 2018)

Dependen: Ungkapan perasaan yang Kuisioner Ordinal Menggunakan skala


Tingkat dirasakan pasien terhadap yang diisi likert dengan 20
kepuasan pelayanan Kesehatan di oleh pertanyaan dengan
pasien ruang rawat inap Rumah responden jawaban:
Sakit Santa Theresia Jambi. A. Puas = 4
Berdasarkan Nasution 2009 B. Cukup Puas= 2-3
(1) Kemampuan C. Tidak Puas = 1
(2) Sikap Dengan kriteria
(3) Penampilan Tinggi : 90-120
(4) Perhatian Sedang : 60-89,9
(5) Tindakan Rendah : 30-59.9
(6) Tanggung jawab (Nasution, 2009)

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2018). Sampel adalah Sebagian dari populasi atau bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut prosedur (Teknik sampling) tertentu
sehingga dapat mewakili populasinya.

3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat selama bulan Mei - Juni
2022 di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Theresia Jambi yang rata-rata jumlah
pasien rawat inap setiap bulannya sebanyak 155 orang. Terdiri dari 3 ruang rawat
inap keperawatan yaitu Ruang Bulian, Ruang Tembesu dan Ruang Meranti.
Adapun klasifikasi ruangan ini merawat pasien berdasarkan tingkatan kelas rawat
inap. Ruang Bulian merupakan ruang perawatan kelas Super VIP dan VIP
sebanyak 17 tempat tidur, Ruang Tembesu merupakan ruang perawatan kelas 1
dan kelas 2 yang terdiri dari 40 tempat tidur serta Ruang Meranti yang merupakan
ruang perawatan kelas 3 yang terdiri dari 30 tempat tidur. Berdasarkan data
jumlah kunjungan selama Januari s.d. Maret 2022 maka dari ketiga ruangan

25
tersebut ditentukan sampel berdasarkan rata-rata kunjungan rawat inap sebesar
155 pasien per bulan.

3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Arikunto, yaitu bila objek
populasi lebih besar dari 100, maka sampel dapat diambil antara 10 – 15 %
responden. Dalam hal ini sampel yang digunakan oleh peneliti adalah 22
responden( 15%) dengan pembagian sampel per ruangan berdasarkan tingkat
kepadatan populasi ruangan inap. Dalam hal ini berdasarkan jumlah kunjungan
terbesar maka ditentukan besarnya sampel untuk ruangan Bulian sebanyak 5
responden, untuk ruangan Tembesu sebanyak 10 responden dan untuk ruangan
Meranti sebanyak 7 responden.

3. 4 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu penelitian akan dilakukan mulai tanggal 1 Mei – 30 Juni 2022. Lokasi
Penelitian akan dilaksanakan di ruang rawat inap Rumah Sakit Santa Theresia
Jambi, yang terdiri dari 3 ruangan rawat inap yaitu: Ruang Bulian, Ruang
Tembesu dan Ruang Meranti, beralamat di Jalan Dr. Sutomo No.19 Kota Jambi.

3. 5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


3.5.1 Teknik Sampling
Teknik sampling yang diambil adalah purposive Sampling yang memiliki kriteria
inklusi dan eksklusi.
3.5.1.1 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi dari penelitian ini adalah :
(1) Responden yang telah dirawat di ruang rawat inap selama 3 (tiga)
hari atau lebih.
(2) Bersedia menjadi responden
(3) Dapat berkomunikasi dengan baik.
(4) Bisa membaca dan menulis
(5) Sehat secara mental
(6) Pasien berusia 17-60 tahun

26
3.5.1.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria Eksklusi dari penelitian ini adalah:
(1) Responden yang baru dirawat di ruang rawat inap kurang dari 3
(tiga) hari.
(2) Tidak bersedia menjadi subjek penelitian
(3) Pasien yang mengalami penurunan kesadaran
(4) Usia kurang dari 17 tahun

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data


Pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah dengan cara survey
menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner yang berisi pernyataan untuk
mengetahui tingkat kepuasan pasien dan perilaku caring perawat. Pernyataan-
pernyataan yang diberikan berasal dari turunan 5 (lima) dimensi caring
berdasarkan Kristen M. Swanson yaitu: 1) Maintaining belief, 2) Knowing, 3)
Being with, 4) Doing for, 5) Enabling yang disesuaikan dengan Caring Behavior
Coding Scemes (Sophie Martensson, et al., 2020).

Kuisioner penelitian terdiri dari tiga kategori data yaitu data demografi,
pernyataan tentang perilaku caring perawat dan kepuasan pasien. Kuisioner
tentang perilaku caring perawat diadabtasi dari kuisioner Caring behavior
Inventory dan Kuisioner Kepuasana Pasien di adaptasi dari kuisioner patient
Catisfaction with nursing care quality questionnaire dari penelitian Laschinger,
McGillis, Pedersen &Almost,2005)

3.5.2. 1 Data Demografi


Data demografi responden yang terdiri dari umur, jenis kelamin, lama dirawat dan
tingkat pendidikan.

3.5.2. 2 Kuisioner Perilaku caring


Kuisioner perilaku caring perawat yang digunakan oleh peneliti adalah diadopsi
dari Kuisioner Caring Bahavior Inventory (CBI). Kuisioner terdiri dari 20
pernyataan positif dengan menggunakan skala likert dengan jawaban selalu,

27
sering, kadang-kadang, Jarang, tidak pernah. Adapun interpretasi penilaian, untuk
pertanyaan positif : Selalu = 5, Sering = 4, Kadang-kadang = 3, Jarang = 2, Tidak
pernah = 1.

Tabel 2. Kisi-kisi Kuisioner Caring

Jumlah Nomor
N0. Parameter pernyataan pernyataan
1. Mengetahui (Knowing) 4 1,2,3,4
2. Kehadiran (Being With) 4 5,6,7,8
3. Melakukan (Doing for) 4 9,10,11,12
4. Memungkinkan (Enabling for) 4 13,14,15,16
5. Mempertahankan Kepercayaann 4 17,18,19,20
(Maintaining beliefe)

3.5.2.3 Kuisioner Tingkat Kepuasan Pasien


Kuesioner kepuasan pasien ini diadopsi dari Nasution (2009) bahwasanya
kepuasan pasien pada pelaksanaan pelayanan keperawatan prima yang terdiri dari
20 pertanyaan yang dikembangkan dari faktor-faktor pelayanan keperawatan
prima yaitu; kemampuan (pertanyaan nomor 1-4), sikap (pertanyaan nomor 5-7),
penampilan (pertanyaan nomor 8-10), perhatian (pertanyaan nomor 11-14),
tindakan (pertanyaan nomor 15-17), dan tanggung jawab (pertanyaan nomor 18-
20).
Pertanyaan dibuat dalam jenis pernyataan positif.

Tabel 3. Kisi-kisi Kuesioner Kepuasan Pasien


NOMOR
No. ASPEK
JUMLAH
PERTANYAAN

1. Kemampuan 1,2,3,4 4

2. Sikap 5,6,7 3

28
3. Penampilan 8,9,10 3

4. Perhatian 11,12,13,14 4

5. Tindakan 15,16,17 3

6. Tanggung Jawab 18,19,20 3

3.6 Validitas dan Reabilitas Data


3.6.1 Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2018). Reliabilitas adalah indeks yang
mendapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil
penunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau gukuran itu
tetap konsisten (Notoatmodjo, 2018).
Kuesioner dalam penelitian ini untuk uji validitas variabel pertama diambil dari
(Ardyatama, 2018) dengan nilai validitas alpha 0,433 dan variabel kedua diambil
dari (Nasution, 2009) dengan nilai validitas alpha 0,159 keduanya sudah diuji
dengan hasil valid sehingga tidak perlu dilakukan uji validitas kembali.

3.6.2 Uji Reabilitas


Uji Reabilitas Kuesioner dalam penelitian ini variabel pertama diambil dari
(Ardyatama, 2018) dengan nilai cronbach alpha 0,738 dan variabel kedua 36
diambil dari (Nasution, 2009) yang telah dilakukan uji reliabilitas dengan
cronbach alpha 0,815 dan hasilnya valid sehingga tidak perlu dilakukan uji
reliabilitas kembali.

29
3.7 Etika Penelitian
Penelitian Kesehatan sangatlah terikat dengan moral dan kode etik yang
membatasinya. Dalam penelitian ini penulis menggunakan 4 prinsip dari
penelitian.

3.7.1 Prinsip menghormati martabat manusia dan hak masyarakat


Setiap orang berhak memiliki kebebasan pribadi yang tidak boleh dilanggar oleh
orang lain. Peneliti tidak boleh memaksakan kehendak kepada responden yang
akan diteliti. Peneliti wajib menjelaskan secara detail mengenai tujuan penelitian,
responden berhak menolak dan menyetujui penelitian yang akan dilakukan.
Apabila calon responden tidak bersedia maka pengambilan data tidak akan
dilakukan dan jika menerima responden berkewajiban untuk mengisi informed
consent.

3.7.2 Privacy dan konfidensialitas


Partisipan memiliki hak otonom secara sadar dan tanpa paksaan untuk setuju
berpartisipasi dalam penelitian yang akan dilakukan. Informasi yang diberikan
oleh responden adalah miliknya sendiri, tetapi karena peneliti memerlukan
informasi tersebut maka kerahasiaan data dari partisipan sangat perlu dijaga
kerahasiannya dengan cara cukup menuliskan inisial nama.

3.7.3 Prinsip keadilan (Justice)


Prinsip ini menegaskan peneliti tidak boleh membeda- bedakan berdasarkan status
sosial ekonomi, usia, tingkat pendidikan, mampu bersikap seimbang dan adil pada
semua responden dalam penelitian.

3.7.4 Prinsip berbuat baik (Beneficence)


Penelitian yang dilakukan hendaknya memberikan manfaat bagi masyarakat luas.
Dalam penelitian ini manfaat yang dapat diberikan kepada masyarakat adalah
masyarakat Jambi akan semakin mendapatkan pelayanan keperawatan yang lebih
berkualitas dengan diterapkannya perilaku caring dalam pelayanan kepada pasien
maupun keluarga pasien.

30
3.8 Pengolahaan Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan bantuan
program komputer dan dianalisis. Tahapan pengolahan dan analisis data sebagai
berikut :

3.8.1 Pengecekan Data (Editing)


Kuesioner yang dikumpulkan kemudian dilakukan pengecekan kelengkapan
pengisian. Apabila ada kuesioner yang belum lengkap maka peneliti
mengembalikan kepada responden untuk dilengkapi sebelum dikumpulkan
kembali bila memungkinkan, tetapi apabila tidak memungkinkan, maka
pertanyaan yang menjawab tidak lengkap dan yang tidak memenuhi syarat dipisah
dan tidak dilakukan pengolahan data tahap selanjutnya.

3.8.2 Pemberian Kode (Coding)


Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pemberian
kode responden yang berupa nomor responden. Selain itu juga pemberian kode
dilakukan juga pada data kategori seperti:
a. jenis kelamin : 1= laki-laki, 2= perempuan
b. Tingkat pendidikan: 1= SD, 2= SMP, 3= SMA , 4= perguruan tinggi.

c. Usia : 1= 17-31 tahun, 2= 32-45 tahun, 3= 46--60 tahun


d. Lama Dirawat di RS : 1= 3-4, 2= 5-6, 3=>7hari

3.8.3 Pemberihan Data (Cleaning)


Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk melihat kemungkinan
adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan sebagainya, dengan
cara membuat daftar distribusi frekuensi dari data yang ada.

31
3.8.4 Processing (Entry)
Setelah dilakukan kode, dan dilakukan cleaning, data yang terkumpul kemudian
dimasukkan kedalam program komputer untuk dianalisa dengan menggunakan
program komputer yang sesuai.

3.8.5 Tabulasi
Data yang telah diolah dan dianalisis, kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan
diagram untuk mempermudah dalam membaca hasil penelitian.

3.9 Analisis Data


Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat
dan bivariat. Analisis univariat bertujuan menilai secara deskriptif presentase
variabel yang diamati. Dalam penelitian ini, analisis univariat meliputi: usia, jenis
kelamin, lama dirawat dan tingkat pendidikan. Sementara analisis bivariat akan
melihat hubungan antara variabel bebas (independent) yaitu perilaku Caring
Perawat dan variabel terikat (dependent) yaitu kepuasan pasien terhadap layanan
keperawatan di rumah sakit, sehingga tergambarkan hubungan antara perilaku
caring perawat dengan tingkat kepuasan pasien.

Uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Spearman Rank Correlation
dan dibantu dengan program SPSS. Sebab data yang berskala ordinal digunakan
untuk mencari hubungan dan mencari hipotesis antara dua variabel. yaitu
hubungan antara perilaku caring perawat dan kepuasan pasien dalam pelayanan
perawatan. Uji korelasi Spearman Rank (Rho) merupakan cara mengukur tingkat
atau eratnya hubungan antara dua variabel yang skala ordinal. Kesimpulan yang
diambil pada uji Spearman adalah: 1. Kesimpulan untuk menerima H1 Jika nilai
sig < 0,05 maka H1 diterima, ada hubungan yang signifikan antara perilaku caring
perawat dan kepuasan pasien dalam pelayanan perawatan.

3.9.1 Arah Hubungan


Arah hubungan apakah r positif atau negatif. Bila nilai hasil = 0, maka terdapat
korelasi atau tidak ada hubungan antara variabel independen dan dependen, jika

32
koefisien korelasi (r) positif (r > 0) berarti terdapat hubungan yang positif dan
searah. Artinya bila terjadi kenaikan pada variabel X, maka akan diikuti kenaikan
variabel Y, atau jika terjadi penurunan pada variabel X maka akan diikuti
penurunan variabel Y. Koefisien korelasi (r) negatif (r < 0) berarti apabila terjadi
kenaikan X maka akan diikuti oleh penurunan pada variabel dependen. Jika
koefisien korelasi (r) positif (r > 0) berarti terdapat hubungan yang positif dan
searah. Artinya bila terjadi kenaikan pada variabel X, maka akan diikuti kenaikan
variabel Y, atau jika terjadi penurunan pada variabel X maka akan diikuti
penurunan variabel Y. Koefisien korelasi (r) negatif (r < 0) berarti apabila terjadi
kenaikan X maka akan diikuti oleh penurunan pada variabel Y atau sebaliknya
apabila terjadi penurunan pada variabel X maka akan diikuti oleh kenaikan pada
variabel nilai Y.

33
DAFTAR PUSTAKA

Putri, Evita Muslima Isnanda. (2020). Sistem Penilaian Kinerja Perawat Pelaksana
Berbasis Carinng. Banyumas: Pena Persada.

Perilaku Caring Perawat Profesional. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan


Universitas Erlangga (UAP).

Suryawati, Chriswandani. (2004). Kepuasan Pasien Rumah Sakit (Tinjauan


Teoritis dan Penerapannya pada Penelitian). JMPK Vol.07/No.
04/Desember/2004, 189-194.

Yuliawati, Ade Lisna. (2012). Gambar Perilaku Caring Perawat Terhadap Pasien
di Ruang Rawat Inap Umum RS DR H. Marzoeki Mahdi Bogor. (Skripsi,
Universitas Indonesia). Depok. Https....

Wirentanus, Lalu. (2019). Peran dan Wewenang Perawat dalam Menjalankan


Tugasnya Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2014 tentang
Keperawatan.

Jurnal Ilmu Hukum, 148-164. DOI: Https//doi.org/10.31764/mk:%20jih.2013


Elina, Agusta Dian., Kusnanto., Adiutama, Novian Mahayu.,
Sismulyanto., Rusmawati. (2019). Evaluation of Patient Satisfaction and
Nurse Caring Behaviour: BBased on Swanson's Theory. DOI:
10.5958/0976-5506.2019.02277.

Alsufyani, Abdulaziz M., Aldawsari, Abdulaziz A., Aljuaid, Sayer M., Almaki,
Khalid E., Alsufyani, Yasir M. (2020). Quality of Nursing Care in Saudi
Arabia: Are Emphaty, Advocacy and Caring Importance Attributes for
Nurses. Nurse Media Journal of Nursing, 10 (3), 2020, 244-259. DOI:
10.14710/nmjn.v10i3.32210.

34
Martensson, Sophie., Hodges, Eric A., Knutsson, Susanne., Hjelm, Carina.,
Brostrom, Anders., Swanson, Kristen M., & Bjork, Maria. (2020). Caring
Behaviour Coding Scheme Based on Swanson's Theory of Caring -
Development and Testing Among Undergraduate Nursing Students.
Scandinavian of Caring Sciences. DOI: 10.111/scs.12927. Retrieved from
http://urn.kb.se/resolve?urn=urn:nbn:lnu:diva-99615

Karaca, Anita & Durna, Zehra. (2019). Patient Satisfaction with the Quality of
Nursing Care. 535-545. DOI: 10.1002/nop2.237. Retrieved from
wileyonlinelibrary.com/journal/nop2.

Firmansyah, Cecep Solehudin., Noprianty, Richa., Karana, Indra. (2019). Perilaku


Caring Berdasarkan Teori Jean Watson di Ruang Rawat Inap. Jurnal
Kesehatan Vokasional, Vol. 4 No. 1 (Febbruari 2019). 33-48. DOI:
https://doi.org/10.22146/jkesvo.40957

Wuwung, Edgar Ch. Q., Gannika, Lenny., Karundeng, Michael. (2020) Perilaku
Caring Perawat dengan Kepuasan Pasien. Jurnal Keperawatan Volume 8
No. 1 (Febbruari 2020). 113-120.

Suprajitno., Sari, Yeni Kartika., Anggraeni, Elizabeth Niken Budi. (2020).


Relationship of Nurse Caring Behaviour with Patient Satisfaction at the
Emergency Department of Catholic Hospital of Budi Rahayu Blitar. Jurnal
NERS dan Kebidanan, 1-5. DOI: 10.26699/jnk.v7il.ART.p.001-005.

Coleman, Phil. (2021). Validity and Reliability within Qualitative Research in the
Caring Sciences. International Journal of Caring Sciences, Volume 14,
Issue 3, 2014-2045. Retrived from
www.internationaljournalofcaringsciences.org.

John Wiley n Sons. (2020). Scandinavian Journal of Caring Sciences

35
Lampiran 1 kuisioner

HUBUNGAN PERILAKU CARING PERAWAT TERHADAP

KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT

SANTA THERESIA JAMBI

Berilah tanda ( v ) pada kotak yang telah disediakan :


No. Responden :
A. Data Demografi
1. Umur
1. 17 – 27 Tahun 3. 39 – 49 Tahun 5. > 60 Tahun

2.28 – 38 Tahun 4. 50 – 60 Tahun

2. Jenis Kelamin
1. Laki-laki
2.Perempuan

3. Lama dirawat
1. 3-4 Hari
2. 5-6 Hari
3. > 7 Hari

4. Pendidikan
1. Tidak Sekolah 4. SMA
2.SD 5. Pendidikan Tinggi
3. SMP

36
Kuisioner Caring Perawat
Kuesioner yang digunakan oleh peneliti berdasarkan alih bahasa dari kuesioner
Caring Behavior Inventory (CBI-24)
Petunjuk pengisian:
Beri tanda check (✓) di kolom yang sesuai dengan kondisi Anda
SL : Selalu
S : Sering
KD : Kadang-kadang
JR : Jarang
TP : Tidak pernah

No. Pernyataan SL SR KD JR TP
1 Perawat memberikan pengobatan
/perawatan secara tepat
2 Perawat mengetahui cara
memberikan IV, memasang alat-
alatseperti infus
3 Perawat mampu menggunakan
alat secara kompeten misalnya
mampu menggunakan mesin
nebulator.
4 Perawat menunjukkan rasa
empati atau mengidentifikasi
masalah pasien (perawat
menanyakan apa yang
dirasakan pasien, apa yang bisa
dibantu)
5 Perawat mendengarkan keluhan,
perasaan dan masukan pasien
dengan penuh perhatian

37
6 Perawat berbicara dengan pasien
7 Perawat menganjurkan pasien
untuk memanggil jika ada
masalah
8 Perawat menemui pasien selama
baik dibutuhkan atau tidak
(minimal 2x selama dinas)
9 Perawat melayani pasien sebagai
seorang individual dan
menghormati hak-hak pasien,
menghargai keinginan pasien.
10 Perawat sabar dan tak kenal
lelah dalam merawat pasien
11 Perawat merespon secara cepat
terhadap panggilan pasien.
12 Perawat membantu mengurangi
rasa sakit pasien
13 Perawat meringankan keluhan
pasien.
14 Perawat memberikan instruksi
atau mengajari pasien tentang
penyakit dan terapinya.
15 Perawat membantu pasien untuk
meningkatkan perilaku sehat
(sepertimengedukasi perawatan
mandiri)
16 Perawat mengiku tsertakan
pasien dan keluarga dalam
perawatan.
17 Perawat memberikan dukungan
kepada pasien seperti
memberikan motivasi kepada
pasien supaya sembuh, memberi
pujian kepada pasien untuk

38
mampu memberikan
perawatan mandiri
18 Perawat penuh percaya diri
dihadapan pasien
19 Perawat menunjukkan
pengetahuan dan kemampuan
yang profesional
20 Perawat memberikan informasi
dengan penuh keyakinan.

39
Kuisioner Kepuasan Pasien

(diadaptasi dari Nasution 2019)

INSTRUMEN KEPUASAN PASIEN DI RUANG RAWAT INAP


RUMAH SAKIT SANTA THERESIA JAMBI

Berikan tanda cek list ( √ ) pada pernyataan dibawah ini.


1. Perawat memperkenalkan diri kepada anda
Ya
Kadang-kadang
Tidak
2. Dalam melayani pasien, perawat bersikap sopan dan ramah
Ya
Kadang-kadang
Tidak
3. Perawat menjelaskan peraturan atau tata tertib rumah sakit saat pertama kali
anda masuk rumah sakit.
Ya
Kadang-kadang
Tidak
4. Perawat menjellaskan fasilitas yang tersedia di rumah sakit pada pasien baru
Ya
Kadang-kadang
Tidak
5. Perawat menjelaskan dimana tempat-tempat yang penting untuk kelancaran
perawatan (kamar mandi, ruang perawat, tata usaha dan lain-lain)
Ya
Kadang-kadang
Tidak
6. Perawat menjelaskan tujan perawatan pada pasien
Ya
Kadang-kadang
Tidak

7. Ada perawat atau kepala ruangan yang mengonfirmasikan pasien tentang


perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien
Ya
Kadang-kadang
Tidak

40
8. Perawat memperhatikan keluhan pasien
Ya
Kadang-kadang
Tidak

9. Perawat menanggapi keluhan pasien


Ya
Kadang-kadang
Tidak
10. Perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh pasien
Ya
Kadang-kadang
Tidak
11. Perawat memberikan penjelasan sebelum melakukan tindakan keperawatan
Ya
Kadang-kadang
Tidak
12. Perawat meminta persetujuan kepada pasien atau keluarga sebelum melakukan
tindakan keperawatan
Ya
Kadang-kadang
Tidak

13. Perawat menjelaskan prosedur tindakan yang dilakukan sebelum melakukan


tindakan
Ya
Kadang-kadang
Tidak
14. Perawat menjelaskan resiko atau bahaya suatu tindakan pada pasien sebelum
melakukan tindakan
Ya
Kadang-kadang
Tidak
15. Perawat memberikan keterangan atau penjelasan dengan lengkap dan jelas ?
Ya
Kadang-kadang

41
Tidak
16. Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin
Ya
Kadang-kadang
Tidak
17. Perawat selalu menjaga kebersihan rumah sakit
Ya
Kadang-kadang
Tidak
18. Perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya
diri?
Ya
Kadang-kadang
Tidak
19. Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu berhati-haTI?
Ya
Kadang-kadang
Tidak
20. Setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai kembali
keadaan anda?
Ya
Kadang-kadang
Tidak

42
LEMBAR KONSULTASI PRAKTIKUM MK
METODOLOGI PENELITIAN

Nama Mahasiswa : Sagita Fransiska


Judul Penelitian : Hubungan Perilaku Caring Perawat Terhadap Kepuasan
Pasien di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Santa Theresia
Jambi
Pembimbing : Sr. Therese Maura Hardjanti,CB., MSN.

Hari/ Tanda
No Materi Konsultasi Saran Pembimbing Tangan
Tanggal
Pembimbing

Tema / Judul masih bersifat


1. Rabu, 30 Tema / topik penelitian
deskriptif. Agar diperbaharui
Maret 2021 (Via Wa Call).
menjadi lebih jelas dan tidak
Jam . 18.00-
mengangkat topik tentang covid
18.10 WIB
karena sebentar lagi masalah
pandemi sudah tidak relevan
karena akan berubah menjadi
Endemi.

2. Kamis, 31 BAB 1 - Dalam penulisan latar


Maret 2021 Latar Belakang belakang permasalahan yang
Jam : 17.30 sd diangkat harus tajam, kenapa
18.15 WIB Bukti link: permasalahan tersebut menjadi
https://meet.google.co menarik untuk dijadikan
m/ycq-hafn-swt sebagai latar belakang.
- Literatur /jurnal yang terbaru
min 5 th yang lalu bila tidak
ada paling lama 10 th yang
lalu.

43
- Cari jurnal / hasil-hasil
penelitian yang sama tentang
caring dan jurnal tentang
kepuasan pasien untuk menjadi
pembanding.
- Karena teori caring yang
dominan memakai teori dari
Watson maka dianjurkan untuk
mencari jurnal yang berasal
dari amerika cari 1 atau 2
jurnal.
- Prevalensi caring dimulai dari
lingkup internasional,
kemudian prevalensi nasional
baru lingkup rumah sakit.
- Untuk pengertian caring dapat
dipindahkan ke BAB 2.
- Tujuan khusus dipisahkan
antara tingkat pengetahuan dan
tingkat keterampilan, jangan
digabung.
- Mempharafrasekan masa
pandemic covid bisa diubah
menjadi caring dalam situasi
ke emergencian. Sehingga bisa
dipakai dimasa/situasi lain
selain pandemic.
- Dalam penulisan manfaat
penelitian agar lebih diperinci
lagi.

44
3. Minggu, BAB 1 - Perbaikan kalimat – kalimat
3April 2022
Revisi Latar Belakang . yang rancu di paragraph 1
Pukul 17.00 alinea 1.
sd 17.15 WIB
Bukti link : - Cari jurnal penelitian terbaru
https://meet.google.co tentang teori Swanson
m/zqh-kgnb-mtz - Perbaiki cara penulisan citasi
pada halaman 4. Sesuai dengan
kaidah yang berlaku
- Penulisan kalimat “advokasi,
empati dan caring merupakan
kompenen-komponen esensial
dalam praktik keperawatan”
pada halaman 4 menjadi rancu
agar diperbaiki.

4. Minggu, BAB 2 - Carilah jurnal penelitian yang


3 April 2022 Tinjauan Pustaka memakai elemen Swanson
Pukul17.15 sd untuk memperkuat BAB 1.
17.45 WIB Bukti link : - Kerangka konsep terlalu
https://meet.google.co Panjang, agar disederhanakan
m/zqh-kgnb-mtz saja agar lebih spesifik.
- Pelajari lagi tentang kerangka
konsep penelitian.
- Instrument penelitian BAB 3
sebaiknya sesuai dengan teori
Jean Watson.
- Secara umum untuk BAB 1
dan BAB 2 sudah lumayan
sesuai bisa dilanjutkan dengan
BAB 3.

45
5. Senin, 4 April BAB 3 Menanyakan cara penentuan
2022 (Via WA Chat) populasi dalam penelitian, apakah
pasien dan perawat bisa dijadikan
sebagai populasi? Saran: populasi
hanya 1 saja yaitu pasien sebagai
populasi. Hubungan bisa kelihatan
maka hanya pasien saja yang akan
dijadikan sebagai populasi.

6. Rabu, 6 April Revisi BAB 1 Memperbaiki BAB 1 sesuai


2022
Link : dengan kaidah penulisan,
Pukul : 18.00
sd 18.30 WIB https://meet.google.co Masukkan teori of human care
m/iwm-xuhx-sdm
Jean Watson.

Masukkan 5 unsur ruang lingkup


penelitian.

7. Rabu, 6 April Revisi BAB 2 Urutan Konsep Teori yang


2022
Link gmeet: pertama menurut Jean Watson,
Pukul : 18.30 teori human sciences and care, 8
sd 19.00 WIB https://meet.google.co
m/iwm-xuhx-sdm asumsi caring menurut Jean
Watson.

Temukan sumber Pustaka tentang


kepuasan pasien terhadap kinerja
perawat professional.

8. Rabu, 6 April BAB 3 Penyusunan daftar isi sesuai


2022
Link gmeet: modul dan sistematis.
Pukul 19.00
sd 19.40 WIB https://meet.google.co Perbaiki pada metode dan konsep
m/iwm-xuhx-sdm
serta analisis

9. Minggu, 10 BAB 3 Bila ada kesempatan bisa


April 2022

46
Pukul : 17.30 Link gmeet: ditambahi untuk tinjauan Pustaka,
WIB sd
https://meet.google.co belum tergambarnya konsep
18.10WIB
m/nhn-vzrm-hgm keperawatan professional dalam
tinjauan teoritis. Survey kepuasan
pasien berdasarkan survey
keperawatan professional. Bisa
dilengkapi untuk proposal
penelitian. Untuk proposal
Metodologi penelitian sudah bisa
di perbaiki dan ACC dikumpul.

Yogyakarta, 11 April 2022


Pembimbing Praktikum,

(Sr. Therese Maura Hardjanti, CB,MSN)

47

Anda mungkin juga menyukai