Disusun oleh:
SAGITA FRANSISKA
NIM : 202254059
Pujian dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas praktek profesi Ners untuk mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah III dalam Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
(STIKES) Panti Rapih Yogyakarta.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus
memberikan doa, bantuan, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Penulis menyadari pula bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan keterbatasan waktu dan tempat serta keterbatasan
pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala
bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
dunia keperawatan.
Penulis
Sagita Fransiska
BAB 1
PENDAHULUAN
Kondisi yang sering terjadi pada pasien yang dirawat di ruang ICU yaitu
hemodinamik yang tidak stabil dan dapat dilihat dari peningkatan MAP,
denyut jantung, frekuensi pernafasan dan penurunan saturasi oksigen
(Malbrain et al., 2016). Pada keadaan gangguan hemodinamik, diperlukan
pemantauan dan penanganan yang tepat karena kondisi hemodinamik
sangat mempengaruhi fungsi penghantaran oksigen dalam tubuh dan
melibatkan fungsi jantung. Oleh sebab itu, penilaian dan penanganan
hemodinamik merupakan bagian penting pada pasien ICU. (Leksana, 2011).
Salah satu jenis terapi komplementer yang menurut literature banyak terbukti
berpengaruh terhadap kesejahteraan bagi tubuh, yaitu foot massage
(Kusharyadi, 2011). Terapi foot massage merupakan tindakan manipulasi
jaringan ikat dengan tekniki pijatan, gosokan atau meremas untuk
memberikan dampak pada peningkatan sirkulasi, memperbaiki sifat otot dan
memberikan efek relaksasi (Potter, 2019). Beberapa penelitian telah
membuktikan manfaat foot massage secara luas, salah satunya adalah
pengaruh foot massage terhadap perubahan parameter hemodinamik non
invasif. Foot massage dapat menurunkan MAP, nadi, dan RR (Çankaya, A.,
& Saritaş, S. 2018).
1.3 Manfaat
Evidence Based Pratice dapat menjadikan gambaran bagi mahasiswa dan
perawat serta teman sejawat dalam pemberian intervensi berdasarkan
hasil penelitian dalam mengatasi instabilitas status hemodinamik di Ruang
ICU dengan terapi foot massage. .
BAB 2
TINJAUAN TEORI
Gagal jantung adalah sindrom klinik dengan abnormalitas dari struktur atau
fungsi jantung sehingga mengakibatkan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah ke jaringan dalam memenuhi kebutuhan metabolisme
tubuh (Darmojo, 2014 cit Ardini 207).
2.1.2 Klasifikasi
New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam 4
kelas: (Mansjoer dan Triyanti, 2007)
kelas 1 Bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tampa keluhan
kelas 2 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat dari aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
kelas 3 Bila pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa
keluhan.
kelas 4 Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan
harus tirah baring.
2.1.3 Etiologi
Mekanisme yang mendasari gagal jantung meliputi gangguan kemampuan
kontraktilitas jantung yang menyebabkan curah jantung lebih rendah dari
normal. Bila curah jantung berkurang, sistem saraf simpatis akan
mempercepat frekuensi jantung untuk mempertahankan curah jantung. Bila
mekanisme kompensasi ini gagal untuk mempertahankan perfusi jaringan
yang memadai, maka volume sekuncup jantunglah yang harus
menyesuaikan diri untuk mempertahankan curah jantung.
Jika terjadi gagal jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi yang terjadi
baik pada jantung dan secara sistemik. Jika volume sekuncup kedua ventrikel
berkurang akibat penekanan kontraktilitas atau afterload yang sangat
meningkat, maka volume dan tekanan pada akhir diastolik di dalam kedua
ruang jantung akan meningkat. Hal ini akan meningkatkan panjang serabut
miokardium pada akhir diastolik dan menyebabkan waktu sistolik menjadi
singkat.
Jika kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi dilatasi ventrikel.
Cardiac output pada saat istirahat masih bisa berfungsi dengan baik tapi
peningkatan tekanan diastolik yang berlangsung lama (kronik) akan
dijalarkan ke kedua atrium, sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya
tekanan kapiler akan meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan
dan timbul edema paru atau edema sistemik.
2.1.4 Patofisiologi
2.1.4.1 Pathflow CHF
Disfungsi Beban Beban Peningkatan Beban Penyakit Aterosklerosis Hipertensi
miokard (AMI) tekanan Sistolik kebutuhan Volume jantung
metabolisme koroner pulmonal
Miokarditis berlebih berlebih meningkat (Stenosis
katup AV,
Stenosis
Beban katup Gangguan
Kontraktilitas
systole Preload tarnponade,
aliran
perikardium,
darah ke
pericarditis
konstruktif otot
Kontraktilitas jantung
Hambatan
pengosongan Disfungsi
tentrikel Miokardium
Beban Atrofi
COP jantung serabut
otot
Pendidikan Kesehatan
a. Informasikan pada pasien, keluarga dan pemberi perawatan tentang
penyakit dan penanganannya.
b. Monitoring difokuskan pada : monitoring BB setiap hari dan intake
natrium.
c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF : pemberian makanan tambahan yang
banyak mengandung kalium seperti; pisang, jeruk, dan lain-lain
d. Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi
dengan bantuan terapi.
2.2 Hemodinamika
2.2.1 Pengertian Hemodinamika
Hemodinamika adalah ilmu yang mempelajari pergerakan darah dan daya
yang berperan di dalamnya. Hemodinamika erat kaitannya dengan
mekanisme sirkulasi darah dalam tubuh (Saputro, 2013). Hemodinamik
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan volume, jantung, dan
pembuluh darah. Hemodinamik ini diatur oleh system saraf simpatik dan
parasimpatik (Katili, 2015). Sistem peredaran darah terdiri dari jantung dan
system pembuluh darah bercabang yang luas, yang fungsi utamanya adalah
transportasi oksigen, nutrisi dan zat-zat lain serta panas ke seluruh tubuh.
Dalam konteks medis, istilah hemodinamik merujuk pada ukuran dasar fungsi
kardiovaskular, seperti tekanan arteri atau curah jantung (Secomb, 2017).
Evaluasi utama dari kondisi hemodinamik dilakukan dengan menilai denyut
jantung (HR) dan tekanan darah rata-rata (BP) sebagai pengganti perfusi
jaringan (Truijen, et al, 2017).
b. Non Invasif
Menurut Marik dan Baram (2007) parameter non invasif yang sering
digunakan untuk menilai hemodinamik pasien adalah:
1) Pernapasan
Frekuensi pernapasan atau RR pada pasien yang menggunakan
ventilasi mekanik ditentukan pada batas atas dan batas bawah.
Batas bawah ditentukan pada nilai yang dapat memberikan
informasi bahwa pasien mengalami hipoventilasi dan batas atas
pada nilai yang menunjukkan pasien mengalami hiperventilasi.
Pengaturan RR pada pasien disesuaikan dengan usia pasien
(Sundana, 2008). Frekuensi pernapasan normal pada usia
neonates: 30 sampai dengan 60 kali/menit, 1 bulan sampai 1 tahun:
30 sampai dengan 60 kali/menit, 1 sampai 2 tahun: 25 sampai
dengan 50 kali/menit, 3 sampai 4 tahun: 20 sampai dengan 30
kali/menit, 5 sampai 9 tahun dan usia lebih dari 10 tahun: 15 sampai
dengan 30 kali/menit. Pada pasien dewasa lebih sering digunakan
pada angka 12-24x/menit (Matondang, Wahidiyat & Sastroasmoro,
2009).
2) Saturasi Oksigen (SaO2)
Pemantauan SaO2 menggunakan pulse oximetry untuk mengetahui
prosentase saturasi oksigen dari hemoglobin dalam darah arteri.
Pulse oximetry merupakan salah satu alat yang sering dipakai untuk
observasi status oksigenasi pada pasien yang portable, tidak
memerlukan persiapan yang spesifik, tidak membutuhkan kalibrasi
dan non invasif. Nilai normal SaO2 adalah 95-100% (Fergusson,
2008).
3) Tekanan darah
Tekanan darah merupakan gaya yang ditimbulkan oleh darah
terhadap dinding pembuluh, bergantung pada volume darah yang
terkandung di dalam pembuluh dan daya regang, atau ditensibilitas
dinding pembuluh (seberapa mudah pembuluh tersebut
diregangkan). Pada saat sistole ventrikel, satu sisi sekuncup darah
masuk ke arteri dari ventrikel, sementara hanya sekitar sepertiga
dari jumlah tersebut yang meninggalkan arteri untuk masuk ke
arteriol. Selama diastol, tidak ada darah yang masuk ke arteri,
sementara darah terus keluar dari arteri, didorong oleh recoil elastic.
Foot massage merupakan salah satu terapi komplementer yang aman dan
mudah diberikan dan mempunyai efek meningkatkan sirkulasi,
mengeluarkan sisa metabolisme, meningkatkan rentang gerak sendi,
mengurangi rasa sakit, merelaksasikan otot dan memberikan rasa nyaman
pada pasien (Afianti, 2017). Foot massage adalah manipulasi jaringan lunak
pada kaki secara umum dan tidak terpusat pada titik-titik tertentu pada
telapak kaki yang berhubungan dengan bagian lain pada tubuh
(Abduliansyah, 2018).
Sebagai salah satu terapi non konvensional yang dapat digunakan sebagai
salah satu alternatif, foot massage terbukti dapat menimbulkan efek relaksasi
pada otot-otot yang kaku sehingga terjadi vasodilatasi yang menyebabkan
tekanan darah turun secara stabil (Ainun dkk., 2021). Terapi ini bertujuan
untuk menurunkan tekanan darah, mengurangi kegiatan jantung dalam
memompa, dan mengurangi mengerutnya dinding-dinding pembuluh nadi
halus sehingga tekanan pada dinding dinding pembuluh darah berkurang dan
aliran darah menjadi lancar.
Hasil penelitian Unal dkk (2016), pada pasien hemodialisis yang mengalami
kelelahan karena berbagai alasan yaitu ketidakseimbangan cairan elektrolit,
abnormal pengeluaran energi, dan depresi yang menyebabkan pasien
mengalami gangguan tidur. Hasil pada penelitian mereka menyatakan bahwa
pijat efektif dalam meningkatkan kualitas tidur. Terapi pijat dianggap
menghasilkan efek terapeutik dan untuk menurunkan kadar kortisol,
norepinefrin,dan epinefrin dengan merangsang sistem saraf, sehingga
meningkatkan kualitas tidur pasien. Tetapi pijat pada kaki lebih efektif karena
pijat kaki bagian bawah secara sistematik dan ritmik akan mengurangi
ketegangan otot, menciptakan suasana relaks yang pada akhirnya dapat
memperbaiki kualitas tidur pasien.
3.1. Kasus
Nama pasien : Tn. L
Usia : 86 tahun
Dikaji tanggal : 19 Januari 2023 (jam 08.00WIB)
Keluhan pasien saat dikaji:
Keluhan utama saat dikaji adalah sesak nafas disertai badan lemas, batuk
berdahak. Saat dikaji didapatkan data objektif TD: 150/90MmHg HR: 95x/mnt
RR: 30x/mnt . terpasang 0ksigen 3L/mnt nasal kanul. Saturasi 97% dengan
nasal kanul, 93% on air. MAP: 110 MmHg. Pada pemeriksaan paru terdengar
suara tambahan ronchi. Pasien Riwayat perokok berat diwaktu mudanya dan
Riwayat berhenti merokok tahun usia 59 th.
3.2 Telaah Jurnal
TELAAH
JURNAL 1 JURNAL 2
JURNAL
Judul Jurnal Aplikasi Foot Massage untuk Pengaruh Terapi Pijat Kaki
Menstabilkan Hemodinamik di Terhadap Status
Ruang Intensive Care Unit Hemodinamik pada Pasien
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Terpasang Ventilator di
Soeradji Tirtonegoro Klaten Intensive Care Unit (ICU)
RSUD Ulin Banjar Masin
Nama Penulis Arditya Kurniawan Izma Daud
Beti Kristinawati Revina Nurul Sari
Nur Widayati
Tahun 2019 2020
P Problem: Problem:
31 pasien yang di rawat di
6 dari 8 pasien di Ruang ICU
Ruang ICU pada rentang
mengalami ketidakstabilan
Desember 2019 – Januari 2020
hemodinamik yaitu yang
mengalami
ditandai dengan Tekanan
ketidakstabilanhemodinamik
Darah, MAP, Heart Rate,
dengan parameter yang terdiri
Respiratory rate, dan Saturasi
atas: tekanan darah, heart rate.
O2 mengalami keadaan yang
MAP, saturasi oksigen dan
berubah-ubah dari batas
respirasi.
normal.
Populasi: Populasi:
10 pasien yang di rawat di 31 responden yang diteliti
ruang ICU RSUP dr. Soeradji diruang ICU RSUD Ulin
Tirtonegoro Klaten, Banjarmasin sebagian
Karakterisitk reponden dari 10 besar responden dengan
pasien, 7 orang berjenis jenis kelamin laki-laki yaitu
kelamin laki-laki dan 3 pasien berjumlah 21 orang (68%)
berjenis kelamin perempuan, dan perempuan berjumlah
dan rata-rata usia terbanyak 10 orang (32%).
adalah diatas 60 tahun
I Intervensi foot massage Intervensi foot massage
sebanyak 2 (dua) kali pada sebanyak 1 (satu) kali pada
pasien di Ruang ICU untuk pasien di Ruang ICU untuk
menstasbilkan status menstasbilkan status
hemodinamik hemodinamik
C foot massage memberi Foot massage berpengaruh
pengaruh terhadap penurunan terhadap penurunan tekanan
MAP, penurunan denyut darah sistol dan diastol, mean
jantung, penurunan frekuensi arteri pressure, heart rate, dan
pernafasan, namun terdapat respirasi dan tidak
peningkatan saturasi oksigen berpengaruh terhadap saturasi
oksigen.
O Penerapan aplikasi foot Penerapan foot massage
massage yang dilakukan pada therapy yang dilakukan pada
pasien kritis dengan pasien kritis yang terpasang
ketidakstabilan hemodinamik di ventilator di Ruang ICU
Ruang ICU memberikan memberikan manfaat
manfaat menstabilkan menstabilkan hemodinamik
hemodinamik pada HR, RR, pada tekanan darah, nadi,
dan MAP, sehingga dapat MAP, dan respirasi.
menurunkan hari perawatan
pasien di ICU.
Terapi Foot Massage ini dipilih untuk diterapkan karena kaki merupakan
daerah yang mudah diakses, tidak memerlukan terlalu banyak pergerakan
dan merupakan salah satu terapi komplementer yang aman dan mudah
diberikan dan mempunyai efek meningkatkan sirkulasi, mengeluarkan sisa
metabolisme, meningkatkan rentang gerak sendi, mengurangi rasa sakit,
merelaksasikan otot dan memberikan rasa nyaman pada pasien (Afianti,
2017).
3.4 Implementasi
3.4.1 Terapi Foot Massage pada Tn. L (86 tahun)
Tanggal: 19 Januari 2023, Waktu: Pkl. 08.00 WIB sd 08.10 WIB
Subjektif : Pasien mengatakan sesak nafas, badan lemas
Objektif : Pasien tampak lemah, kesadaran : CM TD: 140/90 MmHg,
HR: 90x/mnt RR: 32x/mnt, SPO2: 97% dengan O2 3l/mnt
nasal canul dan 93% dengan udara bebas. MAP:106.6
MmHg
Analisis : Gangguan pertukaran gas
Intervensi : Penerapan Terapi Foot Massage
3.4.2 Pembahasan
Pasien CHF yang dirawat di Ruang ICU rata-rata mengalami ketidakstabilan
hemodinamik yang ditandai dengan peningkatan MAP, denyut jantung dan
frekuensi pernafasan serta penurunan saturasi oksigen. Hemodinamik
adalah pemeriksaan aspek fisik sirkulasi darah, fungsi jantung dan
karakteristik fisiologis fascular verifier.
Pada aplikasi Terapi Foot Massage yang dilakukan selama 3 hari bertutut-
turut terhadap Tn. L didapati data TTV sebelum dilakukan terapi foot
massage yaitu : TD: 140/90 MmHg HR: 90x/mnt RR: 32x/mnt terpasang O2
3 liter per menit nasal canul SPO2: 97%, MAP: 106 MmHg pasien mengeluh
lemas dan sesak. Setelah dilakukan terapi foot massage selama 3 (tiga)
hari terjadi perbaikan terhadap tanda-tanda vital pasien. Pada pengukuran
akhir didapatkan data TD: 130/90 MmHg HR: 80x/mnt RR: 30x/mnt SPO2 :
99% dengan O2 2liter nasal dan 95 % O2 udara bebas, MAP: 103MmHg.
Pasien mengatakan sesak berkurang dan lemas berkurang. Pasien terlihat
lebih rieks dari sebelum dilakukan terapi foot massage. Hal itu
menunjukkan banhwa penerapan terapi memberikan respon positif pada
perbaikan TTV pasien dan keluhan pasien yaitu: rasa lelah berkurang sesak
berkurang.
3.5 Hambatan
3.5.1 Hambatan yang dialami penulis adalah kurangnya jumlah responden karena
penulis hanya bisa menerapkan terapi foot massage kepada 1 (satu) orang
pasien, sebab saat penulis bertugas/berdinas hanya ada 1 (satu) orang
pasien dengan CHF yang dirawat di Rumah Sakit Santa Teresia Jambi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Gagal Jantung Kongestif (CHF) adalah suatu keadaan patofisiologis berupa
kelainan fungsi jantung sehingga jantung tidak mampu memompa darah
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian volume diastolik secara abnormal
(Mansjoer dan Triyanti, 2017). Pada pasien-pasien dengan diagnosa gagal
jantung biasanya selalu terjadi ketidak seimbangan hemodinamik.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi Perawat dan Rumah Sakit
Aplikasi terapi foot massage sebagai suatu terapi komplementer dapat
dijadikan sebagai pilihan non farmakologi dalam asuhan keperawatan pada
pasien yang mengalami gangguan ketidak seimbangan hemodinamik
khususnya pasien-pasien yang berada di ruangan ICU rumah sakit. Selain
karena mudah dilakukan dan tidak beresiko untuk pasien-pasien yang dalam
perawatan ICU juga terbukti dapat meningkatkan kestabilan hemodinamik
pada tensi, nadi, MAP, RR dan saturasi oksigen.
DAFTAR PUSTAKA
Aaronson, I. Philip. and Ward, P.T. Jeremy., (2010). At a Glance Sistem
Kardiovaskuler. Jakarta : EGC.
Adam Ginting, Dameria (2020) Pengaruh Foot Massage Terhadap Kualitas Tidur
Pasien.
Afianti & Mardhiyah (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas Tidur Pasien
di Ruang ICU
Ardini, Desta N. (2017). Perbedaaan Etiologi Gagal jantung Kongestif pada Usia
Lanjut dengan Usia Dewasa Di Rumah Sakit Dr. Kariadi Januari -
Desember 2016. Semarang: UNDIP
Ainun, H., Ndruru, G. B., Baeha, K. Y., & Sunarti. (2020). PENGARUH TERAPI
MASSAGE PUNGGUNG TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS TIDUR
PADA LANSIA DI PANTI JOMPO YAYASAN GUNA BUDI BAKTI MEDAN
TAHUN 2020. Jurnal Ilmiah Keperawatan IMELDA, 6(2), 93-98.
https://doi.org/10.52943/jikeperawatan.v6i2.388
Ardiansyah. & Huriah, T. (2019). Metode Massage Terhadap Tekanan Darah Pada
Penderita Hipertensi: a Literatur Review. Jurnal Penelitian Keperawatan,
5(1). https://doi.org/10.32660/jurnal.v5i1.334
Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas
Tidur Pasien di Ruang ICU. Jurnal Keperawatan Padjadjaran, 5(1),
86–97. https://doi.org/10.24198/jkp.v5n1.10
Çankaya, A., & Saritaş, S. (2018). Effect of Classic Foot Massage on Vital Signs,
Pain, and Nausea/Vomiting Symptoms After Laparoscopic
Cholecystectomy. Surgical laparoscopy, endoscopy & percutaneous
techniques, 28(6), 359–365.
Daud & Sari. (2020). Pengaruh Terapi Pijat Kaki terhadap Status Hemodinamik pada
Pasien Terpasang Ventilator di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Ulin
Banjarmasin. Universitas Muhammadiyah Banjarmasin Journal of Nursing
Invention Vol.1 No.1 2020
Dr. Aruna (2017). Effectiveness of Foot Massage On Pain, Heart Rate Among
Patient Underwent Abdominal Surgery, International Journal of
Development Research, 7, (11), 16708-16710
Ferguson RP, Phelan T, Haddad T, Hinduja A, Dubin NH. (2008) Survival after in-
hospital cardiopulmonary resuscitation. Southern Medical Journal.
Oct;101(10):1007-1011. DOI: 10.1097/smj.0b013e318184ac77. PMID:
18791505.
Gattinoni, L., Taccone, P., Carlesso, E., & Marini, J. J. (2013). Prone position in
acute respiratory distress syndrome. Rationale, indications, and
limits. American journal of respiratory and critical care medicine, 188(11),
1286–1293. https://doi.org/10.1164/rccm.201308-1532CI
Jevon, P & Ewens, B. (2009). Pemantauan Pasien Kritis, Edisi 2. Jakarta : Erlangga.
Kozier, Erb, Berman, & Snyder. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses & Praktik. Jakarta: EGC
Malbrain, M.L.N.G., Van Regenmortel, N., Saugel, B. et al. (2018). Principles of fluid
management and stewardship in septic shock: it is time to consider the four
D’s and the four phases of fluid therapy. Ann. Intensive Care 8, 66
https://doi.org/10.1186/s13613-018-0402-x
Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Morton, P.G. and Fontaine, D.K. (2009) Critical Care Nursing, a Holistic Approach.
9th Edition, J.B Lippincott Company, China.
Sherwood, L. (2014). Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC
Teboul JL, Saguel B, Cecconi M, De Backer D, Hofer CK, Monnet X, dkk. (2016).
Less Invasive Hemodynamic Monitoring in Critically Ill Patients. Inten Care
Med. ;42(9):1350– 9.
Unal, K. S., & Akpinar, R. B., (2016). The effect of foot reflexology and back
massage on hemodialysis patients' fatigue and sleepquality.
Complementary therapies in clinical practice, 24, 139- 144.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Wuisan, Y. S. (2019). Pengaruh foot massage terhadap kualitas tidur pada pasien di
ruangan intensif RSUD dr H. MM Dunda Limbo. Skripsi
LAMPIRAN
Lampiran I
Lembar pelaksanaan keperawatan hari I
Lampiran 2
Lembar pelaksanaan keperawatan hari II
Lampiran 3
Lembar pelaksanaan keperawatan hari III
Lampiran 4
Lembar Observasi tanda-tanda vital
Lampiran 5
Foto – foto kegiatan
Lampiran 6 Standar Prosedur Operasional (SPO)