YOGYAKARTA
2022
CARING DALAM KEPERAWATAN
Maka dari itu untuk carative factor yang kedua yaitu faith and hope
perlunya menanamkan keyakinan dan harapan bahwa iman kepada
Tuhan akan dapat membantu dalam proses penyembuhan.
3. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain. Bila perawat dapat
mengekspresikan perasaanya, dia akan mampu memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka. Caritas
processes dari carative factor mengembangkan sensitifitas untuk diri
sendiri dan orang lain adalah memberi perhatian terhadap praktik- praktik
spiritualdan trandpersonal diri oral lain melebihi ego dirinya. Perawat
belajar
memahami perasaan pasien sehingga lebih peka, murni dan tampil apa
adanya. Perawat juga harus mampu memberikan kesempatan kepada
orang
lain untuk mengekspresikan perasaan mereka. Penerapan dari perilaku
ini
dapat ditunjukkan melalui sikap tenang dan sabar, menemani atau
mendampingi pasien, menawarkan bantuan dan memenuhi kebutuhan
pasien.
Perilaku caring harus ditanamkan dan menjadi budaya yang melekat
disetiap
diri perawat, karena caring merupakn inti dari keperawatan. Penerapan
perilaku caring pada klien memerlukan pengembangan pengetahuan,
ketrampilan, keahlian, empati, komunikasi, kompetensi klinik, keahlian
tehnik
dan ketrampilan interpersonal perawatserta adanya rasa tanggung
jawab perawat untuk menerapkannya pada pasien (Nadatien 20
Faktor karatif 3 secara alami mengarah pada spiritual dan menjadi
transpersonal. Untuk menjadi peka terhadap diri sendiri dan orang lain,
harus
menumbuhkan wawasan, kesadaran dan dimensi spiritual seseorang.
Cara
utama untuk mengembangkan kepekaan adalah memperhatikan
perasaan
dan pikiran kita yang menyakitkan dan yang bahagia. Kita juga perlu
mengenali gambaran mental yang kita pegang didalam pikiran kita. Sikap
yang menonjol adalah kebijaksanaan, belas kasih. Faktor ini adalah inti
tentang hubungan manusia dengan manusia secara rohani. Sehingga
lebih
peka dan mau merasakan yang oranglain rasakan.
Contoh perilaku caring sesuai caratif ke tiga, dibagi dalam dimensi antara
lain :
- Memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu
- Menjelaskan prosedur klinik
- Berpakaian rapi ketika bekerja dengan klien
- Duduk dengan klien
- Mengidentifikasi gaya hidup klien
- Melaporkan kondisi klien kepada perawat senior
- Bersama klien selama prosedur klinik
- Bersikap manis dengan klien
- Mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk klien
- Mendengarkan klien
- Konsultasi dengan dokter mengenai klien
- Menganjurkan klien mengenai aspek self care
- Melakukan sharing mengenai masalah pribadi dengan klien
- Memberikan informasi mengenai klinik
- Melibatkan klien dalam perawatan
- Memberikan privacy kepada klien
- Bersikap gembira dengan klien
h. Mendengarkan.
Kurangnya keterampilan mendengarkan secara aktif dapat merusak
kepercayaan atau rasa percaya yang tengah dibangun. Contoh
pertanyaa terbuka sebagai wujud menjadi pendengar yanga ktif
adalah “Apa yang anda rasakan”?. Mendengarkan merupakan cara
termudah dan tercepat untuk membangun kepercayaan orang lain.
Maksud dan tujuan dalam komunikasi jelas agar dapat membina hubungan
saling percaya,maka perawat harus memahami dirinya dalam memberikan
pelayanan,dan apakah perawat tersebut memiliki :
- kompetensi(competent,knowledge), mempunyai keterampilan
lebih(skillfull),mempunyai wawasan luas dan berpengalaman(well
experince),
- komunikasi yang baik(communication),
- memberikan kenyamanan(comforting)
- mempunyai komitmen(commitment)
- konsisten dalam pelaksanaanya.
Dan keyword untuk mendapatkan trust adalah empati, - ketulusan hati
respect - serta menjaga kerahasia pasien.
b. Beri perhatian pada posisi pasien dan sering berubah posisi itu.
2) Lingkungan mental
3) Lingkungan social
a. Proses untuk memenuhi kebutuhan pasien untuk lingkungan
penyembuhan dan kenyamanan, memanfaatkan berbagai cara kreatif
pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan dan profesional
pasien praktik perawatan. Selain contoh spesifik ini, Perawat Caritas
dapat memanfaatkan banyak teknik lain: duduk bersama pasien dan
anggota keluarga, menata ulang kamar pasien, menempatkan tempat
tidur dengan benar, menyediakan pemandangan alam, menutup atau
membuka jendela, mendengarkan pasien, menghubungi anggota
keluarga, dan sebagainya. Nightingale mengidentifikasi ini metode dan
banyak lagi dalam risalah abadi tentang keperawatan (1969).
4) Lingkungan spiritual
a. Identifikasi implikasi dan makna penyakit dan kondisi pasien, dan
manfaatkan banyak, kreatif sumber daya untuk dukungan,
perlindungan; mempersiapkan pasien untuk apa mengantisipasi;
meningkatkan kontrol diri, peduli diri, pengetahuan diri, dan tanggapan
yang dihasilkan sendiri untuk pilihan, alternatif.
b. Perawat memiliki peluang serta kewajiban untuk menjadi akrab
dengan makna spiritual, budaya, dan agama yang terkait dengan rasa
sakit, kenyamanan, dan kepedulian. Jadi, dalam Proses Caritas ini,
perawat dapat menjadi garis hidup antara lingkungan "kasus" yang
sering impersonal tanggapan dan kebutuhan budaya dan spiritual
subyektif pasien dan keyakinan yang dihormati sebagai bagian dari
penyediaan lingkungan penyembuhan di semua tingkatan, melihat dan
menghormati “wajah” orang lain dan atau kebutuhan pribadinya,
individu.
Kata kunci dari caratif factor ke 8 ini adalah privacy adalah personal,
ketika privacy diberikan dengan baik berarti martabat manusia dihargai.
Aplikasi teori Jean Watson selain dengan kata-kata seperti di atas dapat
juga dicontohkan secara nyata dalam aplikasi keperawatan pasien dengan sakit
yang dianggap pasien sendiri sudah tidak akan tertolong lagi atau pasien
merasa sudah tidak ada harapan hidup lagi. Dari kondisi-kondisi yang sudah
diciptakan di atas, harapannya hubungan antar perawat dan pasien sudah
terjalin, pasien dapat lebih tenang, mau berinterkasi lagi dengan orang lain.
Dalam situasi seperti ini perawat dapat mengarahkan pasien untuk berpersepsi
lebih positif seperti dengan berdoa sehingga perawat mampu meciptakan
perasaan yang semakin nyaman, aman dan pasien merasa mendapatkan
keleluasaan pribadi (menciptakan lingkungan yang mendukung keadaan mental,
sosial, cultural dan lingkungan spiritual)
Jean Watson menitikberatkan kebutuhan dasar manusia hampir sama
dengan maslow yaitu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, karena kebutuhan
dasar manusia ini meliputi bio-psiko-sosio. Kita perawat diharapkan lebih peka
dalam melihat pasien. Contoh kasus pasien dengan sesak nafas, gelisah,
cemas, maka kita sebagai perawat harus peka akan kebutuhannya, apakah
hanya sesak nafasnya saja atau ada yang lain, ternyata setelah dikaji pasien
merasa ingin buang air besar dan pasien tidak ada yang menunggu pasien malu
bicara dengan perawat peran kita sebagai perawat harus peka akan kebutuhan
dasarnya dan perawat mampu membantunya dengan tulus. Contoh, pasien
febris hari ke 4 suhu 40 oC, trombosit 87 , pasien belum mandi 3 hari. Peran
perawat kolaborasi dengan dokter untuk penurun panas dan memenuhi
kebutuhan dasar pasien tersebut. Hygine/ mandi. peran perawat memberikan
edukasi dan penjelasan tentang kebutuhan hygine perseorangan, agar pasien
tersebut terpenuhi kebutuhan dasarnya tentang hygine. Setelah itu pasien kita
tawari apakah mau mandi dengan kita atau mau mandi dengan keluarganya.
10. Memberi kesempatan pada pasien untuk mempelajari fenomena yang terjadi.
Menurut Jean Watson, membentuk perilaku caring perawat dimulai sejak
berada dalam pendidikan. Artinya peran pendidikan dalam membangun caring
perawat sangat penting. Penekanan pada humanistic, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring lain
harus ada dalam pendidikan keperawatan. Mengembangkan faktor kekuatan
eksistensial–fenomenologi dalam keperawatan adalah sebuah perilaku perawat
yang di dasari aspek mengijinkan untuk terbuka pada eksistensi
fenomenologikal dan spiritual, cara penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan
secara utuh dan ilmiah melalui pemikiran masyarakat modern/menghargai
kekuatan eksistensial fenomenologi.
Menurut Watson, kekuatan eksistensial fenomenologi merupakan faktor
yang bertujuan agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.
Terkadang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/ pemikiran yang bersifat
pro aktif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang diri
sendiri. Diakuinya faktor kreatif ini dalam ilmu keperawatan membantu perawat
dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena irrasional tentang kehidupan,
penyakit dan kematian, perawat menggunakan faktor kreatif ini untuk
membantu memperoleh kekuatan daya unutk menghadapi kehidupan atau
kematian. Fenomenologi merupakan suatu keadaan langsung yang dapat
membuat seseorang mengerti tentang situasi yang terjadi. Hal ini mampu
membawa perawat untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Psikologi
eksistensial adalah keberadaan ilmu tentang manusia yang digunakan untuk
menganalisa fenomenologi. Manifestasi perilaku caring perawat berdasarkan
mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial fenomenologikal agar
pertumbuhan diri dan kematanagn jiwa pasien dapat dicapai adalah memberi
kesempatan kepada pasien dan keluarga dalam keinginannya untuk melakukan
terapi alternative sesuai keinginannya, memotivasi pasien dan keluarga untuk
berserah diri pada Tuhan, menyiapkan pasien dan keluarga saat menghadapi
fase berduka (Firmansyah, Noprianty, & Karana, 2019).
Sikap dari seorang perawat adalah salah satu cara untuk menyampaikan
sikap caring dari seorang perawat. Perawat harus bisa mengerti bagaimana
menempatkan diri secara terapetik dan kapan dapat menerapkannya pada
berbagai jenis keadaan pasien. Banyak pasien menganggap bahwa
humor/candaan adalah salah satu sikap terapeutik, namun perawat perlu
menentukan kapan bisa menggunakannya kapan tidak. Selain itu perawat juga
bisa menjadi strees jika slalu berhubungan dengan kondisi pasien yang stress.
Seorang perawat yang mengalami stress dapat mempengaruhi cara bersikap
dan kinerja baik kepada pasien maupun dalam kerja sama tim. Oleh karena itu,
perawat harus mampu mengelola emosinya secara mandiri dan bisa
memberikan dukungan bagi orang yang juga mengalami situasi yang sama
(Chambers & Ryder, 2009).
Faktor karatif kekuatan spiritual fenomenologikal-eksistensial ini
menjelaskan bahwa manusia hidup didalam sebuah misteri, hidup seseorang
bukanlah sebuah masalah yang perlu diselesaikan namun merupakan sebuah
misteri yang perlu dihidupi. Problematika manusia berada dalam ambiguitas,
paradox dan ketidakabadian, penderitaan dan penyembuhan yang merupakan
bagian dalam dinamika kesadaran manusia. Perawat terbuka terhadap
kemungkinan terjadinya mukzizat dan perawat menerima dan memegang
harapan pasien. Ketika seseorang mengalami suatu masalah dalam dirinya
yang bukan termasuk dalam pengobatan medis, disinilah pendekatan caring
yang dibutuhkan. Pendekatan caring menawarkan cara lain untuk melihat dari
segi kemanusiaan dan the human condition of Being-in-the-world untuk melihat
kedalam hidup seseorang melalui penilaian orang lain (Watson, 2008).
Menurut Wagner (2010), hal-hal yang dapat dilakukan dalam faktor carative
eksistensial-fenomenologikal:
1) Adanya kesediaan untuk membuka suatu hal yang tidak diketahui dalam
dirinya
2) Bersikap pasrah pada apa yang akan terjadi dan percaya pada kejaiban
yang mungkin terjadi
3) Berpartisipasi dalam suatu hal yang berbeda dengan yang selama ini
dilakukan
4) Selalu memelihara harapan yang ada dan menguatkan harapan tersebut
5) Ikut terlibat dalam kegiatan berbagi dan kepedulian pada sesama yang
membutuhkan
6) Menghargai dan memahami perasaan orang lain
7) Mengetahui dan memahami apa yang penting bagi diri sendiri dan orang
lain
8) Menunjukkan sikap menghormati pada suatu hal yang penting bagi orang
lain
9) Percaya bahwa cinta dan kebaikan ada dalam setiap keadaan yang ada
10) Menerima bahwa tidak semua hal yang terjadi dalam hidup dapat
dijelaskan