Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

CARING DALAM KEPERAWATAN


CONTOH KONKRIT “HUMAN CARE” 10 FAKTOR KARAKTIF
FAKTOR YANG KETUJUH TENTANG RELATIONAL TEACHING
DALAM KEPERAWATAN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7:

Maximilius Satria Mahardika : 202143025

Regina Nanda Kesumaning Dewi : 202143026

Sagita Fransiska : 202143027

Siswo Prasetiyo : 202143028

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI RAPIH

YOGYAKARTA

2022
CARING DALAM KEPERAWATAN

Teori caring Jean watson dimana caring merupakan suatu pendekatan


mengenai cara berpikir, berperilaku dan berperasaan seseorang terhadap
orang lain. Caring memiliki tujuan untuk memberikan asuahn fisik, dan
memperhatikan emosi serta meningkatkan rasa aman dan keselamatana
pasien. Caring menfasilitasi kemampuan perawat untuk mengenali pasien,
membuat perawat mengetahui maslah pasien dan mencari serta
melaksanakan solusinya. Caring sebagai dasar dari praktek keperawatan
yang mempunyai implikasi praktis untuk mengubah pelaksanaan praktek
keperawatan. Watson mendefinisikan caring lebih dari sebuah
exsistensialphilosophy. Watson memandang caring sebagai dasar
spiritualitas. Menurut Watson caring adalah ideal moral dari keperawatan.
Caring adalah sebagai tema sentral dalam keperawatan. Caring sebagai
esensi dari keperawatan bertangung jawab terhadap hubungan antar
perawat – klien dimana perawat membantu partisipasi klien, membantu
memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kesehatan. Caring adalah
suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, memperhatikan
seseorang dengan waspada, menunjukkan perhatian, perasaan empati
pada orang laindan perasaan cinta atau menyayangi yang merupakan
perilaku penting dalam keperawatan. Caring sebagai seatu bentuk perilaku
tidak tumbuh secara tiba- tiba dalam diri perawat. Caring merupakan hasil
dari budaya, nilai- nilai, pengalaman dan hubungan infividu dengan orang
lain. Perilaku yang diberikan tidak sama antara satu pasien dengan pasien
lain, melainkan diberikan sesuai dengan kebutuhan, masalah dan nilai- ilai
yang dianut oleh pasien. Menurut Jean Watson, praktek caring sebagai
pusat keperawatan, menggambarkan caring sebagai dasar dalam sebuah
kesatuan nilai – nilai kemanusiaan yang universal (kebaikan, kepedulian,
dan cinta terhadap diri sendiri dan orang lain). Caring digambarkan sebagai
moral ideal keperawatan, hal meliputi keinginan merawat, kesungguhan
untuk merawat, dan tindakan merawat (caring). Tindakan caring meliputi
komunikasi, tanggapan yang positif, dukungan, atau intervensi fisik oleh
perawat. Caring dapat meningkatkan aktualisasi diri, mendukung
poertumbuhan individu, menjaga martabat dan nilai manusia, membantu
penyembuhan diri dan mengurangi stress. (Kozier, Erb, Berman, & Snyder,
2010)
Caring adalah sikap kepedulian perawat terhadap klien dalam pemberian
asuhan keperawatan dengan cara merawat klien dengan kesungguhan hati,
keikhlasan, penuh kasih sayang, baik melalui komunikasi, pemberian
dukungan, maupun tindakan secara langsung (Kusnanto, 2019).
Teori watson terletak pada tujuh asumsi dasar yang menjadi kerangka kerja
dalam pengembangan teori yaitu:
1. Caring dapat dilakukan atau dipraktekkan secara interpersonal
2. Caring meliputi factor- factor caratif yang dihasilkan dari kepuasan
terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia
3. Caring yang efektif akan meningkatkan status kesehatan dan
perkembangan individu serta keluarga
4. Respon caring adalah menerima seseorang tidak hanya sebagai
seseorang pada saat ini, tetapi bagaimana seseorang tersebut dimasa
depannya
5. Caring environment yaitu menyediakan perkembangan potensi dan
memberikan keluasan memilih kegiatan yang terbaik bag diri seseorang
dalam waktu yang ditentukan
6. Caring bersifat healtogenic. Dari pada sekedar curing. Praktik caring
mengintegrasikan pengetahuan biospikal dan perilaku manusia untuk
meningkatkan kesehatan dan untuk membantu pasien yang sakit diman
caring melengkapi curing
7. Caring merupakan inti dari keperawatan
Nilai- nilai yang mendasari konsep caring menurut Jean Watson meliputi
1. Manusia
Manusia merupakan suatu fungsi yang utuh dari diri terintegrasi (ingin
dirawat, dihormati, mendapat asuhan, dipahami dan dibantu). Manusia
pada dasarnya ingin merasa dimiliki oleh lingkungan sekitarnya merasa
dimiliki dan merasa menjadi bagian dari kelompok atau masyarakat dan
merasa dicintai serta mencintai.
2. Kesehatan
Kesehatan merupakan sebuah keutuhan dari pikiran, fungsi fisik dan
fungsi sosial. Hal ini menekankan kepada fungsi pemeliharaan dan
adaptasi untuk meningkatkan fungsi dalam pemenuhan kebutuhan
sehari- hari. Kesehatan juga merupakan keadaan bebas dari keadaan
sakit.
3. Lingkungan
Berdasarkan teori Jean Watson, caring dan nursingg merupakan
konstanta dalam setiap keadaan di masyarakat. Perilaku caring tidak
diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, tetapi diwariskan
dengan pengaruh budaya sebagai strategi untuk melakukan mekanisme
koping terhadap lingkungan tertentu
4. Keperawatan
Keperawtan berfokus pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit
dan caring ditujukan untuk pasien baik dalam keadaan sakit maupun
sehat.
Teori caring oleh Watson adalah sebuah model holistic bagi perawat untuk
mengedepankan hubungan yang erat sehingga mampu mendukung proses
penyembuhan pasien. Cara pandang Watson terhadap caring hamper m
enjadi spiritual yang mempertahankan martabat manusia dalam sistem
pelayanan kesehatan. (Potter, Perry, & Stockert, 2020)
Ten carative factor digunakan sebagai kerangka kerja dalam keilmuan dan
praktik keperawatan. Pada perjalanannya Watson kemudian
mengembangkan caritas yang menghubungkan caring dan love secara
eksplisit dan disebut sebagai clinical caritas processes. Setiap carative
factors dan clinical caritas processes menggambarkan proses caring dalam
rangka mencapai dan mempertahankan kesehatan pasien atau meninggal
dengan damai. Konsep utama dan definisi Ten carative factors meliputi:
1. Terbentuknya sistem yang humanistic dan altruistic pada hubungan
perawat- pasien. Faktor ini menggambarkan adanya kepuasan perawat
bila ia dapat menggunakan dirinya untuk membantu pasien.
Pembentukan sistem nilai humanistik dan nilai altruistic. Watson
mengemukakan bahwa asuhan keperawatan didasarkan pada nilai-nilai
kemanusiaan (humanistic) dan perilaku mementingkan kepentingan
orang lain di atas kepentingan pribadi (altruistic). Pemahaman nilai pada
diri seseorang, keyakinan, interaksi, kultur dan pengalaman pribadi
dapat dikembangkan untuk meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan dan
perilaku mementingkan kepentingan orang lain. Pembentukan nilai-nilai
humanistic-altruistik dapat dimulai dari usia dini dengan nilai-nilai yang
dimiliki orangtuanya. Sistem nilai dimediasi oleh pengalaman hidup
perawat, pembelajaran yang didapat dan paparan humaniora. Hal ini
dianggap perlu untuk kedewasaan perawat yang pada gilirannya
mempromosikan perilaku altruistic terhadap orang lain. Perilaku
humanistik dan altruistik dapat dicapai dengan mendedikasikan diri kita
bagi orang lain, empati, mengasihi dan menghormati martabat manusia.
Menghormati martabat manusia dengan memperhatikan pasien secara
holistik, meliputi bio,psiko, sosial dan spiritual. Hal ini dapat diterapkan
dalam memberikan suhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, rencana keperawatan dan pemberian tindakan
keperawatan. Sikap perawat yang mencerminkan sikap humanistik-
altruistik adalah memberikan kebaikan dan kasih sayang serta
membuka diri untuk memberikan tindakan terapi dengan klien.
Proses caritas yang dilakukan untuk mewujudkan perilaku humanistik-
altruistik yaitu praktik cinta, kebaikan, ketenangan, dan konteks
kesadaran caring. Watson menyatakan bahwa manusia tidak bisa
diperlakukan sebagai obyek, dan tidak dapat dipisahkan dari orang lain,
alam dan semesta.
Nilai humanistik melewati segala batasan ( agama, culture, dll), dan
caring dapat dilakukan dimana saja dan pengukuran (measureble)
caring bukan dari panjangnya waktu kontak dengan pasien melainkan
didapat dari moment yang kita dapatkan atau moment caring.

2. Menumbuhkan harapan pasien. Faktor ini menunjukkan peran perawat


dalam meningkatkan kesejahteraan pasien dengan membantu pasien
mengadopsi perilaku sehat, dengan menggunakan sugesti secara positif
dan dengan mengembangkan hubungan perawat- pasien yang efektif.
Hal-hal yang di perhatikan dalam keyakinan dan harapan ( FAITH and
HOPE) adalah keyakinan memiliki tiga dimensi diantaranya dimensi
magnitude, dimensi strength, dan dimensi generality yaitu :
1) Dimensi magnitude
Berhubungan dengan tingkat kesulitan. Dimensi strength
berhubungan dengan tingkat kemantapan seseorang
terhadap
keyakinannya. Dimensi generality berhubungan dengan
keyakinan seseorang untuk menyelesaikan keadaa
tertentu
dengan tuntas dan baik. Keyakinan pasien dapat
ditingkatkan
dengan memberikan perilaku caring oleh perawat
2) Dimensi strength
Berhubungan dengan tingkat kemantapan seseorang
terhadap
keyakinannya.
3) Dimensi generality
Berhubungan dengan keyakinan seseorang untuk
menyelesaikan keadaan tertentu dengan tuntas dan baik.
Keyakinan pasien dapat ditingkatkan dengan memberikan
perilaku caring oleh perawat.
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi harapan antara lain:
1) Dukungan Sosial
Pasien yang menderita penyakit kronis mengatakan
bahwa keluarga dan teman pada umumnya
diidentifikasikan sebagai sumber harapan untuk
penderita penyakit kronis dalam beberapa aktivitas
seperti mengunjungi suatu tempat, mendengarkan,
berbicara dan memberikan bantuan secara fisik.
Mempertahanan hubungan peran keluarga sebagai
sesuatu yang penting bagi tingkat harapan dan coping.
Sebaliknya, kurangnya ikatan sosial diatribusikan
sebagai hasil kesehatan yang lebih buruk seperti
peningkatan morbidity dan kematian awal.
2) Kepercayaan Religius
Kepercayaan religius dan spiritual telah
diidentifikasikan sebagai sumber utama harapan dalam
beberapa penelitian. Kepercayaan religius dijelaskan
sebagai kepercayaan dan keyakinan seseorang pada
hal positif atau menyadarkan individu pada kenyataan
bahwa terdapat sesuatu atau tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya untuk situasi individu saat ini.
3) Kontrol
Mempertahankan kontrol merupakan salah satu bagian
dari konsep harapan. Venning, dkk menyatakan bahwa
mempertahankan kontrol dapat dilakukan dengan cara
tetap mencari informasi, menentukan nasib sendiri, dan
kemandirian yang menimbulkan perasaan kuat pada
harapan individu. Kemampuan individu akan kontrol
juga dipengaruhi self-efficacy (Weil, 2000) yang dapat
meningkatkan persepsi individu terhadap
kemampuannya akan kontrol. Harapan dapat
dikorelasikan dengan keinginan dalam kontrol,
kemampuan untuk menentukan, menyiapkan diri untuk
melakukan antisipasi terhadap stres, kepemimpinan,
dan menghindari ketergantungan. Individu yang
memiliki sumber internal dalam kontrol memiliki
harapan bahwa mereka dapat mengontrol nasib
mereka sendiri.

Maka dari itu untuk carative factor yang kedua yaitu faith and hope
perlunya menanamkan keyakinan dan harapan bahwa iman kepada
Tuhan akan dapat membantu dalam proses penyembuhan.

3. Sensitif terhadap diri sendiri dan orang lain. Bila perawat dapat
mengekspresikan perasaanya, dia akan mampu memberikan kesempatan
kepada orang lain untuk mengekspresikan perasaan mereka. Caritas
processes dari carative factor mengembangkan sensitifitas untuk diri
sendiri dan orang lain adalah memberi perhatian terhadap praktik- praktik
spiritualdan trandpersonal diri oral lain melebihi ego dirinya. Perawat
belajar
memahami perasaan pasien sehingga lebih peka, murni dan tampil apa
adanya. Perawat juga harus mampu memberikan kesempatan kepada
orang
lain untuk mengekspresikan perasaan mereka. Penerapan dari perilaku
ini
dapat ditunjukkan melalui sikap tenang dan sabar, menemani atau
mendampingi pasien, menawarkan bantuan dan memenuhi kebutuhan
pasien.
Perilaku caring harus ditanamkan dan menjadi budaya yang melekat
disetiap
diri perawat, karena caring merupakn inti dari keperawatan. Penerapan
perilaku caring pada klien memerlukan pengembangan pengetahuan,
ketrampilan, keahlian, empati, komunikasi, kompetensi klinik, keahlian
tehnik
dan ketrampilan interpersonal perawatserta adanya rasa tanggung
jawab perawat untuk menerapkannya pada pasien (Nadatien 20
Faktor karatif 3 secara alami mengarah pada spiritual dan menjadi
transpersonal. Untuk menjadi peka terhadap diri sendiri dan orang lain,
harus
menumbuhkan wawasan, kesadaran dan dimensi spiritual seseorang.
Cara
utama untuk mengembangkan kepekaan adalah memperhatikan
perasaan
dan pikiran kita yang menyakitkan dan yang bahagia. Kita juga perlu
mengenali gambaran mental yang kita pegang didalam pikiran kita. Sikap
yang menonjol adalah kebijaksanaan, belas kasih. Faktor ini adalah inti
tentang hubungan manusia dengan manusia secara rohani. Sehingga
lebih
peka dan mau merasakan yang oranglain rasakan.
Contoh perilaku caring sesuai caratif ke tiga, dibagi dalam dimensi antara
lain :
- Memberikan pengetahuan kepada klien sebagai individu
- Menjelaskan prosedur klinik
- Berpakaian rapi ketika bekerja dengan klien
- Duduk dengan klien
- Mengidentifikasi gaya hidup klien
- Melaporkan kondisi klien kepada perawat senior
- Bersama klien selama prosedur klinik
- Bersikap manis dengan klien
- Mengorganisasi pekerjaan dengan perawat lain untuk klien
- Mendengarkan klien
- Konsultasi dengan dokter mengenai klien
- Menganjurkan klien mengenai aspek self care
- Melakukan sharing mengenai masalah pribadi dengan klien
- Memberikan informasi mengenai klinik
- Melibatkan klien dalam perawatan
- Memberikan privacy kepada klien
- Bersikap gembira dengan klien

Perawat belajar meningkatkan kepekaan sehingga bisa menerima diri


sendiri dan orang lain. Adanya rasa sensitive dalam diri perawat
membuat perawat lebih ikhlas, lebih peka terhadap orang lain dan tampil
apa adanya. Perawat harus paham tentang kebutuhan psikologis dan
spiritual klien, meningkatkan rasa kepekaan sehingga mampu
menemukan cara untuk menunjukkan caring pada klien.

4. Mengembangkan hubungan saling percaya. Pada hubungan saling


percaya, perawat akan jujur, ikhlas, empati, berbicara dengan nada suara
yang tidak tinggi dan berkomunikasi dengan jelas. Berikut critical point
dalam “Helping Trusting, Human Care Relationship” yang harus
diperhatikan perawat:
a. Bersikap Jujur.
Seorang perawat yang bersikap jujur akan membuat atau mendorong
paien untuk menaruh kepercayaan.
b. Membuka diri.
Sikap membuka diri atau self disclosure adalah sikap yang bertujuan
untuk memberikan informasi kepada orang lain tentang siapa diri kita
sebenarnya dan disampaikan dengan jujur. Menurut Altman dan
Taylor sikap membuka diri kepada oranglain memberikan pengaruh
dalam komunikasi interpersonal yang berujung pada hubungan yang
akrab.
c. Bersikap Menerima.
Bersikap menerima buka berarti kita harus selalu setju dengan apa
yang dikatakan atau yang diinginkan pasien. Bersikap menerima
adalah menerima segala kelebihan dan kekurangan yang dimiliki
orang lain dengan tetap menjalin komunikasi.
d. Membangun Kredibilitas.
Pasien akan percaya kepada perawat yang memberikan asuhan
apabila perawat tersebut memiliki kredibilitas atau memiliki
kemampuan, keterampilan, dan pengalaman tertentu.
e. Reliabilitas.
Perawat yang memiliki reabilitas adalah orang yang dapat
diandalkan, jujur, konsisten dan dapat diduga.
f. Bersikap positif dan penuh rasa hormat.
g. Mengembangkan sikap empati.
Empati diartikan sebagai bentuk pemahaman terhadap orang lain
yang tidak memiliki arti emosional bagi kita. Mengembangkan sikap
empati terhadap pasien dalam komunikasi interpersonal adalah cara
terbaik untuk menunjukan rasa kepedulian kita kepada pasien yang
kita rawat. Dalam kondisi sakitnya perawat tetap membina hubungan
yang harmonis dengan pasien (jujur dan terbuka) berusaha
merasakan apa yang dirasakan pasien dan menerima secara porsitif
serta tidak menceritakan hal-hal sensitive dari pasien yang tidak ada
hubungannya dengan proses pengobatan atau perawatan.

h. Mendengarkan.
Kurangnya keterampilan mendengarkan secara aktif dapat merusak
kepercayaan atau rasa percaya yang tengah dibangun. Contoh
pertanyaa terbuka sebagai wujud menjadi pendengar yanga ktif
adalah “Apa yang anda rasakan”?. Mendengarkan merupakan cara
termudah dan tercepat untuk membangun kepercayaan orang lain.
Maksud dan tujuan dalam komunikasi jelas agar dapat membina hubungan
saling percaya,maka perawat harus memahami dirinya dalam memberikan
pelayanan,dan apakah perawat tersebut memiliki :
- kompetensi(competent,knowledge), mempunyai keterampilan
lebih(skillfull),mempunyai wawasan luas dan berpengalaman(well
experince),
- komunikasi yang baik(communication),
- memberikan kenyamanan(comforting)
- mempunyai komitmen(commitment)
- konsisten dalam pelaksanaanya.
Dan keyword untuk mendapatkan trust adalah empati, - ketulusan hati
respect - serta menjaga kerahasia pasien.

5. Menerima ekspresi perasaan positif dan negatif. Ekspresi perasaan positif


dan negatif dapat membuat perasaan pasien atau perawat tidak enak.
Perawat perlu mempersiapkan diri dan juga mempersiapkan pasien untuk
menerima, terutama perasaan negatif. Caractive untuk meningkatkan dan
menerima ekspresi perasaan positif dan negatif erat kaitannya dengan
hubungan transpersonal, hal ini mungkin tidak bisa dijelaskan secara
terpisah, karena sifatnya yang inheren atau melekat dan secara intrinsik
terkait dengan pengembangan kepercayaan yang sebenarnya, Ketika
seseorang mampu, melalui kesadaran Caritasnya, untuk masuk ke dalam
ruang kehidupan orang lain, menghubungkan dengan kehidupan subyektif
batin, emosi dan pikiran, seseorang dapat terhubung yang lebih dalam
dalam dirinya sendiri dan juga pasien yang dirawat, Ini adalah dasar untuk
kepedulian transpersonal saat bersama pasien untuk memperoleh
penyembuhan. Adalah fakta yang kuat bahwa pikiran dan emosi
memainkan peran sentral dalam pengalaman dan perilaku orang,
pengetahuan tentang psikologi, psikodinamik, dan psikiatri, serta
pengalaman hidup bersama, membantu kita memahami kekuatan dan
pentingnya emosi. Penelitian awal dalam psikologi sosial membahas
tentang perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran dan
perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk
mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Dalam
literatur psikologi social disebut sebagai teori disonansi kognitif yang
dipopulerkan oleh psikolog bernama Leon Festinger pada tahun 1950an.
Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk
melakukan suatu tindakan dengan dampak-dampak yang tidak dapat
diukur, Seseorang biasanya memiliki hasrat akan adanya stabilitas dan
konsistensi keyakinan, sikap dan perilakunya. Sehingga apabila terjadi
inkosistensi secara biologis menjadi cemas, takut, bingung, stress sehingga
dapat memengaruhi sikap, pemahaman,dan perilaku. Disonansi ini
mendorong orang untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk
mengurangi disonansi yang diberikan akan memotivasi seseorang untuk
keluar dari inkonsistensi tersebut dan mengembalikannya pada konsistensi.
Dalam hubungan interpersonal, dan dalam situasi terkait untuk kesehatan
dan penyakit, seringkali aspek emosional pada tingkat perasaan dapat
menjelaskan apakah orang dapat berkomunikasi dengan lancar,satu
dengan yang lain, dengarkan, jalin hubungan, dan sebagainya. Dinamika
pemahaman perilaku manusia ini adalah dasar untuk membangun dan
mempertahankan hubungan membantu-mempercayai-peduli profesional di
semua bidang. Untuk meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan
positif dan negatif, perawat harus mampu mengeksplorasi diri dengan
mengembangkan self talk nya terlebih dahulu. Perawat harus mampu hadir
dan memberikan dorongan ke pasien untuk mengungkapkan perasaan
positif maupun negatifnya. Perawat harus mampu menerima dan
menindaklanjuti dari ungkapan positif maupun negatif pasien. Perawat
harus bisa menerima ekspresi perasaan pasien baik positif maupun negatif,
dan apabila perawat mendapatkan peristiwa yang berisiko secara tiba- tiba
dan diluar batas kemampuannya , maka perawat harus mempunyai
keyakinan bahwa kekuatan “Alam Semesta” dapat menolong.
6. Menggunakan proses penyelesaian masalah dalam pengambilan
keputusan. Penggunaan proses keperawatan pada pemberian asuhan
keperawatan merupakan metode penyelesaian masalah pasien. Hal ini
menunjukkan bahwa perawat memiliki otonomi untuk menetapkan tindakan
keperawatan tidak hanya melalui medik semata
Salah satu konsep utama jeans Watson adalah menggunakan metode
ilmiah dan menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan secara
kreatif dan sistematis, menggunakan diri sendiri dan cara-cara lain yang
kreatif sebagai bagian dan proses caring, untuk menyertakan seni dalam
praktik caring-healing
Pemecahan masalah atau problem solving caring proses dengan
menggunakan diri sendiri dan semua cara yang diketahui secara kreatif
sebagai bagian dari proses carin, untuk terlibat dalam penerapan caring-
healing yang artistik.
Hubungan carative faktor, carative proses dan kompetensi dalam
keperawatan pada carative sistematis penggunaan metode pemecahan
masalah ilmiah dan pengambilan keputusan, secara kreatif menggunakan diri
dan segala cara untuk mengetahui sebagai bagian dari proses peduli, terlibat
dalam kesenian praktek peduli penyembuhan, yaitu dengan menggunakan
metode ilmiah kreatif pemecahan masalah untuk pengambilan keputusan,
menggunakan kreatif pemecahan masalah untuk memenuhi kebutuhan orang
lain.
Kreatif menggunakan diri dan segala cara untuk mengetahui sebagai
bagian dari proses peduli ,terlibat dalam kesenian praktek peduli
penyembuhan dengan cara antara lain :
a. Menggunakan metode ilmiah secara kreatif dalam pemecahan masalah
untuk pengambilan keputusan dalam perawatan pasien.
Dalam memecahkan masalah pasien, seorang perawatan menggunakan
metode ilmiah dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien
Contoh : seorang perawat mendapatkan 2 pasien dengan penyakit yang
sama, tetapi dalam memberikan asuhan kemungkinan tidak akan sama
hal ini dikarenakan permasalahan 2 pasien tersebut kemungkinan dapat
berbeda.
b. Menggunakan secara kreatif pemecahan masalah untuk memenuhi
kebutuhan orang lain. Dalam memberikan asuhan keperawatan seorang
perawat secara kreatif dalam memecahkan masalah satu pasien dengan
yang lain tidak sama.
Contoh : saat perawat mendapatkan 2 pasien dan merumuskan diagnose
keperawatan yang sama ( DP : Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh ) maka perawat dalam memberikan
kebutuhan terhadap 2 pasien tersebut diatas akan berbeda.
Seorang perawat membutuhkan kemampuan untuk melakukan
pemecahan masalah dalam merawat pasien antara lain :
- Mengintegrasikan estetika, etika, cara-cara empiris, personal, dan
metafisik mengetahui dengan kreatif, imajinatif, dan berpikir kritis untuk
ekspresi penuh seni ,peduli dan ilmu
- Mengakui dan mengintegrasikan kesadaran bahwa kehadiran diri sendiri
adalah unsur yang efektif dari rencana perawatan untuk orang lain.
- Menggunakan diri untuk menciptakan lingkungan penyembuhan melalui:
sentuhan disengaja, suara, kehadiran otentik, gerakan, ekspresi seni,
bermain-tawa-keceriaan, spontanitas, musik / suara, persiapan,
pernapasan, relaksasi / citra / visualisasi.
- Mendorong orang lain untuk mengajukan pertanyaan.
- Membantu orang lain mengeksplorasi cara-cara alternatif untuk
menemukan makna baru dalam situasi mereka
- Perjalanan hidup dalam menangani kesehatan mereka
- Pendekatan diri kesehatan.
Dari komponen diatas dapat diambil kesimpulan menggunakan
metode ilmiah dan menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan
secara kreatif dan sistematis adalah seorang perawatan didalam memberikan
asuhan kepada pasien menggunakan pendekatan personal sesuai dengan
kebutuhan pasien dan menngunakan ilmu pengetahuan yang telah dibuktikan
secara ilmiah melalui penelitian.
Masalah adalah sesuatu yang menyimpang dari keadaan yang
seharusnya atau keadaan normal. Tahapan - tahapan yang dilakukan dalam
mendefinisikan masalah, yaitu: tindakan / aktivitas yang tidak berjalan seperti
biasa, tindakan / aktivitas apa yang melanggar situasi normal, apakah
tindakan itu bisa diterima, haruskah hal tersebut dirubah, apa hasil yang
diharapkan dari pemecahan masalah, klasifikasi masalah menurut tingkatan
risikonya. Jadi pemecahan masalah dapat diartikan sebagai keadaan dimana
seseorang dihadapakan kepada persoalan yang mendesak dan diperlukan
pemecahannyadengan suatu pemikiran, berfikir tentang hasil (outcome
thinking) akan mengubah masalah yang menguras energi menjadi tujuan
yang membangkitkan energi.

Penyelesaian masalah yang kreatif melalui beberapa tahap, yaitu:

a. Persiapan, yaitu mendefinisikan masalah, tujuan, atau tantangan.


b. Inkubasi atau “merenung”, yaitu mencerna fakta- fakta dan mengolah
serta membiarkan matang di pikiran.
c. Iluminasi, yaitu gagasan-gagasan bermunculan dipermukaan.
d. Verifikasi, yaitu memastikan apakah solusi itu benar- benar
memecahkan masalah.
e. Aplikasi, yaitu mengambil langkah- langkah untuk menindaklanjuti
solusi tersebut.

Dalam keperawatan khususnya pada saat memberikan asuhan


keperawatan pada pasien, penyelesaian masalah, pengambilan
keputusan dan kreatifitas saling berkaitan dan mempengaruhi. Hal ini
dapat dilihat pada saat membuat perencanaan keperawatan dimana
setiap perencanaan membutuhkan penyelesaian dari setiap masalah
yang dihadapi pasien dan mengambil keputusan dari berbagai alternatif
pemecahan masalah yang membutuhkan kreatifitas perawat dalam
melaksanakan tindakan keperawatan karena respon pasien dapat
berubah secara cepat sehingga diperlukan proses berfikir kritis dari
seorang perawat.

Pada creative factor no.6 yaitu Proses pemecahan masalah perawatan


secara kreatif ( creative problem- solving caring proses), yaitu
menggunakan proses pemecahan masalah yang kreatif dan sistematis,
digabungkan dengan pengetahuan perawatan yang dimiliki, serta
melibatkan seni praktik perawatan- penyembuhan. Pemecahan masalah
atau problem solving caring proses dengan menggunakan diri sendiri dan
semua cara yang diketahui secara kreatif sebagai bagian dari proses
carin, untuk terlibat dalam penerapan caring-healing yang artistik.

7. Meningkatkan proses belajar mengajar melalui proses interpersonal


Terlibat dalam pengalaman belajar-mengajar yang tulus, yang hadir dengan
keutuhan dan makna yang berusaha untuk tetap berada dalam kerangka
referensi orang lain. Berhubungan dengan pengalaman spiritual, transenden
(hubungan dengan Tuhan secara otentik yaitu hadir secara nyata meliputi fisik,
hati dan pikiran). Teaching and learning together : belajar bersama-sama dan
mendapatkan manfaat bersama. Hubungan interpersonal: interpersonal
relationship. Hubungan transpersonal : ada energi-energi lain yang
mempengaruhi, untuk melengkapi interaksi vertikal dengan Tuhan
Konsep yang relevan dengan system interpersonal adalah interaksi,
komunikasi, transaksi, peran dan strees. Sedangkan pendekatan transpersonal
merupakan pendekatan yang membahas atau mengkaji pengalaman diluar
batas diri, seperti halnya pengalaman spiritual.
Hubungan transpersonal dengan caring ( melebihi ego sampai dengan caring) :
a. Kesepakatan moral untuk melindungi dan meningkatkan martabat manusia
b. Menghormati/ mencintai orang-orang dengan menhormati kebutuhan,
keinginan, rutinitas dan ritual
c. Kesadaran atau kepedulian terhadap diri sendiri sebagai pribadi/perawat
dengan sesame
d. Caring yang berpusat pada hati/proses penyembuhan berdasarkan latihan
dan saling menghormati keutuhan jiwa , pikiran dalam diri sendiri dan
sesame
e. Niat untuk melakukan untuk orang lain dan yang berada dengan orang lain
yang membutuhkan
f. Kehadiran autentik ( menghormati / menghubungkan manusia dengan
manusia)
Watson memberikan pengajaran dan pembelajaran itu karena menjawab
kebutuhan tiap manusia, kesiapan dan gaya belajar. Gaya belajar menurut
Watson meliputi :
a. Secara aktif mendengarkan dan hadir secara utuh dalam proses
menceriakan pengalaman hidup
b. Berbicara dengan tenang, pelan kepada orang lain, berikan perhatian penuh
c. Berusaha untuk belajar dari orang lain, memahami orang-orang yang
memiliki pengetahuan yang berbeda-beda
d. Berpartisipasi dalam aktivitas bersama
e. Menerima orang lain apa adanyadan memahami serta mengetahui kesiapan
mereka untuk belajar
f. Membantu orang lain memahami cara berpikir tentang penyakit atau
kesehatannya
g. Membantu memutuskan dan memberi pertanyaan tentang kesehatan
Faktor praktik kebaikan dan keseimbangan batin dalam konteks caring
memungkinkan seorang pelayan kesehatan selalu ada. Hal ini meliputi :
a. Terbuka agar bisa lebih dekat dengan diri sendiri, orang lain, lingkungan
dana lam semesta
b. Merawat diri sendiri dan oranglain
c. Memvalidasi keunikan diri sendiri dan orang lain
d. Melakukan tindakan yag baik
e. Menghormati kemampuan yang dimiliki setiap orang
f. Mengetahui kelemahan diri sendiri dan orang lain
g. Meperlakukan diri sendiri dan orang lain dengan penuh cinta kasih
h. Mendengarkan dengan didasari rasa hormat dan penuh perhatian tulus
kepada orang lain
i. Menerima apa adanya diri sendiri dan orang lain
j. Menunjukkan rasa hormat pada diri sendiri dan orang lain
k. Mendengarkan orang lain dengan baik
l. Memperhatikan orang lain
m. Menghargai orang lain
n. Menghormati martabat manusia dari diri sendiri dan orang lain .

8. Menyediakan lingkungan biopsikososial dan kultural yang suportif dan protektif


Menyediakan lingkungan yang mendukung, melindungi, dan
ataumemperbaikimental, sosiokultural dan spiritual adalah menciptakan
lingkungan yang menyembuhkan pada semua tingkat (fisik maupun non fisik,
lingkungan energi dan kesadaran dimana keutuhan, keindahan, kenyamanan,
kehormatan, dan kedamaian dapat dioptimalkan. Menurut Watson (2012) dan
Smith, Turkel, & Wolf (2013) prinsip dari lingkungan fisik, sosial, spiritual dan
mental yang supportif, protektif dan korektif adalah

1) Comfort (kenyamanan) Langkah - langkah kenyamanan yang dapat


dilakukan antara lain: mendukung, melindungi, dan perbaikan dari
lingkungan internal maupun eksternal. Lingkungan rumah sakit selama
dua sdekade terkahir masih kaku, terikat pada tradisi.
2) Safety (keamanan) Fokus dari Faktor Carative safety adalah masalah
yang terkait dengan keselamatan, seperti jatuh, cedera, infeksi,
perawatan kulit, sterilisasi, cuci tangan, kesalahan pemberian obat. Hal
lain yang terkait dengan keamanan yaitu keamanan peralatan medis,
kontaminasi radiasi, tingkat polusi-toksisitas, dan lainnya. Keselamatan
adalah komponen dasar profesional proses keperawatan dan Caritas.
Masalah keamanan memengaruhi semua perawat dan kegiatan yang
terkait dengan mendukung, melindungi, dan memperbaiki lingkungan
untuk penyembuhan di semua tingkatan. Untuk merasa aman dan
terlindungi adalah kebutuhan dasar. Untuk mengalami tidak adanya
ancaman atau bahaya di lingkungan sangat penting bagi seseorang
kesejahteraan. Merupakan kewajiban etis perawat untuk memastikan
keamanan. Masalah lingkungan menghadirkan kekhawatiran bagi
perawat dan pasien. Perhatian perawat terhadap keselamatan dan
kesejahteraan mencakup penghargaan terhadap berbagai faktor
perkembangan dan emosional yang berkontribusi pada keyakinan
seseorang bahwa lingkungan aman atau tidak aman. Bergantung pada
latar belakang dan kepercayaannya pada situasi saat ini, pasien
berperilaku dalam berbagai cara untuk menciptakan perasaan keamanan
dan kontrol diri terhadap lingkungan. Perawat Caritas menunjukkan
kepedulian terhadap keselamatan di berbagai tingkatan, termasuk
pengetahuan, penghargaan dan toleransi untuk kesejahteraan
seseorang dan keamanan seseorang. Faktor Carative ini mengakui
perawat peran khusus dan unik dalam memberikan keamanan,
dukungan, perlindungan dan lingkungan korektif untuk pasien di semua
tingkatan dan semua usia termasuk privacy dan human dignity (martabat
manusia).

Menurut Watson (2012) perawat harus menyadari adanya pengaruh


lingkungan internal dan eksternal terhadap sehat dan sakit individu. Konsep
yang relevan dengan lingkungan internal termasuk diantaranya
kesejahteraaan jiwa dan spiritual serta keyakinan sosial budaya seorang
induividu. Selain variabel tersebut variabel eksternal lainnya meliputi
kenyamanan, privasi, keamanan, kebersihan, dan lingkungan yang indah.
Menurut Watson (2005) dan Nurrachmah (2006) dalam Arrohmah (2017)
contoh dari lingkungan fisik, sosial, spiritual dan mental yang supportif,
protektif dan korektif adalah

1) Lingkungan yang mendukung proses penyembuhan klien dapat


mengakibatkan terciptanya kecantikan, kenyamanan, peningkatan
martabat dan perdamainan sikap yang dapat ditunjukkan oleh
perawat yaitu memberikan kenyamanan, kebersihan, memberikan
lingkungan yang nyaman, ventilasi yang cukup bagi pasien
2) Memberikan hak pasien yaitu menyetujui apabila pasien ingin
bertemu dengan pemuka agamanya memfasilitasi dan
menyediakan kebutuhan pasien ketika pasien akan beribadah.
3) Bersedia mencarikan alamat atau menghubungi anggota keluarga
yang ingin ditemui pasien
4) Menyediakan tempat tidur yang selalu rapi dan bersih, menjaga
ketertiban dan kebersihan ruang perawatan
Menurut Watson (2012) contoh dari lingkungan fisik, sosial, spiritual dan
mental yang supportif, protektif dan korektif adalah
1) Lingkungan fisik

a. Hapus rangsangan berbahaya dari lingkungan eksternal (cerah lampu,


suara keras dan tiba-tiba, pemanasan yang tidak memadai, ventilasi
yang buruk, lingkungan yang tidak rapi, dan sebagainya).

b. Beri perhatian pada posisi pasien dan sering berubah posisi itu.

c. Jadikan tempat tidur aman, nyaman, bersih, dan menarik (lihat

d. Meredakan ketegangan otot atau emosi dengan pijatan, kerja


pernapasan,latihan rentang gerak, gosok punggung, sentuhan terapi,
penggunaan musik, suara, pendekatan visualisasi-relaksasi,
penggunaan aromaterapi, seni keperawatan lainnya, terapi energi.

e. Lakukan prosedur perawatan terapeutik (oleskan lembab hangat


bungkus, mandi air hangat, berikan obat pereda nyeri dengan
pernyataan afirmatif, latihan inhalasi, sediakan informasi bermanfaat,
dan sebagainya).

2) Lingkungan mental

a. Lingkungan yang mendukung proses penyembuhan klien dapat


mengakibatkan terciptanya kecantikan, kenyamanan, peningkatan
martabat dan perdamainan sikap yang dapat ditunjukkan oleh perawat
yaitu memberikan kenyamanan, kebersihan, memberikan lingkungan
yang nyaman, ventilasi yang cukup bagi pasien

b. Tingkat kenyamanan mempertimbangkan lainnya yang lebih dalam


melibatkan pengendalian rasa sakit dan penderitaan manusia, yang
sangat subyektif dan dipengaruhi oleh pengalaman pasien, sistem
kepercayaan, dan arti dari rasa sakit termasuk makna spiritual dan
budaya dan asosiasi dengan hormat untuk rasa sakit dan penderitaan
pada umumnya. Fokus perhatian ini adalah bidang yang terpisah yang
membutuhkan perhatian penuh waktu.

c. Penghargaan, penghormatan, dan pengakuan spiritual dan signifikansi


budaya dari rasa sakit dan penderitaan dalam kehidupan seseorang
(terlepas dari sistem kepercayaan-budaya seseorang) adalah suatu
bentuk kenyamanan dalam diri mereka sendiri

3) Lingkungan social
a. Proses untuk memenuhi kebutuhan pasien untuk lingkungan
penyembuhan dan kenyamanan, memanfaatkan berbagai cara kreatif
pemecahan masalah sesuai dengan kebutuhan dan profesional
pasien praktik perawatan. Selain contoh spesifik ini, Perawat Caritas
dapat memanfaatkan banyak teknik lain: duduk bersama pasien dan
anggota keluarga, menata ulang kamar pasien, menempatkan tempat
tidur dengan benar, menyediakan pemandangan alam, menutup atau
membuka jendela, mendengarkan pasien, menghubungi anggota
keluarga, dan sebagainya. Nightingale mengidentifikasi ini metode dan
banyak lagi dalam risalah abadi tentang keperawatan (1969).

4) Lingkungan spiritual
a. Identifikasi implikasi dan makna penyakit dan kondisi pasien, dan
manfaatkan banyak, kreatif sumber daya untuk dukungan,
perlindungan; mempersiapkan pasien untuk apa mengantisipasi;
meningkatkan kontrol diri, peduli diri, pengetahuan diri, dan tanggapan
yang dihasilkan sendiri untuk pilihan, alternatif.
b. Perawat memiliki peluang serta kewajiban untuk menjadi akrab
dengan makna spiritual, budaya, dan agama yang terkait dengan rasa
sakit, kenyamanan, dan kepedulian. Jadi, dalam Proses Caritas ini,
perawat dapat menjadi garis hidup antara lingkungan "kasus" yang
sering impersonal tanggapan dan kebutuhan budaya dan spiritual
subyektif pasien dan keyakinan yang dihormati sebagai bagian dari
penyediaan lingkungan penyembuhan di semua tingkatan, melihat dan
menghormati “wajah” orang lain dan atau kebutuhan pribadinya,
individu.
Kata kunci dari caratif factor ke 8 ini adalah privacy adalah personal,
ketika privacy diberikan dengan baik berarti martabat manusia dihargai.

9. Membantu pemenuhan kebutuhan dasar. Perawat membantu pasien dalam


memenuhi kebutuhan biopsikososial dan spiritual.
Hirarki kebutuhan dasar Waston hampir sama dengan Maslow, yakni:
kebutuhan untuk bertahan hidup (survival), kebutuhan fungsional, kebutuhan
integrative, kebutuhan untuk tumbuh, dan kebutuhan untuk mencari bantuan
(seeking) ketika individu kesulitan memenuhi kebutuhan dasarnya. Jean
Watson dalam memahami konsep keperawatan terkenal Watson ini didasari
pada unsur teori kemanusiaan. Pandangan dengan teori pengetahuan manusia
dan merawat manusia. Tolak ukur pandangan teori Jean Watson ini memahami
bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang saling
berhubungan diantaranya kebutuhan dasar biofisikal (kebutuhan untuk hidup)
yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan
kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang
meliputi kebutuhan aktifitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan
psikososial (kebutuhan untuk integrasi) yang meliputi kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal
(kebutuhan untuk pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Jean Watson mengungkapkan bawah perilaku caring tercermin dalam
sikap rendah hati, menghormati orang lain, jujur, ramah, sabar, peduli dan welas
asih. Selain itu sikap sabar, penuh kelembutan, peduli, dan empati dapat
diterapkan perawat setiap kali berinteraksi dengan pasien/keluarga. Dengan
demikian dia meyakini bahwa pemberian asuhan keperawatan berdasarkan
science of caring yang menjadi jiwa/roh para perawat dalam bertindak adalah
hal yang mendukung terwujudnya kesehatan pasien.

Aplikasi teori Jean Watson selain dengan kata-kata seperti di atas dapat
juga dicontohkan secara nyata dalam aplikasi keperawatan pasien dengan sakit
yang dianggap pasien sendiri sudah tidak akan tertolong lagi atau pasien
merasa sudah tidak ada harapan hidup lagi. Dari kondisi-kondisi yang sudah
diciptakan di atas, harapannya hubungan antar perawat dan pasien sudah
terjalin, pasien dapat lebih tenang, mau berinterkasi lagi dengan orang lain.
Dalam situasi seperti ini perawat dapat mengarahkan pasien untuk berpersepsi
lebih positif seperti dengan berdoa sehingga perawat mampu meciptakan
perasaan yang semakin nyaman, aman dan pasien merasa mendapatkan
keleluasaan pribadi (menciptakan lingkungan yang mendukung keadaan mental,
sosial, cultural dan lingkungan spiritual)
Jean Watson menitikberatkan kebutuhan dasar manusia hampir sama
dengan maslow yaitu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi, karena kebutuhan
dasar manusia ini meliputi bio-psiko-sosio. Kita perawat diharapkan lebih peka
dalam melihat pasien. Contoh kasus pasien dengan sesak nafas, gelisah,
cemas, maka kita sebagai perawat harus peka akan kebutuhannya, apakah
hanya sesak nafasnya saja atau ada yang lain, ternyata setelah dikaji pasien
merasa ingin buang air besar dan pasien tidak ada yang menunggu pasien malu
bicara dengan perawat peran kita sebagai perawat harus peka akan kebutuhan
dasarnya dan perawat mampu membantunya dengan tulus. Contoh, pasien
febris hari ke 4 suhu 40 oC, trombosit 87 , pasien belum mandi 3 hari. Peran
perawat kolaborasi dengan dokter untuk penurun panas dan memenuhi
kebutuhan dasar pasien tersebut. Hygine/ mandi. peran perawat memberikan
edukasi dan penjelasan tentang kebutuhan hygine perseorangan, agar pasien
tersebut terpenuhi kebutuhan dasarnya tentang hygine. Setelah itu pasien kita
tawari apakah mau mandi dengan kita atau mau mandi dengan keluarganya.

Hadir dengan sepenuhnya dan mewujudkan dan mempertahankan


system kepercayaan yang dalam dunia kehidupan subjektif dari dirinya dan
pasien. Menerapkan perilaku yang penuh kasih sayang, kebaikan, ketenangan.
Memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan sauhan keperawatan
kebutuhan dasar manusia perawat merawat pasien dengan rasa tulus iklas,
cinta kasih, empati, tidak dengan bersungut sungut, maka seorang pasien akan
merasa lebih nyaman dan senang. Bekerja dengan hati tidak hanya rutinitas saja
tetapi benar –benar melihat pasien sebagai pribadi yang utuh. Selain itu aplikasi
dari Jean Watson yaitu menghormati kebutuhan manusia secara utuh,
membantu orang lain menjadi nyaman, menghormati privaci orang lain,
melibatkan keluarga dalam melakukan tindakan keperawatan, dan berbicara
secara terbuka.

10. Memberi kesempatan pada pasien untuk mempelajari fenomena yang terjadi.
Menurut Jean Watson, membentuk perilaku caring perawat dimulai sejak
berada dalam pendidikan. Artinya peran pendidikan dalam membangun caring
perawat sangat penting. Penekanan pada humanistic, kepedulian dan
kepercayaan, komitmen membantu orang lain dan berbagai unsur caring lain
harus ada dalam pendidikan keperawatan. Mengembangkan faktor kekuatan
eksistensial–fenomenologi dalam keperawatan adalah sebuah perilaku perawat
yang di dasari aspek mengijinkan untuk terbuka pada eksistensi
fenomenologikal dan spiritual, cara penyembuhan yang tidak dapat dijelaskan
secara utuh dan ilmiah melalui pemikiran masyarakat modern/menghargai
kekuatan eksistensial fenomenologi.
Menurut Watson, kekuatan eksistensial fenomenologi merupakan faktor
yang bertujuan agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.
Terkadang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/ pemikiran yang bersifat
pro aktif. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang diri
sendiri. Diakuinya faktor kreatif ini dalam ilmu keperawatan membantu perawat
dalam menemukan arti kesulitan hidup. Karena irrasional tentang kehidupan,
penyakit dan kematian, perawat menggunakan faktor kreatif ini untuk
membantu memperoleh kekuatan daya unutk menghadapi kehidupan atau
kematian. Fenomenologi merupakan suatu keadaan langsung yang dapat
membuat seseorang mengerti tentang situasi yang terjadi. Hal ini mampu
membawa perawat untuk memahami diri sendiri dan orang lain. Psikologi
eksistensial adalah keberadaan ilmu tentang manusia yang digunakan untuk
menganalisa fenomenologi. Manifestasi perilaku caring perawat berdasarkan
mengijinkan untuk terbuka pada eksistensial fenomenologikal agar
pertumbuhan diri dan kematanagn jiwa pasien dapat dicapai adalah memberi
kesempatan kepada pasien dan keluarga dalam keinginannya untuk melakukan
terapi alternative sesuai keinginannya, memotivasi pasien dan keluarga untuk
berserah diri pada Tuhan, menyiapkan pasien dan keluarga saat menghadapi
fase berduka (Firmansyah, Noprianty, & Karana, 2019).
Sikap dari seorang perawat adalah salah satu cara untuk menyampaikan
sikap caring dari seorang perawat. Perawat harus bisa mengerti bagaimana
menempatkan diri secara terapetik dan kapan dapat menerapkannya pada
berbagai jenis keadaan pasien. Banyak pasien menganggap bahwa
humor/candaan adalah salah satu sikap terapeutik, namun perawat perlu
menentukan kapan bisa menggunakannya kapan tidak. Selain itu perawat juga
bisa menjadi strees jika slalu berhubungan dengan kondisi pasien yang stress.
Seorang perawat yang mengalami stress dapat mempengaruhi cara bersikap
dan kinerja baik kepada pasien maupun dalam kerja sama tim. Oleh karena itu,
perawat harus mampu mengelola emosinya secara mandiri dan bisa
memberikan dukungan bagi orang yang juga mengalami situasi yang sama
(Chambers & Ryder, 2009).
Faktor karatif kekuatan spiritual fenomenologikal-eksistensial ini
menjelaskan bahwa manusia hidup didalam sebuah misteri, hidup seseorang
bukanlah sebuah masalah yang perlu diselesaikan namun merupakan sebuah
misteri yang perlu dihidupi. Problematika manusia berada dalam ambiguitas,
paradox dan ketidakabadian, penderitaan dan penyembuhan yang merupakan
bagian dalam dinamika kesadaran manusia. Perawat terbuka terhadap
kemungkinan terjadinya mukzizat dan perawat menerima dan memegang
harapan pasien. Ketika seseorang mengalami suatu masalah dalam dirinya
yang bukan termasuk dalam pengobatan medis, disinilah pendekatan caring
yang dibutuhkan. Pendekatan caring menawarkan cara lain untuk melihat dari
segi kemanusiaan dan the human condition of Being-in-the-world untuk melihat
kedalam hidup seseorang melalui penilaian orang lain (Watson, 2008).

Beberapa contoh dari faktor karatif ke 10 adalah:

a. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga dalam


keinginannya untuk melakukan terapi alternatif sesuai keingnannya
b. Memotivasi pasien dan keluarga untuk berserah diri kepada Tuhan
c. Menyiapkan pasien dan keluarga saat menghadapi fase berduka
d. Perawat mengerti dengan keadaan kondisi yang dibutuhkan klien saat ini,
sehingga perawat dapat membantu seseorang untuk memahami
kehidupan klien di rumah sakit
e. Perawat membantu klien menjadi lebih baik dan sehat, artinya perawat
sudah membantu klin dalam pemenuhan kebutuhnanya namun belum
keseluruhan klien memiliki pandangan pada perawat terhadap
kebuhtuhan manusia

Menurut Wagner (2010), hal-hal yang dapat dilakukan dalam faktor carative
eksistensial-fenomenologikal:

1) Adanya kesediaan untuk membuka suatu hal yang tidak diketahui dalam
dirinya
2) Bersikap pasrah pada apa yang akan terjadi dan percaya pada kejaiban
yang mungkin terjadi
3) Berpartisipasi dalam suatu hal yang berbeda dengan yang selama ini
dilakukan
4) Selalu memelihara harapan yang ada dan menguatkan harapan tersebut
5) Ikut terlibat dalam kegiatan berbagi dan kepedulian pada sesama yang
membutuhkan
6) Menghargai dan memahami perasaan orang lain
7) Mengetahui dan memahami apa yang penting bagi diri sendiri dan orang
lain
8) Menunjukkan sikap menghormati pada suatu hal yang penting bagi orang
lain
9) Percaya bahwa cinta dan kebaikan ada dalam setiap keadaan yang ada
10) Menerima bahwa tidak semua hal yang terjadi dalam hidup dapat
dijelaskan

Anda mungkin juga menyukai