Anda di halaman 1dari 11

1.

KONSEP CARING

Pengertian ‘caring’

Apa yang dimaksud dengan caring?


Caring perawat merupakan sikap peduli yang memudahkan pasien untuk mencapai
peningkatan kesehatan dan pemulihan . Perilaku caring sebagai bentuk peduli, memberikan
perhatian kepada orang lain, berpusat pada orang, menghormati harga diri, dan kemanusiaan,
komitmen untuk mencegah terjadinya status kesehatan yang memburuk, memberi perhatian dan
menghormati orang lain (Nursalam, 2014 dalam Kusmiran 2015). Perilaku caring adalah esensi
dari keperawatan yang membedakan perawat dengan profesi lain dan mendominasi serta
mempersatukan tindakan-tindakan keperawatan (Waston, 2009 dalam Kusmiran 2015). Perilaku
Caring merupakan kunci sukses bagi perawat dalam menjalankan profesinya yaitu apabila
mempunyai ilmu untuk mensintesa semua kejadian yang berhubungan dengan klien, mampu
menganalisa, mengintepretasikan, mempunyai kata hati, dan mengerti apa yang terjadi terhadap
masalah yang dihadapi klien (Rinawati, 2012).
Fenomena Caring
Seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan sangat diperlukannya
sikap caring. Dahulu perawat dikenal sebagai seorang yang judes, galak dan tidak pernah
senyum saat memberikan asuhan keperawatan, tetapi saat ini fenomena tersebut mulai bergeser
menjadi seorang perawat harus mempunyai jiwa yang Caring terutama saat berinteraksi dan
memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Untuk membangun pribadi yang mempunyai jiwa
caring, seorang perawat dituntut memiliki pengetahuan yang baik tentang kebutuhan manusia.
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri
klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan.
Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami
diri sebelum mamahami orang lain.
Caring yang diharapkan dalam keperawatan adalah sebuah perilaku perawat yang didasari
dari beberapa aspek diantaranya:
a. Humanistic altruistic (mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan
b. Menanamkan kepercayaan dan harapan
c. Mengembangkan kepekaan terhadap diri sendiri dan orang lain
d. Pengembangan bantuan dan hubungan saling percaya
e. Meningkatkan dan menerima ungkapan perasaan yang positif dan negatif
f. Sistematis dalam metode pemecahan masalah
g. Pengembangan pendidikan dan pengetahuan interpersonal
h. Meningkatkan dukungan, perlindungan mental, fisik, sosial budaya dan lingkungan
spiritual
i. Senang membantu kebutuhan manusia
j. Menghargai kekuatan eksistensial-phenomenogikal (Watson, 1985 cit Kozier, 2010).

Mengapa perawat harus ‘care’?


Perawat yang diharapkan memiliki kemampuan empati, yaitu kemampuan untuk melakukan
aksi komunikasi secara sadar kepada pasien sehingga dapat memahami dan merasakan suasana
hati pasien tersebut, mampu melihat permasalahan dari sudut pandang pasiean, dan tidak
bersikap menghakimi,menyalahkan atau menghina pasien. Perilaku yang muncul dari tiap
perawat terhadap pasien berbeda-beda, hal ini terkait dengan kemampuan empati perawat itu
sendiri, adapun yang mempengaruhi kemampuan empati, yaitu: pikiran yang optimis, tingkat
pendidikan, keadaan psikis (mood), pengalaman, usia, jenis kelamin, latar belakang sosial
budaya, status sosial, dan beban hidup. Faktor-faktor tersebut diperlukan untuk menunjang
perawat dalam meningkatkan kemampuan empati. Seperti disebutkan sebelumnya, apabila
kondisi fisik seseorang mengalami suatu keadaan sakit, maka akan mempengaruhi kondisi
psikisnya pula, dan biasanya pasien akan lebih labil emosinya. Nah, tenaga kesehatan khususnya
perawat harus peka dengan keadaan seperti ini, perawat tidak hanya menangani kondisi fisik dari
pasien tetapi kondisi psikisnya juga, dengan berempati kepada pasien maka diharapkan pasien
dapat sembuh lebih cepat.
Referensi:
Chalmers, K.J. and Luker, K.A. (1992). The development of the health visitor-client relationship.
Scandinavian Journal of Caring Science, 5: 33-41.
Eni, Kusmiran.(2015).Soft skills caring dalam pelayanan keperawatan.Jakarta: Trans Info Media
McDruru, J. (1994). Client satisfaction in the community setting: a review of literature. New
Zealand Practice Nurse, September, 92-3.
Taylor, R., Ford, G. and Dunbar, M.(1995). The effects of caring on health: a community based
longitudinal study. Social Science and Medicine, 40(10): 1407-15.
Teori keperawatan tentang caring
Jelaskan tentang Cultural care diversity and universality: A Theory of Nursing (1991) by
Dr. Madeleide Leininger
Garis besar teori Leininger adalah tentang culture care diversity and universality, atau yang
kini lebih dikenal dengan transcultural nursing. Awalnya, Leininger memfokuskan pada
pentingnya sifat caring dalam keperawatan. Namun kemudian dia menemukan teori cultural
diversity and universality yang semula disadarinya dari kebutuhan khusus anak karena didasari
latar belakang budaya yang berbeda. Transcultural nursing merupakan subbidang dari praktik
keperawatan yang telah diadakan penelitiannya. Berfokus pada nilai-nilai budaya, kepercayaan,
dan pelayanan kesehatan berbasis budaya.
Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah mengembangkan sains dan pohon
keilmuan yang humanis, sehingga tercipta praktik keperawatan pada kebudayaan yang spesifik
dan universal (Leininger, dalam Ferry Efendi dan Makhfudli, 2009). Dalam hal ini, kebudayaan
yang spesifik merupakan kebudayaan yang hanya dimiliki oleh kelompok tertentu. Misalnya
kebudayaan Suku Anak Dalam, Suku Batak, Suku Minang. Sedangkan kebudayaan yang
universal adalah kebudayaan yang umumnya dipegang oleh masyarakat secara luas. Misalnya,
kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan perilaku yang baik, untuk meminimalisir
tubuh terkontaminasi oleh mikroorganisme ketika makan. Dengan mengetahui budaya spesifik
dan budaya universal yang dipegang oleh klien, maka praktik keperawatan dapat dilakukan
secara maksimal.
Kelebihan Teori Madeleine Leininger
a. Merupakan perspektif teori yang bersifat unik dan kompleks, karena tidak kaku
memandang proses keperawatan. Bahwa kebudayaan klien juga sangat patut diperhatikan
dalam memberikan asuhan.
b. Pengaplikasiannya memaksimalkan teori keperawatan lain, seperti Orem, Virginia
Henderson, dan Neuman.
c. Teori transkultural ini dapat mengarahkan perawat untuk membantu klien dalam
mengambil keputusan, guna meningkatkan kualitas kesehatannya.
d. Mengatasi berbagai permasalahan hambatan budaya yang sering ditemukan saat melakukan
asuhan keperawatan.
Referensi:
Efendi, Ferry & Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Diakses, 23 Februari 2015, dari
https://books.google.co.id/books?
id=LKpz4vwQyT8C&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false.
Leininger, M.M, and Marilyn R. McFarland. 2006. Culture Care Diversity and Universality. A
Worldwide Nursing Theory. Jones and Bartlett Publishers

Jelaskan tentang teori Jean Watson ?


Caring science merupakan suatu orientasi human science dan kemanusiaan terhadap proses,
fenomena, dan pengalaman human caring. Caring science, seperti juga science lainnya, meliputi
seni dan kemanusiaan. Transpersonal Caring mengakui kesatuan dalam hidup dan hubungan-
hubungan yang terdapat dalam lingkaran caring yang konsentrik – dari individu, pada orang lain,
pada masyarakat, pada dunia, pada planet Bumi, pada alam semseta (Watson, 2004).Teori human
caring yang dikembangkan oleh Watson antara tahun 1975-1979, hanya berkisar pada sepuluh
carative factors sebagai suatu kerangka untuk memberikan suatu bentuk dan fokus terhadap
fenomena keperawatan. Watson menganggap istilah “factors” terlalu stagnant terhadap
sensibilitasnya di masa kini. Ia pun kemudian menawarkan suatu konsep yang lebih sesuai
dengan evolusi teorinya dan arahnya di masa depan. Konsep tersebut adalah “clinical caritas”
dan “caritas processes”, yang dianggapnya lebih cocok dengan ide-ide dan arah perkembangan
teorinya (Watson, 2004)

Referensi :
Muhlisin, Abi; Ichsan, Burhannudin.Aplikasi Model Konseptual Caring dari Jean Watson dalam
Asuhan Keperawatan. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol 1 No.3 September
2008 ; 147-150

Asumsi dasar tentang keperawatan Watson


Watson mengidentifikasi banyak asumsi dan beberapa prinsip dasar dari transpersonal caring.
Watson meyakini bahwa jiwa seseorang tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu. Watson
menyatakan tujuh asumsi tentang science of caring. Asumsi dasar tersebut yaitu:
1. Caring dapat didemonstrasikan dan dipraktekkan dengan efektif hanya secara interpersonal
2. Caring terdiri dari carative factors yang menghasilkan kepuasan terhadapkebutuhan manusia
tertentu
3. Efektif caring meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan individu dan keluarga
4. Respon caring menerima seseorang tidak hanya sebagai dia saat ini, tetapi juga menerima
akan jadi apa dia kemudian
5. Lingkungan caring adalah sesuatu yang menawarkan perkembangan dari potensi yang ada,
dan di saat yang sama membiarkan sesorang untuk memilih tindakan yang terbaik bagi
dirinya saat itu
6. Caring lebih “healthogenic” daripada curing.
7. Praktek caring merupakan sentral bagi keperawatan.
Referensi :
Muhlisin, Abi; Ichsan, Burhannudin.Aplikasi Model Konseptual Caring dari Jean Watson dalam
Asuhan Keperawatan. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol 1 No.3 September
2008 ; 147-150

Jelaskan teori keperawatan swanson


Teori caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami kebiasaan dan
proses karakteristik pelayanan. Teori caring Swanson menjelaskan tentang proses caring yang
terdri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti di dalam hidup seseorang, hadir
secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti melakukan terhadap diri
sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi
kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam menjalani hidupnya. Swanson (1991)
menjelaskan middle range theory of caring. Caring didefinisikan sebagai ´a nurturing way of
relating to a valued other toward whom one feels a personal sense of commitment and
responsibility`. Kata kunci dari definisi tersebut adalah memberikan asuhan keperawatan yang
bernilai kepada klien dengan penuh rasa komitment dan tanggung jawab.
Pandangan Swanson (1993) tentang keperawatan adalah siapa yang kita layani, bagaimana
kita memberikan pelayanan dan kenapa kita terus untuk melayani merupakan keharusan bagi
perawat untuk dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan, diri sendiri, fokus pada kemanusian
dan caring. Yang kemudian disempurnakan dengan adanya transaksi antara keperawatan, setiap
perawat dan klien bahwa perawat adalah profesi yang memiliki komitmen caring, pemeliharan
akan martabat manusia dan meningkatkan kesehatan.
Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang
lain, pengawasan dengan waspada, perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau
menyayangi. Caring adalah sentral untuk praktik keperawatan karena caring merupakan suatu
cara pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti yang penting terutama dalam
praktik keperawatan (Nanda Sartika, 2010).
Tindakan caring bertujuan untuk memberikan asuhan fisik dan memperhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien. Kemudian caring juga menekankan harga diri
individu, artinya dalam melakukan praktik keperawatan, perawat senantiasa selalu menghargai
klien dengan menerima kelebihan maupun kekurangan klien sehingga bisa memberikan
pelayanan kesehatan yang tepat. Penilaian terhadap seorang perawat dapat terlihat dari perilaku
Caring yang dimiliki perawat. Teori Caring Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk
memahami kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori Caring Swanson (1991)
menjelaskan tentang proses Caring yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang
berarti di dalam hidup seseorang, hadir secara emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain
sama seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan memudahkan jalan
seseorang dalam menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan seseorang dalam
menjalani hidup. (Potter & Perry, 2009 : 112).
Referensi :
Kristen M. Swanson: Nursing as Informed Caring for the Well-Being of Others
Alligood, MR,. 2014. Nursing Theorists and Their Work Edition 8. USA: Elsiver
Nursalam,. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis Edisi 4. Jakarta:
Salemba Medika
Nursalam., 2014. Orasi Ilmiah: Caring Sebagai Dasar Peningkatan Mutu Pelayanan Keperawatan
Dan Keselamatan Pasien
Mariyanti, Nursalam, Kurniawati,. 2015. Model Peningkatan Perilaku Caring Terhadap
Pencapaian Kompetensi Mahasiswa Pada Keperawatan Kritis.Jurnal Ners. Vol. 10. No. 1, hlm.
158-164.

Deskripsikan caring yang telah anda terapkan di keluarga, STIK Muhammadiyah serta
yang ditemukan di diri perawat selama ini

Caring yang di terapkan pada keluarga seperti mendengarkan dan menghadirkan diri pada
saat anak menceritakan pengalamannya ataupun pada saat anak sedang mengeluhkan akan
masalah yang di hadapinya. Penerapan caring yang dapat di terapkan di lingkungan Institusi
yaitu dengan mendengarkan dan menghargai ketika dosen menjelaskan ataupun menghargai ke
sesama teman pada diskusi kelompok pada saat menyampaikan opini serta rasa caring pada diri
sendiri yaitu menjaga kesehatan dan melaksanakan ibadah secara rutin merupakan salah satu
caring pada diri sendiri secara spiritual.

Aplikasi ‘caring’ dalam kehidupan sehari-hari dan praktik keperawatan


Tuliskan minimal 2contoh caring di praktik keperawatan
1. Mendengarkan
Untuk lebih mengerti dan memahami kebutuhan klien, mendengarkan merupakan kunci,
sebab hal ini menunjukkan perhatian penuh dan ketertarikan perawat. Mendengarkan
membantu perawat dalam memahami dan mengerti maksud klien dan membantu menolong
klien mencari cara untuk mendapatkan kedamaian.
2. Memahami klien
Salah satu proses caring menurut Swanson (1991) adalah memahami klien. Memahami klien
sebagai inti suatu proses digunakan perawat dalam membuat keputusan klinis. Memahami
klien merupakan pemahaman perawat terhadap klien sebagai acuan melakukan intervensi
berikut(Radwin,1995). Pemahaman klien merupakan gerbang penentu pelayanan sehingga,
antara klien dan perawat terjalin suatu hubungan yang baik dan saling memahami.
Referensi :
Mariyanti, Nursalam, Kurniawati,. 2015. Model Peningkatan Perilaku Caring Terhadap
Pencapaian Kompetensi Mahasiswa Pada Keperawatan Kritis.Jurnal Ners. Vol. 10. No. 1, hlm.
158-164.
Jelaskan aplikasi caring dalam journal dibawah ini:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1365-2702.2000.00349.x/full
Jurnal yang berjudul Caring in nursing: perceptions of Hong Kong nurses penelitian ini di
lakukan oleh Bernard M.C.Yam dan Joh Chin Rossiter dari Departemen Keperawatan, Fakultas
Kedokteran, The Chinese University of Hongkong. Penelitian ini di lakukan dengan melibatkan
10 perawat di universitas setempat dengan dua responden laki-laki dan delapan responden
perempuan. Metode pengambilan data dengan wawancara responden. Hasil penelitian
menunjukan bahwa perawat dalam penelitian ini menghargai pentingnya mengekspresikan
perilaku dan keterampilan interpersonal dalam memberikan perawatan holistik ke pasien. Selain
itu memberikan perawatan ke pasien tidak boleh diabaikan karena status ekonomi.
Mengintegrasikan perawatan manusia dan ekonomi ke dalam sistem di mana tujuan perawatan
pasien dan kelangsungan hidup organisasi saling melengkapi menuntut pendekatan kreatif.
Kemampuan perawat untuk keseimbangan kedua aspek ini akan menunjukkan komitmen dan
akuntabilitas profesional mereka, dan pada akhirnya meningkatkan citra keperawatan modern.

Perbedaan caring dan curing


Jelaskan perbedaaan caring dan curing
Caring adalah sentral untuk praktek keperawatan karena caring merupakan suatu cara
pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk lebih meningkatkan kepeduliannya
kepada klien. Kunci dari kualitas pelayanan asuhan keperawatan adalah perhatian, empati dan
kepedulian perawat. Hal ini sangat sesuai dengan tuntutan masyarakat pada saat ini yaitu
mengharapkan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Caring secara umum dapat diartikan
sebagai suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain, pengawasan dengan waspada,
perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau menyayangi.
Keperawatan sebagai suatu profesi dan berdasarkan pengakuan masyarakat adalah ilmu
kesehatan tentang asuhan atau pelayanan keperawatan atau The Health Science of Caring
(Lindberg,1990). Secara bahasa, caring dapat diartikan sebagai tindakan kepedulian dan curing
dapat diartikan sebagai tindakan pengobatan. Namun, secara istilah caring dapat diartikan
memberikan bantuan kepada individu atau sebagai advokasi pada individu yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan dasarnya. Sedangkan curing adalah upaya kesehatan dari kegiatan dokter
dalam prakteknya untuk mengobati klien.
Dalam penerapannya, konsep caring dan curing mempunyai beberapa perbedaan, diantaranya:
a. Caring merupakan tugas primer perawat sedangkan Curing adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang perawat lebih melakukan tindakan kepedulian terhadap klien daripada
memberikan tindakan medis. Oleh karena itu, caring lebih identik dengan perawat.
b. Curing merupakan tugas primer seorang dokter sedangkan Caring adalah tugas sekunder.
Maksudnya seorang dokter lebih melibatkan tindakan medis tanpa melakukan tindakan
caring yang berarti. Oleh karena itu, curing lebih identik dengan dokter.
c. Dalam pelayanan kesehatan klien yang dilakukan perawat, ¾ nya adalah caring dan ¼ nya
adalah curing.
d. Caring bersifat lebih “Healthogenic” daripada Curing. Maksudnya caring lebih menekankan
pada peningkatan kesehatan daripada pengobatan. Di dalam praktiknya, caring
mengintegrasikan pengetahuan biofisik dan pengetahuan perilaku manusia untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan untuk menyediakan pelayanan bagi mereka yang sakit.
e. Tujuan caring adalah membantu pelaksanaan rencana pengobatan/terapi dan membantu
klien beradaptasi dengan masalah kesehatan, mandiri memenuhi kebutuhan dasarnya,
mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan dan meningkatkan fungsi tubuh sedangkan
tujuan curing adalah menentukan dan menyingkirkan penyebab penyakit atau mengubah
problem penyakit dan penanganannya
f. Diagnosa dalam konsep curing dilakukan dengan mengungkapkan penyakit yang diderita
sedangkan diagnosa dalam konsep caring dilakukan dengan identifikasi masalah dan
penyebab berdasarkan kebutuhan dan respon klien.

Tuliskan contoh caring dan curing yang anda pahami


Pada pasien yang mengalami luka Diabetes Mellitus (DM) pada bagian kaki dan pasien tidak
bisa berjalan dengan baik maka hal yang seharusnya di lakukan perawat adalah menolong pasien
berjalan dalam melakukan pelatihan. Dan jika pasien merasa kurang percaya diri untuk
berinteraksi dengan orang di sekitarnya maka tugas seorang perawat yaitu memberikan motivasi
dan dukungan bahwa tidak selamanya orang yang mengalami DM tersebut akan dijauhi oleh
setiap orang. Perhatian yang lebih kepada pasien sangat mendukung semangat pasien untuk
sembuh dan meningkatkan derajat kesehatannya.

Pelayanan keperawatan dalam sistem pelayanan kesehatan


Jelaskan pelayanan keperawatan dalam sistem pelayanan kesehatan sistem klien
1. Aplikasi Caring dan Curing dalam pelayanan kesehatan.
Aplikasi caring diterapka pada asuhan psikologis dalam keperawatan. Saat ini beberapa studi
relative telah dilakukan untuk mengeksplorasi makna caring bagi perawat yang
melakukannya setiap hari. Jika perawat adalah profesi caring, perlu dilakukan banyak riset
untuk mengetahui makna caring dan bagaimana caring mempengaruhi pemberi asuhan
keperawatan professional. Sebuah pendekatan untuk mengeksplorasi caring adalah melalui
pemeriksaan asuhan psikologis pasien, yaitu dengan memberikan kenyamanan, dukungan,
kasih saying, empati, perilaku menolong secara langsung, koping, pengurangan stress yang
spesifik, sentuhan, pengasuhan, bantuan, pengawasan, perlindungan, pemulihan, stimulasi,
pemeliharaan kesehatan, pendidikan kesehatan, dan konsultasi kesehatan.
2. Aplikasi Curing dalam Pelayanan Kesehatan.
Aplikasi curing diterapkan sebagai aktivitas yang dibutuhkan untuk memberikan kebutuhan
medis terhadap pasien, disini tenaga kesehatan mendiagnosa terhadap penyakit yang diderita
pasien, dan kemudian melakukan tindakan pengobatan secara medis berdasarkan kondisi
fisik pasien. Jadi curing di aplikasikan lebih kepada bagaimana mengetahui penyakit yang
diderita pasien dan cara penanggulangannya.
Jelaskan pelayanan kesehatan dalam sistem pelayanan kesehatan di tingkatan pelayanan
kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan salah satu komponen dalam sistem kesehatan nasional yang
bersentuhan langsung dengan masyarakat. Akses ke pelayanan kesehatan meliputi:
a. Ketersediaan pelayanan kesehatan, yang terdiri dari fasilitas pelayanan kesehatan, sumber
daya tenaga, dan jam pelayanan;
b. Akses fisik untuk mencapai tempat pelayanan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan,
yang terdiri dari kondisi pra sarana jalan dan ketersediaan alat transportasi;
c. Akses ekonomi, yang terdiri dari biaya berobat, biaya transportasi menuju pelayanan
kesehatan, dan kepemilikan asuransi kesehatan; dan
d. Akses sosial, yang terdiri dari kelengkapan informasi dari petugas, keramahan petugas,
kepuasan pelayanan, dan kepercayaan masyarakat atas petugas kesehatan (Laksono,
2016).
Referensi :
Laksono, A.D. 2016. Health Care Accessibility (Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan). Dalam: S.
Supriyanto, D.Chalidyanto, & R. D. Wulandari (Eds.), Aksesibilitas Pelayanan Kesehatan di
Indonesia (pp. 5–20). Jogjakarta, Kanisius.

2. ETIK KEPERAWATAN

a. Artikel
JAKARTA, KOMPAS.com - Polisi menangkap seorang perawat bersama 23 orang lain
karena diduga menjual obat terapi pasien Covid-19 di atas harga eceran tertinggi (HET).
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus menjelaskan, modus perawat
adalah dengan mengumpulkan obat dari pasien Covid-19 yang meninggal dunia. "Modus
perawat yang bermain, dia mengambil obat pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Ada
pasien yang meninggal dunia obatnya dikumpulkan, nanti kalau udah terkumpul dia
mainkan harganya," kata Yusri di Jakarta, Rabu (4/8/2021). Baca juga: Menurut Polisi,
Kasus Warga Bekasi yang NIK-nya Dipakai WNA karena Salah Input Angka Yusri
menjelaskan, perawat ini tergabung dalam sindikat penjualan obat Covid-19 di atas HET
bersama 23 pelaku lainnya. Namun, Yusri tak dapat menjelaskan identitas perawat tersebut
karena khawatir dapat menggangu kinerja tenaga kesehatan lain di masa pandemi Covid-19.
"Tapi mohon maaf kami tidak bisa menyampaikan (identitas). Jangan membuat mereka
down, semua perawat dan dokter merupakan pahlawan pahlawan kami," kata Yusri.
Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu. Daftarkan email Sebelumnya,
Polda Metro Jaya menangkap 24 orang karena diduga menjual obat terapi bagi Covid-19 di
atas HET yang dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya. Modus lain para pelaku adalah membeli
obat di apotek untuk ditimbun guna mendapatkan harga yang tinggi. "Kita ketahui
masyarakat membutuhkan obat terapi Covid-19, tapi ternyata banyak penjahat dengan
menaikkan HET. Dari sini kami mengamankan ada 24 orang, termasuk satu perawat," ujar
Yusri. Baca juga: Pungli Bansos Tunai di Depok, Warga Cimanggis Mengaku Diancam
Dipersulit oleh Ketua RT Yusri tak menampik, di tengah pandemi Covid-19, banyak orang
yang mencari keuntungan dengan melakukan berbagai cara. "Karena kita ketahui bahwa
obat, tabung oksigen itu dibutuhkan oleh masyarakat. Kepada mereka (pelaku) semua, kami
kenakan Undang-Undang Nomor 8 tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang
Kesehatan, ancaman 10 tahun penjara," kata Yusri.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Oknum Perawat Ambil Obat Milik
Pasien Covid-19 yang Meninggal, Jual Harga Lebih Mahal", Klik untuk baca:
https://megapolitan.kompas.com/read/2021/08/04/19475131/oknum-perawat-ambil-obat-
milik-pasien-covid-19-yang-meninggal-jual-harga.
Penulis : Muhammad Isa Bustomi
Editor : Sandro Gatra
b. Pembahasan
Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja membuat keputusan. Kode etik adalah sistem norma,
nilai, aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa yang benra apa yang baik,
serta apa yang tidak benar dan apa yang tidak baik bagi profesional. Kode etik menyatakan
perbuatan apa yang benar dan perbuatan apa yang salah. Kode Etik Keperawatan adalah
standar perilaku yang mengatur tata perilaku seorang perawat. Kode Etik Keperawatan di
keluarkan oleh DPP PPNI (Persatuan Perawat Nasional Indonesia) tahun 2000.
Pada kasus ini permasalahan etik keperawatan yang terjadi adalah oknum perawat
mengambil Obat pasien Covid-19 yang meninggal dan menjualnya kembali. Prinsip etik
yang berkaitan dengan permasalah diatas adalah Beneficence (Berbuat Baik). Prinsip ini
menuntut perawat untuk melakukan hal yang baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan
atau kejahatan. Setiap langkah perbuatan dan tindakan yang dilakukan oleh perawat pada
pasien harus untuk kepentingan terbaik pada pasien. Semata mata mata hanya untuk
kebaikan pasien.

Anda mungkin juga menyukai