Anda di halaman 1dari 116

UNIVERSITAS INDONESIA

ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN PADA KLIEN


DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

HUTAMI LESTYO RAHAYU


NPM 1106021903

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JUNI 2016

i Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


ASUHAN KEPERAWATAN KETIDAKBERDAYAAN PADA KLIEN
DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners pada
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia

HUTAMI LESTYO RAHAYU


NPM 1106021903

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
DEPOK
JUNI 2016

ii Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Hutami Lestyo Rahayu


NPM 1106021903
Tanda Tangan :

Tanggal : 24 Juni 2016

iii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:

Nama : Hutami Lestyo Rahayu


NPM 1106021903
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan pada Klien
dengan Diabetes Mellitus Tipe 2

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
Keperawatan pada Program Studi Profesi Ners, Fakultas Ilmu Keperawatan,
Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Novy H. C. Daulima, S.Kp., M.Sc (....................)

Penguji I : Ice Yulia Wardani S.Kp. M.Kep., Sp. Kep.J (....................)

Penguji II : Ns Esti Diyah Kaud Sariyah, S.Kep (....................)

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 24 Juni 2016

iv Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayahNya kepada penulis, sehingga Karya Ilmiah Akhir Ners ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan pada Klien dengan
Diabetes Mellitus Tipe 2” telah selesai pada waktunya. Karya Ilmiah Akhir Ners
ini dibuat sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ners pada Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.

Karya Ilmiah Akhir Ners ini, tidak dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai
pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa
pihak yang telah membantu:
1. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia
2. Dr. Novy H. C. Daulima, S.Kp., M.Sc selaku Dosen Pembimbing yang
telah memberikan bimbingan, arahan, saran, dan dukungan moral
3. Ice Yulia Wardani S.Kp. M.Kep., Sp. Kep.J, dan Ns. Giur Hargiana, S.
Kep., M.Kep selaku pembimbing akademik mata ajar Praktik Keperawatan
Kesehatan Masalah Perkotaan yang telah mengarahkan dan memberi
motivasi kepada penulis dalam penyusunan karya ilmiah akhir ners.
4. Linggar Kumoro, S.Kp selaku kepala ruang Antasena RS DR. H.
Marzoeki Mahdi Bogor dan selaku pembimbing klinik
5. Ns Esti Diyah Kaud Sariyah, S.Kep selaku pembimbing klinik
6. Seluruh perawat ruang Antasena yang telah memberikan arahan dan
bimbingan kepada penulis selama praktik PKKMP
7. Ibu H dan seluruh klien yang telah memberikan pengalaman dalam
pemberian asuhan keperawatan selama berpraktik di RSMM Bogor
8. Bapak Triyatmo dan Ibu Triaswatiningsih selaku orang tua penulis yang
telah memberikan dukungan, doa, semangat, nasihat, dan sarannya
9. Kakak dan adik saya (Intan Pratiwi Ahadi dan Hasna Kurnia Putri) yang
telah memberikan dukungan serta doa

v Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


10. Teman-teman terdekat (Ilham Andy Wira Utama, Dika Rina Rahayu, Putri
Nilasari, Nunung Nurjanah, Istiqomah Nurul Fauziah) yang telah
memberikan semangat dan dukungan kepada penulis
11. Teman-teman FIK UI 2011 yang telah memberikan dukungan dan
persahabatan kepada penulis selama ini
12. Kelompok Mahasiswa PKKMP Antasena (Yeni, Evi, Fuji, Kak Muti) serta
teman sebimbingan KIAN (Afif, Juwita, Kak Yogi) yang telah membantu
penulis mengisi hari-hari praktik PKKMP. Semoga kita selalu sehat jiwa.
13. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penulisan Karya Ilmiah
Akhir Ners ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Karya Ilmiah Akhir Ners ini tentunya tidak terlepas dari kekurangan karena
keterbatasan waktu, tenaga, dan pengalaman penulis. Kritik dan saran sangat
diperlukan untuk menyempurnakan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Semoga Karya
ilmiah akhir ners ini bermafaat bagi pengembangan ilmu keperawatan selanjutnya.

Depok, 24 Juni 2016


Penulis

vi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di


bawah ini:

Nama : Hutami Lestyo Rahayu

NPM 1106021903

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Fakultas Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive
Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan pada Klien dengan Diabetes


Mellitus Tipe 2

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hak bebas royalti
noneksklusif ini Universitas Indonesia bebas menyimpan, mengalih media/
formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap dicantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 24 Juni 2016

Yang Menyatakan

( Hutami Lestyo Rahayu )

vii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


ABSTRAK

Nama : Hutami Lestyo Rahayu


Program Studi: Ilmu Keperawatan
Judul : “Asuhan Keperawatan Ketidakberdayaan pada Klien dengan
Diabetes Mellitus Tipe 2”

Masyarakat perkotaan memiliki pola hidup yang mengutamakan kemudahan


dalam banyak kegiatan. Pola hidup yang mencerminkan hal tersebut seperti dalam
pengkonsumsian makanan atau minuman cepat saji dan aktifitas fisik yang
rendah. Pola hidup seperti yang telah dijelaskan dapat memicu terjadinya
peningkatan faktor risiko penyebab diabetes mellitus tipe 2. Lamanya proses
perawatan pada klien yang telah mengalami komplikasi, dapat memicu terjadinya
masalah psikososial seperti ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan merupakan
persepsi seseorang tentang kegiatannya atau tindakan yang dilakukan tidak akan
mempengaruhi apapun. Intervensi yang dapat dilakukan pada klien dengan
ketidakberdayaan seperti menanamkan pikiran positif, dan melatih afirmasi
positif. Intervensi yang dilakukan pada klien dapat mengontrol ketidakberdayaan
yang dialami.

Kata Kunci: afirmasi positif, diabetes mellitus tipe 2, ketidakberdayaan,


masyarakat perkotaan, pikiran positif

viii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


ABSTRACT

Name : Hutami Lestyo Rahayu


Major : Profession of Nursing
Title : “Nursing Care of Powerlessness in Client with Type
2 Diabetes Mellitus”

Urban people have a lifestyle that focuses on ease, such as the consumption of fast
food or drinks high carbohydrate and low physical activity. This life style can
lead to an increase in risk factors associated with type 2 diabetes mellitus. The
length of the treatment process in clients with complications can lead to
psychosocial problems such as powerlessness. Powerlessness is one's perception
of its activities or actions do not affect anything. Interventions that can be
performed on the client with the powerlessness such as practice of positive
thinking and positive affirmations. Interventions were performed on the client can
control the powerlessness experienced.

Keywords: positive affirmation, type 2 diabetes mellitus, powerlessness, urban


people, positive thoughts

ix Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.............................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
ABSTRACT............................................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................5
1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan..........................................................................................5
1.4.1 Manfaat Bagi Pendidikan.........................................................................5
1.4.2 Manfaat Bagi Pelayanan..........................................................................5
1.4.3 Manfaat Bagi Penelitian...........................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
2.1 Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan..............................................7
2.1.1 Definisi.....................................................................................................7
2.1.2 Pengaruh Lingkungan Kota Terhadap Kesehatan....................................7
2.2 Diabetes mellitus............................................................................................8
2.2.1 Definisi Diabetes mellitus........................................................................8
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus.................................................................10
2.2.3 Diabetes Mellitus Tipe 1........................................................................10
x Universitas Indonesia

2.2.4 Diabetes Mellitus Tipe 2........................................................................11


2.2.5 Komplikasi Diabetes mellitus................................................................12
Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016
DAFTAR ISI
2.3 Ketidakberdayaan.........................................................................................12
2.3.1 Definisi Ketidakberdayaan.....................................................................13
2.3.2 Faktor Ketidakberdayaan.......................................................................14
2.3.3 Batasan Karakteristik ketidakberdayaan................................................18
2.3.4 Etiologi Ketidakberdayaan.....................................................................20
2.3.5 Tanda dan gejala Ketidakberdayaan......................................................20
2.3.6 Proses Keperawatan pada Klien dengan Ketidakberdayaan..................21
BAB 3 TINJAUAN KASUS..................................................................................29
3.1 Pengkajian....................................................................................................29
3.2 Analisa Data.................................................................................................34
3.3 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan...................................37
3.4 Intervensi Keperawatan................................................................................37
3.5 Evalusi dan Rencana Tindak Lanjut.............................................................39
BAB 4 ANALISA SITUASI..................................................................................41
4.1 Analisa Masalah Keperawatan.....................................................................41
4.2 Analisa Intervensi Keperawatan...................................................................45
4.3 Penyelesaian Masalah...................................................................................49
BAB 5 PENUTUP..................................................................................................50
5.1 Kesimpulan...................................................................................................50
5.2 Saran.............................................................................................................51
7.2.1 Pendidikan..............................................................................................51
7.2.2 Pelayanan...............................................................................................51
7.2.3 Penelitian................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA

xi Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pengkajian Keperawatan Jiwa Masalah Psikosial


Lampiran 2 Analisis Data
Lampiran 3 Rencana Keperawatan
Lampiran 4 Catatan Perkembangan
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup

xii Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


BAB 1
PENDAHULUAN

Bab 1 ini berisi gambaran secara umum yang melatarbelakangi penelitian. Isi
dari bab 1 meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan
penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus serta manfaat
penelitian dilakukan penelitian yang terdiri dari manfaat bagi pendidikan,
pelayanan dan bagi penelitian.

1.1. Latar Belakang


Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 sejumlah 237.641.326 jiwa,
yang terdiri dari 119.630.913 jiwa penduduk laki-laki dan 118.010.413
jiwa penduduk perempuan (Badan Pusat Statistik, 2010). Dari data yang
ada, jumlah penduduk tertinggi di Indonesia berada di Provinsi Jawa
Barat, dengan jumlah penduduk sebesar 46.300.543 jiwa. Pada tahun
2012 jumlah penduduk Indonesia terbanyak tinggal di daerah perkotaan
yaitu, sekitar 54%. Jumlah ini terjadi peningkatan dibandingkan hasil
sensus penduduk pada tahun 2010 sebanyak 49% penduduk (Badan Pusat
Statistik, 2010).

Kesehatan dapat diartikan sebagai keadaan sehat fisik, mental, maupun


sosial (WHO, 2000 dalam Videback, 2008). Sehingga dapat disimpulkan
bahwa kesehatan pada seseorang bukan hanya tertuju pada keadaan sehat
secara fisik saja atau tidak terdapat penyakit, melainkan satu kesatuan
yang didalamnya juga memperhatikan kesehatan jiwa serta kesehatan
mental dan sosial secara seimbang. Apabila secara keseluruhan belum
terpenuhi atau terdapat gangguan, maka belum dapat digolongkan sebagai
kondisi sehat.

Penyakit oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dikelompokkan


menjadi dua, yaitu penyakit menular dan penyakit tidak menular

1 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


2

(Kementrian Kesehatan RI, 2014). Diabetes mellitus digolongkan menjadi


penyakit tidak menular, yang menjadi salah satu sorotan pada
permasalahan di Indonesia. Diabetes mellitus adalah golongan penyakit
metabolik yang memiliki karakteristik adanya peningkatan kadar glukosa
dalam darah yang berpengaruh pada produksi insulin, kerja insulin atau
keduanya (American Diabetes Association, 2014). Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan (2013), diabetes mellitus menempati urutan
kedua. Peningkatan prevalensi terjadinya angka kejadian diabetes mellitus
dari tahun 2007 sebesar 1,1 persen menjadi 2,4 persen pada tahun 2013.
Hal tersebut dapat terjadi karena pola makan dan gaya hidup masyarakat
perkotaan yang cenderung memperhatikan kemudahan dan kecepatan.
Pengkonsumsian makanan, minuman kemasan serta aktifitas fisik yang
rendah seperti yang terjadi pada Ibu H.

Masalah fisik yang timbul yang diakibatkan oleh masalah perkotaan juga
dapat mempengaruhi kesehatan jiwa. Selain kesehatan secara fisik,
kesehatan jiwa juga harus diperhatikan dengan baik. Kesehatan jiwa
merupakan suatu kondisi sehat secara emosional, psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional
(Videback, 2008). Pada kesehatan jiwa bukan hanya faktor internal yang
dapat berpengaruh. Faktor yang berasal dari lingkungan juga dapat
memberikan efek yang dapat menyebabkan munculnya masalah kejiwaan,
seperti masalah psikososial.

Kesehatan jiwa dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor individual,
interpersonal juga faktor sosial budaya. Faktor individual digambarkan
sebagai keadaan biologis, kegembiraan, spiritualitas, dan identitas diri.
Faktor yang kedua adalah interpersonal, didalamnya terdapat cara
bagaimana seseorang berkomunikasi efektif, menerapkan hubungan
harmonis dan saling membatu antar sesama manusia. Faktor yang terakhir

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


adalah sosial budaya, dalam faktor ini terdapat keinginan bagi seseorang
untuk hidup bermasyarakat dan mendukung keberagaman individu yang
berada disekitarnya. Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kesehatan jiwa
bagi seseorang individu dapat terjaga dengan baik. Apabila ketiga faktor
dalam kesehatan jiwa tersebut tidak terpenuhi, maka dapat terjadi masalah
psikososial seperti ketidakberdayaan.

Ketidakberdayaan merupakan salah satu masalah dalam kesehatan jiwa


yang ada di masyarakat. Ketidakberdayaan merupakan pengalaman hidup,
kurangnya pengendalian terhadap situasi, termasuk persepsi bahwa
tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil (NANDA, 2015).
Salah satu batasan karakteristik adanya ketidakberdayaan adalah frustasi
tentang ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sebelumnya. Pada
klien yang mengalami diabetes mellitus tipe 2, dapat terjadi masalah
psikososial. Seperti yang terjadi pada klien Ibu H. Ibu H merasakan
apapun yang dilakukannya tidak akan membuatnya sembuh, ditambah
lagi klien selalu memikirkan anak yang masih kecil dirumah. Klien
kehilangan peran seperti yang biasanya dilakukan selama klien
mendapatkan perawatan di RS DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

RS DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor merupakan rumah sakit umum dan


jiwa. Pendekatan intervensi keperawatan di ruang rawat umum tidak
hanya mencakup perawatan fisik, melainkan perawatan masalah
psikososial. Ruang rawat antasena merupakan ruang rawat kelas dua dan
tiga dengan kasus rawat penyakit dalam dan bedah. Klien dengan
penyakit dalam, memiliki masa rawat lebih lama bila dibandingkan
dengan klien dengan kasus bedah ditambah lagi apabila klien mengalami
komplikasi seperti hipoglikemi seperti Ibu H. Sehingga, klien dengan
masalah penyakit dalam, memiliki kemungkinan lebih besar untuk
mengalami masalah psikososial ketidakberdayaan. Oleh karena itu,
penulis tertarik untuk melakukan dan mengoptimalkan asuhan

Universitas Indonesia
keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan diabetes mellitus tipe 2
di Ruang Antasena RS DR. H. Marzoeki Mahdi Bogor.

1.2. Rumusan Masalah


Kesehatan merupakan keadaan sehat secara menyeluruh, baik sehat secara
fisik, jiwa, mental serta kehidupan sosial seseorang. Masalah fisik yang
saat ini menempati urutan ke 2 pada penyakit tidak menular adalah
diabetes. Intervensi keperawatan harus dilakukan secara holistik, tidak
hanya pada pengobatan secara fisik, melainkan psiko, sosio, dan spiritual.
Gangguan kesehatan secara psikososial yang ada salah satunya adalah
ketidakberdayaan. Ketidakberdayaan dapat terjadi pada situasi apapun,
tidak terkecuali pada klien yang mengalami diabetes mellitus tipe 2 yang
sedang menjalani pengobatan di rumah sakit.

Ketidakberdayaan yang dialami oleh klien yang sedang menjalani


perawatan di ruang perawatan umum dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor. Salah satunya adalah klien merasa frustasi tentang
ketidakmampuannya untuk melakukan aktivitas seperti sebelumnya.
Apabila masalah tersebut tidak tertangani, maka akan menimbulkan
masalah yang baru bagi klien. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan dan mengoptimalkan asuhan keperawatan ketidakberdayaan
pada klien dengan diabetes mellitus tipe 2 di Ruang Antasena, RS DR. H.
Marzoeki Mahdi Bogor.

Universitas Indonesia
1.3. Tujuan Penulisan
Penulisan karya ilmiah akhir ners ini mempunyai tujuan sebagai berikut
1.3.1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran hasil analisis asuhan keperawatan
ketidakberdayaan pada individu yang mengalami masalah
kesehatan masyarakat perkotaan khususnya diabetes mellitus tipe 2
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah psikososial yang terjadi pada klien
dengan diabetes mellitus tipe 2
b. Melakukan analisis asuhan keperawatan psikososial pada klien
dengan diabetes mellitus tipe 2
c. Mengevaluasi hasil asuhan keperawatan psikososial pada klien
dengan diabetes mellitus tipe 2

1.4. Manfaat Penulisan


1.4.1. Pendidikan
Hasil penulisan karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan, khususya pada bidang Ilmu Keperawatan
Jiwa mengenai asuhan keperawatan kesehatan masalah di masyarakat
perkotaan ketidakberdayaan pada klien dengan diabetes mellitus tipe 2 di
ruang perawatan umum.

1.4.2. Pelayanan
Hasil penulisan karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat digunakan
sebagai dasar dari pengembangan manajemen asuhan keperawatan
mengenai masalah ketidakberdayaan, sehingga nantinya diharapkan
pelayanan di ruang perawatan umum tidak hanya mengutamakan tentang
masalah fisik, juga memperhatikan masalah psikososial.

Universitas Indonesia
1.4.3. Penelitian
Hasil penulisan karya ilmiah akhir ners ini diharapkan dapat menjadi
rujukan dan dasar dalam melakukan penelitian lain mengenai asuhan
keperawatan ketidakberdayaan dengan masalah diabetes mellitus tipe 2 di
ruang perawatan umum.

Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka ini dijelaskan mengenai masalah kesehatan masyarakat


perkotaan serta konsep diabetes mellitus mulai dari definisi, klasifikasi,
komplikasi. Pada bab ini juga dibahas mengenai masalah psikososial yaitu
ketidakberdayaan yang muncul pada diabetes mellitus

2.1. Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan


2.1.1. Definisi
Masyarakat diartikan sebagai kumpulan individu yang berhubungan
secara langsung atau tidak langsung, memiliki norma dan kebudayaan
yang sama; secara biologis tumbuh dan berkembang dalam wilayah sama
(Kelompok Keilmuan Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar,
2012). Sedangkan masyarakat perkotaan didefinisikan sebagai
masyarakat yang penduduknya sebagian besar bermata pencaharian
dalam perindustrian, perdagangan, serta pemerintahan. Masyarakat
perkotaan dapat disimpulkan sebagai kumpulan individu yang tinggal di
daerah dengan morma dan kebudayaan sama, yang mata pencaharian
utamanya yaitu di bidang industri, pemerintahan dan perdagangan.

2.1.2. Pengaruh Lingkungan Kota Terhadap Kesehatan


Lingkungan perkotaan merupakan lingkungan dengan tingkat kepadatan
tinggi dan dengan pola hidup yang cenderung memilih menggunakan alat
bantu dan makanan instan atau cepat saji. Jumlah penduduk di daerah
Jawa Barat terus meningkat. Jumlah penduduk yang tinggal di daerah
perkotaan mengalami peningkatan dari 49% di tahun 2010 menjadi 54%
di tahun 2012 (Badan Pusat Statistik, 2011). Peningkatan yang terus
terjadi membuat lingkungan tempat tinggal di perkotaan menjadi
semakin padat dan menimbulkan persaingan kerja yang tinggi di daerah

7 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


8

perkotaan. Lingkungan dan beban biaya hidup yang semakin meningkat,


mengakibatkan pemenuhan kebutuhan finansial dan kesehatan semakin
menurun. Penyakit menular dan tidak menular juga ikut mengalami
peningkatan prevalensinya. Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2013,
didapatkan data bahwa terjadi kenaikan sebesar 1,3% masyarakat yang
mengalami diabetes mellitus.

2.2. Diabetes Mellitus


2.2.1. Definisi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus adalah golongan penyakit metabolik dengan
karakteristik terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam darah yang
berpengaruh pada produksi insulin, kerja insulin atau keduanya
(American Diabetes Association, 2014). Terjadinya peningkatan kadar
glukosa pada penderita diabetes dalam jangka waktu yang lama dapat
berpengaruh pada fungsi, dan kerusakan organ lain. Organ yang dapat
terganggu seperti mata, ginjal, syaraf, jantung, dan aliran darah.
Illechucuwu, et al (2014), mendefinisikan diabetes mellitus sebagai
kelompok penyakit metabolik, ditandai dengan adanya peningkatan kadar
gula darah dikarenakan pankreas tidak dapat memproduksi insulin dalam
jumlah yang cukup atau sel yang tidak dapat merespon adanya insulin
atau keduanya.

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang


ditandai dengan kenaikan kadar glukosa di dalam darah atau
hiperglikemia (Brunner & Suddath, 2010). Diabetes mellitus (DM)
adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan ketidakmampuan
tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein
mengarah ke hiperglikemia (Black & Hawks, 2014). DM tipe 2
merupakan jenis DM yang sering dijumpai. Prevalensi diabetes mellitus
mengalami peningkatan yang cukup besar berdasarkan data statistik
organisasi kesehatan dunia. WHO (2008), didapatkan data bahwa pada

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


tahun 2000 menunjukkan jumlah penderita diabetes di dunia mencapai
angka 171 juta dan diprediksi akan mencapai 366 juta jiwa pada tahun
2030. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi. Diabetes
mellitus dapat didefinisikan sebagai penyakit metabolik yanng ditandai
dengan adanya peningkatan kadar gula darah pada penderita yang
disebabkan adanya kegagalan produksi atau kerja insulin oleh pankreas
dan dapat menyebabkan organ lain yang saling keterkaitan perlahan-
lahan mengalami gangguan bahkan kerusakan.

Jumlah penduduk yang mengalami DM terus meningkat seiring dengan


pertumbuhan penduduk, penuaan, urbanisasi, kegiatan fisik yang rendah,
dan tingginya angka kejadian obesitas. Penelitian mengenai sosial
demografi faktor yang mempengaruhi terjadinya diabetes mellitus
dengan total responden 1999 orang yang terdiri dari 1000 wanita dan 999
laki-laki. Veghari (2010) dalam jurnalnya memaparkan data prevalensi
masyarakat Iran yang mengalami DM di daerah perkotaan memiliki
persentase lebih besar yaitu 10,5%, apabila dibandingkan dengan
masyarakat pedesaan sebesar 6,4%. Faktor yang telah dijelaskan dapat
memberikan dampak yang besar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
di perkotaan.

Data penduduk di India juga menggambarkan hal yang tidak jauh


berbeda, terjadi peningkatan jumlah penduduk kota yang menderita DM
dari 5,2 pada 1984 menjadi 13,9% pada tahun 2000 (Rachandran, et al.,
2008). Lokasi dimana masyarakat menetap dapat mempengaruhi tingkat
ekonomi, gaya hidup dan pola makannya, sehingga dalam hal ini kondisi
masyarakat perkotaan memiliki karakteristik yang tidak jauh berbeda.
2.2.2 Klasifikasi Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus diklasifikasikan menjadi diabetes mellitus tipe1, tipe 2,
sekunder dan gestasional. Diabetes mellitus tipe 1 merupakan diabetes
yang sebelumnya disebut dengan insuline-dependent diabetes
mellitus

Universitas Indonesia
(IDDM) (Black & Hawks, 2014). Illechucuwu, et al (2014),
mengklasifikasikan diabetes mellitus menjadi tiga, yaitu DM tipe 1 atau
juvenil diabetes, DM tipe 2, dan gestasional diabetes.

2.2.3. Diabetes Mellitus Tipe 1


Onset terjadinya diabetes mellitus (DM) tipe 1 pada masa kanak-kanak,
ditandai dengan adanya destruksi sel beta pankreas, yang mengakibatkan
terjadinya defisiensi insulin absolut. Dari keseluruhan penderita diabetes
mellitus, persentase seseorang mengalami diabetes mellitus tipe 1 sebesar
5-10%. DM tipe 1 diturunkan secara heterogen, dengan sifat multigenik.
Pewarisan sifat, kembar identik memiliki risiko 25-50%, saudara
kandung memiliki risiko 6%, sedangkan anak cucu memiliki risiko 5%.
Klien yang menderita DM tipe 1 biasanya mengalami manifestasi
ketoasidosis pada masa kanak-kanak atau remaja. Autoimun pada sel
beta memiliki banyak faktor predisposisi genetik dan juga dipengaruhi
oleh kebiasaan hidup (American Diabetes Association, 2014).

DM tipe 1 apabila dilihat dari penyebabnya, merupakan penyakit yang


cenderung diturunkan. Faktor dari lingkungan dapat memperparah
keadaan klien dengan diabetes mellitus tipe 1. Hal yang termasuk dalam
faktor lingkungan yaitu, virus dan toksisn tertentu yang dapat
menimbulkan destruksi pada sel beta. Faktor ini dapat peningkatan
perburukan, walaupun bukan merupakan pencetus utama DM tersebut.

Universitas Indonesia
2.2.4. Diabetes Mellitus Tipe 2
Klasifikasi selanjutnya diabetes mellitus (DM) tipe 2, sebelumnya
disebut dengan istilah non-insuline-dependent diabetes mellitus
(NIDDM). Pada diabetes tipe 2, terdapat dua masalah utama yang
berhubungan dengan insulin, yaitu terjadi resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Resistensi insulin pada diabetes tipe 2 disertai dengan
terjadinya penurunan reaksi intrasel, sehingga insulin tidak bekerja secara
efektif dalam menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada DM
tipe 2 hal yang dapat menjadi faktor pencetusnya adalah usia,
kegemukan, dan tingkat aktivitas yang rendah (American Diabetes
Association, 2014).

Pada kehidupan masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan penuh


dengan kemungkinan dalam peningkatan risiko mengalami DM tipe 2.
Faktor kegemukan dapat mudah terjadi di daerah perkotaan, pola makan
yang tidak dijaga dengan baik menjadi salah satu contohnya.
Pengkonsumsian makanan cepat saji, kurangnya pengkonsumsian sayur,
dan buah. Selain itu, terdapat kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan
kemasan dengan kadar indeks glikemik yang tinggi juga menjadi faktor
pencetusnya. Pengkonsumsian makanan yang kurang sehat dengan kadar
indeks glikemik yang tinggi, dapat semakin diperparah dengan
kurangnya aktivitas fisik yang dilakukan.

Masyarakat perkotaan cenderung memilih melakukan kegiatan dengan


alat bantu yang dapat mempermudah semua kegiatannya. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya penurunan aktivitas fisik yang dilakukan.
Contoh alat bantu yang digunakan seperti kendaraan bermotor.
Mayarakat di perkotaan cenderung memilih model trasportasi
dibandingkan dengan berjalan kaki. Pada saat hidup di daerah perkotaan,
masyarakat dituntut berkegiatan secara efisien dan dengan waktu yang
singkat. Karena alasan tersebut, banyak masyarakat yang kurang

Universitas Indonesia
memperhatikan aktivitas yang dapat menunjang kesehatannya. Sehingga
masyarakat secara disengaja ataupun tidak dapat meningkatkan risiko
terjadinya DM tipe 2 dikarenakan tingkat aktivitas yang rendah
(American Diabetes Association, 2014).

2.2.5. Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan diabetes mellitus
seperti hiperglikemia, hipoglikemia dan neuropati. Hiperglikemia adalah
keadaan dimana tubuh mengalami kelebihan kadar glukosa darah, hal
tersebut dapat terjadi akibat tubuh kekurangan insulin atau tubuh yang
tidak mampu menggunakan insulin (American Diabetes Association,
2014). Hiperglikemia yang terus terjadi dan tidak dikontrol dapat
mengakibatkan dampak bagi jangka panjang, seperti kerusakan pada
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Ellickalputhenpura,
2012). Sedangkan hipoglikemia dikenal sebagai kadar glukosa yang
rendah dengan nilai 50-60 mg/dl (Black & Hawks & Hawks, 2014).
Hipoglikemia dapat terjadi akibat penggunaan dosis yang berlebihan
insulin, menghindari makanan atau makan dengan porsi yang lebih
sedikit dari biasanya, melakukan aktivitas berlebih tanpa peningkatan
asupan karbohidrat, mual, muntah dan pengkonsumsian alkohol.

Neuropati digolongkan dalam komplikasi kronis pada DM, yang hampir


diderita 60% klien (Black & Hawks, 2014). Neuropati diakibatkan karena
serabut saraf tidak mempunyai suplai darahnya sendiri, sehingga saraf
membutuhkan suplai zat gizi dan oksigen yang cukup. Saat akson dan
dendrit tidak mendapatkan suplai yang memadai, maka akan terjadi
penyampaian impuls yang perlahan. Hal tersebut dapat mengurangi
fungsi dari sensoris dan motoris. Adanya penurunan fungsi, yang
mengakibatkan terjadinya perlukaan yang tidak terasa pada klien yang
mengalami DM.

Universitas Indonesia
Klien dengan diabetes mellitus yang sudah mengalami komplikasi,
memiliki kemungkinan untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Pada saat menjalani perawatan di rumah sakit, klien diabetes yang
mengalami komplikasi memiliki waktu rawat lebih lama. Hal tersebut
dapat mengakibatkan adanya kehilangan peran bagi klien yang sedang
menjalani perawatan. Peran yang semula dapat dilakukan, kini tidak
dapat dilakukan. Aktivitas yang semula dilakukan juga terganggu. Hal
tersebut yang dapat memicu adanya ketidakberdayaan pada klien.

2.3. Ketidakberdayaan
Wilkinson (2005 dalam Dryer, 2007) mendefinisikan ketidakberdayaan
sebagai persepsi dari seseorang tentang tindakan yang dilakukan akan
berpengaruh terhadap hasil, dan kehilangan kontrol akan situasi yang
sedang terjadi. Ketidakberdayaan dapat dialami oleh semua orang, tidak
terkecuali pada klien dengan masalah kesehatan yang sedang menjalani
pengobatan dan perawatan di rumah sakit. Seperti pada klien dengan
diabetes mellitus yang sedang menjalani perawatan. Kanine, Dauli,
Nuraini (2011), menjelaskan bahwa kondisi stress pada klien dapat
menyertai adanya perasaan ketidakberdayaan. Stress yang dialami oleh
klien dapat memberikan dampak pula pada ketidakberdayaan klien.
Kondisi tersebut dapat semakin memperparah keadaan klien.

2.3.1 Definisi Ketidakberdayaan


Ketidakberdayaan adalah pengalaman hidup seseorang tentang
kurangnya pengendalian terhadap situasi dirinya, termasuk mengenai
persepsi tentang hal yang dilakukan tidak akan terlalu berpengaruh
terhadap hasil yang diperoleh (NANDA, 2015). Ketidakberdayaan juga
diartikan sebagai sebuah persepsi individu bahwa tindakannya sendiri
tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna; kurangnya kontrol
terhadap situasi tertentu atau kejadian baru yang dirasakan (Townsend,
2010). Definisi lain dari ketidakberdayaan dalam Carpenito (2008)

Universitas Indonesia
adalah suatu keadaan dimana individu atau kelompok kurang kontrol
terhadap dirinya dan situasi yang dialaminya yang memberikan dampak
pada tujuan, pandangan serta gaya hidupnya. Dari beberapa definisi yang
telah dijelaskan, dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan adalah suatu
kondisi dimana kurangnya kontrol akan pribadi dan situasi, termasuk
persepsi seseorang atau kelompok mengenai tindakan yang dilakukan
tidak akan mempengaruhi hasil secara signifikan.

Ketidakberdayaan pada klien dengan diabetes mellitus dapat berdampak


pada pengendaliannya terhadap situasi kesehatannya. Persepsi klien
tentang pengobatan juga dapat mempengaruhi penyembuhan klien dan
perbaikan kondisi kesehatannya. Pada saat klien yang mengalami
masalah psikosial ketidakberdayaan, klien berpersepsi tentang tindakan
yang dilakukannya tidak akan memberikan hasil yang berpengaruh
tentang kondisi kesehatannya. Pada saat klien mengalami
ketidakberdayaan, penting untuk memberikan intervensi keperawatan
sehingga persepsi klien dengan diabetes mellitus dapat berubah menjadi
persepsi yang baik dan menjadi pandangan positif tentang usaha
penyembuhan penyakitnya.

2.3.2 Faktor Ketidakberdayaan


2.3.2.1 Faktor predisposisi
Faktor predisposisi merupakan faktor risiko yang menjadi sumber
ketidakberdayaan berasal dari diri seseorang. Terdapat tiga faktor
predisposisi, yaitu:

a) Biologis :
1. Tidak adanya riwayat keturunan yang mengalami gangguan jiwa
2. Gaya hidup tidak mengkonsumsi alkohol, rokok dan zat adiktif
lainnya
3. Menderita penyakit kronis (riwayat melakukan general chek up,
tanggal terakhir periksa)

Universitas Indonesia
4. Ada riwayat menderita penyakit yang menyerang organ paru-paru
atau jantung yang menghambat kegiatan harian klien
5. Adanya riwayat kejang, panas dalam waktu yang lama atu trauma
kepala.
6. Riwayat menderita penyakit yang secara progresif menimbulkan
ketidakmampuan, seperti penyakit terminal.

b) Psikologis :
1. Perubahan gaya hidup seseorang akibat lingkungan tempat
tinggalnya
2. Ketidaknmampuan mengambil keputusan dan komunikasi yang
kurang baik dalam penyampaikan kondisi baik perasaan maupun
mengenai kesehatannya.
3. Ketidakmampuan dalam menjalankan peran akibat penyakit
progresif yang dialaminya
4. Kurangnya rasa puas dalam pencapaian hidup
5. Merasa kondisi kehidupannya dan kondisinya saat ini tidak dalam
kondisi baik.
6. Pola asuh orang tua pada saat klien anak hingga remaja yang terlalu
otoriter atau terlalu melindungi atau menyayangi
7. Mendapatkan umpan balik yang negatif dari orang di
lingkungannya sejak balita hingga remaja, dan tidak mampu
mengeksplor kemampuan serta hobinya
8. Klien pernah mengalami pengalaman kekesawan fisik (korban,
pelaku atau saksi)
9. Self kontrol: tidak mampu mengontrol perasaan dan emosi, mudah
cemas, rasa takut akan tidak diakui atau selalu merasa tidak
berdaya
10.Kepribadian: mudah marah, pasif dan cenderung tertutup.

c) Sosial budaya :

Universitas Indonesia
1. Usia 30-meninggal
2. Laki-laki atau perempuan (sama), tergantung dengan perannya
3. Pendidikan yang rendah
4. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
seperti pensiun atau tidak berpenghasilan lagi
5. Adanya norma individu atau masyarakat yang menghargai kontrol
6. Dalam kehidupan sosial, cenderung ketergantungan dengan orang
lain dan enggan ikut dalam kegiatan bersama
7. Pengalaman dalam bersosialisasi, kurang aktif dalam kegiatan yang
dilaksanakan oleh masyarakat
8. Kurang terlibat dalam kegiatan politik baik secara aktif maupun
secara pasif.

2.3.2.2 Faktor Presipitasi


Faktor presipitasi adalah faktor yang berasal dari eksternal maupun
internal yang mempengaruhi individu. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan ketidakberdayaan, yaitu :
a) Biologis :
1. Mengalami penyakit yang mengharuskan menerima terapi yang
berkelanjutan dalam waktu yang lama.
2. Kambuh dari penyakit kronis dalam 6 bulan terakhir
3. Mengalami infeksi otak, kejang atau terjadinya trauma kepala
dalam 6 bulan terakhir
4. Adanya gangguan pada sistem endokrin
5. Mengkonsumsi alkhohol, obat-obatan, kafein, dan tembakau
6. Mengalami gangguan tidur atau istirahat
7. Tidak dapat melakukan penyesuaian diri terhadap budaya, ras,
etnik dan gender
8. Adanya perubahan dalam mobilisasi (gaya berjalan, koordinasi dan
keseimbangan)

Universitas Indonesia
b) Psikologis :
1. Perubahan gaya hidup akibat menderita penyakit kronis
2. Tidak dapat melakukan hobi, kegiatan sehari-hari, bekerja, serta
aktivitas sosial.
3. Perasaan rendah diri akibat ketidakmampuannya dalam melakukan
aktivitas sehari-hari akibat nyeri, dan kehilangan pekerjaan.
4. Pada konsep diri: terjadi gangguan peran
5. Ketergantungan dengan orang lain

c) Sosial budaya :
1. Kehilangan pekerjaan dan penghasilan akibat kondisi kesehatannya
saat ini
2. Berada di pelayanan kesehatan dan berpisah dengan anggota
keluarga (berada dalam lingkungan perawatan kesehatan).
3. Hambatan berinteraksi akibat penyakitnya, maupun penyebab yang
lain.
4. Kehilangan kemampuan melakukan aktivitas akibat proses penuaan
dalam 6 bulan terakhir.
5. Perubahan status kesehatan menjadi paliatif.
6. Terhambatnya menjalankan aktivitas keagamaan akibat kondisinya
saat ini.

2.3.3 Batasan Karakteristik Ketidakberdayaan


Carpenito (2008), menggelompokan batasan karakteristik
ketidakberdayaan menjadi dua, yaitu karakteristik mayor dan minor.
Pada karakteristik mayor, dapat terlihat akan mengekspresikan
perasaannya secara terbuka seperti perilaku marah, mengeskpresikan
secara tertutup sikap apatis, mengekspresikan ketidakpuasan atas
ketidakmampuannya dalam mengontrol situasi seperti penyakit,
prognosis, perawatan, pekerjaan, dan perkembangan perawatan yang
dapat berdampak negatif terhadap pandangan dan gaya hidupnya pada

Universitas Indonesia
saat ini. Karakteristik mayor pada klien dengan diabtes mellitus dapat
terlihat dari cara klien menyampaikan perasaannya, serta perilaku yang
ditunjukannya. Klien menyatakan perasaannya secara terbuka dengan
marah, atau mengatakan tentang ketidakmampuannya mengontrol
penyakit yang sedang dialaminya.

Karakteristik yang kedua merupakan karakteristik minor. Pada


karakteristik ini, dapat terlihat adanya perilaku mencari informasi yang
kurang, apatis, marah, depresi, pasif, cemas, perilaku menyakiti,
perilaku yang meledak-ledak, pengunduran diri, dan ketergantungan
yang tidak memuaskan pada individu yang lain. Klien diabetes
mellitus yang memiliki karakteristik ini dapat terlihat dalam kondisi
cemas, apatis, depresi, dan perilaku yang meledak-ledak. Klien
cenderung kurang mencari informasi tentang penyakitnya dan lebih
tertutup sikapnya.

National Association Nursing Diagnoses of American (NANDA,


2015), mendeskripsikan batasan karakteristik ketidakberdayaan menjadi
ringan, sedang dan berat sebagai berikut :
1) Karakteristik ketidakberdayaan ringan antara lain adanya ekspresi
ketidakpastian tentang fluktuasi tingkat energi, serta bersikap pasif.
2) Karakteristik ketidakberdayaan sedang antara lain dengan marah,
ketergantungan pada orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, tidak melakukan perawatan diri, tidak memantau
kemajuan akan kondisi kesehatannya, adanya ekpresi ketidakpuasan
terhadap ketidakmampuan diri dalam melakukan aktifitas
sebelumnya, ekspresi keraguan tentang melakukan tugas
sebelumnya, ekspresi keraguan tentang penampilan peran, ekspresi
frustrasi terhadap ketidakmampuan melakukan aktivitas
sebelumnya, ekspresi frustrasi terhadap ketidakmampuan
melakukan tugas sebelumnya, takut dijauhkan dari pemberi asuhan,

Universitas Indonesia
rasa bersalah, ketidakmampuan mencari informasi tentang asuhan,
pasif, dan enggan mengungkapkan perasaannya.
3) Karakteristik ketidakberdayaan berat antara lain apatis, depresi
terhadap kondisi buruk secara fisik, menyatakan tidak memiliki
kendali misalnya terhadap perawatan diri, situasi dan hasil.

2.3.4 Etiologi Ketidakberdayaan


Terdapat lima etiologi dari ketidakberdayaan yang dijelaskan dalam
Townsend (2015) yaitu,
a. Tidak memiliki kemampuan memutuskan
b. Kesehatan lingkungan
c. Proses berduka yang rumit
d. Kurangnya umpan balik positif
e. Selalu diberikan umpan balik negatif

2.3.5 Tanda dan gejala Ketidakberdayaan


Tanda dan gejala yang terdapat di dalam Standar Asuhan Keperawatan
(Kelompok Keilmuan keperawatan Jiwa, 2011):
a. Data Subjektif:
1) Mengungkapkan ketidakpuasan dan frustasi terhadap
ketidakmampuan untuk melakukan tugas atau aktivitas
sebelumnya.
2) Mengungkapkan keragu-raguan terhadap penampilan peran.
3) Mengatakan ketidakmampuan perawatan diri

b. Data Obyektif
1) Ketidakmampuan untuk mencari informasi tentang perawatan.
2) Tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan saat diberikan
kesempatan
3) Enggan mengungkapkan perasaan sebenarnya

Universitas Indonesia
4) Ketergantungan terhadap orang lain yang dapat mengakibatkan
iritabilitas, ketidaksukaan, marah dan rasa bersalah.
5) Gagal mempertahankan ide/pendapat yang berkaitan dengan
orang lain ketika mendapat perlawanan
6) Apatis dan pasif
7) Ekspresi muka murung
8) Bicara dan gerakan lambat
9) Tidur berlebihan
10) Nafsu makan tidak ada atau berlebihan
11) Menghindari orang lain

2.3.6 Proses Keperawatan pada Klien dengan Ketidakberdayaan


Proses keperawatan pada klien dengan ketidakberdayaan sesuai dengan
pedoman standar asuhan keperawatan diagnosa fisik dan psikososial
mempunyai tujuan yaitu ketidakberdayaan dapat menurun atau dapat
dikontrol. Adapun intervensi ketidakberdayaanpada klien dengan
ketidakberdayaan dilakukan pada klien dan keluarga. Tujuan dan
intervensi keperawatan klien dengan ketidakberdayaandapat dilihat pada
tabel di bawah ini.

Tabel 2.2. Intervensi keperawatan ketidakberdayaan


Fokus Tujuan dan intervensi
Intervensi
Klien Tujuan Umum
Klien mampu mengatasi rasa
ketidakberdayaan yang
dialaminya

Tujuan Khusus:
- Klien mampu membina
hubungan saling percaya

Universitas Indonesia
Fokus Tujuan dan intervensi
Intervensi
- Klien mampu mengenali dan
mengekspresikan emosinya
- Klien mampu memodifikasi
pola kognitif yang negatif
- Klien mampu berpartisipasi
dalam pengambilan
keputusan yang berkenaan
dengan perawatannya sendiri
- Klien mampu termotivasi
untuk mencapai tujuan yang
realistis.

Tindakan keperawatan:
klien: Assesmen
ketidakberdayaan dan latihan
berpikir positif
1) Membina hubungan saling
percaya
- Mengucapkan salam
terapeutik,
memperkenalkan diri,
panggil klien sesuai
nama panggilan yang
disukai
- Menjelaskan tujuan
interaksi: melatih
pengendalian
ketidakberdayaan agar
proses penyembuhan

Universitas Indonesia
Fokus Tujuan dan intervensi
Intervensi
lebih cepat
2) Membuat kontrak
(inform consent) dua kali
pertemuan latuhan
pengendalian
ketidakberdayaan
3) Bantu klien mengenal
ketidakberdayaannya:
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi dan
menguraikan
perasaannya.
- Bantu klien untuk
mengenal
ketidakberdayaannya
- Bantu klien menyadari
perilaku akibat
ketidakberdayaannya
- Bantu klien
mengespresikan
perasaan dan identifikasi
faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap
ketidakberdayaannya.
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat
berpengaruh terhadap
ketidakberdayaan

Universitas Indonesia
Fokus Tujuan dan intervensi
Intervensi
- Diskusikan tentang
masalah yang dihadapi
klien tanpa memintanya
untuk menyimpulkan
- Identifikasi untuk
menurunkan pemikiran
yang negatif dan bantu
untuk menurunkan
melalui interupsi atau
subtitusi.
- Bantu klien untuk
meningkatkan pemikiran
yang positif
- Evaluasi ketepatan
persepsi, logika, dan
kesimpulan yang dibuat
klien
- Identifikasi persepsi
klien yang tidak tepat,
penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak
rasional
4) Latihan mengembangkan
harapan positif (afirmasi
positif)

Klien: Evaluasi
ketidakberdayaan
1) Mempertahankan rasa

Universitas Indonesia
Fokus Tujuan dan intervensi
Intervensi
percaya klien
2) Membuat kontrak ulang:
latihan mengontrol
perasaan ketidakberdayaan
3) Latihan mengontrol
perasaan ketidakberdayaan
melalui peningkatan
melalui peningkatan
kemampuan
mengendalikan situasi yang
masih bisa dilakukan klien.
Keluarga a. Tujuan Umum
Klien dengan dukungan keluarga
mampu mengatasi rasa
ketidakberdayaan yang
dialaminya

b. Tujuan Khusus:
- Keluarga mampu mengenal
masalah
ketidakberdayaannya pada
anggota keluarganya
- Keluarga mampu merawat
anggota keluarga yang
mengalami ketidakberdayaan
- Keluarga mampu memfollow
up anggota keluarga yang
mengalami ketidakberdayaan

Universitas Indonesia
Fokus Tujuan dan intervensi
Intervensi
c. Tindakan keperawatan:
keluarga:
1) Bina hubungan saling
percaya
- Mengucapkan salam
terapeutik, dan
memperkenalkan diri
- Menjelaskan tujuan
interaksi: menjelaskan
ketidakberdayaan klien
da cara merawat agar
proses penyembuhan
lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform
consent) dua kali
pertemuan untuk latihan
cara merawat
ketidakberdayaan klien
3) Bantu keluarga mengenal
ketidakberdayaan
- Menjelaskan
ketidakberdayaan,
penyebab, proses yang
terjadi, tanda dan gejala
serta akibat
- Menjelaskan cara
merawat klien dengan
ketidakberdayaan
dengan membantu

Universitas Indonesia
Fokus Tujuan dan intervensi
Intervensi
mengembangkan
motivasi bahwa klien
dapat mengendalikan
situasi dan motivasi cara
afirmasi positif yang
telah dilatih perawat
pada klien
4) Sertakan keluarga pada saat
meltih afirmasi positif

Keluarga: Evaluasi peran


keluarga merawat klien, cara
lain mengontrol perasaan
ketidakberdayaan dan follow
up
1) Mempertahankan rasa
percaya keluarga
2) Membuat kontrak ulang:
latihan lanjutan cara
merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat
melatih klien mengontrol
perasaan tidak berdaya.
4) Diskusikan dengan
keluarga cara perawatan di
rumah, follow up dan
penjelasan tentang cara
merujuk klien, apabila
kondisi klien perlu dirujuk

Universitas Indonesia
Fokus Tujuan dan intervensi
Intervensi
(tidak mau terlibat dalam
merawat diri)

Tabel di atas menunjukkan rangkaian intervensi keperawatan klien


anya berfokus pada klien sebagai fokus utama, tetapi keluarga juga sebagai fokus untuk intervensi keperawatan. Intervensi

Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Bab ini menjelaskan tentang proses keperawatan meliputi pangkajian fisik


maupun psikososial, diagnosa keperawatan yang muncul dari hasil
pengkajian, intervensi untuk pasien ketidakberdayaan, implementasi yang
dilakukan untuk menangani ketidakberdayaan, dan evaluasi dari tindakan
yang telah dilakukan.

3.1 Pengkajian
Ibu H berusia 39 tahun tinggal di daerah Kampung Curug, Kota Bogor,
Jawa Barat. Ibu H berasal dari suku Sunda, begitupun suami. Keluarga
besar Ibu H dan suami berasal dari Bogor. Keseharian dalam keluarga
Ibu H berkomunikasi menggunakan Bahasa Sunda, namun, saat keadaan
tertentu anggota keluarga termasuk Ibu H dapat menggunakan Bahasa
Indonesia dengan baik. Klien datang ke IGD RSMM Bogor pada tanggal
3 Mei 2016 dengan kondisi tidak sadarkan diri. Pada hari itu juga, klien
Ny H dipindahkan ke ruang perawatan Antasena kamar 4.Klien masuk
dengan diagnosa medis diabetes mellitus tipe 2. Klien masuk dengan
nomer rekam medis 32-23-52. Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 Mei
2016.

Hasil pemeriksaan fisik pada saat melakukan pengkajian didapatkan data,


berat badan klien 47 kg, dan tinggi badan 150 cm. Tekanan darah Ibu H
sebesar 120/78 mmHg, nadi 84 kali/menit, suhu 36,8 oC, dan pernapasan
yaitu 18 kali/menit. Keadaan umum klien tampak sakit sedang, tercium
bau kurang sedap, kesadaran compos mentis, GCS E 4V5V6. Pengakajian
kepala klien, didapatkan hasil rabut tipis, rontok, persebaran rambut
merata, terdapat ketombe di kulit kepala, dan minyak tidak terlalu
berlebih. Pandangan klien masih baik dengan tanpa menggunakan alat

29 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


29

bantu seperti kacamata, hidung bersih tanpa hambatan jalan napas,


telinga simetris tidak ada kelainan, serumen berlebih dan tidak ada
sumbatan. Mulut terlihat kotor, gigi masih lengkap tidak ada yang
tanggal namun terdapat karies, serta tumpukan sisa makanan, lidah
tampak putih. Pada bagian leher tidak tampak perbesaran kelenjar tyroid
maupun getah bening. Area dada tampak simetris, bunyi nafas vesikuler,
bunyi jantung normal (S1 dan S2). Pada pengkajian abdomen tampak
bersih, bising usus normal, tidak ada pembesaran pada ginjal dan hati.

Pada pengkajian inspeksi, terlihat adanya luka di bagian bokong, dengan


diameter 1 cm. Luka nampak putih di bagian sekitar lubang. Luka
tersebut berasal dari bisul yang sudah selama 1 bulan ada, lalu sekitar
waktu 1 minggu, abses (bisul) itu dipecahkan oleh klien. Setelah
dilakukan palpasi dan pemeriksaan luka, dibagian dalam luka terbentuk
lubang yang melebar. Luka di bagian dalam dengan panjang 10 cm dan
lebar 5 cm dengan kedalaman luka 1 cm. Produksi yang terdapat pada
luka Ibu H adalah pus dalam kondisi cair dan kental serta terdapat bau
khas dari luka pada klien diabetes mellitus.

Pada pengkajian bagian tangan, didapatkan hasil bahwa turgor kulit baik,
dengan kekuatan otot secara keseluhuhan masing masing mendapat point
5, terdapat luka bekas pemasangan IV catether yang saat ini terlihat
mengeras, produksi pus dan darah. Pada bagian kaki juga memiliki
kekuatan otot yang baik, dan terlihat adanya luka pada kaki sebelah
kanan di atas tumit, luka tersebut terlihat basah, berwarna putih, tidak ada
jaringan granulasi, dan dengan panjang 2 cm serta lebar 1 cm.

Ibu H pertama kali mengetahui dirinya memiliki penyakit diabetes


mellitus tipe 2 sejak 6 minggu yang lalu. Ibu H juga diberikan perawatan
di RS Marzoeki Mahdi pada saat perawatannya yang pertama. Alasan
pertama kali Ibu H masuk RS adalah tidak sadarkan diri di rumahnya.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


Setelah dibawa ke IGD RSMM, Klien mendapatkan perawatan intensif di
ruang ICU selama 5 hari, dari tanggal 14 hingga 19 April 2016. Setelah
kondisinya mulai membaik, Ibu H lalu mendapatkan perawatan guna
memulihkan kondisi kesehatannya. Proses pemulihan kesehatan
berlangsung selama 1 bulan, dan klien baru saja pulang pada tanggal 6
Mei 2016.

Ibu H adalah anak ke lima dari sepuluh bersaudara, yang merupakan


anak perempuan satu-satunya. Kedua orang tua klien telah meninggal
dunia, sehingga saat ini Ibu H memiliki tanggung jawab dalam
mengurus kedua saudaranya yang kesembilan dan kesepuluh. Ibu H
menikah dengan laki-laki dengan 6 saudara kandung. Suami Ibu H
merupakan anak terakhir. Kedua orang tua dari suami Ibu H juga telah
meninggal dunia. Klien memiliki 3 orang anak, anak pertama merupakan
anak angkat, dan anak kedua dan ketiga merupakan anak kandung. Anak
pertama klien telah duduk di kelas enam sekolah dasar (SD), yang sedang
menjalani persiapan untuk masuk di sekolah menengah pertama. Anak ke
dua klien saat ini duduk di kelas dua SD, sedangkan anak yang terakhir
saat ini baru berusia 12 bulan.

Klien mengatakan bahwa anaknya menangis dan rewel selama dirinya


dirawat di RS. Setelah perawatan pertama yang dijalani klien selama 5
minggu, anak yang kedua merasa marah dengan klien, sedangkan anak
ketiga tidak mau digendong atau didekati. Anak ketiga klien sampai tidak
mengenali klien lagi. Sesaat setelah perawatan, klien perlahan mulai
menjalin hubungan yang baik dengan anak-anaknya. Saat ini anaknya
sudah mau berada di dekat dan mau diurus oleh klien. Klien merasa sedih
saat dirinya ternyata harus dirawat di RS kembali, karena teringat saat
klien mendapatkan perawatan pertama kali. Klien merasa takut kalau
anaknya tidak mau didekatnya lagi seperti sebelumnya. Klien juga saat
ini selalu memikirkan anak pertamanya yang akan menjalani ujian,

Universitas Indonesia
bagaimana sekolahnya, siapa yang akan menyiapkan seragamnya, siapa
yang akan mengurusi keperluannya, dan siapa yang menemaninya
belajar.

Pengambil keputusan dalam keluarga klien adalah suami sebagai kepala


rumah tangga. Keluarga selalu membicarakannya terlebih dahulu secara
bersama-sama barulah diputuskan oleh kepala rumah tangga. Keluarga
dalam kehidupan bermasyarakat aktif dalam kegiatan keagamaan. Suami
Ibu H selalu menyempatkan datang ke acara pengajian khusus bagi
bapak-bapak, sedangkan Ibu H datang pada acara pengajian Ibu-ibu.
Keluarga sejak awal menikah telah tinggal bersama di daerah rumahnya
saat ini. Keluarga besar dari Ibu H dan suami memang tinggal dengan
jarak yang tidak begitu jauh.

Klien terakhir kali menempuh pendidikan sekolah menengah pertama


(SMP), begitu pula suami. Klien selama ini berkegiatan sebagai ibu
rumah tangga. Kegiatan sehari- hari yang klien lakukan seperti menyapu,
mencuci, memasak serta mengajari anak-anaknya. Sedangkan suami
bekerja serabutan. Terkadang suaminya bekerja sebagai kuli bangunan,
membenarkan barang-barang rumah tangga yang rusak seperti lemari.
Keluarga Ibu H hidup dalam kondisi ekonomi yang cenderung pas-pasan
dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Klien mengatur keuangan dan makanan yang akan dikonsumsi pada hari
tersebut, sesuai dengan penghasilan yang diberikan oleh suaminya.
Penghasilan yang tidak menentu membuat klien terbiasa hanya makan 1
atau 2 kali dalam sehari. Untuk mengatasi rasa laparnya, klien
mengkonsumsi biscuit dan teh manis dalam kemasan yang dijual di
warung. Klien mengatakan setiap hari selalu membeli teh dalam
kemasan. Untuk konsumsi buah dan sayur, klien tidak terbiasa

Universitas Indonesia
mengkonsumsi buah dan sayur. Klien Ibu H lebih suka dalam
mengkonsumsi lauk saja pada saat makan.

Klien Ibu H mengatakan tidak begitu dekat dengan saudara kandungnya.


Klien dekat dengan suaminya. Klien merupakan tipe orang yang tidak
menceritakan masalah atau persoalan yang sedang dihadapinya. Klien
mengatakan suka memikirkan permasalahannya sendiri. Termasuk pada
saat merasakan tubuhnya sering lemas. Klien tidak menceritakan pada
siapapun. Sebenarnya, klien telah merasakan pusing, lemas, dan
merasakan tenaganya mulai menurun saat mengerjakan pekerjaan
rumahnya. Hal tersebut tetap dipikirkan sendiri. Klien dan keluarga juga
tidak rutin dalam memeriksakan kesehatannya di pusat pelayanan
kesehatan. Klien menganggap memeriksakan kesehatannya secara rutin
tidak begitu bermanfaat. Keluarga hanya memeriksakan kesehatan saat
sudah tidak dapat menahan sakitnya. Hal yang terjadi pada kondisi Ibu H,
klien dibawa ke pusat pelayanan kesehatan setelah jatuh pingsan di
rumah.

Klien dan suami berpendidikan terakhir sekolah menengah pertama. Hal


tersebut berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan dan kesadaran
akan kesehatannya. Klien Ibu H setelah menerima perawatan selama satu
bulan dan pulang, kembali lagi ke RS untuk menerima perawatan dengan
keluhan yang sama. Setelah dilakukan pengkajian, ternyata klien
mengatakan tidak mengerti mengenai apa yang harus dilakukan, diet
yang harus dikonsumsi dan apakah bahan makanan yang mengandung
tingkat indeks glikemik yang tinggi dan rendah.
Pada saat masuk ke RS, kadar glukosa dalam darah Ibu H sebesar 23
mg/dl. Klien menceritakan tentang kronologis hingga jatuh pingsan di
puskesmas. Klien mengatakan saat Ia akan memeriksakan kadar gula
darahnya pada tanggal 03 Mei 2016 pada pukul 12.00 WIB, tiba-tiba
tubuhnya merasa lemas dan pandangan mulai memutih lalu gelap. Klien

Universitas Indonesia
sebelum datang ke puskesmas diminta telebih dahulu untuk berpuasa.
Klien tidak mengetahui waktu puasa yang dimaksud. Klien berpuasa dari
pukul 18.00 WIB. Pada pagi hari, klien menyuntikkan insulin (novorapid
sebanyak 25 UI) sesuai dengan dosis yang disarankan. Hingga pukul
12.00 WIB, klien belum juga mendapatkan giliran untuk melakukan
pemeriksaan glukosa darahnya. Setelah klien merasakan lemas lalu
awatan di puskesmas dan dilakukan pengecekan untuk kadar gula darahnya yang ternyata sangat rendah. Klien lalu dibawa
ma.

3.2 Analisa data pada klien


Data Masalah
Keperawatan
Data Subjektif
 Klien mengatakan nyeri skala mendekati 4,
frekuensi sering (mengganggu ADL),
durasi mengganggu ADL, lokasi di bokong
sebelah kiri.

Data Objektif:
 Gelisah
 Perilaku berhati-hati
 Memfokuskan pada diri
sendiri/penyempitan fokus/tidak
berkonsentrasi Nyeri Akut
 Luka abses (bisul) dengan luka bagian luar
1x1 dengan kuka dalam 5x10 cm
 Lokasi luka berada di bokong sebelah kiri
 Tanda-tanda inflamasi positif

Universitas Indonesia
(bengkak/tumor, nyeri/dolor, panas/kolor,
merah/rubor)
 Ekspresi wajah menahan rasa sakit/nyeri

Data Subjektif
 Klien mengatakan susah tidur, dan sering
terbangun dimalam hari
 Klien mengatakan bingung tentang
kondisinya saat ini
 Klien mengatakan jantung berdebar-debar

Data Objektif Ansietas


 Berkeringat,
 gelisah,
 tampak waspada,
 fokus pada diri sendiri,
 lemah

Data Subjektif
 Klien mengatakan merasa percuma
melakukan apapun
 Klien mengatan sudah rutin ke puskesmas
tapi tetap saja dirawat lagi
 Klien mengatakan menggunakan obat,
malah jadi pingsan
 Klien mengatakan walaupun makan, tapi
tetap lemas.
 Klien mengatakan memikirkan anak dan Ketidakberdayaan
suaminya di rumah

Universitas Indonesia
Data Objektif:
 Sulit tidur dimalam dan siang hari,
 Tidak nafsu makan,
 Merasakan badannya
lemas.
 Klien juga terlihat banyak diam,
 Hanya tertidur di kamar,
 Seluruh aktifitas dibantu,
 Bicara pelan,
 Tidak memantau kesehatannya, dan
 Tidak dapat mengambil keputusan.

Data Subjektif
 Klien mengatakan lukanya sudah sejak 1
minggu yang lalu.
 Klien mengatakan luka berasal dari abses
(bisul) yang telah ada 1 bulan yang lalu
 Klien mengatakan lukanya belum pernah
dibersihkan
 Klien mengatakan sudah mengetahui Kerusakan integritas
lukanya hanya kecil jaringan

Data Objektif
 Luka dengan diameter 1 cm di bagian luar
 Luka dengan panjang 10 cm dan lebar 5 cm
 Luka dengan produksi pus dan darah
 Luka tidak nampak jaringan granulasi dan
nampak putih.
 Luka tidak tertutup oleh kassa atau plester
untuk luka (dibiarkan terbuka).

Universitas Indonesia
Pada penulisan ini akan lebih difokuskan pada masalah psikososial
ketidakberdayaan yang terjadi pada klien Ibu H. Baik pembahasan dalam bab ini
maupun dalam bab selanjutnya yang akan dikaitkan dengan diabetes mellitus tipe
2 dan masalah perkotaan.

3.3 Diagnosa Keperawatan


Berdasarkan data pengkajian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
penulis merumuskan hasil pengkajian, menganalisis data yang sudah ada,
maka diagnosis yang penulis tegakkan yaitu nyeri akut, ansietas,
ketidakberdayaan, dan kerusakan integritas jaringan. Pada bab ini akan
lebih difokuskan pada penjelasan mengenai masalah psikososial
ketidakberdayaan. Selanjutnya akan dibahas mengenai intervensi,
evaluasi, dan rencana tindak lanjut pada Ibu H dengan ketidakberdayaan.

3.4 Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang diberikan pada klien dimulai dengan
menjalin hubungan saling percaya, penulis mencoba memulai
perbincangan dengan mengucapkan salam terapeutik. Klien membalas
salam yang diberikan oleh penulis. Penulis lalu mengajak klien untuk
berkenalan dan klien senang dipanggil Ibu H. Sebelum perbincangan
dimulai, penulis menjelaskan terlebih dahulu mengenai tujuan
dilakukannya intervensi. Pertemuan hari pertama, klien belum
menunjukkan tanda dan gejala dari masalah psikososial
ketidakberdayaan. Klien baru mulai menceritakan apa yang dirasakannya
pada saat ini, setelah merasa dekat dengan penulis. Klien berpikiran
kalau merasa percuma melakukan perawatan, karena baru saja pulang,
klien sudah masuk lagi ke RS. Klien juga mengatakan rutin ke
puskesmas, namun dirawat lagi. Kondisi klien pada saat ini juga semakin
diperparah dengan perasaan sedih klien karena meninggalkan tiga orang
anaknya yang masih kecil di rumah.

Universitas Indonesia
Pada saat ini klien terlihat tidak nafsu makan, merasakan badannya
lemas, terlihat banyak diam, hanya tertidur di kamar, seluruh aktifitas
dibantu, bicara pelan, tidak memantau kesehatannya, dan tidak dapat
mengambil keputusan. Penulis menjelaskan bahwa tanda yang ada dan
disebutkan oleh Ibu H merupakan kondisi ketidakberdayaan. Penulis
menjelaskan kepada Ibu H bahwa menerima perawatan merupakan jalan
tepat yang dipilih, karena semakin cepat ditangani maka semakin cepat
dapat diatasi masalah yang ada. Penjelasan mengenai kondisi kesehatan
Ibu H juga disampaikan, seperti kadar gula darah yang kurang stabil serta
adanya luka di bagian bokong sebelah kiri.

Pertemuan kedua, klien bersama penulis melatih pikiran positif klien.


Pikiran positif yang dilatih seperti apabila makan dan mengkonsumsi
obat secara teratur maka gula darah akan stabil dan tidak akan merasa
lemas. Melakukan kegiatan seperti mandi sendiri dapat membuat badan
menjadi segar dan lukanya tidak terinfeksi karena badannya bersih. Pada
saat dilakukan perawatan luka, klien selalu mengeluh nyeri. Hal tersebut
sudah tidak lagi terjadi, klien memahami kalau perawatan luka dilakukan
agar luka cepat sembuh, tidak terjadi infeksi dan tidak bertambah parah.
Dengan demikian, klien saat ini selalu bersemangat pada saat waktu
makan datang, klien mulai menanyakan kadar gula dalam darahnya.
Klien juga bersemangat setiap pagi saat akan dilakukan penggantian
balutan luka. Kondisi yang saat ini telah dialami klien menggambarkan
bahwa pada saat ini telah mampu bersikap aktif dalam pemberian
perawatan.

Klien pada awalnya hanya menerima begitu saja perawatan yang


diberikan, bahkan berpikiran kalau apa yang dilakukannya tidak akan
membuatnya cepat sembuh. Penulis selama empat hari terus memberikan
motivasi kepada klien dalam mengembangkan pikiran dan harapan

Universitas Indonesia
positif. Hal tersebut tidak semudah yang diharapkan oleh penulis.
Membangun harapan dan pikiran positif membutuhkan niat dari dalam
diri klien. Penulis selalu memotivasi dengan memberikan harapan sesuai
dengan pemikiran klien. Klien menginginkan cepat pulang dan ingin
merawat anak-anaknya, ditambah lagi anak yang paling besar akan
mengikuti tes masuk SMP. Motivasi itu yang terus ditanamkan kepada
klien. Apabila ingin kondisinya cepat pulih dan ingin cepat pulang maka
klien harus semangat, menjaga pola makan, istirahat, dan melakukan
kegiatan yang dapat meningkatkan kesehatannya.

3.5 Evaluasi Keperawatan dan Rencana Tindak Lanjut


Penulis berhasil menanamkan pemikiran dan harapan positif pada klien.
Setiap akan dilakukan tindakan keperawatan dan akan diberikan terapi,
klien selalu mengatakan akan latihan serta akan bersemangat dalam
menjalankan intervensi yang diberikan. Klien mengatakan nafsu
makannya juga saat ini sudah mulai meningkat, terlihat dari makanan
yang sudah dipersiapkan oleh ahli gizi dihabiskan. Klien mengatakan
badannya sudah segar, tidak lemas lagi, mulai berbincang dengan klien
lain, melkukan aktifitas secara mandiri. Klien juga menunjukkan
intonasi, nada dan volume yang baik (bicara tidak pelan) pada saat
berbicara. Setiap ada pemeriksaan, klien telah mulai memantau
kesehatannya dan menanyakan tentang hasil yang ada. Rencana tindak
lanjut untuk diagnosis ketidakberdayaan pada Ibu H yaitu latihan
berpikiran positif serta harapan positifnya, serta memotivasi untuk tetap
melakukannya di rumah. Hal tersebut diharapkan dapat diterapkan
apabila klien mengalami ketidakberdayaan kembali, sehingga klien
mampu mengatasinya.

Universitas Indonesia
BAB 4
ANALISA SITUASI

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai perbedaan antara teori dengan
asuhan keperawatan yang ditemukan selama melakukan ashan keperawatan
ketidakberdayaan pada klien dengan diabetes mellitus.

4.1 Analisa Masalah Keperawatan


Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu dari golongan penyakit
tidak menular. Klien pada saat ini berusia 39 tahun, memiliki risiko
tinggi untuk mengalami DM tipe 2. Mihardja (2009), menyatakan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara usia dan kadar gula darah pada
usia 35-54 tahun memiliki risiko 4,5 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan usia 15-34 tahun. Terdapat pula penelitian yang menjelaskan
bahwa prevalensi toleransi glukosa terganggu meningkat seiring dengan
bertambahnya usia yaitu pada usia 25-34 tahun sampai usia ≥ 75 tahun
(Dunstan, et al., 2002). Hal tersebut terjadi karena semakin bertambahnya
usia seseorang, maka kemampuan pankreas untuk menghasilkan insulin
semakin berkurang, sehingga kemampuan hormon insulin untuk
menetralisasi kadar gula darah akan menurun, yang berakibat pada kadar
gula didalam darah tidak dapat disimpan secara maksimal dalam bentuk
glikogen pada sel-sel jaringan tubuh sebagai cadangan energi dan
berdampak pada meningkatkan kadar gula darah (Wang, 2011).

Ibu H selama ini tinggal bersama dengan suami, ketiga anak laki-lakinya
dan dua orang adik kandungnya yang ke empat dan lima. Suami Ibu H
selama ini bekerja serabutan, namun saat Ibu H dirawat di RS suaminya
tidak bekerja dan mengurus ketiga orang anaknya yang masih kecil. Ibu
H sesekali ditemani oleh suaminya pada malam hari, namun terkadang
juga tidak datang. Selama klien dirawat di RS, klien merasakan
ketidakberdayaan karena penyakitnya dan kehilangan perannya dalam

39 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


40

mengurus ketiga anaknya. Klien merasakan semakin stress, ditambah lagi


dengan keluarganya tidak ada yang datang untuk menjenguk, kecuali
adiknya saja. lloryd, et al (2005), menjelaskan bahwa hubungan antara
pengalaman stres, ketidakberdayaan, dan timbulnya diabetes berawal dari
adanya reaksi psikologis terhadap stres dari sikap ketidakberdayaan
seseorang yang menyebabkan aktivasi dari hipotalamus-hipofisis-adrenal
(HPA) axis, yang pada akhirnya berdampak pada berbagai kelainan
endokrin, seperti kadar kortisol yang tinggi, yang berdampak pada
resistensi insulin. Faktor kurangnya dukungan yang berasal dari anggota
keluarga juga menjadi salah satu pencetus klien merasa semakin stress.
Kondisi stress pada klien dapat menyertai adanya perasaan
ketidakberdayaan (Kanine, Daulima, Nuraini., 2011).

Hasil pengkajian pada Ibu H didapatkan data bahwa klien selama ini
rutin mengkonsumsi minuman teh dalam kemasan dan makanan kering
manis untuk meredakan rasa lapar. Klien mengatakan biasanya
mengkonsumsi nasi dan lauk-pauk hanya pada makan hari saja, klien
tidak sarapan dan pada saat makan siang, klien lebih sering
menggantinya dengan mengkonsumsi teh beserta kue. Atkinson, et al
(2008) menyatakan bahwa teh manis kemasan mengandung gula pasir
dengan indeks glikemik yang tergolong cukup tinggi yaitu 65, apabila
dikonsumsi secara berlebihan akan meningkatkkan risiko kenaikan kadar
gula darah. Selain itu, gula pasir termasuk dalam golongan sukrosa, atau
bisa disebut dengan karbohidrat sederhana. Karbohidrat sederhana
mudah untuk dicerna sehingga mudah untuk meningkatkan kadar gula
darah.

Biskuit yang dikonsumsi oleh klien bersamaan dengan teh manis


kemasan juga memiliki kadar indeks glikemik yang tinggi. Kadar indeks
glikemik biskuit sebesar 77. Hal tersebut sampai saat ini belum dipahami
oleh klien sebagai salah satu pencetus peningkatan kadar gula dalam

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


darahnya. Klien mengatakan tidak mengetahui sebelumnya tentang
penyakit diabetes mellitus. Klien hanya mengetahui istilah lain dari
penyakit diabetes mellitus adalah penyakit gula. Klien mulai mengetahui
kondisinya pada 1 bulan yang lalu, pasca dirawat di RS karena kondisi
kesadarannya yang menurun dan menjalani perawatan selama 1 bulan.

Penyakit diabetes mellitus baru saja dialami oleh Ibu H pada tahun ini,
yakni 2016. Karena klien sudah pernah menerima peraawatan
sebelumnya dengan keluhan yang sama, suami klien memutuskan untuk
membawa klien ke RS, pada saat Ibu H kembali tidak sadarkan diri.
Setelah pulang ke rumah, klien berusaha untuk terus menjaga
kesehatannya dengan rutin memeriksakan tentang kondisi kesehatannya
di puskesmas. Hal tersebut tidak diimbangi dengan tingkat pengetahuan
klien yang cukup mengenai diabetes mellitus yang dialaminya. Tingkat
pengetahuan individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
tingkat pendidikan, sosial budaya, serta usia (Herawati, et al., 2001).
Tingkat pendidikan klien adalah lulusan sekolah menengah pertama.
Klien juga pada saat ini kurang terpapar dengan informasi mengenai
kesehatan dan gizi.

Pada hari dimana klien tidak sadarkan diri, klien berpuasa sejak sore hari
untuk memeriksakan gula darah puasanya ke puskesmas. Karena
kurangnya informasi yang didapatkan, klien menyuntikkan insulin pada
pagi hari dengan dosis sebanyak 25 UI pada pukul 7 pagi. Kondisi ini
diperparah dengan pemeriksaan yang baru dilakukan pada pukul 12.00
WIB. Klien lalu jatuh pingsan dan saat dilakukan pemeriksaan kadar gula
darahnya, didapatkan hasil bahwa kadar gula darah klien sebesar 23
mg/dl. Kondisi tersebut menyebabkan klien mengalami hipoglikemia.
Hipoglikemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan kadar gula
darah seseorang dibawah 70 mg/dl (ADA, 2014). Klien mengalami
hipoglikemi yang merupakan salah satu komplikasi akut pada diabetes

Universitas Indonesia
mellitus (Smeltzer & Bare, 2005). Pada kasus ini, klien Ibu H mengalami
hipoglikemia reaktif. Hipoglikemia reaktif menjadi awal dari manifestasi
berkembangnya diabetes tipe 2 (Kahn, Weir, King, Jacobson, Moses, &
Smith., 2005). Seperti yang terjadi pada klien Ibu H yang mengalami
awal manifestasi perkembangan penyakitnya pada 1 bulan jang lalu.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik, barulah diketahui adanya masalah luka


pada klien Ibu H. Ibu H tidak mengetahui apabila luka yang dimiliki
merupakan salah satu komplikasi pada diabetes mellitus. Klien memiliki
luka ulkus yang terdapat di bagian bokong. Klien berpendapat kalau luka
yang dimiliki hanya kecil saja dan hanya luka bisul biasa. Namun, dari
tanda-tanda yang ada, dan setelah lakukan pengjajian, luka yang dimiliki
oleh Ibu H merupakan luka dengan membentuk rongga di bagian dalam.
Walaupun luka yang nampak hanya dengan diameter 1 cm, namun
panjang di bagian dalam hingga 10 cm dan lebar 5 cm. Luka tersebut
memproduksi pus dan bau khas ulkus. Smeltzer dan Bare (2005),
dijelaskan bahwa luka pada klien dengan diabetes mellitus memiliki
waktu penyembuhan yang lama, disebabkan oleh buruknya sirkulasi.

Sebelumnya, klien aktif dalam kegiatan pengajian yang diadakan di


lingkungan rumahnya, pada saat ini klien tidak lagi dapat megikuti
pengajian, ditambah lagi klien sudah lama dirawat untuk masalah yang
sama. Klien juga merasa sedih karena sekarang tidak dapat mengurus
anaknya di rumah. Anak pertama klien pada saat ini sedang
membutuhkan dukungan untuk ujian masuk SMP, sedangkan anak yang
lain juga masih kecil. Anak yang paling kecil baru berusia 12 bulan.
Setelah klien mendapatkan perawatan pertama selama 1 bulan, anak Ny
H tidak mau untuk diasuh oleh Ibu H. Penolakan terus diberikan hingga
pada beberapa hari sebelum dirawat untuk yang kedua kalinya, anak Ibu
H sudah mau untuk dirawat oleh Ibu H. Perasaan yang dirasakan Ibu H

Universitas Indonesia
saat ini sangat sedih, karena Ibu H takut anaknya tidak mau lagi untuk
diasuh olehnya.

4.2 Analisa Intervensi Keperawatan


Intervensi keperawatan yang diberikan kepada Ibu H salah satunya adalah
intervensi ketidakberdayaan. Intervensi ini mempunyai tujuan umum yaitu
mampu mengatasi rasa ketidakberdayaan yang dialami oleh Ibu H. Tujuan
khusus yang diharapkan antara lain mampu membina hubungan saling percaya
antara klien dengan penulis (perawat), klien mampu mengenali dan
mengekspresikan emosinya, klien mampu memodifikasi pola kognitif yang
negatif, klien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
berkenaan dengan perawatannya sendiri, dan klien mampu termotivasi untuk
mencapai tujuan yang realistis.

Pertemuan pertama pada hari pertama, perawat (penulis) mencoba untuk


membina hubungan saling percaya dengan Ibu H dengan melakukann
komunikasi terapeutik, berkenalan, menjelaskan tujuan pertemuan dan
membuat kontrak. Pertemuan pertama, penulis mulai mengkaji tentang
perasaan klien, dan mengeksplorasi lebih dalam mengenai
ketidakberdayaan yang dialami klien. Klien mengungkapkan bahwa saat
ini merasa sedih karena tidak dapat melakukan apapun berhubungan
dengan kondisinya yang sedang sakit dan dirawat saat ini. Seperti yang
dijelaskan dalam Townsend (2010), ketidakberdayaan diartikan sebagai
sebuah persepsi individu bahwa tindakannya sendiri tidak akan
mempengaruhi hasil secara bermakna; kurang kontrol terhadap situasi
tertentu atau kejadian baru yang dirasakan. Pada klien Ibu H memiliki
persepsi tentang kondisi yang baru dialaminya.

Setelah mengetahui perasaan yang dialami klien Ibu H, penulis


membantu klien untuk mengenal tentang ketidakberdayaannya. Penulis
mengarahkan klien untuk menyadarkan dirinya mengenai akibat yang

Universitas Indonesia
akan timbul dari ketidakberdayaannya saat ini. Klien mengatakan saat
ini merasa cemas, merasa bersalah kepada anak dan suaminya. Klien juga
mengatakan saat ini merasa sulit tidur dimalam dan siang hari, denyut
nadi meningkat, dada berdebar-debar, tidak nafsu makan, dan merasakan
badannya lemas. Klien juga terlihat banyak diam, tertidur di kamar,
seluruh aktifitas dibantu, bicara pelan, tidak memantau kesehatannya, dan
tidak dapat mengambil keputusan.

Setelah mengetahui kondisi klien secara kognitif, afektif, fisiologis dan


perilaku. Penulis memberikan waktu kepada klien untuk
mengekspresikan perasaan dan faktor yang berpengaruh terhadap
perasaan klien. Penulis dan klien mendiskusikan tentang masalah yang
dihadapi klien. Penulis membantu klien untuk meningkatkan pemikiran
positif yang ada dan mencoba menghilangkan pemikiran negatif yang
muncul. Setelah klien mulai untuk berlatih mengenai pemikiran positif,
klien dan penulis membuat kesepakatan mengenai persepsi dan dan
kesimpulan akan latihan yang telah dilakukan.

Terdapat dua faktor predisposisi pada klien yaitu psikologis dan soaial
budaya. Faktor psikologis yang dapat terlihat seperti perubahan gaya
hidup yang terjadi akibat tempat tinggalnya di kota, ketidakmampuan
klien mengambil keputusan serta kurang baiknya klien dalam komunikasi
yang efektif dengan orang dilingkungannya, ketidakmampuan
menjalankan peran dalam merawat anggoya keluarganya pada saat
mendpatkan perawatan di RS, kurang dapat mengontrol perasaan (cemas,
takutnya, kepribadian klien pasif, dan cenderung tertutup). Faktor
selanjutnya terdapat pada klien merupakan sosial budaya, yaitu tingkat
pendidikan yang rendah karena keterbatasan biaya yang dimilikinya.
Pada klien juga terdapat faktor presipitasi, terdapat tiga faktor yang
berhubungan seperti biologis, psikologis dan sosial budaya. Pada faktor
biologis, nampak klien mengalami penyakit yang membutuhkan

Universitas Indonesia
perawatan dalam jangka waktu yang lama, yaitu diabetes mellitus tipe 2.
Faktor psikologis yang mempengaruhi terdapatnya penyakit kronis, pada
saat ini tidak melakukan kegiatan sehari-hari ataupun kegiatan soaial,
terjadinya gangguan peran sebagai seorang ibu, dan ketergantungan
dengan orang lain. Pada faktor ketiga yaitu sosial budaya, klien berada di
pelayanan kesehatannya dikarenakan kondisi kesehatannya, dan
terhambatnya melakukan aktivitas keagamaan karena kondisinya. Hal
tersebut dapat ditangani dengan pemberian intervensi keperawatan
seperti latihan pemikiran positif dan afirmasi positif.

Pemikiran positif memiliki dampak yang baik bagi kesembuhan klien.


Hal tersebut didukung oleh Limbert (2004) dalam Kholidah dan Alsa
(2012) dalam penelitiannya penelitiannya menyimpulkan bahwa berpikir
positif mempunyai peran dapat membuat individu menerima situasi yang
sedang dihadapinya secara lebih positif. Pada saat seseorang menghadapi
masalah dengan pikiran positif, maka masalah tersebut dapat diatasi
dengan baik apabila dibandingkan dengan menggunakan pemikiran
negatif. Setelah pemikiran positif dibuat, klien beserta penulis melakukan
latihan untuk mengembangkan harapan positif. Latihan mengembangkan
harapan positif (afirmasi positif) memiliki manfaat untuk membantu
seseorang memiliki harapan. Pada keadaan ini klien diharapkan memiliki
harapan untuk sembuh dan dapat melakukan kegiatannya. Koh (2004),
mendefinisikan afirmasi positif sebagai sebuah proses berpikir,
mendengarkan, atau menulis secara berulang-ulang untuk memberikan
penegasan terhadap suatu keyakinan yang diharapkan positif dapat
menjadi kenyataan. Inti dari afirmasi positif adalah membuat seseorang
selalu memiliki pemikiran positif dan selalu menerapkannya menjadi
sebuah harapan yang dapat meingkatkan energi baik pada seseorang.

Hal yang dilakukan selanjutnya adalah tetap menjaga rasa saling percaya
antar penulis dan klien. Penulis mengarahkan klien dalam mengontrol

Universitas Indonesia
perasaan ketidakberdayaannya. Penulis bersama dengan klien mencari
kegiatan yang masih dapat dilakukan walaupun dalam kondisi dirawat di
RS. Setelah dilakukan diskusi, klien ternyata yang semula hanya
berbaring di tempat tidur, tidak merawat diri, dan merasa tidak dapat
melakukan apapun dapat melakukan banyak kegiatan secara mandiri.
Penulis mendukung kegiatan yang dapat dilakukan oleh klien. Klien
dapat membersihkan diri, berias, memakan dan menghabiskan
makanannya dan berlatih posisi agar lukanya cepat membaik.

Hal tersebut selalu dilakukan penulis dalam mendukung, memberikan


semangat kepada klien. Klien merasakan dampak yang positif dalam
kesehariannya. Klien saat ini merasa lebih bersemangat untuk
melaksanakan kegiatan sehari-hari dan bersemangat dalam memulihkan
kondisi kesehatannya. Afirmasi positif yang terus dikembangkan klien
membuat klien memiliki motifasi untuk segera sembuh. Klien yang
sebelumnya masuk dengan keluhan yang sama dan dengan diagnosa yang
sama saat ini menjalani perawatan lebih singkat. Perawatan sebelumnya
klien menjalaninya selama 1 bulan. Pada saat ini hanya dilakukan
perawatan selama 9 hari.

Universitas Indonesia
4.3 Penyelesaian Masalah
Penyakit diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit tidak menular yang
dapat terjadi pada siapapun. Pada saat ini, diabetes menjadi salah satu
dari penyakit tidak menular yang menjadi sorotan pemerintah karena
peningkatan jumlah penderita yang semakin meningkat. Peningkatan
jumlah penderita diabetes meliitus tidak diiringi dengan peningkatan
tingkat pendidikan dan pengetahuan mengenai penyakit ini. Pengetahuan
yang rendah mengenai penyakit diabetes mellitus juga mempengaruhi
tingkat ketidakberdayaan seseorang. Hal tersebut dikarenakan seseorang
yang tidak mengetahui masalah yang dialaminya cenderung hanya diam,
bingung, dan tidak tahu harus melakukan apa untuk mengatasinya. Peran
perawat dalam hal ini untuk membantu mengatasi ketidakberdayaan
klien, dapat dilakukan dengan cara psikoedukasi kepada klien dan
keluarganya.

Psikoedukasi merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan, yaitu


dengan memberikan edukasi atau pendidikan yang tepat kepada klien
terkait penyakit, serta penangannya. Psikoedukasi pada Ibu H telah
dilakukan kepada keluarga Ibu H dengan terlebih dahulu menggali
pengetahuan yang telah dimiliki dan yang harus diubah dari pemikiran
yang masih belum sesuai dengan literatur. Ibu H mengatakan hanya
mengetahui kalau diabetes mellitus merupakan penyakit gula. Klien
hanya mengetahui harus mengurangi gula yang dikonsumsi, tanpa tahu
penyebab sebenarnya yang menjadi pencetus dalam masalahnya.
Psikoedukasi yang dilakukan penulis diantaranya pendidikan kesehatan
mengenai penyakit diabetes mellitus, dampaknya dan apa yang terjadi
sehingga klien dirawat di RS, klien juga mendapatkan penjelasan
mengenai pola diit klien. Psikoedukasi dilakukan agar tidak terjadi
kekambuhan pada kondisi klien. Psikoedukasi dilakukan pada saat
terdapat klien dan keluarganya.

Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP

Bab ini menjelaskan kesimpulan yang penulis peroleh berdasarkan penjelasan


dari bab sebelumnya sampai dengan pembahasan.

5.1 Kesimpulan
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit tidak menular yang
diakibatkan oleh pola diit klien. Kebiasaan memakan biskuit dan
mengkonsumsi teh manis dalam kemasan setiap hari dapat menjadi salah
satu penyebabnya. Hal tersebut dikarenakan kandungan indeks glikemik
pada biskuit dan teh manis kemasan tergolong tinggi. Diabetes mellitus
tipe 2 memiliki komplikasi yang dapat terjadi, yaitu hipoglikemi dan luka
seperti yang terjadi pada klien Ibu H. Klien yang harus kembali
mendapatkan perawatan di RS membuat klien merasakaqn
ketidakberdaan dalam dirinya. Klien tidak dapat melakukan apapun dan
klien kehilangan peran sebagai orang tua lagi selama dirawat. Hal
tersebut membuat klien tidak mampu mengendalikan situasi yang
dialaminya. Asuhan keperawatan klien dengan ketidakberdayaan
mempunyai tujuan mengurangi ketidakberdayaan yang dialaminya.

Intervensi yang diberikan pada klien dengan ketidakberdayaan yaitu


melatih afirmasi positif dan latihan mengontrol ketidakberdayaannya.
Hasil evaluasi yang dilakukan terlihat dalam keseharian klien selama
mendapatkan perawatn, klien menhadi bersemngat, mengikuti terapi
yang diberikan, dan terus memantau kesehatannya. Selain hal tersebut,
pendidikan kesehatan yang dilakukan juga dapat mempengaruhi kegiatan
positif yang klien lakukan. Perawat mempunyai peran penting dalam
proses asuhan keperawatan klien diabetes mellitus yang mengalami
ketidakberdayaan.

50 Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


51

5.2 Saran
5.2.1 Pendidikan
Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan
ketidakberdayaan ini dapat dijadikan sebagai acuan bahan belajar di
dunia pendidikan keperawatan, khususnya keperawatan jiwa. Penulis
keperawatan dapat menjadikan asuhan keperawatan ini untuk melakukan
modifikasi dalam pemberian asuhan keperawatan klien dengan
ketidakberdayaan.

5.2.2 Pelayanan
Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan ini dapat dijadikan gambaran
kepada perawat ruangan untuk memberikan asuhan keperawatan
ketidakberdayaan yang lebih komprehensif. Perawat dapat meningkatkan
pengetahuan tentang tanda, gejala dan intervensi pada klien dengan
ketidakberdayaan. Diharapkan perawat dapat mengoptimalkan pemberian
asuhan keperawatan pada klien dengan ketidakberdayaan.

5.2.3 Penelitian

Hasil asuhan keperawatan ketidakberdayaan pada klien dengan penyakit


tidak menular seperti diabetes mellitus tipe 2 ini, diharapkan dapat
menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang
turut mempengaruhi ketidakberdayaan pada klien. Penelitian selanjutnya
diharapkan dapat meneliti lebih dalam mengenai dampak dari faktor yang
ada pada klien dengan ketidakberdayaan.

Universitas Indonesia

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2014). Diagnosis and classification of


diabetes mellitus. Diabetes Care, 37 (1), S81-S90.
Atkinson, F.S., Kaye, F.P., & Jennnie C.B. (2008). International tables of
glycemic index and glycemic load values: 2008. Diabetes Care, 31
(12), 2281-2283.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset kesehatan
dasar. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Badan Pusat Statistik. (2011). Hasil sensus penduduk 2010: Data agregat per
provinsi. Jakarta: BPS.
Black, & Hawks. (2014). Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. Jakarta:
Salemba Medika.
Brunner, & Suddarth. (2010). Textbook of medical surgical nursing, Tweltfh
edition. Philadelphia: Lippincott William Wilkins.
Carpenito, L.J. (2008). Handbook of nursing diagnosis. (12th.ed).
Philadelphia: Lippincott Company.

Dryer, D.E. (2007). The phenomenon of powerlessness in the eldery. The


Ruth & Tes Braun Award For Writing Exellence At Saginaw Valley
University
Dunstan, D.W., et al. (2002). The rising prevalence of diabetes and impaired
glucose tolerance: The Australian Diabetes, Obesity and Lifestyle
Study. Diabetes Care, 25 (5), 829-834.
Ellickalputhenpura, B. (2012). Fasting blood glucose and 8 years mortality in
the hypertension detection follow-up program population. Thesis.
School of Public Health The University of Texas.
Ilechukwu, C.C., Ebenebe, U.E., Ubajaka, C.F., Ilika, A.L., Emelumadu,
O.F., & Nwabueze, S.A. (2014). The role of oxidative stress in diabetes
mellitus: A 24-year review. AFRIMEDIC Journal, 5 (1), 1-7.

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


Kahn, C.R., Gordon, C.W., George, L.K., Alan, M.J., Alan, C.M., & Robert
J.S. (2005). Joslin's diabetes mellitus ( 14th ed). USA: Lippincot
Williams & Wilkins.
Kanine, E., Daulima, N.H.C., & Nuraini, T. (2011). Pengaruh terapi generalis
dan logoterapi terhadap respon ketidakberdayaan klien diabetes melitus
di rumah sakit provinsi sulawesi utara. Tesis. Depok: Universitas
Indonesia.
Kelompok Keilmuan keperawatan Jiwa. (2011). Standar asuhan keperawatan
diagnosa psikososial. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Kelompok Keilmuan Dasar Keperawatan dan Keperawatan Dasar. (2012).
Pengkajian lintas budaya. Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. (2015). Laporan akuntabilitas kinerja kementrian
kesehatan tahun 2014. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Profil kesehatan Indonesia tahun 2013.
Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Koh, K. (2004). Lazy man’s affirmation book. www. subconcioues
secret.com.
Kholidah & Alsa. (2012). Berpikir positif untuk menurunkan stres psikologis.
Jurnal Psikologi, 39 (1), 67-75.
Lloyd, C., Julie, S., & Katie, W. (2005). Stress and diabetes: A review of the
links. Diabetes Spectrum, 18 (2), 121-127.
Mihardja, L. (2009). Faktor yang berhubungan dengan pengendalian gula
darah pada penderita diabetes mellitus di perkotaan Indonesia. Majalah
Kedokteran Indonesia, 59 (9), 418-424.
NANDA International. (2015). Nursing diagnoses: Definitions and
classification 2012-2014. Sumarwati, M et al (Penerjemah). Jakarta:
EGC.
Ramachandran, A., et al. (2001). High prevalence of diabetes and impaired
glucose tolerance in India: National Urban Diabetes Survey.
Diabetologia, 44, 1094-1101.

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


Ramachandran, et al., (2008). High prevalence of diabetes and cardiovascular
risk factor associated with urbanization in India. Diabetes Care, 31 (5),
893-898.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2005). Brunner & Sudarth’s textbook of
medicalsurgical nursing. (8 th ed). (Agung Waluyo. Terjemahan).
Jakarta: EGC.
gnosis keperawatan psikiatri rencana asuhan & medikasi psikotropik. Edisi 5. Jakarta: EGC.
between socio-demographic factors and diabetes mellitus in the north of Iran: A population-based study. International Jour
alth nursing. Philadelpia: Lippincot William & Wilkins.
o untuk hidup sehat, bahagia, dan panjang umur. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


Lampiran 1

PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA


MASALAH PSIKOSOSIAL

INFORMASI UMUM
Inisial klien : Ibu H
Usia : 39 (tahun)
Jenis kelamin : √ perempuan laki-laki
Suku : Sunda
Bahasa dominan : Indonesia
Status perkawinan : belum menikah √ menikah janda/ duda
Alamat : Kampung Curug RT 001 RW 002, Kota Bogor
Barat
Tanggal masuk : 03 Mei 2016
Tanggal pengkajian : 04 Mei 2016
Ruang rawat : Antasena 4, RS DR. H Marzoeki Mahdi Bogor
Nomor rekam medik : 32-23-52
Diagnosa medis : Diabetes Mellitus Tipe 2
Riwayat alergi : Tidak ada
Diet : Diabetes mellitus
KELUHAN UTAMA
Pada saat ini klien merasakan tubuhnya masih lemas, berkeringat, dan
tegang. Klien merasakan nyeri pada bagian bokong kirinya.
PENAMPILAN UMUM DAN PERILAKU MOTOR
Fisik
Berat badan : 47 kg
Tinggi badan : 150 cm
Tanda-tanda vital : TD 120/78 mmHg, Nadi 84 kali/menit, Suhu 36,8O C,
dan RR 18 kali/menit

Riwayat pengobatan fisik


Klien pada 1 bulan yang lalu mendapatkan perawatan di RS Marzoeki
Mahdi dengan keluhan yang sama, yaitu tidak sadarkan diri di rumahnya.

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


Hasil pemeriksaan laboratorium/ visum/ dll
Hematologi (03 Mei 2016)
Masuk RS
GDS 23 mg/dl

18.50 WIB
Hb 8,7 g/dl (14-16)
Leukosit 8.870 mm3 (4.000-10.000)
Trombosit 396.000 mm3
Hematokrit 27%
SGOT 11 (<42)
SGPT 10 (<47)
Ureum 10,3 (10-50)
Creatinin 0.43 (0.7-1.4)
GDS 132 mg/dl (<140)

Masalah Keperawatan: Nyeri akut, kerusakan integritas jaringan,


ansietas

Tingkat Ansietas
Tingkat ansietas (lingkari tingkat ansietas dan chek list perilaku yang ditampilkan)
RinganSedang √BeratPanik

PERILAKU √ PERILAKU √
Tenang Menarik diri
Ramah Bingung √
Pasif Disorientasi
Waspada √ Ketakutan √
Merasa membenarkan lingkungan Hiperventilasi
Kooperatif Halusinasi/delusi
Gangguan perhatian Depersonalisasi
Gelisah √ Obsesi
Sulit berkonsentrasi √ Kompulsi
Waspada berlebihan Keluhan somatic
Tremor Hiperaktivitas
Bicara cepat Lainnya

Masalah Keperawatan: Ansietas sedang

KELUARGA
Tipe keluarga
nuclear family
√ extended family diad family
single parent family

Pengambilan keputusan
√ kepala keluarga
istri
orang tua
bersama-sama

Hubungan klien dengan kepala keluarga


kepala keluarga orang tua √ istri
lain-lain, sebutkan:
anak

an yang dilakukan bersama keluarga


n: klien hidup dengan suami dan ketiga orang anak, dan kedua orang adiknya. Dalam keseharian, aktivitas yang dilakukan ke
a-sama seperti pada saat makan malam dan pada saat menonton TV

bersama.

Kegiatan yang dilakukan keluarga dalam masyarakat


Jelaskan: klien aktif dalam kegiatan pengajian yang dilakukan di
lingkungan rumahnya. Pengajian tersebut telah diikuti sejak sesaat setelah
klien menikah.
Klien juga mengikuti kegiatan arisan yang diadakan di lingkungan
rumahnya.
Masalah Keperawatan: Tidak ada

RIWAYAT SOSIAL
Pola sosial
Teman/ orang terdekat
Orang terdekat dari Ibu H adalah suaminya. Pada saat klien tidak
dapat mengatasi masalah atau persoalan yang dialaminya, klien pasti
menceritakan keluh kesahnya kepada suaminya.

Peran serta dalam kelompok


Klien aktif dalam kegiatan masyarakat, klien aktif dalam kegiatan
hari besar yang diadakan di lingkungan rumahnya.

Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain


Klien tidak memiliki hambatan dalam berkomunikasi dengan
tetangga atau orang lain disekitarnya.

Obat-obatan yang dikonsumsi


Adakah obat herbal/ obat lain yang dikonsumsi diluar resep?
Klien mengkonsumsi jamu pahit yang dijual oleh pedagang jamu
keliling.

Obat-obatan yang dikonsumsi klien saat ini


Ranitidin 2x1
Furosemid 1x1
Novorapid 3x 22 UI
Apakah klien menggunakan obat-obatan dan alkohol untuk
mengatasi masalahnya?
Klien tidak pernah menggunakan obat psikofarmaka dan alkohol.

Masalah Keperawatan: Tidak ada

STATUS MENTAL DAN EMOSI


Penampilan
1. Cacat fisik
√ ada, jelaskan : terdapat luka bagian bokong sebelah kiri tidak ada, jelaskan

Kontak mata ada, Jelaskan


Klien mau menatap mata perawat dan orang sekitarnya saat berbicara tidak ada, jelaskan
Pakaian
√ tidak rapi, jelaskan klien hanya menggunakan baju dan kaos yang tidak rapih.
penggunaan tdk sesuai

4. Perawatan diri Jelaskan:


Klien tidak memiliki kemauan dan merasa tidak mampu melakukan
perawatan dirinya

Masalah Keperawatan: Ketidakberdayaan

Tingkah Laku
Tingkah Laku √ Jelaskan
Resah √ Gelisah, tidak bisa tidur
Agitasi
Letargi
Sikap √ Lemas, waspada, bicara pelan,
Ekspresi wajah √ Terlihat sedih, tegang, murung
Lain-lain
Masalah Keperawatan: Ansietas dan Risiko duka cita
Pola komunikasi
POLA KOMUNIKASI √ POLA KOMUNIKASI √
Jelas √ Aphasis
Koheren √ Perseverasi
Bicara kotor Rumination
Inkoheren Tangensial
Neologisme Banyak bicara/dominan
Asosiasi longgar Bicara lambat
Flight of ideas Sukar berbicara
Lainnya :

Masalah Keperawatan: Ketidakberdayaan, Ansietas

Mood dan Afek


PERILAKU √ JELASKAN
Senang
Sedih √ Klien merasa sedih karena saat ini
harus dirawat kembali dan
tidak dapat mengurus ketida
anaknya
Patah hati
Putus asa
Gembira
Euphoria
Curiga
Lesu √ Klien terlihat lesu saat pengkajian
dilakukan
Marah/bermusuhan
Lain-lain
Masalah Keperawatan: Ketidakberdayaan

Proses Pikir
PERILAKU √
Jelas √
Logis √
Mudah diikuti
Relevan √
Bingung
Bloking
Delusi
Arus cepat
Asosiasi lambat
Curiga
Memori jangka pendek Hilang Utuh √
Memori jangka panjang Hilang Utuh √

Masalah Keperawatan: Tidak ada


Persepsi
PERILAKU √ JELASKAN
Halusinasi -- Tidak ada
Ilusi -- Tidak ada
Depersonalisasi -- Tidak ada
Derealisasi -- Tidak ada

Halusinasi √ Jelaskan
Pendengaran -- Tidak ada
Penglihatan -- Tidak ada
Perabaan -- Tidak ada
Pengecapan -- Tidak ada
Penghidu -- Tidak ada
Lain-lain

Masalah Keperawatan: Tidak ada


Kognitif
1. Orientasi realita
Waktu Tempat Orang
: Terorientasi dengan baik, klien mengetahui pada saat ini adalah pagi hari pada pukul 10.00 WIB
Situasi
: Terorientasi dengan baik, klien mengetahui bahwa saat ini berada di RS Marzoeki Mahdi
: Terorientasi dengan baik, klien mengenali suami dan perawat di ruangan
: Terorientasi dengan baik, klien mengetahui tentang
kondisi kesehatannya yang mengalami diabetes tipe 2.

2. Memori
Gangguan √ Jelaskan
Gangguan daya ingat jangka -
panjang
Gangguan daya ingat jangka -
pendek
Gangguan daya ingat saat ini -
Paramnesia, sebutkan -
Hipermnesia, sebutkan -
Amnesia, sebutkan -
3. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Tingkatan √ Jelaskan
Mudah beralih -
Tidak mampu berkonsentrasi -
Tidak mampu berhitung -
sederhana
Masalah Keperawatan: Tidak ada
IDE-IDE BUNUH DIRI
Ide-ide merusak diri sendiri/ orang lain
Ya Tidak √
Jelaskan: tidak ada ide-ide dari klien untuk melakukan percobaan bunuh
diri
Masalah Keperawatan: Tidak ada

V. KULTURAL DAN SPIRITUAL


Agama yang dianut
1. Bagaimana kebutuhan klien terhadap spiritual dan
pelaksanaannya? Sejak dirawat klien merasa kesulitan untuk salat
karena tidak bisa melakukan wudhu
2. Apakah klien mengalami gangguan dalam menjalankan kegiatan
spiritualnya setelah mengalami kekerasan atau penganiayaan?
Tidak
3. Adakah pengaruh spiritual terhadap koping individu
Klien meyakini bahwa penyakit yang sekarang dialami dapat
mengurangi dosanya.

Budaya yang diikuti


Apakah ada budaya klien yang mempengaruhi terjadinya masalah
Budaya dam mengkonsumsi makanan yang manis
Masalah Keperawatan: ketidakstabilan kadar gula darah
Lampiran 2

ANALISA DATA

Nama Pasien : Ibu H Tanggal Lahir : 31/12/1977


Nomer Rekam Medis : 32-23-52 Diagnosa : DM tipe 2
Data Masalah
Keperawatan
Data Subjektif
 Klien mengatakan nyeri skala mendekati 4,
frekuensi sering (mengganggu ADL),
durasi mengganggu ADL, lokasi di bokong
sebelah kiri.

Data Objektif:
 Gelisah
 Perilaku berhati-hati
 Memfokuskan pada diri
sendiri/penyempitan fokus/tidak
berkonsentrasi Nyeri Akut
 Luka abses (bisul) dengan luka bagian luar
1x1 dengan kuka dalam 5x10 cm
 Lokasi luka berada di bokong sebelah kiri
 Tanda-tanda inflamasi positif
(bengkak/tumor, nyeri/dolor,
panas/kolor, merah/rubor)
 Ekspresi wajah menahan rasa sakit/nyeri

Data Subjektif
 Klien mengatakan susah tidur, dan sering
terbangun dimalam hari

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


 Klien mengatakan bingung tentang
kondisinya saat ini
 Klien mengatakan jantung berdebar-debar

Data Objektif Ansietas


 Berkeringat,
 gelisah,
 tampak waspada,
 fokus pada diri sendiri,
 lemah

Data Subjektif
 Klien mengatakan merasa percuma
melakukan apapun
 Klien mengatan sudah rutin ke puskesmas
tapi tetap saja dirawat lagi
 Klien mengatakan menggunakan obat,
malah jadi pingsan
 Klien mengatakan walaupun makan, tapi
tetap lemas.
 Klien mengatakan memikirkan anak dan Ketidakberdayaan
suaminya di rumah

Data Objektif:
 Sulit tidur dimalam dan siang hari,
 Tidak nafsu makan,
 Merasakan badannya
lemas.
 Klien juga terlihat banyak diam,
 Hanya tertidur di kamar,
 Seluruh aktifitas dibantu,
 Bicara pelan,
 Tidak memantau kesehatannya, dan
 Tidak dapat mengambil keputusan.

Data Subjektif
 Klien mengatakan lukanya sudah sejak 1
minggu yang lalu.
 Klien mengatakan luka berasal dari abses
(bisul) yang telah ada 1 bulan yang lalu
 Klien mengatakan lukanya belum pernah
dibersihkan
 Klien mengatakan sudah mengetahui
lukanya hanya kecil Kerusakan integritas
jaringan
Data Objektif
 Luka dengan diameter 1 cm di bagian luar
 Luka dengan panjang 10 cm dan lebar 5 cm
 Luka dengan produksi pus dan darah
 Luka tidak nampak jaringan granulasi dan
nampak putih.
 Luka tidak tertutup oleh kassa atau plester
untuk luka (dibiarkan terbuka).
Lampiran 3

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Klien : Ibu H No. RM : 32-23-52


Ruangan : Antasena 4, RSMM Bogor Dx : Diabetes mellitus tipe2
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan  Kaji nyeri klien, skala, lokasi,  Sebagai data dasar dalam mengevaluasi
Ditandai dengan; keperawatan nyeri durasi, frekuensi dan tindakan kebutuhan dan keefektifan intervensi
Data Subjektif berkurang/hilang, dengan penghilangan nyeri yang digunakan yang diberikan
 Klien mengatakan nyeri kriteria hasil : klien sebelumnya
skala mendekati 4,  Keluhan nyeri berkurang  Menciptakan lingkungan yang  Untuk memberikan rasa nyaman pada
frekuensi sering  Klien terlihat tenang dan kondusif untuk relaksasi dengan klien
(mengganggu ADL), durasi nyaman meredupkan lampu, mengurangi
mengganggu ADL, lokasi  Klien dapat berkonsentrasi tingkat kebisingan, membatasi
di bokong sebelah kiri.  Tanda-tanda inflamasi pengunjung

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi
berkurang  Lakukan tindakan kenyamanan  Meningkatkan relaksasi dan membantu
Data Objektif: dasar, misalnya : aktivitas hiburan, memfokuskan perhatian
 Gelisah dan peruabahan posisi.
 Perilaku berhati-hati  Dorong penggunaan keterampilan  Menurunkan tingkat nyeri dan
 Memfokuskan pada diri manajemen nyri misalnya teknik meningkatkan relaksasi, serta
sendiri/penyempitan relaksasi napas dalam, distraksi, memungkinkan klien untuk
fokus/tidak berkonsentrasi bimbingan imajinasi, tertawa, musik berpartisipasi secara aktif dan
 Luka abses (bisul) dengan dan sentuhan terapeutik meningkatkan rasa kontrol
luka bagian luar 1x1  Evaluasi penghilangan nyeri atau  Memastikan apakah intervensi berhasil
dengan kuka dalam 5x10 kontrol skala nyeri
cm
 Lokasi luka berada di Kolaborasi
bokong sebelah kiri  Berikan analgetik sesuai indikasi  Menurunkan sensasi nyeri yang
 Tanda-tanda inflamasi dirasakan klien
positif (bengkak/tumor,
nyeri/dolor, panas/kolor,
merah/rubor)
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasionalisasi
 Ekspresi wajah menahan
rasa sakit/nyeri
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Ansietas Setelah dilakukan tindakan  Selalu ada untuk pasien. Buat  Menunjukkan perhatian dan keinginan
Ditandai dengan: keperawatan, klien tampak hubungan saling percaya dengan untuk membantu. Membantu dalam
Data Subjektif rileks. pasien/orang terdekat. diskusi tentang subjek sensitif.
 Klien mengatakan susah
tidur, dan sering Kriteria hasil  Berikan informasi tentang prosedur  Membantu pasien memahami tujuan dari
terbangun dimalam hari  Menyatakan pengetahuan atau informasi mengenai proses apa yang dilakukan, dan mengurangi
 Klien mengatakan yang adekurat tentang pembedahan. masalah karena ketidaktahuan, termasuk
bingung tentang situasi ketakutan . Namun kelebihan informasi
kondisinya saat ini  Melaporkan ansietas tidak membantu dan dapat meningkatkan
 Klien mengatakan menurun ansietas.
jantung berdebar-debar
 Pertahankan perilaku nyata dalam  Menyatakan penerimaan dan
Data Objektif melakukan prosedur/menerima menghilangkan rasa malu pasien.
 Berkeringat, pasien. Lindungi privasi pasien.
 gelisah,  Dorong pasien/orang terdekat untuk  Mendefinisikan masalah, memberikan
 tampak waspada, menyatakan masalah/perasaan. kesempatan untuk menjawab pertanyaan,
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
 fokus pada diri sendiri, memperjelas kesalahan konsep, dan
 lemah solusi pemecahan masalah.

 Beri penguatan informasi pasien yang  Memungkinkan pasien untuk menerima


telah diberikan sebelumnya. kenyataan dan menguatkan kepercayaan
pada pemberi perawatan dan pemberian
informasi.

 Latihan relaksasi sesuai dengan  Latihan pengontrol ansietas terbukti


rencana yang telah dibuat, seperti mampu menurunkan tingkat ansietas
relaksasi napas dalam, teknik klien
distraksi, hypnosis lima jari
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Ketidakberdayaan Setelah dilakukan tindakan Tindakan keperawatan:
ditandai dengan: keperawatan, klien mampu
 Membina hubungan saling percaya  Penting dalam proses interaksi dan
Data Subjektif mengatasi rasa ketidakberdayaan asuhan kperawatan
 Klien mengatakan saat yang dialaminya dengan kriteria

ini tidak bisa hasil:  Mengubah pandangan negatif tentang diri


 Mengubah persepsi kognitif klien
melakukan apapun  Klien tidak lagi merasakan dan kondisi kesehatannya saat ini dan
 Klien mengatakan perasaan negatif atas diri an membantu mengatasi ketidakmampuan
memikirkan anak dan keadaannya
suaminya di rumah  Menerima status  Memberikan kesempatan kepada klien
 Memberikan dukungan dalam
 Klien mengatakan sulit kesehatannya saat ini untuk memilih perawatannnya
mengambil keputusan
tidur  Beradaptasi akan menunjukkan hak atas dirinya sendiri

keterbatasan fisik yang saat


Data Objektif: ini dialami  Dukungan emosional sangat penting bagi
 Memberikan dukungan emosional
 Sulit tidur dimalam dan  Menghilangkan rasa marah klien dengan ketidakberdayaan
siang hari, pada diri sendiri
 Denyut nadi yang  Mempunyai harapan hidup  Membantu memberikan pertimbangan
 Memberikan pedoman dalam
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
meningkat sistem kesehatan bagi klien dalam menentukan perawatan
 Dada berdebar-debar yang sesuai dengan dirinya
 Tidak nafsu makan,
 Merasakan badannya  Memberikan inspirasi untuk  Menumbuhkan adanya harapan hidup dan
lemas. menumbuhkan harapan motivasi bagi klien
 Klien juga terlihat
banyak diam,  Mengajarkan klien mengendalikan
 Hanya tertidur di  Managemen perasaan perasaannya dengan cara yang sesuai
kamar, bagi klien

 Seluruh aktifitas
dibantu,  Peningkatan harga diri pasien  Meningkatkan harga diri dan mengurangi

 Bicara pelan, perasaan bersalah atas ketidakmampuan

 Tidak memantau dirinya

kesehatannya, dan
 Tidak dapat mengambil
keputusan.
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Kerusakan integritas Setelah tindakan keperawatan, Mandiri:
jaringan kerusakan integritas jaringan  Kaji kulit untuk luka terbuka,  Memberikan informasi tentang
dapat diatasi dengan criteria benda asing, kemerahan, sirkulasi kulit dan mengkaji
Ditandai dengan: hasil: perdarahan, perubahan warna, karakteristik luka untuk penanganan
Data Subjektif  Penyembuhan luka kelabu, memutih lebih lanjut
 Klien mengatakan  Tidak terdapat tanda-tanda
lukanya sudah sejak infeksi  Perawatan luka setiap hari  Melakukan perawatan luka untuk
1 minggu yang lalu. mencegah resiko infeksi yang terjadi
 Klien mengatakan luka pada luka
berasal dari abses (bisul)
yang telah ada 1 bulan  Ubah posisi dengan sering.  Memungkinkan pus dan darah dapat
yang lalu keluarn melalui luka yang ada
 Klien mengatakan
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
lukanya belum pernah  Kaji posisi posisi fiksasi luka  Posisi yang tak tepat dapat
dibersihkan menyebabkan cedera kulit/
 Klien mengatakan sudah kerusakan.
mengetahui lukanya
hanya kecil

Data Objektif
 Luka dengan diameter 1
cm di bagian luar
 Luka dengan panjang 10
cm dan lebar 5 cm
 Luka dengan produksi
pus dan darah
 Luka tidak nampak
jaringan granulasi dan
nampak putih.
 Luka tidak tertutup oleh
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
kassa atau plester untuk
luka (dibiarkan terbuka).
Lampiran 4

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ibu H Tanggal Lahir : 12/03/1977


Nomer Rekam Medis : 32-23-52 Diagnosa : DM tipe 2
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Rabu Data S:
4 Mei 2016 Nyeri akut:  Klien mengatakan nyeri
Ds : sudah berkurang menjadi
 Klien mengatakan nyeri skala 3
skala mendekati 4, frekuensi  Klien mengatakan enakan
sering (mengganggu ADL),  Klien mengatakan sudah
durasi mengganggu ADL, tidak tegang
lokasi di bokong sebelah  Klien mengatakan
kiri. semalam sudah bisa tidur
 Klien mengatakan sudah
Do : mengetahui tentang
 Gelisah kondisi kesehatannya
 Perilaku berhati-hati
 Memfokuskan pada diri O:
sendiri/penyempitan  Sudah tidak gelisah,
fokus/tidak berkonsentrasi  Fokus pada diri
 Luka abses (bisul) dengan  Luka abses dengan
luka bagian luar 1x1 dengan produksi pus dan darah
kuka dalam 5x10 cm
 Luka berada di bokong
 Lokasi luka berada di
sebelah kiri
bokong sebelah kiri
 Terdapat tanda inflamasi
 Tanda-tanda inflamasi positif
 Ekspresi wajah tidak
(bengkak/tumor, nyeri/dolor,
meringis
panas/kolor, merah/rubor)
 Berkeringat,
 Ekspresi wajah menahan
 tampak waspada,

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016


Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
rasa sakit/nyeri  lemah

Ansietas: A:
DS: Nyeri akut teratasi sebagian
 Klien mengatakan susah Ansietas teratasi sebagian
tidur, dan sering terbangun
dimalam hari P:
 Klien mengatakan bingung  Latihan posisi aman dan
tentang kondisinya saat ini nyaman
 Klien mengatakan jantung  Latihan teknik relaksasi
berdebar-debar napas dalam
 Latihan teknik distraksi
DO:
 Berkeringat,
 gelisah,
 tampak waspada,
 fokus pada diri sendiri,
 lemah

Diagnosa keperawatan:
Nyeri akut
Ansietas

Tindakan Keperawatan:
Nyeri Akut
1. Memb ina hubungan saling
percaya
2. Mengkaji nyeri
3. Memberikan posisi aman
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
dan nyaman pada klien
4. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
5. Perhatikan respon nyeri

Ansietas
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
3. Mengajarkan teknik distraksi

Rencana Tindak Lanjut


1. EV SP1 Nyeri
2. EV SP 1 Ansietas, SP2
Ansietas
Mahasiswa,

Hutami Lestyo Rahayu

CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ibu H Tanggal Lahir : 12/03/1977


Nomer Rekam Medis : 32-23-52 Diagnosa : DM tipe 2

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


Kamis Data S:
5 Mei 2016 Nyeri akut:  Klien mengatakan nyeri
Ds : sudah berkurang menjadi
 Klien mengatakan nyeri skala 2
sudah sejak 1 bulan yang  Klien mengatakan saat
lalu, skala 3, frekuensi terasa sakit langsung
berkurang, dan pada pada latihan tarik napas dalam
saat luka dibersihkan  Klien mengatakan sudah
 Klien mengatakan durasi tidak tegang
mengganggu ADL,  Klien mengatakan sudah
 Klien mengatakan lokasi di tau masalah kesehatannya
bokong sebelah kiri.  Klien mengatakan
mengantuk
Do :  Klien mengatakan ada
 Perilaku berhati-hati cairan dari lukanya
 Memfokuskan pada diri  Klien mengatakan sudah
sendiri/penyempitan tidak deg-degan lagi
fokus/tidak berkonsentrasi
 Luka abses (bisul) dengan O:
luka bagian luar 1x1 dengan
 Fokus pada diri
kuka dalam 5x10 cm
 Luka abses dengan
 Lokasi luka berada di
produksi pus dan darah
bokong sebelah kiri
 Luka berada di bokong
 Tanda-tanda inflamasi positif
sebelah kiri
(bengkak/tumor, nyeri/dolor,
 Terdapat tanda inflamasi
panas/kolor, merah/rubor)
 tampak waspada,
 lemah
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
 Tidak berkeringat banyak
lagi,
Ansietas:  Lebih tenang,
DS:  Denyut nadi yang
 Klien mengatakan semalam meningkat sudah normal,
sulit tidur  Dada berdebar-debar
 Klien mengatakan sudah sudah tidak lagi,
mengetahui tentang kondisi  Tidak nafsu makan,
kesehatannya  Merasakan badannya
 Klien mengatakan sudah lemas.
tenang  Klien juga terlihat banyak
sudah mulai berbincang,
DO:  Hanya tertidur di kamar,
 Tidak berkeringat banyak  Seluruh aktifitas dibantu,
lagi,  Bicara pelan,
 Lebih tenang,  Tidak memantau
 fokus pada diri sendiri, kesehatannya, dan
 lemah  Tidak dapat mengambil
keputusan.
Ketidakberdayaan:  Luka dengan diameter 1
DS: cm di bagian luar
 Klien mengatakan saat ini  Luka dengan panjang 10
tidak bisa melakukan apapun cm dan lebar 5 cm
 Klien mengatakan  Luka dengan produksi pus
memikirkan anak dan dan darah
suaminya di rumah  Luka tidak nampak
 Klien mengatakan sulit tidur jaringan granulasi dan
nampak putih.
DO:  Luka telah mendapatkan
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
 Tidak nafsu makan, perawatan dan telah
 Merasakan badannya lemas. dibalut dengan kassa.
 Klien juga terlihat banyak A:
diam, Nyeri akut teratasi sebagian
 Hanya tertidur di kamar, Ansietas teratasi sebagian

 Seluruh aktifitas dibantu, Ketidakberdayaan teratasi

 Bicara pelan, sebagian

 Tidak memantau Kerusakan integritas kulit

kesehatannya, dan teratasi sebagian

 Tidak dapat mengambil


keputusan. P:
 Latihan posisi aman dan

Kerusakan integritas jaringan: nyaman

DS:  Latihan teknik relaksasi

 Klien mengatakan lukanya napas dalam

sudah sejak 1 minggu yang  Latihan teknik distraksi

lalu.  Latihan guide imagery

 Klien mengatakan luka  Latihan hipnosis 5 jari


berasal dari abses (bisul)  Latihan melaksanakan
yang telah ada 1 bulan yang kegiatan spiritual
lalu  Latihan mengungkapkan
 Klien mengatakan lukanya perasaannya
belum pernah dibersihkan
 Klien mengatakan sudah
mengetahui lukanya hanya
kecil

DO:
 Luka dengan diameter 1 cm
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
di bagian luar
 Luka dengan panjang 10 cm
dan lebar 5 cm
 Luka dengan produksi pus
dan darah
 Luka tidak nampak jaringan
granulasi dan nampak putih.
 Luka tidak tertutup oleh
kassa atau plester untuk luka
(dibiarkan terbuka).

Diagnosa keperawatan:
Nyeri akut
Ansietas
Ketidakberdayaan
Kerusakan integritas jaringan

Tindakan Keperawatan:
Nyeri Akut
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Mengkaji nyeri
3. Memberikan posisi aman
dan nyaman pada klien
4. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
5. Mengajarkan teknik guide
imagery
6. Perhatikan respon nyeri
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Ansietas
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
3. Mengajarkan teknik distraksi
4. Mengajarkan hipnosis 5 jari
5. Memotivasi kegiatan
spiritual

Ketidakberdayaan
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Membantu klien mengenal
penyebab
ketidakberdayaannya
3. Membantu klien
mengungkapkan
perasaannya

Kerusakan Integritas Jaringan


1. Mengkaji kondisi kulit
2. Melihat adanya tanda-tanda
infeksi
3. Mengkaji produksi luka
4. Melakukan perawatan luka
5. Melihat perkembangan luka
6. Memantau kadar gula darah

Rencana Tindak Lanjut


Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
1. EV SP1 dan SP2 Nyeri
2. EV SP 1 dan SP2 Ansietas
3. EV Pengkajian
Ketidakberdayaan, SP1
Ketidakberdayaan
4. EV kerusakan integritas
jaringan

Mahasiswa,

Hutami Lestyo Rahayu


CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ibu H Tanggal Lahir : 12/03/1977


Nomer Rekam Medis : 32-23-52 Diagnosa : DM tipe 2

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


Jumat Data S:
6 Mei 2016 Nyeri akut:  Klien mengatakan tidak
Ds : nyeri lagi
 Klien mengatakan nyeri  Klien mengatakan sudah
skala 1, frekuensi berkurang, tidak tegang
dan hanya terasa pada saat  Klien mengatakan sudah
luka dibersihkan tahu masalah mengenai
 Klien mengatakan lokasi di kesehatannya
bokong sebelah kiri.  Klien mengatakan sudah
bisa tidur
Do :  Klien mengatakan ada
 Perilaku berhati-hati sudah cairan dari lukanya
tidak ada  Klien mengatakan sudah
 Berkonsentrasi tidak deg-degan lagi
 Luka abses (bisul) dengan
luka bagian luar 1x1 dengan O:
kuka dalam 5x10 cm  Luka abses dengan
 Lokasi luka berada di produksi pus menurun
bokong sebelah kiri
 Luka berada di bokong
 Tanda-tanda inflamasi sudah sebelah kiri
mulai menghilang
 Luka sudah terdapat
(bengkak/tumor tidak ada,
jaringan granulasi
nyeri/dolor, panas/kolor
 Sudah tidak lemah
tidak ada, merah/rubor mulai
 Lebih tenang,
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
berkurang)  Denyut nadi normal 84
kali/menit,
Ansietas:  Dada berdebar-debar
DS: sudah tidak lagi,
 Klien mengatakan semalam  Nafsu makan mulai
bisa tidur nyenyak meningkat,
 Klien mengatakan sudah Merasakan badannya
mengetahui tentang kondisi sudah tidak lemas.
kesehatannya  Klien juga terlihat banyak
 Klien mengatakan sudah sudah mulai berbincang,
tenang  Mulai mandi sendiri,
 sebagian aktifitas dibantu,
DO:  Bicara mulai dengan
 Tidak berkeringat banyak intonasi yang baik,
lagi,  mulai memantau
 Lebih tenang, kesehatannya (GDS: 164
 fokus lingkungan, mg/dl), dan
 lebih bersemangat  Tidak dapat mengambil
keputusan.
Ketidakberdayaan:  Luka dengan diameter 1
DS: cm di bagian luar
 Klien mengatakan saat ini  Luka dengan panjang 10
tidak bisa melakukan apapun cm dan lebar 5 cm
 Klien mengatakan  Nampak jaringan
memikirkan anak dan granulasi
suaminya di rumah  Luka telah mendapatkan
 Klien mengatakan sudah perawatan dan telah
tidak sulit tidur dibalut dengan kassa.
DO:
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
 Tidak nafsu makan, A:
 Merasakan badannya tidak Nyeri akut teratasi
lemas lagi. Ansietas teratasi
 Klien juga terlihat mau Ketidakberdayaan teratasi
berbincang, sebagian
 Hanya tertidur di kamar, Kerusakan integritas kulit
 Sebagian aktifitas dibantu, teratasi sebagian

 Bicara pelan,
 Tidak memantau P:

kesehatannya, dan  Latihan posisi aman dan

 Tidak dapat mengambil nyaman

keputusan.  Latihan teknik relaksasi


napas dalam

Kerusakan integritas jaringan:  Latihan teknik distraksi


DS:  Latihan guide imagery
 Klien mengatakan lukanya  Latihan hipnosis 5 jari
sudah sejak 1 minggu yang  Latihan melaksanakan
lalu. kegiatan spiritual
 Klien mengatakan lukanya  Latihan mengungkapkan
sudah dibersihkan perasaannya
 Latihan pemikiran positif
DO:  Latihan afirmasi positif
 Luka dengan diameter 1 cm
di bagian luar
 Luka dengan panjang 10 cm
dan lebar 5 cm
 Luka dengan penurunan
produksi pus dan darah
sudah tidak ada
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
 Luka nampak jaringan
granulasi
 Luka terbalut kassa
 Kadar gula darah klien 44
mg/dl

Diagnosa keperawatan:
Nyeri akut
Ansietas
Ketidakberdayaan
Kerusakan integritas jaringan

Tindakan Keperawatan:
Nyeri Akut
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Mengkaji nyeri
3. Memberikan posisi aman
dan nyaman pada klien
4. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
5. Mengajarkan teknik guide
imagery
6. Perhatikan respon nyeri

Ansietas
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Mengajarkan teknik
relaksasi napas dalam
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
3. Mengajarkan teknik distraksi
4. Mengajarkan hipnosis 5 jari
5. Memotivasi kegiatan
spiritual

Ketidakberdayaan
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Membantu klien mengenal
penyebab
ketidakberdayaannya
3. Membantu klien
mengungkapkan
perasaannya
4. Membantu klien
mengidentifikasi pemikiran
negatif
5. Membantu klien
meningkatkan pemikiran
positif

Kerusakan Integritas Jaringan


1. Mengkaji kondisi kulit
2. Melihat adanya tanda-tanda
infeksi
3. Mengkaji produksi luka
4. Melakukan perawatan luka
5. Melihat perkembangan luka
6. Memantau kadar gula darah
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Rencana Tindak Lanjut
1. EV SP1 dan SP2 Nyeri
2. EV SP 1 dan SP2 Ansietas
3. EV SP1 Ketidakberdayaan
4. EV kerusakan integritas
jaringan

Mahasiswa,

Hutami Lestyo Rahayu


CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ibu H Tanggal Lahir : 12/03/1977


Nomer Rekam Medis : 32-23-52 Diagnosa : DM tipe 2

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


Sabtu Data S:
7 Mei 2016 Ketidakberdayaan:  Klien mengatakan sudah
DS: bersemangat untuk
 Klien mengatakan saat ini sembuh
sudah makan sendiri  Klien mengatakan
 Klien mengatakan sekarang sudah dapat
menghabiskan makanannya melakukan kegiatannya
 Klien mengatakan meminum sendiri
obat tepat waktu agar cepat
pulih O:
 Klien mengatakan ingin  Nafsu makan mulai
cepat sembuh agar dapat meningkat
mengurus anak dan  Mandi
suaminya di rumah  Makan sendiri
 Mulai berbincang
DO:  Duduk di taman
 Nafsu makan mulai  Memantau kesehatan
meningkat,  Bicara dengan suara dan
 Merasakan badannya tidak intonasi normal
lemas lagi.  Sudah dapat mengambil
 Klien mulai berbincang, keputusan.
 Klien sudah latihan duduk di  Luka dengan diameter 1
taman cm di bagian luar
 Seluruh aktifitas tidak lagi  Luka dengan panjang 10
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
dibantu, cm dan lebar 5 cm
 Bicara normal (tidak pelan)  Nampak jaringan
 memantau tentang granulasi
kesehatannya, dan  Luka telah mendapatkan
 belum dapat mengambil perawatan dan telah
keputusan. dibalut dengan kassa.
 Produksi pus berkurang
Kerusakan integritas jaringan:  Bau mulai menghilang
DS:
 Klien mengatakan luka A:
sudah tidak rembes Ketidakberdayaan teratasi
 Klien mengatakan terus Kerusakan integritas kulit
latihan posisi agar lukanya teratasi sebagian
segera sembuh
P:
DO:  Latihan posisi aman dan
 Luka dengan diameter 1 cm nyaman
di bagian luar  Latihan teknik relaksasi
 Luka dengan panjang 10 cm napas dalam
dan lebar 5 cm  Latihan teknik distraksi
 Nampak jaringan granulasi  Latihan guide imagery
 Luka telah mendapatkan  Latihan hipnosis 5 jari
perawatan dan telah dibalut  Latihan melaksanakan
dengan kassa. kegiatan spiritual
 GDS 164 mg/dl  Latihan mengungkapkan
perasaannya
Diagnosa keperawatan:  Latihan pemikiran positif
Ketidakberdayaan  Latihan afirmasi positif
Kerusakan integritas jaringan  Latihan melakukan
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Tindakan Keperawatan: kegiatan yang dapat
Ketidakberdayaan dilakukan secara mandiri
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Membantu klien mengenal
penyebab
ketidakberdayaannya
3. Membantu klien
mengungkapkan
perasaannya
4. Membantu klien
mengidentifikasi pemikiran
negatif
5. Membantu klien
meningkatkan pemikiran
positif
6. Melatih kegiatan yang masih
dapat dikontrol klien

Kerusakan Integritas Jaringan


1. Mengkaji kondisi kulit
2. Melihat adanya tanda-tanda
infeksi
3. Mengkaji produksi luka
4. Melakukan perawatan luka
5. Melihat perkembangan luka
6. Memantau kadar gula darah
7. Memotivasi peningkatan
kebersihan diri klien
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Rencana Tindak Lanjut
1. EV SP1 dan SP2 Nyeri
2. EV SP 1 dan SP2 Ansietas
3. EV SP1 Ketidakberdayaan
4. EV kerusakan integritas
jaringan

Mahasiswa,

Hutami Lestyo Rahayu


CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ibu H Tanggal Lahir : 12/03/1977


Nomer Rekam Medis : 32-23-52 Diagnosa : DM tipe 2

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


Senin Data S:
9 Mei 2016 Ketidakberdayaan:  Klien mengatakan ingin
DS: sembuh dulu baru pulang
 Klien mengatakan saat ini agar kesehatannya baik
sudah makan sendiri dulu
 Klien mengatakan
menghabiskan makanannya O:
 Klien mengatakan meminum  Nafsu makan mulai
obat tepat waktu agar cepat meningkat
pulih  Mandi
 Klien mengatakan saya  Makan sendiri
dirawat sudah lama, ingin  Mulai berbincang
pulang saja  Duduk di taman
 Memantau kesehatan
DO:  Bicara dengan suara dan
 Nafsu makan mulai intonasi normal
meningkat,  Sudah dapat mengambil
 Merasakan badannya tidak keputusan.
lemas lagi.  Luka dengan diameter 1
 Klien mulai berbincang, cm di bagian luar
 Menangis  Luka dengan panjang 10
 Mengungkapkan perasaan cm dan lebar 5 cm
 Seluruh aktifitas tidak lagi  Nampak jaringan
dibantu, granulasi
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
 Bicara normal (tidak pelan)  Luka telah mendapatkan
 memantau tentang perawatan dan telah
kesehatannya, dan dibalut dengan kassa.
 dapat mengambil keputusan.  Produksi pus berkurang
 Bau hilang
Kerusakan integritas jaringan:  GDS 200 mg/dl
DS:
 Klien mengatakan luka A:
sudah tidak rembes Ketidakberdayaan teratasi
 Klien mengatakan terus Kerusakan integritas kulit
latihan posisi agar lukanya teratasi sebagian
segera sembuh
P:
DO:  Latihan posisi aman dan
 Luka dengan diameter 1 cm nyaman
di bagian luar  Latihan teknik relaksasi
 Luka dengan panjang 10 cm napas dalam
dan lebar 5 cm  Latihan teknik distraksi
 Nampak jaringan granulasi  Latihan guide imagery
 Luka telah mendapatkan  Latihan hipnosis 5 jari
perawatan dan telah dibalut  Latihan melaksanakan
dengan kassa. kegiatan spiritual
 GDS 280 mg/dl  Latihan mengungkapkan
 Sudah tidak tercium bau perasaannya
kurang sedap  Latihan pemikiran positif
 Latihan afirmasi positif
 Latihan melakukan
Diagnosa keperawatan: kegiatan yang dapat
Ketidakberdayaan dilakukan secara mandiri
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Kerusakan integritas jaringan

Tindakan Keperawatan:
Ketidakberdayaan
1. Membina hubungan saling
percaya
2. Membantu klien mengenal
penyebab
ketidakberdayaannya
3. Membantu klien
mengungkapkan
perasaannya
4. Membantu klien
mengidentifikasi pemikiran
negatif
5. Membantu klien
meningkatkan pemikiran
positif
6. Melatih kegiatan yang masih
dapat dikontrol klien

Kerusakan Integritas Jaringan


1. Mengkaji kondisi kulit
2. Melihat adanya tanda-tanda
infeksi
3. Mengkaji produksi luka
4. Melakukan perawatan luka
5. Melihat perkembangan luka
6. Memantau kadar gula darah
7. Memotivasi peningkatan
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
kebersihan diri klien

Rencana Tindak Lanjut


1. EV SP1 dan SP2 Nyeri
2. EV SP 1 dan SP2 Ansietas
3. EV SP1 dan SP2
Ketidakberdayaan
4. EV kerusakan integritas
jaringan

Mahasiswa,

Hutami Lestyo Rahayu


CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ibu H Tanggal Lahir : 12/03/1977


Nomer Rekam Medis : 32-23-52 Diagnosa : DM tipe 2

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


Selasa Data S:
10 Mei 2016 Kerusakan integritas jaringan:  Klien mengatakan
DS: sekarang sudah baikan
 Klien mengatakan luka dan tidak lemas lagi
sudah tidak rembes
 Klien mengatakan terus O:
latihan posisi agar lukanya  Nampak jaringan
segera sembuh granulasi
 Luka telah mendapatkan
DO: perawatan dan telah
 Nampak jaringan granulasi dibalut dengan kassa.
 Luka telah mendapatkan  Produksi pus berkurang
perawatan dan telah dibalut  Bau hilang
dengan kassa.  GDS 150 mg/dl
 GDS 185 mg/dl
 Sudah tidak tercium bau A:
kurang sedap Kerusakan integritas kulit
 Prosuksi pus minimal teratasi sebagian

Diagnosa keperawatan: P:
Kerusakan integritas jaringan  Latihan posisi aman dan
nyaman
 Latihan teknik relaksasi
napas dalam
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Tindakan Keperawatan:  Latihan teknik distraksi
Kerusakan Integritas Jaringan  Latihan guide imagery
1. Mengkaji kondisi kulit  Latihan hipnosis 5 jari
2. Melihat adanya tanda-tanda  Latihan melaksanakan
infeksi kegiatan spiritual
3. Mengkaji produksi luka
 Latihan mengungkapkan
4. Melakukan perawatan luka
perasaannya
5. Melihat perkembangan luka
 Latihan pemikiran positif
6. Memantau kadar gula darah
 Latihan afirmasi positif
7. Memotivasi peningkatan
 Latihan melakukan
kebersihan diri klien
kegiatan yang dapat
dilakukan secara mandiri

Rencana Tindak Lanjut


1. EV SP1 dan SP2 Nyeri
2. EV SP 1 dan SP2 Ansietas
3. EV SP1 dan SP2
Ketidakberdayaan
4. EV kerusakan integritas
jaringan

Mahasiswa,

Hutami Lestyo Rahayu


CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ibu H Tanggal Lahir : 12/03/1977


Nomer Rekam Medis : 32-23-52 Diagnosa : DM tipe 2

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


Rabu Data S:
11 Mei 2016 Kerusakan integritas jaringan:  Klien mengatakan
DS: semangat ingin pulang
 Klien mengatakan luka besok
sudah tidak basah lagi  Klien mengatakan akan
latihan semua yang
DO: diajarkan
 Nampak jaringan granulasi
 Luka telah mendapatkan O:
perawatan dan telah dibalut  Nampak jaringan
dengan kassa. granulasi
 GDS 285 mg/dl  Luka telah mendapatkan
 Sudah tidak tercium bau perawatan dan telah
kurang sedap dibalut dengan kassa.
 Prosuksi pus tidak ada  Produksi pus tidak ada
 Bau hilang
Diagnosa keperawatan:  GDS 150 mg/dl
Kerusakan integritas jaringan
A:
Tindakan Keperawatan: Kerusakan integritas kulit
Kerusakan Integritas Jaringan teratasi sebagian
1. Mengkaji kondisi kulit
2. Melihat adanya tanda-tanda P:
infeksi  Latihan posisi aman dan
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
3. Mengkaji produksi luka nyaman
4. Melakukan perawatan luka  Latihan teknik relaksasi
5. Melihat perkembangan luka napas dalam
6. Memantau kadar gula darah  Latihan teknik distraksi
7. Memotivasi peningkatan  Latihan guide imagery
kebersihan diri klien  Latihan hipnosis 5 jari
 Latihan melaksanakan
Rencana Tindak Lanjut kegiatan spiritual
1. EV SP1 dan SP2 Nyeri
 Latihan mengungkapkan
2. EV SP 1 dan SP2 Ansietas
perasaannya
3. EV SP1 dan SP2
 Latihan pemikiran positif
Ketidakberdayaan
 Latihan afirmasi positif
4. EV kerusakan integritas
 Latihan melakukan
jaringan
kegiatan yang dapat
dilakukan secara mandiri

Mahasiswa,

Hutami Lestyo Rahayu


CATATAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ibu H Tanggal Lahir : 12/03/1977


Nomer Rekam Medis : 32-23-52 Diagnosa : DM tipe 2

Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi


Kamis Data S:
12 Mei 2016 Kerusakan integritas jaringan:  Klien mengatakan senang
DS: dapat pulang ke rumah
 Klien mengatakan luka  Klien mengatakan akan
sudah mulai menutup dan menjaga kesehatan
tidak seperti awal masuk RS.  Klien mengatakan akan
latihan di rumah
DO:
 Nampak jaringan granulasi O:
 Luka telah mendapatkan  Tersenyum
perawatan dan telah dibalut  Senang
dengan kassa.  Nampak jaringan
 Sudah tidak tercium bau granulasi
kurang sedap  Luka telah mendapatkan
 Prosuksi pus tidak ada perawatan dan telah
dibalut dengan kassa.
Diagnosa keperawatan:  Produksi pus tidak ada
Kerusakan integritas jaringan  Bau hilang

Tindakan Keperawatan: A:
Kerusakan Integritas Jaringan Kerusakan integritas kulit
1. Mengkaji kondisi kulit teratasi (lanjutkan perawatan
2. Melihat adanya tanda-tanda di puskesmas
infeksi
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
3. Mengkaji produksi luka P:
4. Melakukan perawatan luka  Latihan posisi aman dan
5. Melihat perkembangan luka nyaman
6. Memantau kadar gula darah  Latihan teknik relaksasi
7. Memotivasi peningkatan napas dalam
kebersihan diri klien  Latihan teknik distraksi
 Latihan guide imagery
Rencana Tindak Lanjut  Latihan hipnosis 5 jari
1. -  Latihan melaksanakan
kegiatan spiritual
 Latihan mengungkapkan
perasaannya
 Latihan pemikiran positif
 Latihan afirmasi positif
 Latihan melakukan
kegiatan yang dapat
dilakukan secara mandiri
 Mengatur pola makan
 Mengatur menu diit
 Rutin periksa di
puskesmas

Mahasiswa,

Hutami Lestyo Rahayu


Lampiran 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Personal
Nama : Hutami Lestyo Rahayu
Tempat, Tanggal
: Bandar Lahir Jenis
Lampung, Kelamin 1992
09 Desember
Status Alamat
: Perempuan
: Belum Menikah
: Jalan Purnawirawan Gg Swadaya 8 No 9 Gunung Terang, Tanjung Karang Barat, Bandar Lampun
Nomor Telepon Email
: +6285781413664
Agama
Kewarganegaraan
: Islam
: Warga Negara Indonesia

B. Riwayat Pendidikan Formal


Nama Instansi Tahun
Program Profesi Ners
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia 2015-2016
Sarjana Keperawatan
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia 2011-2015
SMA Negeri 2 Bandar Lampung 2008-2011
SMP Negeri 4 Bandar Lampung 2005-2008
SD Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung 1999-2005

Asuhan keperawatan ..., Hutami Lestyo Rahayu, FIK UI, 2016

Anda mungkin juga menyukai