Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA

“HALUSINASI”

DOSEN PEMBIMBING :

WAHYU ENDANG SETYOWATI, SKM, M. KEP

DI SUSUN OLEH :

DINA HERLITA

40901800026

D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020/2021
A. DEFINISI
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014: 129)
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
(Kusumawati & Hartono, 2012:102)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada. (Damaiyanti, 2012: 53)

B. PENYEBAB
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasientidak mampu mandiri sehjak kecil,
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjanganmenyebabakan teraktivasinya neutransmitter otak.
4. Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju alam
hayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
padapenyakit ini. (Prabowo, 2014: 132-133)
b. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkanketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
2. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress.
(Prabowo, 2014: 133)4)
4. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan
tidak

C. TANDA DAN GEJALA


Perilaku paisen yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon verba lambat.
c. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
e. Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah
f. Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya.
g. Curiga, bermusuhan,merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya) dan
takut
h. Sulit berhubungan dengan orang lain
i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung,jengkel dan marah
j. Tidak mampu mengikuti perintahk.Tampak tremor dan berkeringat, perilaku
panik, agitasi dan kataton. (Prabowo, 2014: 133-134)
Akibat
Akibat dari perubahan sensori persepsi halusinasi adalah resiko mencederai diri
sendiri,orang lain dan lingkungan. Adalah suatu suatu perilaku maladaptive dalam
memanifestasikanperasaan marah yang dialami oleh sesorang. Perilaku tersebut dapat
berupa menciderai diri sendiri, melalukan penganiayaan terhadap orang lain dan
merusak lingkungan.
Marah sendiri merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai suatu
ancaman ( stuart dan Sundeen,1995). Perasaan marah sendiri merupakan suatu hal
yang wajar sepanjang perilaku yang dimanifestasikan berada pada rentang adaptif.
Tanda dan gejala :
Data obyektif :
a. Mata merah
b. Pandangan tajam
c. Otot tegang
d. Nada suara tinggi
e. Suka berdebat
f. Sering memaksakan kehendak
g. Merampas makanan, memukul jika tidak senang
Data subyektif
a. SMengeluh merasa terancam
b. Mengungkapkan perasaan tak berguna
c. Mengungkapkan perasaan jengkel
d. Mengungkapkan adanya keluhan fisik, berdebar-debar, merasa tercekik, sesak
dan bingung

D. KLASIFIKAS
1. Halusinasi pendengaran
Yaitu mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang jelas,
dimana terkadang suara – suara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang
memerintahkan klien untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau bayangan yang rumit
dan kompleks.Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidung
Membau – bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau yang
lainnya.Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang, atau demensia.
4. Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap seperti darah, urine, feses, atau yang lainnya.
5. Halusinasi perabaan
Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas.
6. sinansi cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinestetika
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
(Kusumawati & Hartono, 2010).
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Kusumawati, 2010), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin muncul
yaitu: Menarik diri, Tersenyum sendiri, Duduk terpaku, Bicara sendiri, Memandang satu
arah, Menyerang, Tiba-tiba marah, Gelisah. Berdasarkan jenis dan karakteristik
halusinasi anda dan gejalanya sesuai. Berikut ini merupakan beberapa jenis halusinasi
dan karakteristiknya menurut (Stuart) meliputi :
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara dapat
berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai klien. Jenis
lain termasuk pikiran yang dapat didegar yaitu pasien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
karton atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan atau sesuatu yang menakutkan seperti monster.
c. Halusinasi penciuman
Karakteristik : Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya bau-bau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan demensia.
d. Halusinasi pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan seperti darah,
urine, atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Halusinasi senestetik
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna, atau pembentukan urine.
g. Halusinasi kinestetik
Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.
F. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang menderita
halusinasi dan menganggap sumber halusinasinyya berasal dari lingkungannya atau
stimulus eksternal (Yosep, 2011). Pada fase awal masalah itu menimbulkan peningkatan
kecemasan yang terus dan sistem pendukung yang kurang akan menghambat atau
membuat persepsi untuk membedakan dengan apa yang dipikirkan dengan perasaan
sendiri menurun.
Meningkatnya pada fase comforthing, klien mengalami emosi yang berlanjut
seperti cemas, kesepian, perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol bila kecemasan
sapat diatur. Pada fase ini klien cenderung merasa nyaman dengan halusinasinya. Pada
fase condermning klien mulai menarik diri. Pada fase controlling klien dapat merasakan
kesepian bila halusinasinya berhenti. Pada fase conquering klien lama kelamaan
sensorinya terganggu, klien merasa teranvam dengan halusinasinya terutama bila tidak
menuruti perintahnya.
Model Adaptasi Stress menurut Stuart (2013).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati & Hartono (2010) adalah :
1. Anti Psikotik
Jenis : Clorpromazin (CPZ), Haloperiadol (HLP)
Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor dopamine dalam otak sebagai penenang,
penurunan aktifitas motorik , mengurasi insomnia, sangat efektif
untuk mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan proses
berfikir.
2. Anti Ansietas
Jenis : Atarax Diazepam (chloriadazepoxide)
Mekanisme kerja : meredakan ansietas atau ketegangan yang berhubungan dengan
Situasi tertentu.
3. Anti Depresan
Jenis : Elavil, asedin, anafranil, norpamin, sinewuan, tofranil, ludioomil,
pamelor, vivactil, surmontil.
4. Anti Manik
Jenis : Lithoid, klonoppin, lamictal
Mekanisme kerja : menghambat pelepasan scrotonim dan mengurangi sensitivitas
reseptor dopamin.
5. Anti Parkinson
Jenis : Lavodova, trihexipenidyl (THP)
Mekanisme kerja : meningkatkan reseptor dopamine untuk mengatasi gejala
parkinsonisme akibat penggunaan obat antifisikotik, menurunkan
ansietas, iritabilitas.

H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Keperawatan
1. Membantu pasien mengenali halusinasi
Dapat melakukan dengan berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/ dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekwensi terjadi halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara :
 Menghardik halusinasi Menjelaskan cara menghardik halusinasi,
memperagakan cara menghardik, meminta pasien memperagakan ulang,
memantau penerapan cara ini dan menguatkan
perilaku pasien.
 Bercakap-cakap dengan orang lain Untuk mengontrol halusinasi dapat juga
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakapcakap
dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih
dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.
 Melakukan aktivitas yang terjadwal Untuk mengurangi resiko halusinasi
muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur.
Dapat dilakukan dengan cara : menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur
untuk mengatasi halusinasi, mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh pasien, melatih pasien melakukan aktivitas, menyusun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih, memantau pelaksanaan
jadwal kegiatan dan memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang
positif.
 Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Tindakan
keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat : jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada gangguan jiwa, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan
cara mendapat obat/ berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip
5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis
3. Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi Persepsi, halusinasi

b. Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga:


Tujuan untuk keluarga : Keluarga dapat merawat pasien di rumah dan menjadi sistem
pendukung yang efektif untuk pasien.
Tindakan keperawatan :
1. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien.
2. Berikan pendidikan kesehatan pada keluarga meliputi : pengertian

I. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Data Obyektif .
Apakah klien terdapat tanda dan gejala seperti di bawah ini :
 Melirikan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa yang sedang
berbicara.
 Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang tidak sedang
berbicara atau kepada benda mati seperti mebel,tembok dll.
 Menggerak-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab suara
 Tidur kurang/terganggu.
 Penampilan diri kurang.
 Keberanian kurang.
 Bicara tidak jelas.
 Merasa malu.
 Mudah panic.
 Duduk menyendiri.
 Tampak melamun.
 Tidak peduli lingkungan.
 Menghindar dari orang lain.
 Adanya peningkatan aktifitas motorik.
 Perilaku aktif ataupun destruktif.
Data Subyektif
 Pasien mengatakan sering mendengar suara-suara tanpa ada wujud yang tampak.

Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
2. Data yang perlu dikaji
a. Risiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
1 Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang.
2 Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jikasedang
kesal atau marah.
3 Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Objektif :
1 Mata merah, wajah agak merah.
2 Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit,
memukul diri sendiri/orang lain.
3 Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam.
4 Merusak dan melempar barang-barang.
b. Perubahan sensori perseptual : halusinasi
Data Subjektif :
1 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus
nyata
2 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4 Klien merasa makan sesuatu
5 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
7 Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif :

1 Klien berbicara dan tertawa sendiri


2 Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3 Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4 Disorientasi
c. Isolasi sosial : menarik diri
Data Subyektif :

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data Obyektif :

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
K. POHON MASALAH
Resti menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan :Effect
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Core Problem

Isolasi Sosial : Menarik diri Causa

L. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa I : perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :

a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap


b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan tertawa
tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah ada teman
bicara
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
1. Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2. Apa yang dikatakan halusinasinya
3. Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu , namun perawat sendiri
tidak mendengarnya.
4. Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5. Katakan bahwa perawat akan membantu klien

d. Diskusikan dengan klien :


a. Situasi yang menimbulkan/tidak menimbulkan halusinasi
b. Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang,
sore, malam)
e. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah, takut, sedih, senang) beri kesempatan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan :

1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:

a. Katakan “ saya tidak mau dengar”


b. Menemui orang lain
c. Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
d. Meminta keluarga/teman/perawat untuk menyapa jika klien tampak bicara
sendiri
4. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasinya secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang telah dilatih
6. Evaluasi hasilnya dan beri pujian jika berhasil
7. Anjurkan klien mengikuti TAK, orientasi, realita, stimulasi persepsi
4. Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya
Tindakan :
1. Anjurkan klien untuk memberitahu keluarga jika mengalami halusinasi
2. Diskusikan dengan keluarga (pada saat berkunjung/pada saat kunjungan rumah):
a. Gejala halusinasi yang dialami klien
b. Cara yang dapat dilakukan klien dan keuarga untuk memutus halusinasi
c. Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi dirumah, diberi
kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan bersama, bepergian bersama
d. Beri informasi waktu follow up atau kenapa perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol, dan resiko mencederai diri atau orang lain
5. Klien memanfaatkan obat dengan baik
Tindakan :

a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.

Diagnos II : Isolasi sosial menarik diri


Tujuan umum : klien tidak terjadi perubahan sensori persepsi: halusinasi
Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling
percaya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan dengan jelas
tentang topik, tempat dan waktu.
2. Beri perhatian dan penghaargaan: temani klien walau tidak menjawab.
3. Dengarkan dengan empati: beri kesempatan bicara, jangan terburu-buru, tunjukkan
bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan :

h. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya


i. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab menarik
diri atau mau bergaul
j. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta penyebab
yang muncul
k. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
2. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain.

Tindakan :

1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain

a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang


keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Berireinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan orang lain
2. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
3. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan :

a. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain


b. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
a. K – P
b. P – P lain
c. K – P – P lain – K lain
d. K – Kel/Klp/Masy
c. Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai
d. Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e. Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g. Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
4. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain

Tindakan :

a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang


lain
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang lain
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat
berhubungan dengan oranglain
5. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan :

a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :


 Salam, perkenalan diri
 Jelaskan tujuan
 Buat kontrak
 Eksplorasi perasaan klien
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain
d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal
satu kali seminggu
e) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Masalah Utama : Halusinasi


A. PROSES KEPERAWATAN
1) Kondisi klien:
a. Petugas mengatakan bahwa klien sering
menyendiri di kamar
b. Klien sering tertawa dan tersenyum
sendiri
c. Klien mengatakan sering mendengar
suara-suara yang membisiki dan isinya tidak jelas serta melihat setan-setan.
2) Diagnosa keperawatan:
Perubahan persepsi sensori: halusinasi
B. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol


halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
halusinasi

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-cakap


dengan orang lain
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan
aktivitas terjadwal

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga


Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun
di rumah

2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

Tindakan Keperawatan

Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan keperawatan


pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di rawat di rumah sakit
sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh. Demikian juga saat pasien
tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah).Keluarga yang mendukung pasien secara
konsisten akan membuat pasien mampu mempertahankan program pengobatan secara
optimal. Namun demikian jika keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh
bahkan untuk memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung yang efektif
bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di rumah.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah:

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien


2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, dan cara
merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien
dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga perawatan lanjutan pasien
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang
dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan cara-cara merawat pasien halusinasi.

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan pasien


Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat pasien dengan
halusinasi langsung dihadapan pasien.

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan

A. Evalusi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah
pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2006). Evaluasi dari pemberian terapi realita yakni
klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi ketidakberdayaan
dengan data objektif subjek penelitian mengatakan mampu melaksanakan aktivitas
sebelumnya, merasa dianggap, menyatakan keyakiinan peran, menyatakan dapat
mengontrol diri dan merasa tidak tertekan dan data objektif dapat melaksanakan aktivitas
secara mandiri dan mampu berpartisipasi dalam perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI.
1999
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai