“HALUSINASI”
DOSEN PEMBIMBING :
DI SUSUN OLEH :
DINA HERLITA
40901800026
D3 KEPERAWATAN
2020/2021
A. DEFINISI
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014: 129)
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau
pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara.
(Kusumawati & Hartono, 2012:102)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak
ada. (Damaiyanti, 2012: 53)
B. PENYEBAB
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu mislnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasientidak mampu mandiri sehjak kecil,
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjanganmenyebabakan teraktivasinya neutransmitter otak.
4. Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
padapenyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan
pasien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyataa menuju alam
hayal.
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwaanak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
padapenyakit ini. (Prabowo, 2014: 132-133)
b. Faktor Presipitasi
1. Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkanketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
2. Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3. Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress.
(Prabowo, 2014: 133)4)
4. Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan
tidak aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian,
tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan
tidak
D. KLASIFIKAS
1. Halusinasi pendengaran
Yaitu mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas ataupun yang jelas,
dimana terkadang suara – suara tersebut seperti mengajak berbicara klien dan kadang
memerintahkan klien untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan atau cahaya, gambar atau bayangan yang rumit
dan kompleks.Bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penghidung
Membau – bauan tertentu seperti bau darah, urine, feses, parfum, atau bau yang
lainnya.Ini sering terjadi pada seseorang pasca serangan stroke, kejang, atau demensia.
4. Halusinasi pengecapan
Merasa mengecap seperti darah, urine, feses, atau yang lainnya.
5. Halusinasi perabaan
Merasa mengalami nyeri, rasa tersetrum atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang
jelas.
6. sinansi cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan
atau pembentukan urine.
7. Halusinasi kinestetika
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
(Kusumawati & Hartono, 2010).
E. MANIFESTASI KLINIK
Menurut (Kusumawati, 2010), tanda dan gejala halusinasi yang mungkin muncul
yaitu: Menarik diri, Tersenyum sendiri, Duduk terpaku, Bicara sendiri, Memandang satu
arah, Menyerang, Tiba-tiba marah, Gelisah. Berdasarkan jenis dan karakteristik
halusinasi anda dan gejalanya sesuai. Berikut ini merupakan beberapa jenis halusinasi
dan karakteristiknya menurut (Stuart) meliputi :
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya suara orang. Suara dapat
berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang bicara mengenai klien. Jenis
lain termasuk pikiran yang dapat didegar yaitu pasien mendengar suara orang yang
sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan
untuk melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
karton atau panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan atau sesuatu yang menakutkan seperti monster.
c. Halusinasi penciuman
Karakteristik : Membau bau-bau seperti darah, urine, feses umumnya bau-bau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan demensia.
d. Halusinasi pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis dan menjijikan seperti darah,
urine, atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas, rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
f. Halusinasi senestetik
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui vena dan arteri,
makanan dicerna, atau pembentukan urine.
g. Halusinasi kinestetik
Karakteristik : Merasa pergerakan sementara bergerak tanpa berdiri.
F. PATOFISIOLOGI
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang menderita
halusinasi dan menganggap sumber halusinasinyya berasal dari lingkungannya atau
stimulus eksternal (Yosep, 2011). Pada fase awal masalah itu menimbulkan peningkatan
kecemasan yang terus dan sistem pendukung yang kurang akan menghambat atau
membuat persepsi untuk membedakan dengan apa yang dipikirkan dengan perasaan
sendiri menurun.
Meningkatnya pada fase comforthing, klien mengalami emosi yang berlanjut
seperti cemas, kesepian, perasaan berdosa dan sensorinya dapat dikontrol bila kecemasan
sapat diatur. Pada fase ini klien cenderung merasa nyaman dengan halusinasinya. Pada
fase condermning klien mulai menarik diri. Pada fase controlling klien dapat merasakan
kesepian bila halusinasinya berhenti. Pada fase conquering klien lama kelamaan
sensorinya terganggu, klien merasa teranvam dengan halusinasinya terutama bila tidak
menuruti perintahnya.
Model Adaptasi Stress menurut Stuart (2013).
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Terapi farmakologi untuk pasien jiwa menurut Kusumawati & Hartono (2010) adalah :
1. Anti Psikotik
Jenis : Clorpromazin (CPZ), Haloperiadol (HLP)
Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor dopamine dalam otak sebagai penenang,
penurunan aktifitas motorik , mengurasi insomnia, sangat efektif
untuk mengatasi : delusi, halusinasi, ilusi, dan gangguan proses
berfikir.
2. Anti Ansietas
Jenis : Atarax Diazepam (chloriadazepoxide)
Mekanisme kerja : meredakan ansietas atau ketegangan yang berhubungan dengan
Situasi tertentu.
3. Anti Depresan
Jenis : Elavil, asedin, anafranil, norpamin, sinewuan, tofranil, ludioomil,
pamelor, vivactil, surmontil.
4. Anti Manik
Jenis : Lithoid, klonoppin, lamictal
Mekanisme kerja : menghambat pelepasan scrotonim dan mengurangi sensitivitas
reseptor dopamin.
5. Anti Parkinson
Jenis : Lavodova, trihexipenidyl (THP)
Mekanisme kerja : meningkatkan reseptor dopamine untuk mengatasi gejala
parkinsonisme akibat penggunaan obat antifisikotik, menurunkan
ansietas, iritabilitas.
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Keperawatan
1. Membantu pasien mengenali halusinasi
Dapat melakukan dengan berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/ dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekwensi terjadi halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan perasaan pasien saat halusinasi muncul.
2. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara :
Menghardik halusinasi Menjelaskan cara menghardik halusinasi,
memperagakan cara menghardik, meminta pasien memperagakan ulang,
memantau penerapan cara ini dan menguatkan
perilaku pasien.
Bercakap-cakap dengan orang lain Untuk mengontrol halusinasi dapat juga
dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Ketika pasien bercakapcakap
dengan orang lain maka terjadi distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih
dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut.
Melakukan aktivitas yang terjadwal Untuk mengurangi resiko halusinasi
muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur.
Dapat dilakukan dengan cara : menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur
untuk mengatasi halusinasi, mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan
oleh pasien, melatih pasien melakukan aktivitas, menyusun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang telah dilatih, memantau pelaksanaan
jadwal kegiatan dan memberikan penguatan terhadap perilaku pasien yang
positif.
Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Tindakan
keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat : jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada gangguan jiwa, jelaskan akibat bila putus obat, jelaskan
cara mendapat obat/ berobat, jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip
5 benar (benar obat, benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis
3. Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi Persepsi, halusinasi
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.
Data Obyektif :
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup, Apatis, Ekspresi sedih, Komunikasi
verbal kurang, Aktivitas menurun, Posisi janin pada saat tidur, Menolak berhubungan,
Kurang memperhatikan kebersihan.
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan sensori persepsi : halusinasi
2. Isolasi sosial : menarik diri
K. POHON MASALAH
Resti menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan :Effect
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
Core Problem
1. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
2. Diskusikan manfaat cara yang digunakan klien, jika bermanfaat ber pujian
3. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi:
a. Diskusikan dengan klien dan keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat
minum obat
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya
c. Anjurkan klien bicara dengan dokter tentang manfaat dan efek samping
minum obat yang dirasakan
d. Diskusikan akibat berhenti obat-obat tanpa konsultasi
e. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar.
Tindakan :
1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang
lain
Tindakan :
Tindakan Keperawatan
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi adalah:
A. Evalusi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk
mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah
pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2006). Evaluasi dari pemberian terapi realita yakni
klien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk mengurangi ketidakberdayaan
dengan data objektif subjek penelitian mengatakan mampu melaksanakan aktivitas
sebelumnya, merasa dianggap, menyatakan keyakiinan peran, menyatakan dapat
mengontrol diri dan merasa tidak tertekan dan data objektif dapat melaksanakan aktivitas
secara mandiri dan mampu berpartisipasi dalam perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003
Keliat BA. Asuhan Klien Gangguan Hubungan Sosial: Menarik Diri. Jakarta : FIK UI.
1999
Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999
Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC, 1995
Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1, Bandung, RSJP
Bandung, 2000