Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA

“KEPUTUSASAAN”

DOSEN PEMBIMBING :

WAHYU ENDANG SETYOWATI, SKM, M. KEP

DI SUSUN OLEH :

DINA HERLITA

40901800026

D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020/2021
A. PENGERTIAN
Keputusasaan merupakan kondisi individu yang memandang adanya keterbatasan
atau tidak tersedianya alternative pemecahan pada masalah yang dihadapi ( SDKI,2017)
Keputusasaan adalah kondisi subjektif ketika seorang individu memandang
keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi serta tidak mampu
memobilisasi energy demi kepentingan sendiri (NANDA,2018)

B. PENYEBAB
Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusasaan (Stuart, 2007)
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon keputusasaan adalah :

- Faktor Genetik : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan.
- Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
- Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis,
selalu dibayangi oleh masa depan, yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan.
- Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri
akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stres yang dihadapi.

Faktor presipitasi yang dapat menimbulkan perasaan keputusasaan adalah:

1) Faktor kehilangan
2) Kegagalan yang terus menerus
3) Faktor Lingkungan
4) Orang terdekat ( keluarga )
5) Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
6) Adanya tekanan hidup
C. KLASIFIKASI
(-)

D. MANIFESTASI KLINIK
Adapun tanda dan gejala menurut, Keliat (2011) adalah:
a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya
tidak dapat melakukan”)
b. Sering mengeluh dan Nampak murung.
c. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
d. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
e. Menarik diri dari lingkungan.
f. Kontak mata kurang.
g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
h. Nampak selalu murung atau blue mood.
i. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)  
j. Menurun atau tidak adanya selera makan
k. Peningkatan waktu tidur.
l. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
m. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
n. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna

E. PATOFISIOLOGI
Setiap penyakit kronis dan atau terminal dapat menyebabkan atau menunjang
keputusasaan (misal penyakit jantung, penyakit ginjal, kanker, dan AIDS berhubungan
dengan :

 Kegagalan atau penyimpangan kondisi fisologis tanda atau gejala baru dan tidak
diharapkan dari proses penyakit sebelumnya
  Nyeri, tidak nyaman, kelemahan yang berkepanjangan
 Kerusakan kemampuan fungsi (berjalan, eliminasi, dan makan)
 Situasional
 Pembatasan aktivitas yang berkepanjangan (missal : fraktur, cidera, medula
spinalis)
 Isolasi karena proses penyakit yang berkepanjangan (misal : penyakit menular)
 Dicampakan atau perpisahan dari orang-orang terdekat (orang tua atau anak-anak)
Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang berharga dalam kehidupan
(perkawinan,  pendidikan)
 Ketidakmampuan berpartisipasi dalam aktivitas yang diinginkan (misal : jalan-
jalan atau olahraga)
 Kehilangan sesuatu atau seseorang yang berarti
 Tanggung jawab memberi asuhan yang berkepanjangan
 Terpajan pada stres fisiologis dan psikologis yang berkepanjangan
 Kehilangan kepercayaan dalam nilai-nilai luhur dan tuhan
 Keputusasaan besar yang menimbulkan stres
 Riwayat penyakit fisik dan seksual
 Maturasional
Anak berhubungan dengan :
 Kehilangan pengasuh
 Kehilangan kepercayaan pada orang orang terdekat
 Dicampakkan oleh pengasuh
 Kehilangan autonomi yang berhubungan dengan penyakit
 Kehilangan fungsi tubuh
 Ketidakmampuan mencapai tugas-tugas perkembangan
 Penolakan oleh keluarga

Remaja berhubungan dengan :

 Kehilangan orang-orang terdekat (teman sebaya dan keluarga)


 Kehilangan fungsi tubuh
 Perubahan dalam citra diri
 Ketidakmampuan untuk mencapai tugas perkembangan (identitas peran)

Dewasa berhubungan dengan


 Kerusakan fungsi tubuh, kehilangan bagian tubuh
 Kerusakan hubungan atara sesame
 Kehilangan pekerjaan, karier
 Kehilangan orang terdekat (kematian anak atau pasangan)
 Ketidakmampuan untuk mencapai tugas perkembangan (intiminasi, komitmen)

Lansia berhubungan dengan :

 Defisit sensori
 Defisit motorik 
 Defisit kognitif 
 Kehilangan kemandirian
 Kehilangan orang terdekat, barang-barang
 Ketidakmampuan untuk mencapai tugas perkembangan (integritas)

F. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN DAN MEDIS


a. Psikofarmaka Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan
keputusasaan.
b. Psikoterapi adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah
diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan
menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini
bermacammacam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk
memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa
dan semangat  juangnya.
c. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak  tergantung
pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani
terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat  psikofarmaka.
d. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa.Dari
penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan
manfaatnya di bidang klinik.Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan
seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah
keagamaan, kajian kitab suci dsb.
e. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali
kekeluarga dan masyarakat.Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi)
rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan
berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan
bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai
macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program
rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling
sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan
evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.

G. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN

a) Identitas klien
Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.
b) Keluhan utama
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi hati klien: apa yang
dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang
mereka pikir dan rasakan adalah :
a.    Persepsi yang adekuat tentang rasa keputusasaan
b.    Dukungan yang adekuat ketika putus asa terhadap suatu masalah
c.    Perilaku koping yang adekuat selama proses.

c)    Faktor predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon keputusasaan adalah:
- Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang
mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam
menghadapi suatu permasalahan
- Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur,
cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
- Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis,
selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam
menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan.
- Struktur Kepribadian Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri
akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap
stress yang dihadapi.

d)   Faktor presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan keputusasaan adalah:
1.    Faktor kehilangan
2.    Kegagalan yang terus menerus
3.    Faktor Lingkungan
4.    Orang terdekat ( keluarga )
5.    Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
6.    Adanya tekanan hidup
7.    Kurangnya iman

e)    Respon Emosional
 Mayor (harus ada):
1.    individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya
tapi dapat merasakan
2.    tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan
3.    tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup
4.    hampa dan letih
5.    perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa
6.    tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap.
 Minor (mungkin ada)
1.    Individu marasa  putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
2.    Merasa berada diujung tanduk
3.    Tegang
4.    Muak ( merasa ia tidak bisa)
5.    Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani
6.    Rapuh.

f)     Respon Kognitif
 Mayor ( harus ada)
1.    Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan
membuat keputusan
2.    Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah
yang dihadapi saat ini
3.    Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
4.    Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )
5.    Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
 Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang ditetapkan
7.    Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan
8.    Tidak dapat mengenali sumber harapan
9.    Adanya pikiran untuk membunuh diri.
 Minor (mungkin ada)
1.    Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima
2.    Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang
3.    Bingung
4.    Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
5.    Distorsi proses pikir dan asosiasi
6.    Penilaian yang tidak lagi.

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a) Keputusasaan
b) Koping individu tidak efektif
c) Isolasi social

I. POHON MASALAH
Ketidakberdayaan

keputusasaan

Harga diri rendah

J. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


 Intervensi Generalis Pada Pasien:
a. Tujuan:
1) Mampu mengenal masalah keputusasaannya
2) Mampu memberdayakan diri dalam aktivitas
3) Mampu menggunakan keluarga sebagai sumber daya
b. Tindakan Keperawatan
1) Diskusi tentang kejadian yang membuat putus asa, perasaan/pikiran/perilaku
yang berubah
2) Latihan berfikir positif melalui penemuan harapan dan makna hidup
3) Latihan melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup.

SP I : Assesmenkeputusasaan dan latihan berfikir positif melalui penemuan


harapan dan makna hidup
1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai
nama panggilan yang disukai
b) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian perasaan putis asa agar
proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian perasaan
putus asa
3) Bantu pasien mengenal keputusasaan:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaan sedih/
kesendirian/ keputusasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab putus asa
c) Diskusikan perbedaan antara perasaan dan pikiran klien terhadap kondisinya
dengan kondisi real kondisi klien
d) Bantu pasien menyadari perilaku akibat putus asa
e) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran,
perasaan dan perilaku positif
4) Latih restrukturisasi pikiran melalui latihan berpikir positif dengan mengidentifikasi
harapan dan penemuan makna hidup
SP 2 Pasien : Evaluasi assesmen keputusaan, manfaat berfikir positif, dan latihan
melakukan aktivitas untuk menumbuhkan harapan dan makna hidup
5) Pertahankan rasa percaya pasien
a) Mengucapkan salam dan memberi motivasi
b) Asesmen ulang keputusasaan dan kemampuan melakukan restrukturisasi
pikiran
6) Membuat kontrak ulang: cara mengatasi keputusaaan
7) Diskusikan aspek positif diri sendiri, keluarga, dan lingkungan
8) Diskusikan kemampuan positif diri sendiri
9) Latih satu kemampuan positif
10) Tekankan bahwa kegiatan melakukan kemampuan positif berguna untuk
menumbuhkan harapan dan makna hidup
 Intervensi Generalis Pada Keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu mengenal masalah keputusasaan pada anggota keluarganya
2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami keputusasaan
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
keputusasaan
b. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan kondisi pasien: keputusaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan
gejala, akibat
2) Melatih keluarga merawat pasien dengan ansietas
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 keluarga:penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:


1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan keputusasaan pasien dan cara
merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat pasien
dengan keputusasaan
3) Bantu keluarga mengenal putus asa pada pasien:
a) Menjelaskan keputusasaan, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta
akibatnya
b) Menjelaskan cara merawat pasien dengan putus asa: menumbuhkan harapan
positif melalui restrukturisasi pikiran melalui penemuan harapan dan makna hidup
serta melatih kemampuan positif
c) Sertakan keluarga saat melatih restrukturisasi pikiran dan latihan kemampuan
positif

SP 2 keluarga: evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan follow
up
a. Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam,menanyakan
peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien
b. Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
c. Menyertakan keluarga saat melatih pasien melatih kemampuan positif
d. Diskusikan dengan keluarga follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk
(muncul ide bunuh diri atau perilaku pengabaian diri) dan cara merujuk pasien

K. EVALUASI
(Nurarif & Kusuma, 2015), menyebutkan secara umum, evaluasi ditujukan untuk :

- Melihat dan menilai kemampuan pasien dalam mencapai tujuan yaitu dengan
kriteria hasil sebagai berikut:

1) Mampu mengekspresikan kedamaian dari dalam diri


2) Mampu menggunakan teknik relaksasi secara konsisten
3) Tidak ada pengungkapan keputusasaan

- Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum. Apabila


tercapai maka respon pasien sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan, sedangkan apabila belum tercapai maka respon pasien tidak sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan.
- Mengkaji penyebab, jika tujuan asuhan keperawatan belum tercapai. Apabila
terdapat tujuan dan kriteria hasilyang belum tercapai maka akan dilakukan
perencanaan ulang untuk mencapai tujuan dan kriteria hasil yang belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. (2018). Nanda International Nursing Diagnoses: Definitions And Classification
2018-2020. Jakarta: Egc.
Keliat, B.A, Dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: Cmhn (Basic Course).
Jakarta: Egc.

Nurarif .A.H. Dan Kusuma.H. (2015).Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: Mediaction.

Stuart, Gail W.2007. Buku Saku Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Egc

Buku Praktikum Lab Kep.Jiwa Prodi D3 Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai