Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KEPERAWATAN JIWA

“MENARIK DIRI”

DOSEN PEMBIMBING :

WAHYU ENDANG SETYOWATI, SKM, M. KEP

DI SUSUN OLEH :

DINA HERLITA

40901800026

D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG

2020/2021
A. DEFINISI
Setiap individu memiliki potensi untuk terlibat dalam hubungan sosial, pada
berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan intim yang biasa ketergantungan.
Keintiman pada tingkat ketergantungan, dibutuhkan individu dalam menghadapi dan
mengatasi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari. Individu tidak mampu memenuhi
kebutuhannya tanpa adanya hubungan dengan lingkungan sosial. Maka dari itu,
hubungan interpersonal perlu dibina oleh setiap individu. Namun, hal tersebut akan
sulit dilakukan bagi individu yang memiliki gangguan isolasi sosial.
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Isolasi
sosial merupakan keadaan ketika individu atau kelompok memiliki kebutuhan atau
hasrat untuk memiliki keterlibatan kontak dengan orang, tetapi tidak mampu
membuat kontak tersebut (Carpenito-Moyet, 2009). Gangguan isolasi sosial dapat
terjadi karena individu merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain.

B. PENYEBAB
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut Stuart dan
Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik tentang penyebab
gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal. Faktor yang mungkin
mempengaruhi antara lain yaitu:
a. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1. Faktor perkembangan
Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu
dengan sukses. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain.
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari
ibu/pengasuh pada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya diri dan dapat mengembangkan
tingkah lakucuriga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari.
Komunikasi yang hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak
merasa diperlakukan sebagai objek.
2. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan
faktorpendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan
oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti
anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial.
3. Faktor biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung yang menyebabkan
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang jelas
mempengaruhi adalah otak . Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada
keluarga yang anggota keluarganya ada yang menderita skizofrenia. Klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat kelainan
pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat
volume otak serta perubahan struktur limbik.
b. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor
internal maupun eksternal meliputi:
1. Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan seperti
perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kesepian karena ditinggal
jauh, dirawat di rumah sakit atau dipenjara.
2. Stresor psikologiTingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain.
(Damaiyanti, 2012: 79)

C. TANDA DAN GEJALA


a. Gejala subjektif
1. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3. Klien merasa bosan
4. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
5. Klien merasa tidak berguna
b. Gejala objektif
1. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak” dengan
pelan
2. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
3. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
4. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
5. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan secara
berulang-ulang
6. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
7. Ekspresi wajah tidak berseri
8. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
9. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk
10. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya(Trimelia, 2011)

A. PENATALAKSANAAN
Menurut dalami, dkk (2009) isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia
tak tergolongkan makajenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah:
a. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting
dalam proses terapeutik , upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan
rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat
empati, menerima pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur
kepada pasien.
b. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat, dan meningkatkan harga diri
seseorang.(Prabowo, 2014: 11)
B. FOKUS PENGKAJIAN
1. Masalah keperawatan:
a. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi…
b. Isolasi sosial: menarik diri
c. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
1. Data yang perlu dikaji
a. Resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi
Data Subjektif:

1 Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus


nyata
2 Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata
3 Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus
4 Klien merasa makan sesuatu
5 Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya
6 Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar
7 Klien ingin memukul/melempar barang-barang
Data Objektif:

1. Klien berbicara dan tertawa sendiri


2. Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu
3. Klien berhebti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu
4. Disorientasi
b. Isolasi Sosial : menarik diri
Data Subyektif:

Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data Obyektif:

Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
c. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
Data subyektif:

Klien mengatakan: saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri.

Data obyektif:

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan,
ingin mencederai diri / ingin mengakhiri hidup.

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial: menarik diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

D. POHON MASALAH

Risiko Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi : Effect

Isolasi Sosial: menarik diri : Core Problem

Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah : Causa

E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa 1: Menarik diri
Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik
dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
- Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
- Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
- Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
- Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a. Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi
( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan
orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
c. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan orang
lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan social
Tindakan:
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap :
1 K–P
2 K – P – P lain
3 K – P – P lain – K lain
4 K – Kel/Klp/Masy
c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain
Tindakan:
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang
lain
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan orang
lain.
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
 Salam, perkenalan diri
 Jelaskan tujuan
 Buat kontrak
 Eksplorasi perasaan klien
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
 Perilaku menarik diri
 Penyebab perilaku menarik diri
 Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
 Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan
bergantian menjenguk klien minimal satu kali seminggu
d) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga

Diagnosa 2 : Harga Diri Rendah

Tujuan Umum :

Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

Tujuan khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :

1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik


dengan cara :

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal


b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
Tindakan:

a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien


b) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi penilaian negatif
c) Utamakan memberikan pujian yang realistik
3. Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan
Tindakan:

a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit.
b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.
4. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki
Tindakan:

a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
b) Kegiatan mandiri
c) Kegiatan dengan bantuan sebagian
d) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total
e) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
f) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan
5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya
Tindakan:

a) Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien.
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah
6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
Tindakan:

a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien dengan
harga diri rendah.
b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


Masalah Utama : Isolasi Sosial
A. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi Klien
a. Data obyektif:
Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam,
kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain,
perawatan diri kurang, posisi menekur.

b. Data subyektif:
Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat,
ya atau tidak

Diagnosa Keperawatan :Isolasi sosial : menarik diri

B. Intervensi Generalis
Intervensi Keperawatan untuk Klien
a. Tujuan :
1) Klien mampu membina hubungan saling percaya
2) Klien mampu mengidentifikasi penyebab isolasi sosial
3) Klien ampu berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
b. Tidakan :
1) Membina Hubungan saling percaya
a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
b. Sapa klien dengan ramah
c. Berkenalan dengan klien
d. Perkenalkan nama dan nama panggilan yang perawat sukai, serta
tanyakan nama dan nama panggilan klien
e. Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini
f. Buat kontrak asuhan keperawatan/ interaksi
g. Apa yang akan perawat lakukan bersama klien, tujuannya apa,
berapa lama akan dikerjakan, dan di mana tempatnya
h. Tunjukkan sikap empati setiap saat pada klien
i. Jujur dan menepati janji
j. Beri perhatian dan penuhi kebutuhan dasar klien
2) Membantu klien mengidentifikasi perilaku isolasi sosial yang dilakukan
1. Menanyakan pendapat klien tentang kebiasaan
berinteraksi dengan orang lain
2. Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak
ingin berinteraksi dengan orang lain
3) Membantu klien mengidentifikasi keuntungan berhubungan dan kerugian
tidak berhubungan dengan orang lain
a. Membantu klien mengidentifikasi keuntungan berhubungan
dengan orang lain
b. Membantu klien mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain
 Berdiskusi dengan klien kerugian jika klien hanya
engurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain
 Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan
fisik klien
4) Membatu klien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
a. Berkenalan dengan satu orang
 Diskusikan dengan klien tentang cara berkenalan :
menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, hobi, alamat
 Beri kesempatan klien mempraktekan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan di hadapan perawat
 Membantu klien untuk berinteraksi dengan 1 orang
(perawat, teman, atau keluarga)
 Berikan reinforcement positif untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilakukan klien
 Identifikasi kemampuan / keterampilan sosial klien yang
telah dilakukan dalam hubungan interpersonal dengan
orang lain

b. Berkenalan dengan 2 orang atau lebih


 Membantu klien untuk berinteraksi dengan 2 orang / lebih
(perawat, teman atau keluarga)
 Berikan reinforcement positif untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilakukan klien
 Identifikasi kemampuan / keterampilan sosial klien yang
telah dilakukan dalam hubungan interpersonal dengan
orang lain
c. Berinteraksi dalam kelompok
Membantu klien untuk ikut TAK Sosialisasi
5. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
Tujuan : keluarga mampu merawat klien dengan isolasi sosial
Tindakan :
a) Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat klien
b) Menjelaskan tentang masalah isolasi sosial yang ada pada klien dan dampaknya
c) Menjelaskan tentang penyebab isolasi sosial
d) Berdiskusi dengan keluarga tentang cara merawat klien dengan isolasi sosial
 Membina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara bersikap
peduli dan tida ingkar janji
 Memberikan semangat dan motivasi kepada klien untuk bisa melakukan
kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu tidak mencela kondisi
klien dan memberikan pujian yang wajar
 Memperagakan cara merawat klien dengan isolasi sosial
 Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat klien isolasi sosial
yang telah didiskusikan
 Menyusun rencana pulang klien bersama keluarga

SP 1 Pasien: Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal


penyebab isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien berkenalan

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan orang


pertama -seorang perawat-)

SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang


kedua-seorang pasien)

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial,


penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan isolasi sosial

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah


isolasi sosial langsung dihadapan pasien.

SP 3 Keluarga : Menjelaskan perawatan lanjutan


DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika
Aditama.
Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.

Anda mungkin juga menyukai