GANGGUAN PSIKOSOSIAL
“KEPUTUSASAAN”
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
B. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Biologis
a. Latar belakang genetik : ada riwayat keluarga tentang depresi
b. Status Nutrisi : Snoreksia, tidak ada perbaikan nutrisi, BB kurang (kurus/terlalu
kurus), BB lebih (gemuk/terlalu gemuk) atau BB tidak ideal.
c. Status Kesehatan secara umum: riwayat penyakit kanker riwayat penyakit neurologis
(epilepsi, trauma kepala), riwayat gangguan pada jantung (PJB, PJK, Hipertensi,
aterosklerosis), riwayat gangguan paru-paru (TBC, PPOM, udem paru, asma,
embolisme paru, dll), riwayat penyakit endokrin, riwayat penggunaan zat.
d. Sensitifitas biologi : ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada sistem limbik,
thalamus, kortek frontal, GABA, norepinefrin, serotonin.
e. Paparan terhadap racun, sindrom alcohol saat janin.
2. Psikologis
a. Intelegensi : RM ringan – RM sedang : IQ
b. Kemampuan verbal: Gagap, tidak mampu mengungkapkan apa yang dipikirkannya.
c. Moral
d. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan : perpisahan traumatik dengan
orang yang berarti, penolakan dari keluarga, perceraian, kekerasan dalam rumah
tangga, diturunkan dari jabatannya, konflik dengan rekan kerja, penganiayaan
seksual, seringkali mengalami kegagalan, episode depresi sebelumnya.
e. Konsep diri : konsep diri negatif, ideal diri yang tidak realistis, kurang penghargaan
f. Motivasi : kurang dukungan sosial, kurang dukungan dari diri sendiri
g. Pertahanan psikologis: self control yang kurang
3. Sosiokultural
a. Usia : < 40 tahun
b. Gender : Wanita > laki-laki
c. Pendidikan : tidak sekolah, pendididkan rendah (hanya tamat SD, SMP), putus
sekolah, tidak mampu menyelesaikan tugas-tugas, tinggal kelas
d. Pendapatan: kurang/rendah : dibawah umr, tidak mandiri dalam ekonomi.
e. Pekerjaan: pengangguran, PHK, pekerjaan tidak tetap
f. Status & peran sosial kegagalan berperan sosial.
g. Latar belakang agama dan keyakinan kurang /tidak menjalankan ajaran agama dan
keyakinan, kehilangan rutinitas ibadah.
h. Keikutsertaan dalam politik : pengurus partai politik, post power syndrome
i. Pengalaman sosial: sering mengalami penolakan kelompok sebaya
C. FAKTOR PRESIPITASI
1. Nature
a. Faktor Biologis :
Status nutrisi : tidak ada perbaikan nutrisi, BB tidak ideal.
Status Kesehatan secara umum: menderita penyakit kronik atau terminal,
kehilangan salah satu anggota badan.
Sensitifitas biologi : ketidakseimbangan elektrolit, gangguan pada sistem
limbik, thalamus, kortek frontal, GABA, norepinefrin, serotonin.
b. Faktor Psikologis Intelegensi :
RM ringan (IQ 50 – 70), RM sedang (IQ 35 – 50).
Kemampuan verbal : buta, tuli, gagap, pelo, adanya pembatasan kontak sosial,
lokasi tempat tinggal yang terisolasi.
Moral : melanggar norma dan nilai di masyarakat
Kepribadian : menghindar, ambang.
c. Pengalaman yang tidak menyenangkan : korban perkosaan, perceraian, perpisahan
dengan orang yang berarti, KDRT, diturunkan dari jabatannya, konflik dengan rekan
kerja.
d. Faktor Sosial Budaya: putus sekolah, PHK, turun jabatan, penolakan dari orang yang
berarti, pendapatan yang rendah.
2. Origin
a. Internal : persepsi individu yang tidak baik tentang dirinya, orang lain dan
lingkungannya.
b. Eksternal : kurangnya dukungan keluarga, kurang dukungan masyarakat, kurang
dukungan kelompok/teman sebaya
3. Number
Stres terjadi dalam waktu dekat dan stress terjadi secara berulang-ulang/ terus menerus
4. Timing: sumber stres lebih dari satu dan stres dirasakan sebagai masalah yang sangat
berat
D. TANDA DAN GEJALA
1. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya tidak
dapat melakukan”)
2. Sering mengeluh dan Nampak murung.
3. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali
4. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.
5. Menarik diri dari lingkungan.
6. Kontak mata kurang.
7. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.
8. Nampak selalu murung atau blue mood.
9. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)
10. Menurun atau tidak adanya selera makan
11. Peningkatan waktu tidur.
12. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.
13. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.
14. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna
E. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguankeputusasaan.
2. Psikoterapi
Merupakan terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah
kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam
bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan,
semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putusasa dan semangat juangnya.
Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang
maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif
dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan
menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan
untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga
penderita mampu membedakan nilai-nilai moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana
yang boleh dan tidak, dan sebagainya. Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk
memulihkan gangguan perilaku yangterganggu menjadi perilaku yang mampu
menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan
keluarganya.
3. Terapi Psikososial
Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan
lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada
orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi
psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka.
4. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa. Dari
penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan dengan
manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan
seperti sembah yang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,ceramah
keagamaan, kajian kitab suci dan sebagainya.
5. Rehabilitasi
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali ke keluarga
dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi
misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai
kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan
kesenian, terapi fisik berupa olah raga,keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok
tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6
bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum
penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan
dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat.